• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

4. Kriteria Investas

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Kriteria investasi dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan (Nurmalina et al 2010). Kriteria investasi terdiri dari Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net

B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP).

a. Net Present Value(NPV)

Net Present Value (NPV) menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur bisnis pada tingkat discount rate tertentu. Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al 2010).

b. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina et al 2010).

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al 2010).

d. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persen. Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR lebih besar dari opportunity cost of capital (DR) (Nurmalina et al 2010).

e. Payback Period (PP)

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis dengan payback period singkat atau cepat pengembaliannya termasuk

kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan

payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al

2010).

Kerangka Pemikiran Operasional

Ketersediaan sekam yang melimpah di sentra produksi padi selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga nilai jualnya rendah. Selama ini pemanfaatan sekam masih terbatas, khususnya di daerah pedesaan yang hanya memanfaatkan untuk pupuk kompos, media tanam, campuran bahan pakan ternak, pembakaran batu bata lalu selebihnya ditimbun kemudian dibakar menjadi abu, abunya digunakan sebagai abu gosok untuk keperluan rumah tangga. Sekam yang tidak dimanfaatkan akan menjadi limbah. Banyaknya sekam yang menjadi limbah disebabkan karena banyak petani yang belum mengetahui manfaat dan potensi dari sekam tersebut.

Sekam sebenarnya memiliki banyak manfaat, sehingga sekam memiliki peluang dan potensi untuk dikembangkan baik dipasar domestik maupun dipasar internasional. Sekam digunakan untuk dijadikan bahan baku pada berbagai industri. Salah satu industri yang membutuhkan sekam sebagai bahan baku adalah industri furniture. Inovasi pemanfaatan sekam padi adalah dengan membuat produk intermediet berupa papan partikel untuk bahan baku industri furniture

alternatif pengganti serbuk kayu yang umum digunakan. Bahan baku papan partikel digunakan untuk industri furniture untuk dibuat menjadi produk-produk

furniture seperti meja, lemari, rak buku dan lain-lain sebagainya.

Diperlukan peran pelaku usaha yang menerapkan konsep wirakoperasi (cooperative entrepreneur) untuk melakukan komersialisasi pemanfaatan dan pengolahan sekam padi. Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya. Oleh karenanya, seorang wirakoperasi adalah seorang pemimpin. Pemimpin yang diikuti anggotanya, dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia.

Peran seorang wirakoperasi adalah sebagai perantara antara para petani padi dan para penggiling yang tergabung dalam gapoktan dengan industri pembuatan papan partikel untuk memasarkan produk. Seorang wirakoperasi juga memiliki peran untuk dapat memberikan keuntungan kepada petani seperti memberikan kepastian harga, kepastian pasar, pelatihan mengenai cara menghasilkan produk yang optimal dan rasa kepercayaan serta rasa kepemilikan atas usaha yang di jalankan. Seorang wirakoperasi memiliki kemampuan untuk membaca peluang usaha ketika maraknya isu dunia akan eksploitasi hutan secara berlebihan untuk mengeksploitasi kayu dalam membuat produk-produk furniture. Upaya untuk mengantisipasi eksploitasi hutan yang berlebihan, yaitu dengan cara membuat produk alternatif selain kayu sebagai bahan baku untuk membuat produk

dengan membuat produk yang ramah lingkungan dan dapat mencegah eksploitasi hutan secara berlebihan yaitu dengan membuat papan partikel dari bahan sekam yang selama ini belum banyak perusahaan ataupun industri yang membuatnya.

Bisnis yang akan dijalankan yaitu pendirian pembuatan papan partikel dari sekam dengan melibatkan para petani dan para pemilik penggilingan padi yang tergabung dalam gapoktan untuk melakukan usaha kolektif sehingga nilai tambah dari sekam dapat ditingkatkan yaitu dengan membuat papan partikel berbahan dasar sekam. Usaha pengolahan diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap permintaan pasar di luar negeri. Menurut data dari United Nation Comtrade, Negara China meminati produk papan partikel dari Indonesia dengan nilai ekspor USD1 134 209 pada tahun 2013, sehingga papan partikel yang akan produksi direncanakan dipasarkan ke negara China yaitu dipasarkan ke perusahaan Shouguang Banyans Wood Trading Co. Ltd bertempat di Shouguang Provinsi Shandong.

Diperlukan rencana bisnis untuk membuat usaha pengolahan sekam menjadi papan partikel. Rencana yang telah dibuat tersebut dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dan memiliki gambaran yang jelas dan tegas terhadap sesuatu yang akan dikerjakan sehingga dibuat “Rencana Bisnis Pembuatan Papan Partikel dari Sekam Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang”. Rencana bisnis yang akan dijalankan meliputi rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan sumber daya manusia, rencana kemitraan, analisis risiko, analisis lingkungan serta rencana keuangan yang mengkaji penyusunan arus kas, proyeksi laporan laba rugi, perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR dan Payback Period. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan penghasilan bagi petani sehingga tingkat pendapatan petani meningkat dan sekam dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian Ketersediaan sekam yang melimpah

di sentra produksi padi selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal, sehingga nilai jualnya rendah dan kurangnya pengetahuan petani akan potensi sekam

Sekam memiliki potensi untuk dijadikan papan partikel sebagai bahan baku alternatif pengganti kayu pada industri furniture

Peran Wirakoperasi Komersialisasi pemanfaatan dan

pengolahan sekam padi Melakukan usaha kolektif

bersama para petani dan pemilik penggilingan padi

Peningkatan nilai tambah sekam

Rencana Bisnis Pembuatan Papan Partikel dari Sekam Berbasis Wirakoperasi di Kabupaten Karawang

Pemasaran Produksi Kemitraan Keuangan Manajemen sumberdaya manusia

Pendapatan petani meningkat dan sekam dapat dimanfaatkan secara maksimal

Risiko

Dokumen terkait