• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

A. JUDUL

PENERAPAN METODE BERMAIN PASIR DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Tindakan Kelas di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2016/2017).

B. BIDANG KAJIAN

PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI C. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pentingnya pendidikan anak usia dini sebagai pondasi dari awal pertumbuhan dan perkembangan mereka dimasa datang, maka optimalisasi pendidikan ditiga lingkungan yaitu, keluarga, masyarakat, dan sekolah menjadi sangat penting. Aspek-aspek yang dikembangkan dalam hal ini diantaranya aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan fisik anak meliputi motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik halus ditaman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Salah satu aktivitas pendidikan yang cocok untuk diterapkan adalah seperti dikemukakan oleh Solehudin (2009:110) adalah “Aktivitas-aktivitas motorik halus seperti menggambar atau membuat bentuk-bentuk tertentu dengan tanah liat perlu di prioritaskan sebagai persiapan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan akademik dasar yang anak alami di SD”.

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin seperti bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda kedalam lubang sesuai dengan bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya. Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda dalam hal kekuatan maupun ketepatannya dan dipengaruhi oleh pembawaan anak serta stimulasi yang didapatnya. Lingkungan atau orang tua mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus, lingkungan dapat meningkatkan

(2)

atau menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa kehidupannya. Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara anak-anak bermain dalam suasana suka cita, gembira dan penuh kasih sayang (seperti bermain menggali pasir, tanah, menuang air, pasir, dll).

Hamdani (2010:03), beberapa kemampuan motorik halus yang penting bagi anak untuk dikembangkan adalah. 1) mampu melengkungkan telapak tangan membentuk cekungan. 2) menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda, sambil menggunakan jari manis untuk kestabilan tangan mereka. 3) membentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk. Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggenggam, mengambar, menyusun balok, memasukan kelereng, kedalam lobang, membuka dan menutup objek yang mudah, menuang air tanpa berceceran, bermain pasir, menggunakan koas, krayon, spidol, serta melipat (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:10).

(3)

waktunya dengan bermain, karena bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak, dan anak melakukanya setiap hari dengan senang hati. Dalam keadaan senang dan santai tanpa disadari anak akan lebih mudah mempelajari banyak hal, sehingga dengan bermain anak akan tumbuh dan berkembang (Pudjiati 2011:7-9). Beberapa pendapat yang menjelaskan tentang masa kanak-kanak yang dikenal dengan masa bermain, hal ini dikarenakan anak-anak menghabiskan sebagian waktunya dengan bermain, karena dengan bermain merupakan hal menyenangkan bagi anak-anak, dengan hal ini anak-anak terkadang tidak menyadari dengan bermain anak akan mempelajari banyak hal. Untuk itu metode yang bisa dilakukan oleh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan dalam motorik halus adalah dengan kegiatan bermain pasir. Salah satu yang banyak ditemui dan paling mudah dicari di lingkungan pendidikan anak usia dini khususnya di lingkungan TK Pertiwi Sunia adalah pasir. Oleh karena itu permainan atau pendidikan yang menggunakan media pasir harus lebih ditingkatkan dan dipergunakan dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak yang nantinya akan melatih kekuatan, keluwesan pergelangan serta ketepatan dan ketelitian anak dalam melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan. Mayoritas yang menyukai pasir karena pasir berstektur lembut yang enak dipegang dan digenggam oleh tangan anak kecil, selain itu pasir bersifat multiguna karena mudah diubah bentuknya kebentuk lain sehingga dapat menghasilkan sebuah karya seni dengan tujuan imajinasi anak.

Menurut Astuti (2008:10) mengemukakan bahwa bermain pasir bisa digunakan untuk menstimulasi motorik halus, lakukan dipantai atau sediakan pasir bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor. Montolalu B.E.F (2005:7.13a), perkembangan motorik halus terjadi ketika anak bermain pasir, anak dapat membuat gambar-gambar diatas pasir, menulis dengan jarinya maupun dengan kayu/ranting diatas pasir, mencetak telapak tangan diatas pasir, mencetak pasir dengan berbagai bentuk, membuat istana dari pasir dan membuat terowongan dari pasir.

(4)

halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia belum optimal dengan kenyataan di lapangan yang terlihat bahwa terdapat 12 anak 60 % dari 20 anak yang belum mampu memegang pensil dengan benar, memegang gunting dan menggunting mengikuti garis pola, serta memegang krayon. Permasalahan diatas menjadi tanggung jawab bagi guru untuk melakukan tindakan kelas dalam meningkatkan proses pendidikan. Salah satunya dengan memilih metode yang tepat dan sesuai dalam menyikapi keterbatasan tersebut dengan begitu diharapkan akan meningkatkan perkembangan motorik halus anak menjadi lebih optimal.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Metode Bermain Pasir dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2016/2017”.

D. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Anak kurang mampu atau kesalahan melakukan gerak misal saat memegang pensil, Krayon dan gunting

2. Kemampuan motorik halus anak belum terlatih secara optimal

3. Strategi yang kurang dalam membantu merangsang perkembangan motorik halus anak sehingga anak-anak sering bermasalah dalam menjalankan tugas perkembangan motorik halusnya

4. Anak kurangnya mandiri dalam kegiatan menulis, menggunting, mewarnai 5. Kemampuan motorik halus anak belum telatih secara optimal seperti

menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. E. BATASAN MASALAH

Permasalahan yang dikemukakan penulis sangat luas, dan perlu dilakukan pembatasan masalah agar masalah yang dikaji terarah pada sasaran yang telah ditentukan. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut.

(5)

2. Kemampuan motorik halus anak adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan.

3. Proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak meliputi ; kegiatan pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

4. Subjek penelitian adalah anak TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 orang. F. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti menetapkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persiapan pembelajaran bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017 ?

2. Bagaimanakah proses penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017 ?

3. Bagaimanakah hasil penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017 ?

G. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran dengan penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017.

2. Mendeskripsikan proses pembelajaran dengan penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017.

3. Mendeskripsikan hasil penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak di TK Pertiwi Desa Sunia tahun pelajaran 2016/2017.

(6)

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Dapat menambah wawasan mengenai kegiatan keberhasilan penerapan metode bermain pasir dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

2. Secara Praktis a) Bagi Guru

Penelitian ini dijadikan pedoman dalam pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan relevan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

b) Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

c) Bagi lembaga STKIP Sebelas April Sumedang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, perbandingan dan bahan referensi untuk menambah wawasan mahasiswa lain. Dalam upaya menambah wawasan ilmu pengetahuan.

d) Bagi Kepala TK

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan melaksanakan pembinaan pada guru untuk meningkatkan proses pembelajaran agar proses belajar siswa mencapai hasil yang optimal.

I. ANGGAPAN DASAR

Menurut Surakhmad (1994:107), menyatakan bahwa :

“Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya di terima oleh penyidik dapat merumuskan postulat yang berbeda, seorang penyidik mungkin saja meragukan suatu anggapan dasar oleh orang lain diterima sebagai kebenaran”.

Atau anggapan dasar juga dikatakan sebagai “sederetan asumsi yang kuat kedudukan permasalahannya” (Arikunto, 1998:80).

Bertolak dari pendapat diatas, maka yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Salah satu faktor penting yang menunjukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar dikelas adalah kegiatan belajar yang dikelola dengan berorientasi pada pembelajaran yang konkrit (nyata) dan praktik.

(7)

c) Kemampuan guru dalam memilih teknik pembelajaran yang akan digunakan merupakan salah satu penentu keberhasilan anak usia dini dalam belajar. d) Salah satu prinsif pembelajaran anak usia dini yaitu pembelajaran berpusat

pada anak sehingga anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran aktif melakukan sendiri.

J. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji, jawaban sementara itu belum tentu benar sebelum dibuktikan atau di uji kebenarannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (1987:37) menyatakan bahwa : “Hipotesis adalah pendapat yang kebenaranya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum menyakinkan, sehingga kebenaran pendapat tersebut perlu di uji atau di buktikan.

Berdasarkan uraian diatas maka Hipotesis Alternatif (HA) yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerapan metode bermain pasir adalah untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017.

K. DEFINISI OPERASIONAL

Dibawah ini diuraikan pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang dibahas.

1. Bermain pasir adalah permainan yang menyenangkan bagi anak-anak dengan menggunakan bahan media yang bertekstur lembut yang enak dipegang dan digenggam oleh tangan anak. Selain itu, bahan ini bersifat multiguna karena mudah diubah bentuknya kebentuk lain sehingga dapat menghasilkan sebuah karya seni sesuai daya imajinasi anak. Bermain pasir bisa digunakan untuk menstimulasi motorik halus anak, dilakukan di pantai atau sediakan pasir bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor. Astuti (2008:10).

(8)

fungsi dan kemampuan organ tubuh dalam melakukan pergerakan yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan, seperti kekuatan, keluwesan pergelangan tangan, ketepatan dan ketelitian dalam mengambil sesuatu.

L. LANDASAN TEORI 1. Metode bermain pasir

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan atas dasar suatu kesenangan dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak lain. Para pakar sering menyatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. bermain terungkap dalam berbagai bentuk apabila anak-anak sedang beraktivitas. Bermain dapat berupa gerakan, seperti berlari, melempar bola, memanjat, ataupun kegiatan berpikir seperti menyusun puzzle atau mengingat kata-kata sebuah lagu, dapat pula melakukan bermain kreatif dengan menggunakan krayon, plastisin, tanah liat, atau pasir.

Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting dapat dikatakan bahwa anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit jasmani maupun rohani.

Sementara Montolulu (2007:13) menyatakan bahwa bermain mempunyai arti sebagaimana dalam bentuk rangkuman sebagai berikut.

(1) Anak dapat memperoleh minat kesempatan mengembangkan potensi-potensi yang ada padanya, (2) Anak dapat menemukan dirinya, yaitu kekuatan dan kelemahanya, kemampuan serta minat dan kebutuhannya, (3) Memberikan peluang bagi anak untuk berkembang seutuhnya baik fisik, intelektual, bahasa dan prilaku, (4) Anak terbiasa menggunakan aspek panca indranya sehingga terlatih dengan baik, (5) Secara alamiah memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan dan memiliki peran penting dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangannya. Bermain secara tidak langsung merupakan pendekatan belajar, karena pada dasarnya pendidikan TK memiliki prinsip bermain melalui belajar dan belajar melalui bermain.

(9)

Bermain pasir adalah permainan yang menyenangkan bagi anak-anak dengan menggunakan bahan atau media yang bertesktur lembut yang enak dipegang dan digenggam oleh tangan anak. Selain itu, bahan itu bersifat multiguna karena mudah diubah bentuknya kebentukan lain sehingga dapat menghasilkan sebuah karya seni sesuai daya imajinasi anak. Bermain pasir bisa digunakan menstimulasi motorik halus anak, lakukan di pantai atau sediakan pasir bersih di sepetak bidang di halaman rumah, jangan takut kotor Astuti (2008:10).

Tanah dan lumpur sebenarnya adalah alat permainan yang dekat dengan anak, pasir memiliki tekstur yang lain dengan lumpur atau tanah, pasir juga digemari oleh anak sehingga usia dewasa karena bernilai tinggi dalam pendidikan. Kebanyakan bak pasir di buat dari kayu bentuk dan ukuran dapat diciptakan sendiri sesuai dengan tempat, kemampuan dan kebutuhan sekolah untuk menjaga kebersihan sebaiknya guru membuat peraturan yang konsisten dilihat dari segi kemudahan membersihkan anak dari pasir yang melekat, sebaiknya bak pasir di tempatkan dekat keran air / dipersiapkan satu ember. Hal ini di perlukan untuk mencuci tangan dan akan membantu kebiasaan anak untuk ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan dan pemeliharaan perabotan sekolah. Bila pasir tidak digunakan bak pasir harus ditutup, karena takut kotoran binatang akan merugikan anak.

2) Manfaat bermain pasir

Mengenai manfaat bermain pasir dengan kegiatan mengisi, mencetak dan menuang yang dilakukan oleh anak. Astuti (2008:10) mengatakan : “manfaat bermain pasir adalah melatih kekuatan pergelangan tangan, keluwesan pergelangan tangan serta presisi”, pasir merupakan media penting dalam dunia anak, sekalipun orang dewasa tidak menyadarinya.

Adapun manfaat bermain pasir bagi anak-anak (dalam Parent Guide:2010) antara lain :

a) Psikomotor, anak-anak bermain pasir menggunakan jari, tangan, lengan dan melatih koordinasi diantaranya. Menggali pasir menggunakan sekop, membentuk menggunakan berbagai cetakan melatih otot-otot, koordinasi mata dan motorik halus.

(10)

c) Sensori, bermain pasir merangsang anak untuk mengasah kemampuan sensori melalui sentuhan kulitnya.

d) Sosial, bermain pasir bersama teman akan meningkatkan kemampuan sosial untuk saling berbagi, membantu, melakukan kompromi, meminta sesuatu, menawarkan mainan dan juga membangun hubungan persahabatan.

e) Bahasa, saat bermain bersama teman, komunikasi verbal yang terjadi dua arah akan semakin memperkaya kosa kata dan memperlancar bicara anak. 3) Langkah-langkah bermain pasir

Langkah yang harus dilakukan dalam bermain pasir adalah sebagai berikut :

a) Guru menentukan peralatan sebelum anak bermain pasir dan mempersiapkan perlatan yang diperlukan sebelum bermain pasir.

b) Merupakan langkah inti yaitu sebagai berikut :

1. Guru membiarkan anak mengisi pasir kedalam ember / wadah sampai penuh.

2. Kemudian guru menyuruh anak untuk menuangkan dengan cara membalikan ember / wadah tadi yang sudah diisi pasir tersebut. 3. Dengan pasir yang tersedia guru membiarkan anak mencetak bentuk

sesuai dengan imajinasinya seperti membuat gunung, segi empat, lingkaran dan sebagainya.

4. Sambil dicetak guru menjelaskan pada anak nama-nama yang sedang dicetak untuk menambah perbendaharaan kata.

2. Kemampuan motorik halus anak 1) Pengertian kemampuan motorik halus

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan kemapuan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata, tangan. Makin muda usia anak semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus, hampir setiap hari anak menggunakan keterampilan motorik halusnya misal mengancing baju, makan dengan menggunakan sendok, mengikat tali sepatu saat menggunakan sepatu, jika sekolah anak mengerjakan hal-hal seperti menggunting, menulis, mewarnai, anak meronce manik-manik dan lain sebagainya.

(11)

yang menggunakan motorik halus, misal bermain pasir, bermain permainan tradisional misal bermain kelereng. Sehingga hal ini pun dapat menyebabkan kurang berkembangnya otot-otot halus pada tangan. Sehingga anak bisa mengalami kesulitan dalam menggunakan alat tulis ketika anak masuk sekolah.

Sumantri (2010:143) mengatakan bahwa “motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan”. Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan pergelangan tangan yang tepat. Aswanti (2007:10) mengatakan “motorik halus berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi mata dan tangan”.

Depdiknas (2008:20) bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting, meremas, mengenggam, menggambar, menyusun balok, memasukan kelereng kelubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan pasir kedalam wadah, menuangkan air kedalam wadah tanpa berceceran. Dengan demikian motorik halus adalah segala kegiatan yang menggunakan otot halus pada bagian tubuh tertentu serta membutuhkan koordinasi yang cermat.

2) Tahapan perkembangan motorik halus anak

a. Usia 2-3 bulan mulai bisa membuka dan mengepal jari-jemarinya. b. Usia 1-2 tahun menggambar garis lurus, menyusun menara dari balok. c. Usia 3-4 tahun menyusun menara dari balok-balok sampai 7 balok.

Menggambar garis lingkaran.

d. Usia 4-5 tahun mengerjakan puzzle, mengancingkan baju, menarik garis lurus, miring, melipat kertas, melempar dan menangkap bola.

3. Fungsi meningkatkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun

Meningkatkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun menurut Sumantri, (2005:146) adalah :

(12)

2) Mampu menggerakan anggota tubuh yang berhubungan dengan gerak jari-jemari seperti kesiapan menulis, menggambar dan memanipulasi benda-benda.

3) Mampu mengkoordinasikan indra mata dan aktivitas tangan. 4) Mampu mengendalikan emosi dalam beraktivitas motorik halus.

4. Hubungan bermain pasir dengan kemampuan motorik halus anak usia dini

Dalam proses pendidikan anak usia dini merupakan salah satu penyelenggaraan pendidikan dan perkembangan anak yang disesuaikan dengan tahapan-tahapan perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini menurut Hartati (2005:14) menyatakan bahwa beberapa karakterisitik anak usia dini adalah sebagai berikut :

a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar, b. Merupakan pribadi yang unik, c. Suka berfantasi dan berimajinasi, d. Masa paling potensial untuk belajar, e. Menunjukan sikap egosentris.

f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g. Sebagai bagian mahluk sosial,

h. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.

Dengan bermain pasir sebagai alat permainan bagi anak berarti guru sudah menciptakan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan sekaligus memberikan stimulasi bagi anak untuk melakukan keterampilan motorik sehingga keterampilan motorik halus anak dapat meningkat. Upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Astuti (2008;10) mengatakan : “lima permainan vmotorik halus. Tak hanya motorik kasar, motorik haluspun perlu dilatih. Supaya menyenangkan dilakukan dengan cara bermain”. Oleh karena itu usia dinivterutama dibawah 2 tahun menjadi masa yang paling peka dan potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu.

(13)

kekuatan, keluwesan pergelangan tangan serta ketepatan dan ketelitian anak dalam melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan.

M. PROSEDUR PENELITIAN 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK), melalui ptk ini dapat dilakukan refleksi terhadap pembelajaran dengan tindakan. Tindakan tersebut dapat memperbaiki pembelajaran di kelas. Sesuai dengan tujuan PTK yaitu, penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kelas untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaraan.

Penelitian ini dimaksud untuk meneliti efektif tidaknya penerapan metode bermain pasir untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017. Penulis berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak yang selama ini menurut pengamatan penulis masih tergolong rendah.

Dijelaskan oleh Arikunto (2011:3) mengemukakan bahwa :

Metode penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan tehadap kegiatan berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama, tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa.

Penelitian tindakan kelas merupakan satu cara untuk menumbuh kembangkan pembaruan yang dapat meningkatkan atau memperbaiki hasil belajar siswa, agar PTK dapat dilangsungkan secara benar, berbagai kondisi harus dipenuhi.

2. Desain / Rancangan Penelitian

Dalam penelitian yang digunakan penulis adalah model penelitian yang dikemukakan oleh Arikunto (Suryadi, 2010:50) “empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi”.

(14)

Perencanaan

Siklus I Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Gambaran ke empat langkah dalam PTK yaitu.

Sirklus Penelitian Tindakan Kelas Arikunto (2011)

Tahapan-tahapan PTK

1) Tahap 1, menyusun rencana tindakan (Planing)

Tahap ini menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rencana ini menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati kemudian membuat instrumen pengamatan untuk membantu merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2) Tahap 2, pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahapan ke-2, dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas.

(15)

Tahapan ke - 3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat yang melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. 4) Tahap 4,

Tahap ke-4, merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Keempat tahap dalam penelitian tersebut adalah unsur untuk membuat sirklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali kelangkah semula. Jadi satu sirklus adalah tahapan penyusun rancangan sampai dengan refleksi.

3. Lokasi dan Subjek Penelitian a) Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017.

Tabel 1

Daftar pengelola TK Pertiwi Desa Sunia

No Nama Pendidikan

Terakhir Jabatan Ket 1. Dedeh Nurpatiana, S.Pd.Aud. S1 SekolahKepala

2. Yike Wasiatfujianti, S.Pd.Aud. S1 GURU

3. Yeni Rustiana SMU GURU

b) Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Jumlah sampel peserta didik di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka sebanyak 20 orang anak yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 7 anak perempuan.

Tabel 2

DAFTAR NAMA ANAK TK PERTIWI DESA SUNIA

No Nama L/P Tempat Lahir Tanggal Lahir

1. Erna Adistia P Majalengka 10 – 10 – 2010

(16)

3. Fazrul Dzikri Abdi L Majalengka 20 – 07 – 2011

4. Fahmi Hidayatulloh L Majalengka 02 – 09 – 2011

5. Keysa Ranti Maharani P Majalengka 27 – 04 – 2011

6. Nazwa Else Rinjani P Majalengka 07 – 07 – 2011

7. Muhamad Wildan Fajrian L Majalengka 27 – 12 – 2011 8. Rifki Aditia Hernawan P L Majalengka 26 – 10 – 2010

9. Rina Jihandini P Majalengka 09 – 08 – 2010

10. Muhamad Rifki Akbar P L Majalengka 10 – 03 – 2011 11. Kautsar Novia Rahayu P Majalengka 14 – 12 – 2010 12. Sifa Rifani Nurhafilah P Majalengka 22 – 06 – 2010 13. Efrin Rovanoris Effendi L Majalengka 05 – 05 – 2011

14. Difki Maulana L Majalengka 09 – 06 – 2010

15. Azka Azzami L Majalengka 27 – 04 – 2013

16. Widi Lusiana P Majalengka 11 – 08 – 2010

17. Rizki Firmansyah L Majalengka 23 – 08 – 2010

18. Rudi Agustia L Majalengka 07 – 03 – 2010

19. Ridwan Maulana L Majalengka 17 – 09 – 2010

20. Juan Herdiansyah L Majalengka 20 – 07 – 2010

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan prosedur bagaimana cara mendapatkan dan menggumpulkan data yang diinginkan terutama adalah data dari indikator-indikator keberhasilan tindakan, dengan menggunakan instrumen-instrumen pengumpulan data yang sesuai. Sesuai karakteristik penelitian kualitatif, penelitian berperan serta sebagai pengumpul data sekaligus alat pengumpul data yang utama.

Data penelitian yang dikaji dalam penelitian ini yaitu data pelaksanaan tindakan yang diperlukan untuk mengetahui efektifitas penerapan metode bermain pasif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan menggunakan observasi kegiatan.

Adapun teknik dan alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

(17)

Penelitian mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan permainan untuk merekam data rentang prilaku, aktivitas atau kejadian-kejadian lain.

b) Penilaian

Penilaian dapat dipakai untuk mengukur kemampuan awal, baik kemampuan awal perkembangan /peningkatan selama dikenai tindakan dan kemampuan pada akhir sirklus tindakan.

5. Teknik Analisis Data

Teknik ini dipakai sebagai upaya menganalisis dokumen dapat berupa Rencana Kegiatan Harian (RKH), Rencana Kegiatan Mingguan (RKKM) dan Langkah-langkah Pembelajaran.

Teknik pengolahan data untuk pelaksanaan menggunakan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskritif, data yang terkumpul diolah dengan cara dianalisis, kemudian dideskripsikan berupa penjelasan dan pembahasan. Sedangkan data hasil observasi terhadap kinerja guru dan aktivitas anak diolah dengan metode persentase terhadap indikator yang dilaksanakan kemudian diinterpretasikan dan dideskripsikan.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan satatistik sederhana, yaitu sebagai berikut.

1) Penilaian rata-rata

Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata.

Rumus yang digunakan untuk nilai rata-rata ini adalah.

Keterangan :

X = Nilai Rata-rata

∑ X=¿ Jumlah semua nilai siswa

∑ N=¿ Jumlah Siswa

2) Penilaian untuk Ketuntasan Belajar

Ada dua katagori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen dikatakan berhasil dalam meningkatkan kognitif anak jika siswa memenuhi ketuntasan belajar, yaitu masuk dalam katagori baik atau nilai minimal 3. Sebaliknya, ketuntasan klasikal terpenuhi jika prosentase ketuntasan belajar secara klasikal mencapai minimal

(18)

80% artinya minimal 17 siswa telah masuk dalam katagori berkembang sesuai harapan. Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut.

Analisisis dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran.

6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian bermain pasir, lembar pengamatan dan lembar aspek penilaian kemampuan motorik halus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri hal-hal sebagai berikut :

Tabel 3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variable Sub Variable Indikator Teknik

Pulta Respd P=

Siswa yang tuntas belajar

(19)
(20)

Tabel 4

FORMAT KINERJA GURU

Penerapan Metode Bermain Pasir dalam Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak

No ASPEK SKOR

1 2 3 4 Aspek Pada Komponen Penyusunan RPP

1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran 2. Kesesuaian materi ajar dengan alokasi waktu

3. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan tujuan

4. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan materi

5. Kesesuaian pemilihan sumber/media pembelajaran dengan karakteristik peserta didik

6. Kejelasan skenario pembelajaran dan indikator pembelajaran

7. Kerincian skenario pembelajaran

Aspek Pada Komponen Penggunaan Materi Pelajaran 8. Menunjukkan penguasan materi pembelajaran dengan

menggunakan media pasir

9. Menyampaikan materi dengan jelas dengan menggunakan media pasir

(21)

sesuai karakteristik siswa

12. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan dengan menggunakan media pasir

Aspek Pada Komponen Pendekatan/Strategi Pembelajaran 13. Melaksanakan Pembelajaran sesuai dengan kompetensi

(tujuan) yang akan dicapai

14. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa

15. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 16. Kesesuaian penggunaan media pasir

17. Menguasai kelas dengan menggunakan media pasir 18. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 19. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif

20. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan

21. Pelaksanaan penilaian proses belajar siswa 22. Pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa

23. Melaksanakan pembelajaran dengan menanamkan nilai-nilai budaya (pendidikan karakter)

24. Secara keseluruhan proses pembelajaran sesuai dengan RPP

25. Kesesuaian indikator penilaian 26. Kelengkapan instrument penilaian 27. Kelengkapan instrumen penilaian

(22)

Tabel 5

LEMBAR OBSERVASI ANAK

Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Nama : ...

Kelompok : ... Tanggal Obervasi : ... Observer : ...

No Pernyataan

Penilaian Motorik Halus Pertemuan ke

BB MB BS

H

BS

B 1 2 3 4 5

1. Anak dapat membuat garis datar diatas pasir

2. Anak dapat membuat garis miring kanan di atas pasir 3. Anak dapat membuat garis

miring kiri diatas pasir 4. Anak dapat membuat garis

lengkung diatas pasir 5. Anak dapat membentuk

lingkaran diatas pasir 6. Anak dapat membuat

bentuk segi tiga diatas pasir

7. Anak dapat membuat bentuk segi empat diatas pasir

8. Anak dapat mencetak pasir berbagai bentuk

(23)

terowongan dengan pasir 11. Anak dapat membuat

gambar diatas pasir

12. Anak dapat membuat istana dari pasir

13. Anak dapat menulis

dengan jari atau

kayu/ranting diatas pasir Keterangan :

BB : Belum Berkembang dengan skor nilai = 1 MB : Mulai Berkembang dengan skor nilai = 2 BSH : Berkembang Sesuai Harapan dengan skor nilai = 3 BSB : Berkembang Sangat Baik dengan skor nilai = 4

N. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup dalam penelitian ini terdiri dari atas dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk mengukur kedua variabel diatas, penulis merencanakan penelitian dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Subjek penelitian adalah TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 20 anak yang terdiri dari 7 anak perempuan dan 13 anak laki-laki.

2. Lokasi penelitian adalah di TK Pertiwi Desa Sunia Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka Kabupaten Majalengka.

O. AGENDA KEGIATAN PENELITIAN

Waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan. Adapun rinciannya sebagai berikut.

Tabel 6

Rencana Waktu Penelitian

No KEGIATAN

BULAN

I II III IV V VI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan dan

Pengajuan Proposal

(24)

2. Penyusunan dan

Pengajuan BAB I √ √ √ √ √ √

3. Perbaikan BAB I √ √

4. Penyusunan dan

Perbaikan BAB II √ √ √

5. Perbaikan BAB II √ √

6. Penyusunan dan Pengajuan BAB

III serta

instrumen

√ √ √

7. Perbaikan BAB

III serta

instrumen

√ √

8. Melakukan

Penelitian √ √ √

9. Memeriksa hasil

Penelitian √ √ √

10. Penyusunan dan Pengajuan BAB IV

√ √ √

11. Perbaikan BAB

IV √ √

12. Penyusunan dan Pengajuan BAB V

13. Perbaikan V

14. Sidang Skripsi

15. Perbaikan dan

Gambar

Tabel 1Daftar pengelola TK Pertiwi Desa Sunia
Tabel 3Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 4FORMAT KINERJA GURU
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mewujudkan  penyelenggaraan pemerintahan yang berhasil dan  bebas  dari  KKN  melalui  media  Pelaporan  Akuntabilitas  Kinerja  Instansi 

Dengan keamanan data tersebut, maka dalam pembuatan laporan perhitungan gaji pegawai, pengontrolan dan keakuratan data akan lebih terjamin, sehingga gaji akan diterima oleh

Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (Ppl) Jurusan Pendidikan Teknik Elektro.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Hasil penelitian menunjukkan taraf pemberian perasan rumput laut Sargassum crassifolium berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun tanaman kecuali jumlah sulur, umur

Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (Ppl) Jurusan Pendidikan Teknik Elektro.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pemberian perasan rumput laut Sargassum crassifolium berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada tanaman dengan taraf perasan terbaik yaitu P5 (250 g/liter air).. Hasil

Animasi tradisional sistem pengerjaannya dengan menggabungkan satu persatu tiap-tiap gambar buatan tangan sedangkan animasi komputer pengerjaannya lebih cepat dan bagus

gejala-gejala ginekologi pada masa remaja yang paling sering terjadi yang dapat. mengganggu aktivitas