• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Bisnis Pembuatan Partikel dari Sekam Padi Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Bisnis Pembuatan Partikel dari Sekam Padi Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA BISNIS PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL DARI

SEKAM PADI BERBASIS WIRAKOPERASI

DI

KABUPATEN KARAWANG

AHMAD GAMAL FERLIANT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

1

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Pembuatan Papan Partikel dari Sekam Padi Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Ahmad Gamal Ferliant

NIM H34124063

1

(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

AHMAD GAMAL FERLIANT. Rencana Bisnis Pembuatan Papan Partikel dari Sekam Padi Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Sekam merupakan hasil samping dari penggilingan padi yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Selama ini, sekam belum dimanfaatkan secara optimal penggunaannya. Inovasi untuk memanfaatkan sekam adalah dengan mengolahnya menjadi papan partikel dengan teknologi pengempaan panas. Penelitian ini bertujuan merancang rencana bisnis pembuatan papan partikel dari sekam padi melalui pendekatan wirakoperasi. Target pasar dari produk ini adalah industri furniture di Negara China. Papan partikel dijual dengan harga USD20 atau Rp240 000. Hasil analisis finansial dari penelitian rencana bisnis pengolahan sekam dikatakan layak untuk direalisasikan dilihat dari kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp6 175 368 591, Net B/C sebesar 3.5, IRR sebesar 54 persen,

Gross B/C sebesar 1.2 dan Payback Period selama 2.6 tahun. Keuntungan bersih yang diperoleh di tahun pertama sebesar Rp88 389 793 dan tahun selanjutnya sebesar Rp257 285 213. Melalui pendekatan wirakoperasi, petani memperoleh keuntungan tambahan dari sekam sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

Kata kunci: papan partikel, rencana bisnis, sekam, wirakoperasi

ABSTRACT

AHMAD GAMAL FERLIANT. Business Plan of Manufacturing Particle Board from the Rice Husk Based on Cooperative Entrepreneur in Karawang Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Rice husk is a side product from rice mills that potential to be developed. Until now, rice husk has not been utilized optimally. Innovations to utilize the rice husk is to process the husk into a particle board using hot compression technology. This research aims to design a business plan of manufacturing particle board from the rice husk through cooperative entrepreneur approach. The market target of this product is China’s furniture industries. Particle board are sold with the price of USD20 or Rp240 000. The results of financial analysis from this business plan said to be worthy to realized, judging from investment criteria that the NPV of Rp6 175 368 591, Net B/C of 3.5, IRR of 54 percent of Gross B/C of 1.2 and Payback Period for 2.6 years. Net profit earned in the first year of Rp88 389 793 and years later of Rp257 285 213. Through cooperative entrepreneur approach, the farmers obtain additional benefit from the husk, therefore increasing the farmers’s income.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

AHMAD GAMAL FERLIANT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

RENCANA BISNIS PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL DARI

SEKAM PADI BERBASIS WIRAKOPERASI

DI

(10)
(11)

Judul Skripsi : Rencana Bisnis Pembuatan Partikel dari Sekam Padi Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang

Nama : Ahmad Gamal Ferliant NIM : H34124063

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(12)
(13)

PRAKATA

Hal pertama yang ingin penulis sampaikan adalah rasa puji dan syukur yang mendalam sepenuhnya kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah perencanaan bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Pembuatan Papan Partikel dari Sekam Padi Berbasis Wirakoperasidi Kabupaten Karawang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MAEc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bakri, Bapak Nano, Mas Rio dan Mas Bagus yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya serta teman-teman agribisnis yang telah membantu dan mendukung penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 8

Manfaat Penelitian 8

Ruang Lingkup Penelitian 9

TINJAUAN PUSTAKA 9

KERANGKA PEMIKIRAN 11

Kerangka Pemikiran Teoritis 11

Kerangka Pemikiran Operasional 21

METODE 24

Lokasi Penelitian 24

Jenis dan Sumber Data 24

Metode Pengumpulan Data 24

Metode Analisis Data 25

GAMBARAN UMUM 28

RENCANA BISNIS 29

Asumsi Dasar 29

Rencana Pemasaran 31

Rencana Produksi (Operasional) 34

Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia 43

Rencana Kemitraan 49

Analisis Risiko 51

Analisis Lingkungan 52

Rencana Keuangan 53

Hasil Rencana Bisnis Berbasis Wirakoperasi 56

SIMPULAN DAN SARAN 58

Simpulan 58

Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 59

(16)

DAFTAR TABEL

1 Luas panen, produksi dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012 1 2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011 2 3 Realisasi ekspor produk intermediet Indonesia pada tahun 2014 4 4 Negara tujuan ekspor papan partikel Indonesia tahun 2012-2013 4 5 Perbandingan segmen pasar dalam dan luar negeri 31 6 Rincian rencana strategi pemasaran perusahaan vs pesaing 33 7 Kebutuhan bahan baku dan rencana jumlah produksi tiap bulan 38

8 Kebutuhan luas ruangan pabrik 42

9 Rincian penentuan jumlah tenaga kerja 46

10 Rincian penentuan upah dan gaji 49

11 Matriks hubungan antara pihak yang terkait 50

12 Rincian modal awal usaha 54

13 Kriteria kelayakan investasi 55

14 Perbedaan pendekatan tanpa wirakoperasi dengan wirakoperasi 57

DAFTAR GAMBAR

1 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian 23

2 Contoh papan partikel 34

3 Mesin pengaduk (coalmixer) 35

4 Mesin pengempa panas (hot press) 36

5. Mesin pemotong (trimming) 36

6 Mesin pengamplas 37

7 Diagram alir proses pengolahan sekam menjadi papan partikel 39

8 Tata letak (layout) bangunan usaha 41

9 Struktur organisasi Koperasi Damai Rukun Tani 45

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakteristik responden Desa Pasirukem 61

2 Karakteristik responden Desa Rawagempol 62

3 Jumlah suplai sekam gabungan 63

4 Harga jual sekam 63

5 Penjualan produk 64

6 Rencana anggaran biaya pendirian bangunan 64

7 Rincian biaya investasi 65

8 Rincian biaya penyusutan 66

9 Asumsi biaya listrik 67

10 Rincian biaya variabel tahun pertama 67

11 Rincian biaya variabel tahun selanjutnya 67

12 Rincian biaya tetap 68

13 Proyeksi arus kas (dalam 000) 69

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan yang signifikan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Selain sebagai sektor yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat di dalam negeri, pertanian juga mampu menyerap 46.5 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, dan mampu memberikan kontribusi sebesar 14.7 persen bagi GNP (Gross National Product) (BPS 2010). Sektor pertanian Indonesia terbagi menjadi lima subsektor, salah satunya adalah tanaman pangan. Sepanjang tahun 2012 komoditas agribisnis tanaman pangan yaitu padi memberikan kontribusi terbesar terhadap GDP (Gross Domestic product) Indonesia dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan (BPS 2013). Dapat dikatakan peranan sektor pertanian bagi pembangunan ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan petani tidak terbantahkan lagi.

Jawa Barat merupakan salah satu sentra agribisnis tanaman pangan di Pulau Jawa. Tabel 1 menunjukkan bahwa luas panen, produksi dan produktivitas padi di Jawa Barat merupakan kedua terbesar di Pulau Jawa dibandingkan dengan Jawa Timur. Hal ini dikarenakan siklus panen padi di Jawa Barat lebih pendek daripada di Jawa Timur. Masa panen padi di Jawa Barat hanya dua sampai tiga kali dalam satu tahun sedangkan masa panen di Jawa Timur mencapai empat kali dalam satu tahun. Total produksi padi Jawa Barat tahun 2012 sebanyak 10 753 612 ton dengan luas panen 1 792 955 hektar dan produktivitasnya mencapai 5.99 ton/ha. Berikut merupakan data luas panen, produksi dan produktivitas padi di Pulau Jawa yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas panen, produksi dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012 Propinsi Luas Panen

(ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/ha)

DKI Jakarta 1 897 11 004 5.82

Jawa Barat 1 792 955 10 753 612 5.99

Jawa Tengah 1 698 804 9 911 951 5.84

DI Yogyakarta 109 345 737 446 5.82

Jawa Timur 1 838 381 11 449 199 6.26

Banten 333 868 1 796 746 5.30

Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2013 (diolah)

(18)

Tabel 2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011

Penggilingan padi menghasilkan hasil samping seperti sekam, menir dan bekatul atau dedak. Sekam merupakan hasil samping dari penggilingan padi yang selama ini pemanfaatannya masih terbatas. Menurut Winaya (2008), pemanfaatan sekam di daerah pedesaan hanya digunakan untuk pupuk kompos, bahan pakan ternak, pembakaran batu bata, abu gosok untuk keperluan rumah tangga saja dan sebagai media tanam. Sekam padi sebenarnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan di bidang industri akan tetapi penggunaannya di Indonesia masih terbatas. Jenis-jenis penggunaan sekam padi di bidang industri sebagai bahan aditif industri lain, sumber karbon, pulp selulosa, industri gelas, bahan bangunan, papan (furniture) dan lain-lain (Nugroho 2013).

Bila sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maka akan diperoleh keuntungan tambahan selain dari beras. Namun bila tidak dimanfaatkan maka sekam akan menjadi limbah dan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Sekam yang tidak dimanfaatkan biasanya hanya ditumpuk ataupun dibakar. Hasil pembakaran sekam akan menghasilkan gas buangan CO2 yang

berbahaya bagi pernapasan dan lingkungan. Dalam bidang pertanian, limbah diartikan sebagai bahan buangan atau bahan sisa dari proses perlakuan pasca panen dan pengolahan hasil. Banyaknya sekam yang menjadi limbah disebabkan oleh banyak faktor diantaranya banyak petani yang belum mengetahui manfaat dari sekam, tidak tersedianya infrastruktur untuk mengolah sekam menjadi produk yang bernilai guna, keengganan petani untuk menggali potensi dari sekam dan membutuhkan modal besar dalam pembelian mesin untuk mengolah sekam tersebut.

(19)

data dunia menunjukkan peningkatan jumlah green consumers dari 62 persen menuju 77 persen dalam rentang waktu 2004-2006. Pemanfaatan dan pengolahan produk yang tepat, tentu menjadikan lahan baru untuk membantu pendapatan petani.

Produk olahan dari sekam yang dibutuhkan dalam industri furniture berupa papan partikel. Menurut Maloney (1993) dalam Pudaba (2013) particle board atau papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat dari bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan pengikat lain kemudian dikempa panas. Dasar pemilihan usaha pemanfaatan sekam ini adalah karena pembuatan papan partikel lebih memungkinkan dilakukan di lokasi penelitian ini karena tersedianya bahan baku yang melimpah, tidak memerlukan banyak mesin pengolahan dan nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Harga papan partikel pasar domestik berkisar Rp75 000 sampai dengan Rp125 000 tergantung pada ketebalannya dengan ukuran 1 220 x 2 440 mm2. Harga papan partikel di pasar internasional yaitu USD20 dengan ukuran partikel 2440 x 1220 x 9 mm3. Kelebihan dari papan partikel berbahan dasar sekam yaitu mengandung kadar silika dan lignin yang tinggi serta adanya ikatan lignoselulosa yang membuat kayu sekam tidak mudah berpendar. Papan partikel dari sekam merupakan bahan organik yang ramah lingkungan dan aman bagi manusia. Bahan baku sekam produksinya tinggi dan kontinuitas serta ketersediannya terjamin karena seiring dengan produksi padi (Pradana 2011).

Segmen pasar yang dipilih dalam usaha pengolahan sekam ini adalah pasar luar negeri. Hal ini dikarenakan keuntungan yang akan diperoleh akan jauh lebih tinggi karena menggunakan dollar atau euro sebagai acuan mata uang dalam transaksi yang nilai tukarnya tinggi terhadap rupiah. Pasar luar negeri yang membutuhkan papan partikel untuk industri furniture adalah negara-negara di Asia seperti China, Vietnam, Filipina dan Jepang (UN Comtrade 2014)4. Ekspor merupakan faktor penting untuk mendorong pertumbuhan perekonomian. Semakin banyak produk yang diekspor, maka dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri (Kementerian Perdagangan 2013). Sehingga ekspor dari pengolahan sekam untuk dijadikan papan partikel memiliki peluang besar untuk disuplai ke negara-negara penghasil produk furniture.

(20)

Tabel 3 Realisasi ekspor produk intermediet Indonesia pada tahun 2014

Other fibreboard of a density >

0.8 g/cm3 386 264 289 017 114 462 106 071

Other plywood,each thick.< 6 mm with at least one outer ply of tropical wood

503 372 382 532 490 660 496 510 217 513 064 157

Sumber: Kementrian Perdagangan Republik Indonesia (2014)

Usaha yang akan dijalankan yakni mengekspor intermediet product ketegori papan partikel yang kemudian akan diolah sendiri oleh perusahaan di negara importir menjadi produk jadi furniture. Dengan mengekspor intermediet product

berupa papan partikel maka berpeluang untuk meningkatkan nilai ekspor dari papan partikel.

Beberapa negara di luar negeri memerlukan pasokan bahan baku untuk kebutuhan industri furniture. Berdasarkan data Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, terjadi peningkatan ekspor furniture sebesar 7.96 persen pada periode tahun 2009 sampai 2013. Adanya peningkatan ekspor furniture dan terbukanya batas-batas antar negara, memberikan peluang untuk mengambil keuntungan di pasar luar negeri dengan mengekspor papan partikel tersebut. Indonesia telah mengekspor papan partikel ke berbagai negara di Asia seperti yang tercantum pada Tabel 4.

(21)

Perkembangan ekspor papan partikel Indonesia terlihat dari nilai ekspor yang meningkat dari tahun 2012 sampai 2013 ke negara China. Nilai ekspor Indonesia ke Negara China mencapai USD1 134 209 dengan berat 2 648 623 kg. Salah satu perusahaan di China yang meminati produk papan partikel dari Indonesia adalah Shouguang Banyans Wood Trading Co. Ltd bertempat di Shouguang Provinsi Shandong6. Peningkatan nilai ekspor inilah yang menjadi dasar untuk merencanakan pemasaran produk ke negara China. Tujuan ekspor ke negara China adalah langkah awal sasaran pemasaran dan strategi bagi perusahaan dalam usaha melakukan pemasaran papan partikel. Hal ini tidaklah mutlak, seiring berjalannya waktu dan peninjauan pangsa pasar dunia maupun dalam negeri maka pertimbangan seperti harga jual, perkembangan produk, kondisi penjualan dan hal lain yang dapat mengubah target pemasaran.

Diperlukan rancangan bisnis untuk usaha pengolahan sekam menjadi papan partikel. Usaha yang direncanakan ini berbeda dari jenis usaha pembuatan kayu pres lainnya. Perbedaan dari usaha tersebut adalah penggunaan sekam sebagai bahan baku pembuatan papan partikel. Fokus utama usaha ini adalah pengolahan sekam menjadi produk yang memiliki nilai guna dan nilai tambah dengan segmen pasar yang berbeda dari usaha yang sudah ada sehingga pesaing pada usaha ini masih sedikit. Diperlukan suatu rancangan bisnis yang dapat memberikan informasi mengenai komoditi tersebut serta dapat membantu dalam pengambilan keputusan rencana bisnis yang cepat, tepat dan efisien (Wibowo 2011). Rencana yang telah dibuat tersebut dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dan memiliki gambaran yang jelas dan tegas terhadap sesuatu yang akan dikerjakan dan untuk menganalisis aspek non finansial serta aspek finansial. Potensi daerah sentra penghasil padi khususnya Karawang dapat menjadi peluang bisnis untuk memanfaatkan dan mengolah sekam padi menjadi produk yang bernilai jual tinggi. Usaha ini tentunya tidak dapat dijalankan oleh seorang diri melihat dari luas lahan pertanian perorangan yang dimiliki sangat terbatas, maka diperlukan pendekatan secara wirakoperasi (cooperative entrepreneur) yaitu melakukan usaha secara bersama-sama dengan menggabungkan seluruh lahan pertanian yang ada sehingga dihasilkan sekam padi dengan kapasitas besar. Usaha berbasis wirakoperasi melibatkan pihak lain untuk saling bekerja sama untuk melakukan bisnis.

Wirakoperasi atau kegiatan wirausaha yang dilakukan secara kolektif, diyakini dapat membangkitkan pertumbuhan agribisnis di pedesaan dan mampu mendatangkan nilai tambah ekonomi bagi para pelaku bisnis (Baga 2011). Tujuan utama setiap wirakoperasi adalah meningkatkan kesejahteraan bersama. Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan berlari bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya (Baga 2011), sehingga dengan usaha secara wirakoperasi maka akan meningkatkan skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi dan bargaining power akan lebih kuat dibanding dengan melakukan usaha seorang diri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota (Baga et al 2009).

6

(22)

Berdasarkan hal tersebut, perlu dibentuk suatu usaha yang dapat mengolah sekam menjadi suatu produk yang memiliki nilai guna dan nilai tambah. Pemilihan lokasi usaha ini yaitu di Kabupaten Karawang karena merupakan salah satu lumbung padi nasional dengan melibatkan dua desa yaitu Desa Pasirukem dan Rawagempol sebagai penyuplai bahan baku sekam. Usaha yang akan dibentuk ini akan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti gapoktan yang merupakan gabungan dari beberapa kelompok tani, anggotanya terdiri dari para petani dan pemilik mesin penggilingan padi.

Dengan demikian, maka penting melakukan usaha dengan pendekatan wirakoperasi untuk mengolah sekam menjadi papan partikel agar dapat membangkitkan pertumbuhan sektor pertanian di pedesaan dan mampu mendatangkan nilai tambah ekonomi dari hasil samping penggilingan padi sehingga tingkat ekonomi petani meningkat. Berdasarkan pemaparan tersebut, menjadi penting untuk melakukan penelitian mengenai rencana bisnis pembuatan papan partikel dari sekam padi berbasis wirakoperasi.

Perumusan Masalah

Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup di pedesaan dan bermatapencaharian sebagai petani. Pada umumnya para petani memiliki keinginan untuk meningkatkan pendapatan dari produksi pertaniannya, tetapi banyak masalah yang dihadapi sehingga sulit untuk mencapai apa yang diinginkan. Berbagai upaya seperti penerapan pancausaha tani, memperluas lahan pertanian,diversifikasi pertanian dan rehabilitasi pertanian belum cukup membantu meningkatkan pendapatan para petani. Masih banyak petani yang diketegorikan sebagai petani miskin akibat dari pendapatan yang rendah dan tidak memiliki kekuatan untuk berdaya saing. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah rumah tangga pertanian sebanyak 26.14 juta sebagian besar adalah para pekerja di sektor pertanian yang hidup di bawah garis kemiskinan7. Para petani umumnya hanya menjual produk utama pertaniannya saja. Oleh karenanya, diperlukan cara pandang baru untuk memanfaatkan produk pertanian, yaitu tidak hanya mengkomersialisasikan produk utamanya saja tetapi juga pada produk sampingnya seperti kasus yang diangkat pada penelitian ini yaitu membuat inovasi baru pada bidang pertanian dalam upaya meningkatkan pendapatan petani khususnya petani padi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani padi adalah dengan membuat suatu usaha pemanfaatan produk samping dari penggilingan padi seperti sekam untuk dijadikan papan partikel. Usaha ini perlu dikembangkan dalam skala industri karena adanya terobosan teknologi seperti penggunaan mesin-mesin produksi untuk mengkomersialisasikan produk papan partikel dari sekam padi dalam skala besar. Maka industri ini tidak tepat bila dilakukan melalui pendekatan wirausaha kecil tetapi harus dibuat dengan pendekatan usaha bersama (wirakoperasi) sehingga diperoleh keuntungan dalam jumlah besar. Selain itu, pemilihan pasar ekspor merupakan suatu langkah strategis dikerenakan ekspor

7

(23)

adalah salah satu cara untuk meningkatkan atau memperluas portofolio perusahaan dan basis pelanggan, ada begitu banyak konsumen di dunia dan hal itu hanya bisa dijangkau dengan ekspor.

Kabupaten Karawang dikenal sebagai daerah sentra penghasil padi yang menghasilkan hasil samping penggilingan padi berupa sekam. Perkembangan produksi padi di Karawang tahun 2010 sampai 2011 sebesar 1 126 073 ton. Proses penggilingan padi akan menghasilkan sekam sebanyak 30 persen atau sebesar 337 821.9 ton dari total produksi padi di Kabupaten Karawang. Banyaknya ketersediaan sekam di Karawang menjadikan wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu dengan membuat usaha pengolahan sekam padi menjadi papan partikel. Pengolahan hasil samping berupa sekam akan menjadi kekuatan besar jika dapat dikelola secara terpadu dengan pendekatan cooperative entrepreneur. Sektor pertanian mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki pasar yang luas, dengan demikian inovasi baru terhadap kebutuhan pangan, bahan baku industri dan lain-lainnya akan menjadi terobosan baru dalam sektor pertanian.

Semakin meningkatnya kesadaran akan lingkungan, maka potensi usaha pembuatan papan partikel dari sekam akan semakin prospektif karena merupakan alternatif dari eksploitasi kayu untuk membuat produk ramah lingkungan. Selain itu, usaha pengolahan sekam menjadi papan partikel masih jarang ditemui sehingga usaha ini menjadi semakin potensial. Akan tetapi, usaha pengolahan papan partikel ini mengalami kendala. Kendala yang dihadapi dalam usaha pengolahan sekam di Kabupaten Karawang adalah pada ketersediaan mesin penggilingan padi yang masih terbatas di kalangan petani. Hanya sebagian kecil dari petani yang memiliki mesin penggilingan padi sendiri. Hal ini menyebabkan petani hanya mendapatkan beras saja. Hasil samping dari penggilingan padi berupa sekam dan lain-lain menjadi milik penggiling sehingga petani tidak dapat memanfaatkan hasil samping tersebut. Padahal apabila petani dapat memanfaatkannya, maka pendapatan yang diterima petani akan betambah.

Kondisi di atas menjelaskan bahwa petani masih masih lekat sebagai kaum marjinal yang tidak memiliki kekuatan bersaing dan bargaining power yang kuat, sehingga diperlukan adanya peran seorang wirakoperasi yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi para petani dalam melakukan usaha secara kooperatif. Selain itu seorang wirakoperasi memiliki kemampuan untuk membaca peluang yang dapat ditransfer kepada para pelaku bisnis untuk melakukan usaha bersama (wirakoperasi) seperti yang akan dilakukan pada usaha pembuatan papan partikel yaitu dengan melibatkan petani dan pemilik penggilingan padi yang bergabung dalam gapoktan. Peran seorang wirakoperasi adalah sebagai perantara antara para petani padi dan para penggiling yang tergabung dalam gapoktan dengan industri pembuat papan partikel untuk memasarkan produk, memberikan kepastian pasar, memberikan pelatihan mengenai cara mengenai proses produksi dan memberikan rasa kepercayaan serta rasa kepemilikan atas usaha yang di jalankan. Oleh karenanya, seorang wirakoperasi adalah seorang pemimpin. Pemimpin yang diikuti anggotanya, dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia.

(24)

antara sekian banyak kelembagaan yang dibangun atas dasar kepentingan bersama dan untuk memenuhi kepentingan bersama. Koperasi diharapkan menjadi gerbang yang menjalankan fungsi representatif bagi petani dan kelembagaan lainnya serta untuk pemenuhan modal, kebutuhan pasar dan informasi bagi petani. Oleh karenanya perlu dikembangkan koperasi dalam konteks peningkatan kesejahteraan petani, pertumbuhan sektor pertanian dan berkembangnya ekonomi di wilayah pedesaan.

Bentuk usaha bersama antara wirakoperasi, petani dan pemilik penggilingan dilakukan dengan penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh. Semakin banyak petani dan pemilik penggilingan yang bergabung dalam usaha pengolahan sekam untuk dijadikan papan partikel, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin besar pasokan sekam yang diterima.

Melihat potensi dan peluang pemanfaatan dan pengolahan sekam padi yang masih terbuka, maka diperlukan suatu rancangan bisnis yang dapat membantu pengambilan keputusan secara cepat, tepat dan efisien. Oleh karenanya perlu disusun rencana bisnis pembuatan papan partikel dari sekam padi, sehingga bila usaha tersebut dijalankan maka akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial bagi para petani.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah sekam memiliki potensi dan manfaat untuk dikomersialisasikan? 2. Bagaimana melakukan usaha pengolahan potensi sekam menjadi papan

partikel melalui pendekatan wirakoperasi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi potensi dan manfaat sekam untuk dikomersialisasikan menjadi lebih baik.

2. Menyusun rencana bisnis pengolahan sekam menjadi papan partikel melalui pendekatan wirakoperasi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam melakukan usaha berbasis wirakoperasidalam bentuk rencana bisnis.

2. Manfaat bagi penulis adalah, rancangan bisnis yang dibuat dapat dijadikan pedoman dan acuan untuk menjalankan bisnis selanjutnya.

(25)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji rencana bisnis pembuatan papan partikel dari sekam padi berbasis wirakoperasi pada gabungan kelompok tani di Karawang yang meliputi dua desa, yaitu Desa Pasirukem dan Desa Rawagempol. Penelitian ini dimaksudkan agar kedepannya dapat dibuat suatu usaha pengolahan sekam untuk meningkatkan nilai jual sekam. Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis meliputi rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumberdaya manusia, rencana kemitraan, analisis risiko dan ketidakpastian, analisis lingkungan serta rencana keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Penggilingan Padi

Penggilingan padi berpengaruh terhadap mutu beras yang dihasilkan sesuai dengan penelitian Damardjati (1997) yang menyatakan penggilingan padi baik ditinjau dari kapasitas giling maupun teknik penggilingan akan berpengaruh terhadap mutu beras sehingga sistem penggilingan padi secara tidak langsung juga menentukan jumlah dan mutu hasil sampingnya. Penelitian Widowati (2001) juga menyatakan hal yang sama bahwa penggilingan padi akan mempengaruhi mutu beras dan mutu hasil samping yang dihasilkannya seperti sekam, bekatul dan menir yang dimantapkan pula oleh Nurtama et al (1996). Widowati (2001) meneliti bahwa penggilingan padi skala kecil yakni hanya menggunakan satu unit mesin pemecah kulit dan satu unit mesin sosoh umumnya menghasilkan produk samping kurang baik dan jumlah sedikit. Berdasarkan kapasitas giling, penggilingan padi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penggilingan padi skala besar (PPB), penggilingan padi skala sedang (PPS), dan penggilingan padi skala kecil (PPK) (Widowati 2001). Mutu hasil samping penggilingan padi seperti sekam, bekatul dan menir dipengaruhi oleh sitem penggilingan padi, baik ditinjau dari kapasitas giling maupun teknik penggilingannya. Pernyataan tersebut didukung oleh Damardjati (1997), Widowati (2001) dan Nurtama et al (1996).

Pengolahan Sekam Padi

Sekam padi merupakan salah satu hasil samping dari penggilingan padi yang memiliki banyak potensi. Pemanfaatan dan pengolahan sekam padi mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari hasil samping penggilingan padi sesuai dengan penelitian Nugraha (2013), Pradana (2011), Hasni (2008) dan Aziz

et al (2011) mengenai pemanfaatan sekam padi dalam hal peningkatan nilai tambah hasil samping penggilingan padi. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2013), Pradana (2011) dan Aziz et al (2011) yaitu mengolah sekam padi menjadi produk yang bernilai ekonomis.

(26)

Penelitian yang dilakukan oleh Pradana (2011) yakni mengolah sekam untuk dijadikan bahan dasar kayu pres berupa papan partikel sebagai pengganti serbuk kayu. Penelitian Hasni (2008) adalah mengolah sekam dan plastik untuk dibuat menjadi papan partikel. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan oleh Aziz et al (2011) yakni memanfaatkan sekam sebagai media tumbuh tanaman. Penelitian Azis et al (2011) juga menambahkan pemanfaatan sekam, serbuk gergaji, kulit kayu dan kulit kacang tanah digunakan sebagai media tumbuh tanaman pengganti tanah dengan tanaman indikator Celosia dan Tagetes.

Pemanfaatan dan pengolahan sekam menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah diharapkan dapat meningkatkan pendapatan bagi petani. Keuntungan yang relatif rendah dari beras dapat ditingkatkan melalui usaha pemanfaatan hasil samping penggilingan padi tersebut. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Nugraha (2013), Pradana (2011), Hasni (2008) dan Aziz et al

(2011).

Peran Wirakoperasi

Hendar (2010) dalam penelitiannya menyatakan seorang wirakoperasi mempunyai watak yang berlainan dengan individu kebanyakan. Dengan watak yang berbeda dari individu lainnya, para wirakoperasi dapat mengambil prakarsa inovatif yaitu berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan bersama. Seorang wirakoperasi akan berupaya, berkreasi dan berinovasi untuk memperoleh nilai tambah bagi produk pertanian yang dihasilkan. Penelitian Baga (2011) menyatakan bahwan peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan berlari bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya sehingga dengan usaha secara wirakoperasimaka akan meningkatkan skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi,

bargaining power akan lebih kuat dibanding dengan melakukan usaha seorang diri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota.

Daman Danuwidjaja merupakan seorang wirakoperasi yang mendirikan dan mengembangkan Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) tahun 1969 dengan beranggotakan para peternak sapi di daerah Bandung Selatan. Daman Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi susu tingkat sekunder yang berskala nasional (Baga 2003). Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm juga merupakan seorang wirakoperasi dengan membuat inovasi pada tanaman hias yang di Indonesia merupakan tanaman yang menjadi pagar rumah. Batang suji dikemas atau dirangkai dalam berbagai bentuk yang digunakan sebagai tanaman indoor kemudian di ekspor ke negara Korea Selatan (Fajrian 2013).

(27)

seorang wirakoperasi mampu memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan pribadi tetapi juga usaha anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan petani setelah melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha petani.

Rencana Bisnis

Rencana bisnis merupakan pedoman dalam pengambilan keputusan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2011) yang berjudul Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi yang menganalisis aspek non finansial dan aspek finansial. Rencana bisnis juga merupakan alat yang sangat penting bagi perusahaan agar kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan maupun sedang berjalan tetap berada dijalur yang benar, sesuai dengan yang direncanakan seperti penelitian yang dilakukan oleh Harris (2008) yang berjudul Rancang Bangun

Business Plan untuk Agroindustri Paprika.

Analisis finansial mengenai perencanaan bisnis pada penelitian Wibowo (2011) dan Harris (2008) dilakukan dengan cara menghitung titik impas (BEP) dan menggunakan kriteria investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR serta Payback Period (PP). Hasil perhitungan Break Even Point (BEP) manisan stroberi sebanyak 13 520 kg per tahun dengan harga jual Rp125 000 per kg (Wibowo 2011). Break Even Point (BEP) usaha agroindustri paprika tercapai pada tingkat harga jual produk Rp10 919 untuk paprika hijau, Rp14 577 untuk paprika merah dan Rp15 577 untuk paprika kuning dengan kapasitas produksi sebesar 39 926 kg untuk paprika hijau, 350 005 kg untuk paprika merah dan 312 603 kg untuk paprika kuning (Harris 2008).

Analisis finansial dengan kriteria investasi pada penelitian Wibowo (2011) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp1 070 841 068, IRR mencapai 33 persen, Net

B/C Rasio 2.4 dan PP selama 4 tahun 4 bulan. Penelitian Harris (2008) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp132 947 684 dengan tingkat Net B/C ratio sebesar 1.69 dan PP selama 2.26 tahun.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

(28)

Sekam Padi

Sekam merupakan hasil samping penggilingan padi, sering diartikan pula sebagai bahan buangan atau limbah penggilingan padi yang bersifat bulky sehingga memerlukan ruang yang luas untuk penampungannya (Nugraha 2013). Pada proses penggilingan padi sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan. Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis, terdiri dari belahan lemma dan palea yang umumnya ditemukan di areal penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi, biasanya diperoleh sekam 20 sampai 30 persen, dedak 8 sampai 12 persen dan beras giling 50 sampai 63.5 persen dari bobot awal gabah (Hasbullah 2004). Kadar sekam dari hasil penggilingan padi sangat bervariasi tergantung dari varietas padinya. Pemanfaatan sekam sampai saat ini antara lain sebagai media tanam untuk jamur dan tanaman hias, sebagai bahan pembakar batu bata, abu gosok, bahan campuran pakan ternak dan campuran bahan pembuat genting (Handayani 2009).

Papan Partikel

Menurut Sudi (1990) dalam Syahidah (2010) papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat (biasanya kayu), terutama dalam bentuk potongan-potongan kecil atau partikel dicampur dengan perekat sintetis atau perekat lain yang sesuai dan direkat bersama-sama di bawah tekanan di dalam suatu alat pres panas melalui suatu proses dimana terjadi ikatan antara partikel dan perekat yang ditambahkan. Damanalu (1982) dalam Syahidah (2010), mendefinisikan papan partikel sebagai papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan perekat sintetis kemudian dipress hingga memiliki sifat seperti kayu, massif, tahan api dan merupakan bahan isolator. Sementara menurut Maloney (1993) dalam Pudaba (2013) papan partikel adalah istilah umum untuk panel yang dibuat dari bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan-bahan pengikat lain kemudian dikempa panas. Bahan berlignoselulosa banyak ditemukan dalam tanaman. Hal inilah yang memungkinkan papan partikel dapat dibuat dalam skala industri dimana Indonesia kaya akan bahan bakunya.

Bahan yang mengandung lignoselulosa dibuat dalam bentuk potongan-potongan partikel. Penambahan bahan-bahan lain dalam proses pembuatan papan partikel dapat meningkatkan sifat-sifat tertentu dari papan partikel. Berdasarkan tekanan yang digunakan pada proses pembuatannya, papan partikel dibedakan menjadi dua yaitu Flat platen pressed yaitu proses pembuatan papan partikel dengan tekanan diarahkan tegak lurus pada permukaan bahan dan extruded yaitu proses pembuatan papan partikel dengan tekanan diarahkan secara paralel pada permukaan bahan.

Wirakoperasi

(29)

sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses. Wirakoperasi merupakan suatu konsep baru dalam pengembangan koperasi. Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani (Baga 2011). Tugas seorang wirakoperasi yang utama adalah menciptakan inovasi yang dapat memberikan perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Wirakoperasi mempunyai watak yang berlainan dengan individu kebanyakan. Ciri-ciri dan watak seorang wirakoperasi menurut Meredith (1984) dalam Hendar (2010) sebagai berikut:

1. Mempunyai kepercayaan yang kuat pada diri sendiri.

2. Mempunyai ketekunan, ketabahan, tekad dan kerja keras serta energi inisiatif. 3. Mempunyai kemampuan dalam mengambil risiko dan mengambil keputusan-

keputusan secara cepat dan cermat.

3. Mempunyai jiwa kepemimpinan, suka bergaul dan suka menanggapi saran-saran dan kritik.

5. Berjiwa inovatif, kreatif dan tekun. 6. Berorientasi ke masa depan.

Wirakoperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif, ini berarti wirausaha koperasi harus mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi koperasi baik itu usaha koperasi maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus dilakukan secara koperatif dalam arti setiap kegiatan usaha koperasi harus mementingkan kebutuhan anggotanya. Keberhasilan seorang wirakoperasi tidak dapat dilihat dalam jangka pendek tetapi bertahap dalam jangka panjang untuk menuju koperasi ke arah yang lebih baik.

Rencana Bisnis

Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business opportunities) yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan keunggulan bersaing (competitive advantage) usaha serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata (Solihin 2007).

Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana, kondisi perusahaan, produk atau jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan dan sebagainya (Rangkuti 2006).

(30)

perencanaan keuangan (Bogadenta 2013). Rencana bisnis tidak harus panjang untuk menjadi rencana bisnis yang baik. Satu halaman dapat memuat semua komponen yang dibutuhkan untuk diinformasikan kepada lembaga keuangan atau calon investor mengenai usaha yang akan dijalankan dan bagaimana usaha tersebut berjalan. Untuk mengurangi kegagalan pada pendirian suatu proyek bisnis, diperlukan suatu perencanaan secara sistematis dan terpadu melalui serangkaian kegiatan yang pada akhirnya akan mencerminkan suatu studi kelayakan.

Studi Kelayakan Bisnis

Umar (2009) menjelaskan bahwa sebelum melakukan kegiatan bisnis hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui kelayakan dari suatu bisnis. Studi kelayakan bisnis didesain untuk menyediakan gambaran ringkas tentang persoalan pokok yang berhubungan dengan gagasan bisnis. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi apakah suatu gagasan bisnis dapat dikatakan layak atau tidak. Maksud layak atau tidak di sini adalah prakiraan bahwa usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Informasi mengenai kelayakan bisnis penting bagi pengusaha sebagai pegangan pada tahap awal operasi usaha maupun pada tahap operasional dan merupakan proyeksi pegangan bagi investor maupun bank dalam kaitan pendanaan. Studi kelayakan bisnis menentukan bagaimana menuangkan gagasan bisnis ke dalam suatu pernyataan tertulis yang berisikan informasi penting dan dapat digunakan sebagai langkah selanjutnya untuk membuat business plan. Rencana bisnis memerlukan analisis yang lebih mendalam dan kompleks, serta dibangun berdasarkan fondasi yang telah dibuat pada studi kelayakan bisnis. Rencana bisnis memberikan kesempatan untuk menemukan kelemahan dan ancaman masalah yang berpotensi muncul di masa yang akan datang. Tujuan studi kelayakan bisnis adalah menilai kelayakan gagasan bisnis, sedangkan rencana bisnis yaitu untuk merencanakan kegiatan bisnis untuk masa yang akan datang. Pengguna dari studi kelayakan bisnis adalah investor, bank dan pemerintah sedangkan pengguna rencana bisnis adalah manjemen perusahaan sendiri dan kreditor (Solihin 2007).

Rencana Pemasaran

Sebelum melaksanakan bisnis, penting dilakukan analisis terhadap aspek pasar potensial yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga akan diketahui keberadaan pasar potensial yang dimaksud (Nurmalina et al 2010).

Setiap bisnis harus mengetahui pasar yang akan dituju untuk melihat produk yang dihasilkan dapat diterima atau tidak di pasar. Menurut Umar (2009) pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga.

(31)

Permintaan merupakan perkiraan akan kemungkinan kebutuhan konsumen yang bisa dipenuhi dengan produk yang dihasilkan. Penawaran merupakan jumlah produk yang akan ditawarkan kepada pasar berdasarkan akan kemampuan produk tersebut. Permintaan dan penawaran ini sangat dipengaruhi oleh perubahan harga. Program pemasaran mencakup analisis pasar, strategi pemasaran (marketing mix) dan siklus produksi (product life cycle). Perkiraan penjualan mencakup market share yaitu bagian pasar yang mampu dikuasai oleh perusahaan apabila dibandingkan dengan total penjualan perusahaan yang sejenis (Kotler dan Keller 2008).

Analisis pasar merupakan suatu analisis untuk mempelajari berbagai masalah pasar. Analisis pasar meliputi segmenting, targeting dan positioning.

Segmenting pasar adalah pembagian pasar menjadi kelompok pembeli yang dibedakan atas kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran pemasaran terpisah. Targeting adalah proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai paling menarik. Positioning adalah pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan dan diinginkan dalam benak konsumen dibandingkan dengan produk pesaing (Kotler dan Keller 2008).

Analisis bauran pemasaran merupakan analisis yang dilakukan secara lebih rinci terhadap strategi produk, harga, komunikasi pemasaran, distribusi dan sumber daya manusia yang dimiliki pesaing dalam kegiatan pemasarannya. Analisis bauran pemasaran sangat berguna bagi perusahaan dalam memposisikan bauran pemasarannya terhadap bauran pemasaran yang dimiliki pesaing (Solihin 2007).

Dalam strategi bauran pemasaran (marketing mix strategy), terdapat empat aspek yang dianalisis yaitu sebagai berikut:

1. Product (produk)

Aspek ini terdiri dari spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai produk tersebut. Selain itu, ide-ide dan pengembangan produk variasi juga merupakan aspek yang harus dianalisis. 2. Price (harga)

Secara teoritis, penetapan harga meliputi analisis kompetitif; strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga, target pasar; diskon, pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan, metode atau cara pembayaran.

3. Place (tempat)

Aspek ini terdiri dari lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk, manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal, standar tingkat pelayanan serta ketersediaan fasilitas.

4. Promotion (promosi)

(32)

Rencana Produksi (Operasional)

Rencana produksi menjelaskan antara lain proses produksi, bagaimana perusahaan menjaga kualitas produk, bagaimana perusahaan memperoleh pasokan bahan baku, pertimbangan pemilihan lokasi pabrik dan anggaran produksi (Solihin 2007).

Perencanaan Produk

Proses perencanaan produk diawali dengan pengenalan terhadap kebutuhan pasar. Produk yang dijual dapat berupa fresh product, intermediate product atau

final product. Fresh product adalah produk segar yang belum dilakukan pemrosesan terlebih dahulu. Fresh product umumnya tidak menghasilkan margin yang tinggi bagi pelakunya, karena tidak memiliki nilai tambah. Intermediate product adalah produk yang telah diproses namun memerlukan proses selanjutnya untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir. Intermediate product umumnya dipasarkan pada industri manufaktur produk akhir. Final product adalah produk yang langsung dapat dikonsumsi atau digunakan langsung oleh konsumen akhir. Perencanaan Kapasitas dan Teknologi

Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya dinyatakan dalam volume output per satuan waktu. Tujuan perencanaan kapasitas adalah usaha perusahaan untuk mengatasi fluktuasi permintaan. Perencanaan kapasitas yang dilakukan dengan baik, maka diharapkan perusahaan akan menghasilkan produknya sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen (Bogadenta 2013). Pemilihan jenis teknologi harus ditentukan secara spesifik dengan beberapa kriteria seperti ketepatan jenis teknologi, kamampuan pengetahuan penggunaan teknologi dan pertimbangan akan adanya teknologi lanjutan (Nurmalina et al

2010).

Penentuan Lokasi dan Layout

Penentuan lokasi merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dengan dengan memperhatikan sumber daya yang akan dipakai baik sumber daya bahan baku, sumber daya manusia, transportasi dan dampak terhadap lingkungan sekitar (Nurmalina et al 2010). Tata letak (layout) merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Tata letak mencakup urutan-urutan proses produksi, mulai dari proses bahan baku menjadi barang jadi.

Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia

(33)

jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi yang dibutuhkan oleh masing-masing personel tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan, anggaran tenaga kerja dan lain-lain (Solihin 2007).

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Usaha

Mendirikan suatu usaha perlu dilakukan pembentukan badan usaha serta melakukan pendaftaran ijin usaha. Bentuk badan usaha berkaitan dengan aspek hukum dalam hal pendirian suatu usaha. Bentuk badan usaha salah satunya dapat berupa koperasi. Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang mempunyai sifat gotong royong dan badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau kelompok dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan tentang hierarki kepengurusan dari organisasi bisnis. Struktur organisasi terdiri dari susunan bagian-bagian yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi bisnis tersebut. Pada struktur organisasi akan digambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan yang lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Deskripsi Pekerjaan

Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskrips kerja. Desain pekerjaan yang tergambar dari muatan pekerjaan (job content), uraian pekerjaan (job description), tugas yang harus dilaksanakan, wewenang yang dimiliki serta tanggung jawab dari pemegang jabatan akan menentukan persyaratan jabatan tertentu yang memerlukan kemampuan, keahlian yang terdiri atas keahlian konseptual, keahlian teknik, keahlian bersosialisasi, keahlian computer serta sikap tertentu dari sumber daya manusia yang akan terlibat dalam kegiatan produksi. Gaji dan Upah

Tenaga kerja merupakan faktor penting dari usaha, imbalan atas jasa yang dilakukan oleh seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan yakni berupa gaji dan upah. Gaji merupakan imbalan yang diberikan dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, sedangkan upah merupakan imbalan yang diberikan per jam kerja sehingga besaran upah tergantung kepada banyaknya jam kerja.

Rencana Kemitraan

(34)

dari kemitraan usaha agribisnis adalah peningkatan nilai tambah ekonomis maupun sosial yang diperoleh petani maupun perusahaan pemitra serta terciptanya kesinambungan usaha agribisnis yang memenuhi skala ekonomis dalam suatu wilayah tertentu.

Konsep kemitraan yang dilakukan antara pihak-pihak yang terlibat didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap pihak-pihak yang bermitra sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Pihak-pihak yang bermitra dalam pengembangan usaha diantaranya terdiri dari pemasok bahan baku, pelaku usaha, pihak pemerintah, seorang wirakoperasi dan badan usaha yang memiliki badan hukum seperti halnya koperasi. Menurut Suswandi (1995) dalam Baga et al (2009), manfaat yang diperoleh jika melakukan kemitraan usaha adalah terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan yang dilandasi rasa saling menguntungkan, memerlukan dan saling melaksanakan etika bisnis.

Analisis Risiko

Risiko dapat diartikan sebagai kerugian yang mungkin timbul dalam sebuah usaha dan peluang kejadiannya dapat dikendalikan sedangkan ketidakpastian adalah kerugian yang mungkin timbul dalam sebuah usaha karena peluang kejadiannya sulit dikendalikan. Contoh resiko yang dihadapi perusahaan seperti menurunnya volume produksi yang diakibatkan karena kualitas bahan baku buruk. Contoh dari ketidakpastian seperti kebakaran dan bencana alam yang sulit dikendalikan peluang kejadiannya. Menurut Umar (2009) aspek fungsional perusahaan yang mungkin terdapat risiko adalah aspek pemasaran, aspek produksi, aspek sumber daya manusia dan aspek keuangan.

Analisis Lingkungan

Pembangunan suatu industri hendaknya tetap memperhatikan kepentingan manusia dan lingkungannya. Pembangunan industri yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya. Kajian aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan dapat dilaksanakannya industri secara layak atau tidak dari segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan, antara lain: peraturan dan perundang-undangan AMDAL dan kegunaan dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengelolaan dampak lingkungan (Umar 2009).

Rencana Keuangan

(35)

perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai keberlanjutan usaha untuk dapat berkembang (Umar 2009). Selanjutnya Umar (2009) juga menambahkan bahwa bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Rencana keuangan ini meliputi arus kas (cash flow), proyeksi laba rugi, perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).

1. Arus kas (Cash flow)

Aspek finansial dapat digambarkan melalui proyeksi arus kas pada saat bisnis tersebut dijalankan. Proyeksi arus kas dibutuhkan agar para investor dapat melihat tingkat keuntungan yang akan didapatkan. Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Menurut Nurmalina et al (2010), arus kasdisusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Suatu arus kasterdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komponen inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), Net Benefit (manfaat bersih) dan

Incremental Net Benefit (manfaat bersih tambahan). Komponen inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan), nilai sewa dan

salvage value (nilai sisa). Komponen outflow terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pajak dan debt service (bunga pinjaman).

2. Proyeksi laba rugi

Analisis laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu (Nurmalina et al 2010). Laporan laba rugi terdiri dari beberapa komponen yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost

(TFC), Total Variable Cost (TVC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Pendapatan bersih atau laba adalah apa yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran–pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa atau penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Melalui laporan laba rugi, perusahaan dapat memperoleh informasi keuangan mengenai usaha yang dijalankan, apakah usaha tersebut memberikan keuntungan atau sebaliknya. Laporan laba rugi dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya–biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha tersebut pada periode tertentu.

3. Break Event Point (BEP)

(36)

kata lain pada kondisi ini kerugian dan keuntungan sama dengan nol (Rangkuti 2006). Perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan volume penjualan hanya cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Break Even Point (BEP) atau titik impas merupakan unsur sangat penting dalam penyusunan analisis keuangan usaha. Perhitungan titik impas bertujuan melihat berapa unit yang harus dijual atau berapa uang yang harus dihasilkan oleh perusahaan agar mencapai titik impas.

4. Kriteria Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Kriteria investasi dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan (Nurmalina et al 2010). Kriteria investasi terdiri dari Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net

B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).

a. Net Present Value(NPV)

Net Present Value (NPV) menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur bisnis pada tingkat discount rate tertentu. Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al 2010).

b. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina et al 2010).

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al 2010).

d. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persen. Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (DR) (Nurmalina et al 2010).

e. Payback Period (PP)

(37)

kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan

payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al

2010).

Kerangka Pemikiran Operasional

Ketersediaan sekam yang melimpah di sentra produksi padi selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga nilai jualnya rendah. Selama ini pemanfaatan sekam masih terbatas, khususnya di daerah pedesaan yang hanya memanfaatkan untuk pupuk kompos, media tanam, campuran bahan pakan ternak, pembakaran batu bata lalu selebihnya ditimbun kemudian dibakar menjadi abu, abunya digunakan sebagai abu gosok untuk keperluan rumah tangga. Sekam yang tidak dimanfaatkan akan menjadi limbah. Banyaknya sekam yang menjadi limbah disebabkan karena banyak petani yang belum mengetahui manfaat dan potensi dari sekam tersebut.

Sekam sebenarnya memiliki banyak manfaat, sehingga sekam memiliki peluang dan potensi untuk dikembangkan baik dipasar domestik maupun dipasar internasional. Sekam digunakan untuk dijadikan bahan baku pada berbagai industri. Salah satu industri yang membutuhkan sekam sebagai bahan baku adalah industri furniture. Inovasi pemanfaatan sekam padi adalah dengan membuat produk intermediet berupa papan partikel untuk bahan baku industri furniture

alternatif pengganti serbuk kayu yang umum digunakan. Bahan baku papan partikel digunakan untuk industri furniture untuk dibuat menjadi produk-produk

furniture seperti meja, lemari, rak buku dan lain-lain sebagainya.

Diperlukan peran pelaku usaha yang menerapkan konsep wirakoperasi (cooperative entrepreneur) untuk melakukan komersialisasi pemanfaatan dan pengolahan sekam padi. Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya. Oleh karenanya, seorang wirakoperasi adalah seorang pemimpin. Pemimpin yang diikuti anggotanya, dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia.

Peran seorang wirakoperasi adalah sebagai perantara antara para petani padi dan para penggiling yang tergabung dalam gapoktan dengan industri pembuatan papan partikel untuk memasarkan produk. Seorang wirakoperasi juga memiliki peran untuk dapat memberikan keuntungan kepada petani seperti memberikan kepastian harga, kepastian pasar, pelatihan mengenai cara menghasilkan produk yang optimal dan rasa kepercayaan serta rasa kepemilikan atas usaha yang di jalankan. Seorang wirakoperasi memiliki kemampuan untuk membaca peluang usaha ketika maraknya isu dunia akan eksploitasi hutan secara berlebihan untuk mengeksploitasi kayu dalam membuat produk-produk furniture. Upaya untuk mengantisipasi eksploitasi hutan yang berlebihan, yaitu dengan cara membuat produk alternatif selain kayu sebagai bahan baku untuk membuat produk

(38)

dengan membuat produk yang ramah lingkungan dan dapat mencegah eksploitasi hutan secara berlebihan yaitu dengan membuat papan partikel dari bahan sekam yang selama ini belum banyak perusahaan ataupun industri yang membuatnya.

Bisnis yang akan dijalankan yaitu pendirian pembuatan papan partikel dari sekam dengan melibatkan para petani dan para pemilik penggilingan padi yang tergabung dalam gapoktan untuk melakukan usaha kolektif sehingga nilai tambah dari sekam dapat ditingkatkan yaitu dengan membuat papan partikel berbahan dasar sekam. Usaha pengolahan diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap permintaan pasar di luar negeri. Menurut data dari United Nation Comtrade, Negara China meminati produk papan partikel dari Indonesia dengan nilai ekspor USD1 134 209 pada tahun 2013, sehingga papan partikel yang akan produksi direncanakan dipasarkan ke negara China yaitu dipasarkan ke perusahaan Shouguang Banyans Wood Trading Co. Ltd bertempat di Shouguang Provinsi Shandong.

(39)

Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian Ketersediaan sekam yang melimpah

di sentra produksi padi selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga nilai jualnya rendah dan kurangnya pengetahuan petani akan potensi sekam

Sekam memiliki potensi untuk dijadikan papan partikel sebagai bahan baku alternatif pengganti kayu pada industri furniture

Peran Wirakoperasi

Komersialisasi pemanfaatan dan pengolahan sekam padi

Melakukan usaha kolektif bersama para petani dan pemilik penggilingan padi

Peningkatan nilai tambah sekam

Rencana Bisnis Pembuatan Papan Partikel dari Sekam Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang

Pemasaran

Produksi

Kemitraan

Keuangan Manajemen

sumberdaya manusia

Pendapatan petani meningkat dan sekam dapat dimanfaatkan secara maksimal

Risiko

(40)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada beberapa petani dan penggiling padi yang ada di Desa Pasirukem dan Desa Rawagempol, Karawang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan lokasi tersebut memiliki potensi yang besar dalam mengusahakan sekam untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku alternatif berupa papan partikel pengganti kayu untuk bahan baku industri furniture. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 untuk pengambilan data.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan diskusi kepada key informan dan responden serta pengisian kuesioner. Informan

merupakan pihak yang akan memberikan informasi tentang pihak lain dan lingkungannya sedangkan responden adalah pihak yang memberikan informasi mengenai dirinya sendiri dan kegiatan yang dilakukannya. Dalam penelitian ini,

key informan ditujukan kepada orang yang memiliki hubungan kepada para petani dan penggiling padi, sedangkan respondennya adalah petani dan pemilik penggiling padi yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan). Penentuan responden dan key informan dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden dan key informan yang terpilih dapat mewakili.

Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, jurnal dan literatur lain yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari Dinas Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Kementrian Perindustrian Republik Indonesia.

Metode Pengumpulan Data

(41)

Desa Pasirukum memiliki rata-rata areal persawahan sebesar 2.5 hektar. Karakteristik responden dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dari beberapa buku dan penelusuran melalui internet serta mengumpulkan informasi dari beberapa instansi terkait seperti Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Kementrian Perindustrian Republik Indonesia mengenai data yang berkaitan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan dua jenis analisis yaitu Analisis Non Finansial dan Analisis Finansial.

Analisis Non Finansial

Analisis non finansial mengkaji mengenai rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan organisasi serta rencana kemitraan. Rencana pemasaran terdiri dari analisis pasar yang meliputi segmenting, targeting,

positioning serta analisis bauran pemasaran (Marketing Mix Analysis) yang terdiri atas Product, Price, Place dan Promotion. Rencana produksi meliputi rencana jumlah produksi, desain produk dan jasa, desain proses dan kapasitas, kualitas produk, rencana penggunaan teknologi serta penentuan lokasi dan layout.

Rencana manajemen dan sumberdaya manusia meliputi aspek legal yang meliputi pembentukan badan usaha dan membuat ijin usaha, kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, serta sistem upah dan gaji. Rencana kemitraan terdiri dari pihak-pihak yang bermitra seperti pemasok bahan baku, pelaku usaha, pemerintah, seorang wirakoperasi dan badan usaha yang memiliki badan hukum. Kemitraan yang dilakukan dengan berbagai pihak akan memiliki pengaruh terhadap aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.

Analisis Finansial (Keuangan)

Aspek keuangan merupakan aspek yang sangat penting dalam membuat rencana usaha. Aspek keuangan diperlukan untuk menilai kelayakan suatu usaha dari segi keuangan. Perencanaan keuangan yang baik akan membantu melihat gambaran yang lebih jelas tentang bisnis. Rencana keuangan ini meliputi arus kas (Cash flow), proyeksi laba rugi, perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio

(Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan

Payback Period (PP).

1. Perhitungan Titik Impas (BEP)

Gambar

Tabel 1 Luas panen, produksi dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012  Propinsi  Luas Panen
Tabel 2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011  Kabupaten  Luas Panen
Tabel 3 Realisasi ekspor produk intermediet Indonesia pada tahun 2014
Tabel 6 Rincian rencana strategi pemasaran perusahaan vs pesaing  Komponen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat membaca peluang itu seorang instruktur senam aerobik, selain memiliki kriteria fisik dan psikis juga harus mempunyai kreatifitas gerak, kemampuan

Jasa ojek keliling kota Tegal juga melakukan kerja sama dengan para pelaku usaha. lainnya untuk memperluas jaringan bisnis dan membantu para pelaku usaha

mengenai kinerja keuangan untuk menentukan keberlangsungan bisnis tersebut, dapat membuat para.. pelaku usaha hanya memberikan sedikit perhatian untuk mengevaluasi strategi

Buku dengan judul Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha ini bermanfaat sekali dalam memberi panduan kepada para pelaku bisnis

Selain itu, untuk melengkapi penelitian, penulis melakukan studi lapangan terhadap berbagai narasumber, yaitu: pelaku usaha, rumah potong hewan, pelaku usaha,

Melihat kondisi tersebut, hal ini menjadi tantangan bisnis kedepan sekaligus peluang besar bagi para pelaku UMKM khususnya di Kota Palembang untuk merancang strategi pemasaran yang

Kondisi di atas memotivasi para pelaku bisnis kecil menengah untuk berubah, menghadapi perubahan yang terjadi, dengan menyiapkan mereka agar memiliki kemampuan beradaptasi.. Organisasi

Selain itu, legalitas usaha juga merupakan bentuk perlindungan hukum demi keberlangsungan usaha hal ini juga akan membantu para pelaku UMKM untuk dapat meningkatkan pemasaran dengan