• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATEMATIKA DALAM PROGRAM PENDIDIKAN ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATEMATIKA DALAM PROGRAM PENDIDIKAN ANAK"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Citation: Novikasari, ifada (2016) Matematika dalam Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, Vol 2 (1), hlm 1-16.

MATEMATIKA DALAM PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Ifada Novikasari

Tadris Matematika

Institut Agama Islam Negri (IAIN) Purwokerto email: ifa_da@yahoo.com

ABSTRACT

At the early childhood education’s program these do not involve advanced mathematical concepts, but those that children encounter in their daily lives, such as compare quantities, find patterns, navigate in space, and grapple with real problems such as balancing a tall block building or sharing a plate of cake fairly with a playmate. Basically that is a mathematical activities. Mathematics helps children make sense of their world outside of school and helps them construct a solid foundation for success in school. Therefore mathematics content can be integrated with existing program in early childhood education. The application of mathematics content such as number and operations, algebra, geometry, measurement, and data analysis should be adjusted to the cognitive development of children. Informal games and story problems can be introduced and modified to create opprtunities to learn mathematics concepts. The teacher’s role is to provide mathematics learning with adequate mathematical communication as mathematics languge that is easily understood by children. Eventually, the children get benefit from a range of mathematical experiences, from the incidental and informal to the systematic and planned.

Key words: childhood education, mathematics, cognitive

ABSTRAK

(2)

sekolah dan membantu mereka menguasai dasar yang kuat agar sukses di sekolah. Oleh karena itu matematika dapat terintegrasi dalam program di pendidikan anak usia dini. Aplikasi konten matematika seperti bilangan dan operasinya, aljabar, geometri, pengukuran, dan analisis data seharusnya disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak. Permainan informal dan masalah cerita dapat diperkenalkan dan dimodifikasi agar anak mendapatkan kesempatan belajar matematika. Peran guru dalam kegiatan ini adalah memberi pembelajaran matematika dengan komunikasi matematika yang memadai atau bahasa matematika sehingga mudah dipahami anak. Sehingga Anak mendapatkan pengalaman matematika, yaitu dari kebetulan dan informal menjadi sistematik dan terencana.

Kata kunci: pendidikan anak usia dini, matematika, kognitif

A. PENDAHULUAN

Beragam alasan diberikan orang tua ketika mendaftarkan

putra-putrinya di program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Diantaranya

adalah supaya anak dapat mengenal sekolah sejak dini, mengenal

permainan di PAUD, belajar bersosialisasi dengan teman sebaya, serta

mengenal angka dan huruf sebelum mereka masuk sekolah dasar (SD).

Kini pun sudah beredar luas buku-buku mengenai penguasaan angka

(matematika) dan huruf (bahasa) bagi anak prasekolah tersebut. Seolah

anak akan sukses di SD apabila menguasai matematika dan bahasa.

Berdasarkan kajian National Research Council1 menunjukkan bahwa

penguasaan bahasa di PAUD bagi sebagian besar orang tua di Amerika

menjadi alasan utama. Menurutnya, orang dewasa yang tidak belajar

matematika masih mampu bertahan hidup dibandingkan jika tidak

mampu berkomunikasi. Akan tetapi Matematika di PAUD juga penting

1

(3)

karena dapat membantu pengembangan kognitif anak dan mencapai

kesuksesan pada jenjang pendidikan berikutnya.2

Pendidikan yang diikuti anak sebelum SD diatur dalam UU Nomor

20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) bahwa

PAUD merupakan suatu upaya pembinaan kepada anak sejak lahir

sampai usia enam tahun. Bentuk pelaksanaan program PAUD

diantaranya adalah program Taman Kanak-kanak (TK)/ Raudatul Athfal

(RA), Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan

Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis (SPS). Pembinaan anak dalam

program tersebut dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak prasekolah yang mengikuti PAUD menurut Solehuddin3

memiliki fungsi utama, yaitu (1) fungsi pengembangan potensi, (2) fungsi

penanaman dasar-dasar aqidah dan keimanan, (3) fungsi pembentukan

dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan, (4) fungsi

pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan,

dan (5) fungsi pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.

Apabila dikaitkan dengan kemampuan matematika maka merujuk dari

Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 aspek kognitif merupakan salah

satu aspek perkembangan dalam PAUD. Aspek kognitif tersebut

diantaranya adalah

a. belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru;

2

Ibid, National Research Council, Mathematics Learning in Early Childhood: Paths Toward Excellence and Equity, h.21.

3

(4)

b. berfikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat; dan

c. berfikir simbolik, mencakup kemampuan mengenal, menyebutkan, dan menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu merepresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.

Pelaksanaan pengembangan aspek tersebut dilakukan melalui bermain

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, kontekstual, dan berpusat

pada anak. Diharapkan pembelajaran dapat memberikan pengalaman

belajar yang bermakna bagi anak sehingga anak merasa tertarik bermain

dan tidak bosan.

Anak usia prasekolah menurut Clements4merupakan waktu yang

tepat untuk memberikan ketertarikan pada berhitung, menyusun,

membentuk bangunan, menemukan pola, mengukur, dan memperkirakan.

Kualitas matematika prasekolah tidak terletak pada penguasaan

aritmatika dasar. Namun, memberikan pengalaman matematika dalam

permaianan mereka, menjelaskan, dan berpikir tentang dunia mereka.

B. PEMBAHASAN

1. Teori Perkembangan Kognitif Anak dalam Pembelajaran Matematika

di PAUD

Praktek pembelajaran kekinian banyak terinspirasi dari empat ahli

psikologi kognitif terkenal diantaranya adalah Piaget, Vygotsky, Bruner,

dan Dienes. Ide mereka didasarkan pada teori konstruktivisme. Teori

tersebut memandang anak dapat berkreasi dengan pengetahuannya yang

4

(5)

bersumber dari aktivitas mental sehingga menghasilkan pengalamana

dari dunia sekitarnya dan menemukan makna dari kegiatan tersebut. 5

Piaget (1896-1980) terkenal dengan idenya empat tahap

perkembangan kognitif pada seorang anak. Pada tahap kedua, tahap

berpikir praoperasional ( 2 – 7 tahun), anak pada tahap ini secara cepat

dapat mempelajari bahasa dan kemampuan untuk menggunakan simbol

yang merepresentasikan objek nyata. Akan tetapi, banyak materi

matematika seperti bilangan dan volum tidak diberikan sampai anak

berada pada tahap konkret usia 7 - 11 tahun. Kekuatan pendekatan Piaget

terletak pada pemikiran anak dan keterlibatan aktif di lingkungan.

Vygotsky (1896-1934) adalah ahli psikologi berasal dari Rusia.

Pemikiran Vygotsky membagi dua jenis perkembangan, yaitu alami dan

budaya. Perkembangan alami mempengaruhi pemikiran bahwa dengan

sendirinya anak belajar sehingga menghasilkan kematangan bagi dirinya.

Sedangkan dalam perkembangan budaya, kematangan anak diperoleh

dari interaksi antar anak atau dengan bimbingan orang dewasa.

Kematangan tersebut akan meningkat dengan penggunaan bahasa. Proses

perkembangan budaya anak bekerja dalam zone of proximal development.

Zona ini menunjukkan batasan pemikiran anak secara mandiri dan dapat

berkembang dengan bantuan teman atau orang dewasa. Vygotsky

berpikir bahwa anak pada tahap awal belajar membutuhkan bantuan atau

scaffolding. Bantuan tersebut merupakan sejumlah petunjuk yang secara

bertahap berkurang sampai akhirnya anak dapat menguasai keterampilan

tertentu secara mandiri.

Selanjutnya Jerome Bruner (1915) yang mendeskripsikan bahwa

perkembangan intelektual dapat berkembang sebagai proses dari mode

5

(6)

enaktif kemudian ikonik, dan terakhir simbolik. Pada anak usia 2 atau 3

tahun beragam gambar rangsangan dapat dibentuk. Tahap ini anak

diberikan mode ikonik dan orang dewasa memberikan rangsangan

gambar dan suara. Anak pada usia 5 atau 6 tahun dapat menggunakan

mode simbolik seperti bahasa, gambar cerita, atau tulisan angka yang

merepresentasikan pemikiran. Tiga mode Bruner yang dapat ditemui

dalam pengajaran matematika sekarang diantaranya adalah: doing

matematika dengan benda manipulatif, mental matematika dengan

berpikir, mengingat gambar, mendengar, kinestetik, dan terakhir dapat

menggunakan simbol angka dengan pemaknaan.

Teori Dienes (1967) merupakan salah satu jenis teori dalam belajar

matematika dari matematikawan bernama Zoltan P. Dienes. Teori yang

disampaikan Dienes bertumpu pada gagasan untuk menampilkan

matematika dalam bentuk yang nyata dan menyenangkan bagi anak.

Teori ini dalam aplikasinya mendesain pembelajaran dalam

prinsip-prinsip dan tahapan-tahapan tertentu. Konsep matematika yang bersifat

abstrak yang dibangun oleh struktur-struktur apabila pembelajaran

dilakukan menggunakan teori Dienes maka pembelajaran dapat disajikan

secara menarik melalui media benda-benda manipulatif, permainan, cerita

dan tarian. 6 Pembelajaran Dienes disajikan dengan pendekatan

sebagaimana siswa bermain sampai pada akhirnya dapat membantu

mereka untuk menemukan dan memahami struktur matematika dalam

permainan tersebut. Dienes percaya bahwa semua abstraksi yang

berdasarkan kepada situasi dan pengalaman konkrit akan dapat dipahami

oleh siswa.7

6

Sriraman, B., Lesh, A Conversation With Zoltan P. Dienes

(www.math.umt.edu/tmme/ Monograph2/ SriramanLesh_ article.pdf, 2007).

7

(7)

Dienes merumuskan 6 tahap berpikir matematika.8Pertama adalah

free play, anak diberi kebebasan untuk berinteraksi dengan lingkungan.

Kebebasan dalam arti, kegiatan pembelajaran tahap awal dilakukan

dengan memberi keleluasaan pada siswa mengenal, memperhatikan,

mengidentifikasi segala bentuk permainan atau benda-benda konkrit

yang disediakan dalam pembelajaran. Kedua games, pada tahap ini

diberikan aturan sebelum dimulai dan beberapa kriteria yang harus

dicapai sehingga dapat dikategorikan tujuan permainan tersebut tercapai.9

Generalisasi sebagai tahap ketiga anak mengenal pola, kesamaan, dan

sifat umum pada model yang berbeda. Tahap keempat, representasi, anak

diberikan kebebasan untuk mengekspresikan suatu metode atau cara

untuk mewakili semua aktivitas gamesyang memiliki kesamaan struktur.

Kebebasan berekspresi siswa dapat diwujudkan dalam bentuk visual

maupun audio. Bentuk representasi visual misalkan adalah: gambar,

bilangan atau angka, grafik.10 Tahap kelima simbolisasi, terjadi ketika

anak menggunakan formula dan kata-kata untuk mendeskripsikan

hubungan. Misalkan representasi simbol luas dan keliling. Terakhir tahap

formalisasi, hubungan dan sifat gambar yang dikelompokkan, diurutkan,

dan dikenal sebagai bagian dari struktur konsep matematika. Anak pada

tahap awal belajar atau prasekolah sampai pada tahap simbolisasi untuk

memaknai dunia dengan matematika.

Secara umum keempat ahli psikologi kognitif di atas memberikan

petunjuk yang sama mengenai proses anak dalam mengenal matematika

dalam PAUD. Anak pada usia 3 sampai dengan 6 tahun dapat mengenal

matematika melalui benda-benda di lingkungan sekitar mereka dan pada

8

Brousseau, Theory of Didactical Situations in Mathematics, (Netherlands: Kluwer Academic Publisher, 1997), h.139-142.

9

Dienes, Z., Mathematics as an Art form, (Tersedia:

http://www.zoltandienes.com, 2004)

10

(8)

tingkat sedikit di atasnya melalui benda manipulatif. Selanjutnya anak

mampu memberikan representasi atas benda-benda tersebut. Misalkan

guru menyediakan beberapa bungkus permen dan pada akhir proses

bermain anak sudah mampu memberikan representasi ‘satu bungkus

permen’...’dua bungkus permen’..dan seterusnya.

2. Pembelajaran Matematika di PAUD

Matematika merupakan alat untuk membantu anak memahami dan

menganalisa dunianya. Cara matematika adalah dengan deskripsi dan

representasi kuantitas, bentuk, ruang, dan pola yang membantu

pengorganisasian pengetahuan dan ide dengan cara yang sistematis.

Sistem matematika tersebut menjadi bagian penting dalam kehidupan

masyarakat.11Matematika di PAUD memuat dua bidang inti, yaitu (1)

bilangan dan (2) geometri dan pengukuran. Kedua bidang tersebut

penting sebagai persiapan sekolah dan penting dalam kehidupan

sehari-hari.

Standar matematika di PAUD perlu diberikan sebagai penduan

pengembangan pengalaman matematika yang sesuai bagi anak.

Pengembangan pengalaman berarti dapat memberikan tantangan sesuai

dengan usia anak, fleksibel dalam variasi respon anak, dan sesuai dengan

cara berpikir dan belajar anak. Menurut Clements12 standar dalam

pembelajaran anak seharusnya dapat mendorong pengetahuan informal

atau freeplay. Diantaranya adalah anak mengeksplorasi pola dan bentuk,

membandingkan ukuran, dan menghitung objek. Kemampuan

11

Ibid, National Research Council, Mathematics Learning in Early Childhood: Paths Toward Excellence and Equity, h.21.

12

(9)

matematika yang diharapkan berkembang adalah kemampuan berpikir

dan penalaran.

Matematika dapat dipelajari dengan beragam cara. Pada anak usia

prasekolah mengeksplorasi matematika dapat dengan membandingkan

jumlah, menemukan pola, mempelajari bangun ruang dengan masalah

yang nyata seperti menyeimbangkan tinggi bangunan balok. Sebab

mengajar kualitas tinggi dalam matematika adalah tentang tantangan dan

keasyikkan, bukan pada beban dan tekanan. 13

Berikut ini rekomendasi dari NCTM dan NAEYC14yang diberikan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika bagi anak usia 3

sampai dengan 6 tahun, guru, dan kalangan profesional.

1. Meningkatkan ketertarikan alami anak, disposisi matematika dan

menggunakannya agar lebih bermakna.

2. Membangun pengalaman dan pengetahuan anak yang bersumber

pada keluarga, bahasa, budaya, dan latarbelakang komunitas;

pendekatan belajar mandiri; dan pengetahuan informal.

3. Mendasarkan kurikulum dan praktek mengajar pada

pengembangan pengetahuan kognitif anak, bahasa, fisik, dan

sosio-emosional.

4. Menggunakan kurikulum dan praktek mengajar yang dapat

menguatkan proses pemecahan masalah dan penalaran

sebagaimana ide matematika mengenai representasi, komunikasi,

dan koneksi.

5. Mengukur kesesuaian kurikulum dengan ide matematika

6. Memberikan anak kedalaman dan interaksi yang mendukung ide

13

Ibid, Clements, D., Mathematics in the Preschool, h. 270.

14National Council of Teachers of Mathematics & National Association for the

(10)

matematika

7. Memadukan matematika dengan aktivitas anak

8. Memberikan banyak waktu, bahan, dan dukungan yang terjangkau

bagi anak untuk terlibat dalam permainan di mana anak

mengeksplorasi dan memanipulasi ide matematika yang menarik

baginya.

9. Secara aktif mengenalkan konsep, metode, dan bahasa matematika

melalui pengalaman anak dan strategi mengajar yang tepat.

10. Mendukung belajar anak dengan perencanaan dan secara kontinu

menilai seluruh pengetahuan, keterampilan, dan strategi

matematika anak.

Guru yang sukses pada masa prasekolah, anak diberikan

pembelajaran yang dibangun berdasarkan aktivitas keseharian anak,

memadukan latar belakang budaya, bahasa, dan ide serta strategi

matematika. selain itu, guru mengkreasikan makna berkaitan dengan

konteks, dan menawarkan kesempatan untuk anak aktif berpartisipasi,

membantu anak mempelajari pramatematika dan ide matematika serta

mengembangkan keyakikan positif mengenai matematika dan dirinya.

Kombinasi lingkungan yang kondusif untuk eksplorasi matematika,

observasi dan intervensi yang tepat, dan aktivitas katematika tertentu

membantu anak prasekolah membangun pramatematika dan

pengetahuan matematika eksplisit.15 Untuk mendukung keberhasilan

pendidikan matematika anak sudah seharusnya institusi, pengembang

program, dan pengambil keputusan melakukan tindakan berikut ini

(NCTM & NAEYC, 2002:10).16

15

Ibid, Clements, D., Mathematics in the Preschool, h. 274.

16

(11)

1. Membentuk persiapan guru kanak-kanak yang efektif dan secara

berkelanjutan mengembangkan profesionalisme mereka

Sebagai pertimbangan persiapan profesi guru di PAUD agar dapat

mendukung kecakapan matematika anak diharapkan memenuhi

komponen: (1) pengetahuan konten matematika dan konsep yang sesuai

dengan anak, termasuk pemahaman yang mendalam mengenai apa yang

dipelajari anak sekarang dan bagaimana keterkaitan belajar sekarang

dengan pembelajaran berikutnya; (2) pengetahuan akan cara belajar dan

pengembangan anak di segala bidang, tidak dibatasi pengembangan

kognitif-dan pengetahuan akan isu serta topik yang memungkinkan

keterlibatan anak dalam semua segi; (3) pengetahuan mengenai cara yang

efektif dalam pengajaran matematika; (4) pengetahuan dan keterampilan

dalam mengobservasi dan mendokumentasikan aktivitas dan pemahaman

matematika anak; (5) pengetahuan akan sumber atau alat belajar yang

dapat mengembangkan kompetensi dan keasyikkan matematika anak.

2. Menggunakan proses kolaboratif untuk mengembangkan standar,

kurikulum, dan penilaian yang berkualitas tinggi

Di dalam matematika, sebagaimana bidang yang lain, tugas

pengembangan kurikulum, tujuan, dan penilaian menjadi tanggung jawab

guru, pendidik guru, dan pengambil keputusan. Apabila

dipertimbangkan kurikulum matematika untuk diadopsi maka perlu

secara ekstensif dites lapangan dan dievaluasi bersama anak.

3. Mendesain struktur institusi dan kebijakan yang mendukung belajar,

kerja tim, dan perencanaan yang berkelanjutan

Guru di PAUD memiliki tantangan dalam perencanaan aktivitas

matematika. beberapa guru mendesain beragam seting pembelajaran

namun memiliki kelemahan pada kerja tim dan kolaborasi.

4. Menyediakan sumber belajar yang memadai agar tercapai kecakapan

(12)

Beragam sumber belajar diperlukan untuk mendukung recomendasi

untuk meningkatkan kualitas pendidikan matematika di PAUD. Batas

antara pengetahuan matematika dan alat-alat harus dijembatani dengan

pengetahuan akan model paktek yang efektif, video yang menunjukkan

pedagogi matematika pada seting sebenanrnya, komputer berbasis

pengembangan profesional, dan sumber lainnya. Sebagai tambahan

sumber belajar diperlukan juga untuk mendukung keterlibatan guru

dalam konferensi profesional, perkuliahan, institusi, dan kunjungan

model pembelajaran.

3. Pengembangan Matematika di PAUD

Topik besar kemampuan matematika pada anak usia PAUD adalah

mengembangkan kemampuan kognitif berupa penalaran kuantitatif.

Selanjutnya didukung dengan pengalaman di rumah dan lingkungan

PAUD pengetahuan matematika anak dibangun dari pengalaman

numerik dan pengetahuan budaya tersebut.17

Merujuk dari NCTM18(NCTM, 2000:91) standar untuk matematika

sekolah meliputi lima bidang, yaitu: bilangan dan operasi bilangan,

aljabar, geometri, pengukuran, dan analisis data serta peluang. Dalam

PAUD aljabar dapat berupa pengelompokan, pola dan hubungan, operasi

dengan bilangan bulat, eksplorasi fungsi, dan langkah-langkah proses.

Lima konten matematika tersebut dapat digdeskripsikan pada tabel

berikut ini.

17

Ibid, Clements, D., Engaging Young Children in Mathematics: Standars for Early Childhood Mathematics Education, h.17.

18National Council of Teachers of Mathematics, Principles and standards for

(13)

Tabel 1 Lima Konten Matematika dan Ide Matematika di PAUD19

Konten Matematika Ide Matematika di PAUD

Bilangan dan Operasinya - Bilangan dapat digunakan untuk

menyatakan berapa banyak,

mendiskripsikan urutan, dan pengukuran;

melibatkan sejumlah hubungan, dan dapat

direpresentasikan dengan banyak cara.

- Operasi bilangan dapat digunakan untuk

beragam model dengan situasi dunia

- nyata dan untuk memecahkan masalah;

mereka dapat mepraktekkannya dengan

beragam cara.

Aljabar - Pola dapat digunakan untuk mengenal

hubungan dan diperluas untuk membuat

generalisasi

Geometri - Geometri dapat digunakan untuk

memahami dan merepresentasikan objek

langsung dan lokasi.

- Bentuk geometri dapat dideskripsikan,

dianalisis, ditransformasikan, disusun, dan

diuraikan dengan bentuk lain.

Pengukuran - Membandingkan dan mengukur dapat

digunakan untuk menjelaskan “Berapa

besar? Manakah yang lebih panjang?”

- Mengukur dapat dilakukan dengan

menggunakan benda

19

(14)

Analisis Data - Analisis data dapat digunakan untuk

mengelompokkan, merepresentasikan,

menginformasikan berupa pertanyaan atau

dalam menjawab.

Kelima konten matematika dan ide matematika di PAUD dalam

prakteknya akan saling berhubungan. Bilangan dapat digunakan untuk

mengukur sifat objek geometri (seperti banyak sisi dan sudut). Objek

geometri merupakan model untuk bilangan dan operasinya (misalkan

garis bilangan untuk perkalian. Bilangan dan operasinya merupakan

bagian penting pengukuran. Geometri memberikan konteks dalam

pembelajaran pengukuran. Misalkan pengukuran lebar bangun. Dalam

pengukuran geometri, proses pengukuran biasanya terdapat keterkaitan

antara bilangan dan operasinya. Untuk konten aljabar dapat digunakan

dalam mengidentifikasi, mendiskripsikan, dan memperluas pola bilangan

dan geometri. Selain itu, analisis data digunakan untuk

mengorganisasikan informasi mengenai pola bilangan atau geometri.

Sumber belajar yang tersedia di PAUD dan pengetahuan matematika

yang dimiliki oleh guru sebagaimana dideskripsikan pada Tabel 1 perlu

dijembatani dengan kemampuan mengajar yang efektif bagi anak.

Memperhatikan psikologi anak dan kemampuan kognitif anak, tahap

praoperasi anak dapat dijembatani oleh guru dengan kemampuan

komunikasi matematika yang memadai. Anak usia PAUD belum

memahami akan simbol-simbol matematika yang abstrak. Semua orang

dalam segala usia bicara matematika. Bagaimana bahasa tersebut

berkembang? Anak menyukai mendengar dan berbicara dalam seting

yang alami. Oleh karena itu terdapat istilah bahasa matematika.

Salah satu teknik yang dapat digunakan pada anak prasekolah

(15)

(MMB) yang merupakan teknik mengajar yang didesain untuk

meningkatkan belajar anak. Guru yang menggunakan MMB terlibat

secara informal sebab terjadi dialog dengan anak tentang konsep

matematika yang diterapkan dalam aktivitas yang melibatkan mereka.20

Langkah-langkah MMB diantaranya adalah

1. Membangun ketertarikan anak dihubungkan dengan matematika,

pengalaman, dan pengetahuan. Misalkan uang, tinggi badan, dan

umur.

2. Memberikan alat dan bahan yang memunculkan rasa ingin tahu

anak: balok, puzzle, alat pengukuran, musik, garif dan bagan, objek

alami untuk diurutkan dan dipisahkan.

3. Menggunakan diskripsi kata untuk membandingkan, menghitung,

dan menyatakan objek. Misalkan “Novi membaca buku di dalam

kamar”

4. Membantu anak memecahkan masalah sehari-hari dengan

matematika. Misalkan “Berapa banyak permen yang dibutuhkan

untuk anak-anak di ruangan ini?”

Contoh aplikasi bahasa matematika untuk anak di PAUD misalkan

‘pengurangan’. Pada umumnya anak menggunakan frase ‘mengambil’.

Hal tersebut tidak dapat disalahkan. Bahasa pengurangan dapat

diaplikasikan dalam masalah cerita, misalkan: “Ari memiliki kue yang

dipotong menjadi enam bagian. Dia makan dua potong. Berapa banyak

kue yang dapat dimakan adik Ari?” Guru mengatakan, “Berapa banyak

potongan pada kue itu? Berapa banyak yang dimakan Ari? Dan berapa

20

(16)

banyak yang tersisa di piring?”pendekatan ini memandu anak untuk

memecahkan masalah.21

Contoh aplikasi MMB adalah diskusi antara guru dan anak.

misalkan anak berkata “Balok yang aku susun lebih besar!” Guru melihat

bahwa anak-anak bicara mengenai tinggi, luas, lebar dan sebagainya.

Guru dapat bertanya “Seberapa besar bangunan yang kamu bentuk dari

balok?” Hasil dari diskusi untuk mengklarifikasi perbedaan istilah yang

dismapaikan. Siswa kemudian berdiskusi tentang bagaimana mereka

dapat merepresentasikan tinggi dan lebar bangunan balok mereka. Pada

bagian ini, guru membantu anak mengawali pengetahuan matematika

dan refleksi keseharian dan pengalaman mendasar mereka. Anak

memerlukan mengulang pengalaman untuk memahami konsep

matematika. Pengalaman tersebut dibantu adanya lingkungan yang kaya

(sumber belajar) dan interaksi dengan orang dewasa serta teman sebaya.22

Berikut ini contoh lain aplikasi ide matematika yang dapat

disampaikan guru terkait konten matematika.23

Konsep Matematika Bahasa Matematika

Bilangan Model berhitung: 1, 2, 3, ...

Berhitung melompat: 2,4,6,..

“Bilangan berapa berikutnya?”

Operasi bilangan Memecahkan masalah, “Berapa banyak bola

sebelah kiri?” atau “Berapa banyak bola

apabila digabungkan?”

21

Sperry, S.S., Early Childhood Mathematics: Third Edition (Boston: Pearson, 2006), h.21.

22

Ibid, Clements, D., Engaging Young Children in Mathematics: Standars for Early Childhood Mathematics Education, h.12.

23

(17)

Pola Mengidentifikasi pola suara: “ayo tepuk

tangan dengan keras, keras, pelan, keras,

pelan” dengan tujuan membuat pola suara.

Menganalisis dan

menyajikan data

Mencatat binatang peliharaan anak. Tiga anak

memiliki ikan. Enam anak memiliki kucing.

Dua anak memiliki kelinci. Tujuh anak tidak

memiliki hewan peliharaan. Kemudian

menunjukkan informasi tersebut pada tabel

atau dapat dengan grafik batang.

Bahasa matematika merupakan jenis kemampuan komunikasi

matematika yang dimiliki oleh guru PAUD dengan tujuan matematika

yang disampaikan dapat dipahami dalam bentuk aktivitas yang

menyenangkan dan dalam diskusi informal yang menarik. Diperlukan

guru kreatif yang mampu menyajikan matematika yang menarik di

PAUD. Untuk mengembangkan guru PAUD yang kreatif, secara

berkelanjutan mereka perlu memiliki penguasaan pengetahuan konten

maupun konten pedagogi matematika yang sesuai bagi anak di PAUD.

C. PENUTUP

Pembelajaran matematika penting diberikan bagi anak yang mengikuti

Pendidikan Anak Usia Dini. Sebab, matematika dapat mengembangkan

kemampuan kognitif anak dan sebagai persiapan kecakapan matematika

pada jenjang pendidikan berikutnya. Apabila mengkaji konten

matematika yang dapat diterapkan di PAUD nampak ‘menakutkan’

diantaranya adalah konten bilangan, aljabar, pengukuran, analisis data,

dan geometri, namun aplikasinya dapat didesain secara menarik. Dalam

aplikasinya, pembelajaran matematika di PAUD perlu memperhatikan

(18)

terintegrasi dalam aktivitas anak yang menarik dengan bahasa

matematika informal akan membuat anak mendapatkan pengalaman

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Brousseau, Theory of Didactical Situations in Mathematics, Netherlands: Kluwer Academic Publisher, 1997

Depdiknas,Undang-undang Sisdiknas, Jakarta: Depdiknas, 2003.

Dienes, Z., Mathematics as an Art form [Online], Tersedia: http://www.zoltandienes.com, 2004.

Fyhn, A., Bridging outdoor Physical Activities with Written Work in Geometry [Online], www.ub.uit.no/munin/bitstream/10037/ 994/10/ Paper_I.pdf, 2004.

Clements, D., Mathematics in the Preschool, Teaching Children Mathematics. NCTM, 2001.

Clements, D., Engaging Young Children in Mathematics: Standars for Early

Childhood Mathematics Education, D.H. Clements dan J. Sarama

(Editors), Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., 2004.

National Council of Teachers of Mathematics, Principles and standards for

school mathematics, Reston, VA: Author, 2000.

National Council of Teachers of Mathematics & National Association for the Education of Young Children, Early childhood mathematics:

Promoting good beginnings, Retrieved from

http://www.naeyc.org/about/positions/pdf/psmath.pdf, 2002.

National Research Council, Mathematics Learning in Early Childhood: Paths

Toward Excellence and Equity, Committee on Early Childhood

Mathematics, Christopher T. Cross, Taniesha A. Woods, and Heidi Schweingruber, Editors. Center for Education, Division of Behavioral and Social Sciences and Education, Washington, DC: The National Academies Press, 2009

Rudd, L. C., Satterwhite, M., Lambert, M.C., One, Two, Buckle My Shoe:

Using Math-Mediated Language in Preschoo,. Dimension of Early

Childhood, 38 (2), h. 30-38. 2010

(20)

Sperry, S.S., Early Childhood Mathematics: Third Edition, Boston: Pearson, 2006.

Sriraman, B., Editorial: The Legacy of Zoltan Paul Dienes [Online], Tersedia: www.math.umt.edu/tmme/Monograph2/Sriraman Editorial_ pp.i_ii.pdf, 2007.

Sriraman, B., & Lesh, A Conversation With Zoltan P. Dienes [Online].

Tersedia: www.math.umt.edu/tmme/ Monograph2/

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasi hal tersebut maka sangat diperlukan media untuk pengenalan rumah adat Jawa Barat di Indonesia maka penulis berinsiatif membuat 3D modeling rumah

Terdapat kesimpulan-kesimpulan dari penelitian ini, yakni: (1) Terdapat resistensi individu yang relatif kecil (16%) terhadap implementasi SIRS baru, (2)

Menimbang, dalam hukum acara pidana pada tahap pemeriksaan di siding Pengadilan, pada dasarnya penjelasan umum dan ketentuan Pasal 164 dan 196 KUHAP menyatakan bahwa

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang relevan serta obyektif guna diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan dalam sebuah skripsi

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan anugerahNya serta penyertaanNya penulis mampu menyelesaikan

Penelitian ini bertujuan untuk membuat batako ringan berbahan dasar limbah pengolahan emas dengan variasi limbah batu-bara dan semen. Batako ringan hasil penelitian ini

Dalam hal ini, untuk mengatasi masalah- masalah yang ada, penulis akan mencoba memperkenalkan perancangan sistem berbasis web yakni suatu aplikasi Pengajuan Pembuatan

Untuk menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan seni ukir di Jepara pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualiltatif, menurut Hadari Nawawi,