• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA BISNIS PEMBUATAN MINYAK BEKATUL PADI

BERBASIS WIRAKOPERASI

DI KECAMATAN CILAMAYA

KABUPATEN KARAWANG

RATU HUMAEROH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Ratu Humaeroh

(4)
(5)

ABSTRAK

RATU HUMAEROH. Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang. Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Bekatul merupakan hasil samping penggilingan padi yang memiliki nilai gizi yang tinggi serta ketersediaanya melimpah namun penggunaannya hanya sebatas untuk pakan ternak. Untuk mengoptimalkan potensi bekatul padi, maka dengan menggunakan teknologi, bekatul dapat diolah menjadi minyak bekatul yang kaya akan vitamin dan oryzanol menjadikannya sebagai minyak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi bekatul serta mendesain rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi berbasis wirakoperasi. Melalui konsep wirakoperasi diharapkan usaha ini dapat meningkatkan pendapatan petani. Hasil dari analisis finansial menunjukan rencana bisnis pembuatan minyak bekatul dikatakan layak untuk direalisasikan dilihat dari kriteria investasi yaitu NPV sebesar Rp5 771 920 329, Net B/C sebesar 3, IRR sebesar 56 persen, Gross B/C sebesar 1.04 dan Payback Period selama 3 tahun 11 bulan.

Kata kunci: bekatul, minyak bekatul, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT

RATU HUMAEROH. Rice Bran Oil Manufacturing Business Plan Based on Cooperative Entrepreneur in District Cilamaya Karawang Regency. Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Rice bran is a by-product of rice mills which availability is abundant but its use is not fully optimized. To optimize the use of rice bran, then by using the technology, it can be processed into rice bran oil which is rich in vitamins and oryzanol. This research aims to optimize the potential of rice bran as well as designing a business plan based cooperative entrepreneur. Financial analysis shows that rice bran oil manufacturing business plan is feasible to be realized for investment because it has NPV of Rp5 771 920 329, Net B / C of 2, an IRR of 56 percent, Gross B / C of 1.04 and a payback period of 3 years 11 months.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RENCANA BISNIS PEMBUATAN MINYAK BEKATUL PADI

BERBASIS WIRAKOPERASI

DI KECAMATAN CILAMAYA

KABUPATEN KARAWANG

RATU HUMAEROH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang

Nama : Ratu Humaeroh NIM : H34124033

Disetujui oleh

Dr Ir Lukman M Baga, MAEc Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah Perencanaan Bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Padi Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M Baga, MA.Ec selaku pembimbing, dan Gamal, Safira, serta Selly selaku teman satu bimbingan skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan dan staf CARE LPPM IPB, Bapak Bakri, Bapak Nano, dan pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, adik-adik, Danar dan teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Pengolahan Bekatul Padi 7

Peran Wirakoperasi 7

Rencana Bisnis 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 20

Lokasi dan Waktu Penelitian 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Pengumpulan Data 20

Metode Analisis Data 21

GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA 25

RENCANA BISNIS 25

Rencana Pemasaran 25

Rencana Operasional 27

Rencana Manajemen dan Sumber Daya Manusia 35

Rencana Kemitraan 40

Analisis Risiko 42

Rencana Keuangan 43

Hasil Rencana Bisnis Berbasis Wirakoperasi 49

SIMPULAN DAN SARAN 50

Simpulan 50

Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 50

LAMPIRAN 53

(14)

DAFTAR TABEL

1 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012 1

2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011 1

3 Perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan 2

4 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis dan Rencana Bisnis 11

5 Kebutuhan bahan baku dan rencana jumlah produksi tiap bulan 32

6 Sifat fisiko – kimia minyak bekatul standar A.O.C.S 35

7 Rincian penentuan jumlah tenaga kerja 37

8 Rincian penentuan upah dan gaji 40

9 Matriks hubungan antara pihak yang terkait 41

10Biaya investasi usaha pembuatan minyak bekatul padi 44

11Biaya variabel usaha pembuatan minyak bekatul tahun ke-10 45

12Biaya tetap usaha pembuatan minyak bekatul pada tahun 10 46

13Rincian modal awal usaha 46

14Harga pokok produksi 47

15BEP minyak bekatul 47

16Kriteria kelayakan investasi 48

17Perbedaan pendekatan tanpa wirakoperasi dan dengan wirakoperasi 49

DAFTAR GAMBAR

1 Total jumlah ekspor rice bran oil India berdasarkan negara tujuan tahun 2014 3 2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian 19

3 Diagram alur distribusi pemasaran minyak bekatul padi 27 4 Contoh minyak bekatul 28

5 Rotatory dryer 29

6 Screw oil press 29

7 Vacuum oil filter 30

8 Frame type oil filter 31 9 Mesin pengemasan 31

10Diagram manajemen pengumpulan bahan baku 32 11Diagram alir proses pembuatan minyak bekatul 33 12Struktur organisasi koperasi 36

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakteristik responden Desa Pasirukem 53

2 Karakteristik responden Desa Rawagempol 54 3 Jumlah suplai bekatul gabungan 55

4 Penjualan produk 55

5 Layout tempat usaha pengolahan minyak bekatul 53 6 Asumsi biaya listrik tahun ke-2-10 53

(15)
(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia dimana kontribusi sektor pertanian terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 14.43 persen, dan pertanian juga mampu menyerap 39.69 persen dari total angkatan kerja di Indonesia (KEMENTAN 2014). Padi merupakan salah satu komoditi dari subsektor pertanian yang memberikan kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan tanaman bahan makanan lainnya seperti palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan (BPS 2013).

Salah satu Provinsi yang memproduksi padi terbesar di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Total produksi padi di Jawa Barat tahun 2012 sebanyak 10 753 612 ton dengan luas panen 1 792 955 hektar dan produktivitasnya mencapai 5.99 ton/Ha. Berikut merupakan data luas panen, produksi dan produktivitas padi yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012

Propinsi Luas Panen

Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan 2013 (diolah)

Kabupaten Karawang merupakan daerah di Provinsi Jawa Barat yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi padi bahkan sampai pada tingkat nasional. Dari luas wilayah Kabupaten Karawang yaitu 1 753.27 kilometer persegi atau 175 327 hektar, luas areal pertaniannya yaitu 186 366 hektar atau hampir separuhnya dengan hasil per hektar sebesar 60.42 kuintal dan produksi yang mencapai 1 126 073 ton (BPS 2011). Data mengenai luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas panen, produktivitas dan produksi padi di Jawa Barat tahun 2011 Kabupaten Luas Panen

(18)

Besarnya jumlah produksi padi di Kabupaten Karawang senantiasa disertai oleh produksi limbah atau hasil samping karena terjadi transformasi input menjadi output. Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling diperoleh hasil samping berupa (1) sekam (15 sampai 20 persen), yaitu bagian pembungkus atau kulit luar biji, (2) bekatul (8 sampai 12 persen) yang merupakan kulit ari, dihasilkan dari proses penyosohan, dan (3) menir (±5 persen) merupakan bagian beras yang hancur. Apabila produksi gabah kering giling nasional 76.57 juta ton/tahun (KEMENTAN 2014), maka akan diperoleh sekam 11.49 sampai 15.31 juta ton, bekatul 6.1 sampai 9.2 juta ton, dan menir 3.8 juta ton. Limbah atau produk samping yang dihasilkan padi ini umumnya belum dimanfaatkan secara optimal dan hanya digunakan menjadi pakan ternak.

Hingga saat ini di Indonesia pemanfaatan bekatul lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal nilai gizi bekatul sangat baik, kaya akan protein, lemak, serat, mineral, vitamin B kompleks, vitamin E dan tokoferol. Bekatul memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan seperti menurunkan kadar kolesterol dalam darah, namun pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih sangat terbatas. Contoh pemanfaatan bekatul sebagai bahan makanan maupun minuman telah dilakukan oleh Damayanthi dan Listyorini (2006) yang mengolah bekatul menjadi roti, keripik, biskuit (Sarbini et al 2009), sereal (Wirawati dan Nirmagustina 2009; Nurcholis dan Zubaidah 2011) dan minuman emulsi minyak bekatul berflavor (Nirmala 2012). Menurut Kustiyah et al (2013), daya terima terhadap produk pangan berbahan dasar bekatul masih rendah karena memiliki after taste sehingga perlu upaya pengembangan pada jenis produk tersebut. Salah satu pemanfaatan bekatul adalah melalui pembuatan minyak bekatul atau rice bran oil (RBO).

Minyak bekatul merupakan hasil ekstrasi dari bekatul yang mengandung vitamin dan antioksidan yang diperlukan tubuh manusia. Minyak bekatul mengandung beberapa jenis lemak, yaitu 47 persen lemak monounsaturated, 33 persen polyunsaturated, dan 20 persen saturated, serta asam lemak yaitu asam

oleat 38.4 persen, linoleat 34.4 persen, linolenat 2.2 persen, palmitat 21.5 persen, dan stearat 2.9 persen (Hadipernata 2007). Untuk melihat perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan Jenis Minyak

Sumber : Rice Bran Oil-The World’s Healthiest Oil, 2006 dalam Hadipernata (2007)

(19)

minyak yang paling sehat dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Sugano dan Tsuji (1997) dan Kuriyan et al (2005) minyak bekatul memiliki kemampuan menurunkan kadar kolesterol plasma darah yang disebut dengan efek hipokolesterolemik. Produksi RBO dunia berkisar antara 1.0-1.4 juta ton per tahun. Minyak bekatul telah digunakan secara luas di Jepang, Korea, Cina, Taiwan, dan Thailand sebagai premium edible oil atau minyak makan kualitas terbaik. India, Cina, Jepang, dan Myanmar merupakan produsen utama minyak bekatul dunia yang menyumbang 95 persen produksi dunia. India memproduksi 700 sampai 900 ribu ton minyak bekatul tiap tahun. Harga minyak bekatul di pasar dunia berkisar antara 12 USD sampai 14 USD per liter1.

Negara India merupakan produsen terbesar minyak bekatul padi yang mengekspor ke berbagai negara di dunia. Beberapa negara yang dijadikan tujuan ekspor meliputi United Arab Emirates, Singapur, New Zealand, Bahrain, Hongkong, Nepal, Malaysia, dan Mauritis. Berdasarkan Gambar 1, dapat dilihat negara tujuan ekspor terbesar adalah negara United Arab Emirates. Data ekspor India menjadi acuan untuk orientasi pasar ekspor minyak bekatul.

Gambar 1 Total jumlah ekspor rice bran oil India berdasarkan negara tujuan tahun 20142.

Sampai saat ini Indonesia belum memproduksi minyak bekatul dalam skala besar sehingga Indonesia masih mengimpor dari negara lain. Mengingat bahan untuk memproduksi minyak bekatul banyak terdapat di Indonesia dan masih belum dimanfaatkan secara optimal, maka perencanaan bisnis pembuatan minyak bekatul kiranya potensial untuk dilaksanakan. Perencanaan bisnis ini dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai aspek non finansial serta aspek finansial dari usaha pembuatan minyak bekatul.

1 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 29, No.4, Tahun 2007 (Diacu 11 Oktober 2014)

(20)

Karawang sebagai sentra penghasil padi dapat menjadi peluang bisnis untuk pengolahan hasil samping padi khususnya bekatul menjadi produk yang benilai jual tinggi. Hanya saja semua petani padi di Karawang langsung menjual padinya dalam bentuk gabah basah atau kering ke tengkulak sehingga hasil samping penggilingan padi menjadi milik tengkulak. Bergaining position petani menjadi lemah karena yang menentukan harga gabah adalah tengkulak. Petani juga perlu adanya tambahan pendapatan selain dari penjualan gabah. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan berbasis teknologi untuk menambahkan pendapatan petani.

Wirakoperasi atau kegiatan wirausaha yang dilakukan secara kolektif diyakini dapat membangkitkan pertumbuhan agribisnis di pedesaan dan mampu mendatangkan nilai tambah ekonomi bagi para pelaku bisnis (Baga 2011). Tujuan utama setiap wirakoperasi adalah meningkatkan kesejahteraan bersama. Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi tidak berlari sendirian, melainkan berlari bersama dengan puluhan dan bahkan ribuan anggotanya (Baga 2011), sehingga wirakoperasi maka akan meningkatkan skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi, dan memperkuat bargaining power dibanding dengan melakukan usaha seorang diri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota (Baga et al 2009).

Perencanaan bisnis ini disusun secara wirakoperasi karena dengan wirakoperasi diharapkan akan adanya terobosan berbasis teknologi untuk mengolah bekatul menjadi minyak bekatul, membuka peluang pasar untuk pengolahan bekatul sehingga petani mendapatkan pendapatan tambahan.

Perumusan Masalah

Kabupaten Karawang dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat yang mensuplai bahan pangan khususnya beras ke berbagai wilayah di Indonesia. Sentra penghasil padi Karawang tersebar di 22 kecamatan dengan kecamatan Cilamaya sebagai penyumbang utama (BPS 2013). Perkembangan produksi padi di Karawang tahun 2010 sampai 2011 sebesar 1 126 073 ton. Proses penggilingan padi akan menghasilkan bekatul sebanyak 10 persen atau sebesar 112 607.3 ton dari total produksi padi di Kabupaten Karawang.

(21)

paling populer adalah sebagai minyak makan, minyak bekatul banyak dikonsumsi di berbagai negara, seperti Jepang, Korea, Cina, India dan beberapa negara Asia Tenggara (Hadipernata 2007).

Minyak bekatul adalah minyak hasil ekstraksi bekatul yang merupakan salah satu produk dari industri penggilingan padi. Berdasarkan hasil penelitian BB-Pascapanen, rendemen minyak bekatul yang dihasilkan sekitar 14 sampai 17 persen. Selanjutnya Tahira et al (2007) memperoleh rendemen minyak bekatul rata-rata sebesar 19.32 persen. Minyak bekatul telah digunakan secara luas di Asia Timur dan Amerika sebagai premium edible oil. Di Indonesia, minyak goreng bekatul tersedia di berbagai supermarket sejak 2009 yang diimport oleh PT Hero Intiputra dari Kasisuri.Co.Ltd., Thailand. Selain untuk minyak goreng, minyak bekatul juga dapat dijadikan minyak salad, bahan baku kosmetik serta suplemen kesehatan.

Untuk saat ini, produsen utama minyak bekatul adalah India, Cina, Jepang dan Myanmar. India sendiri mampu memproduksi minyak bekatul 700 sampai 900 ribu ton minyak bekatul tiap tahun. Besarnya produksi bekatul di Indonesia belum menjadikan Negara ini sebagai produsen dari minyak bekatul. Padahal dengan produksi bekatul yang besar, Indonesia seharusnya menjadi salah satu produsen minyak bekatul.

Potensi pengolahan bekatul padi menjadi miyak bekatul (Rice Bran Oil) membuka peluang pasar bagi pasar domestik maupun ekspor. Terbukanya batas-batas antar negara mempermudah mobilitas dari suatu negara ke negara lain sehingga terbuka peluang untuk bersaing di pasar global untuk mengeksport minyak bekatul. Usaha pengolahan bekatul padi di Karawang masih terbuka lebar karena pemanfaatan dan pengolahannya yang masih relatif sedikit. Usaha pembuatan minyak bekatul juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan petani di Karawang. Usaha ini perlu dikembangkan dalam skala industri karena adanya terobosan teknologi seperti penggunaan mesin-mesin untuk produksi pembuatan minyak bekatul dalam skala besar. Oleh karena itu, usaha pembuatan minyak bekatul tidak tepat bila dilakukan melalui pendekatan wirausaha kecil tetapi harus dibuat dengan pendekatan usaha bersama (wirakoperasi) sehingga diperoleh keuntungan dalam jumlah besar. Dengan kemampuan membaca peluang usaha maka peluang usaha tersebut dapat ditransfer kepada para pelaku usahatani untuk melakukan usaha bersama (wirakoperasi) sehingga dapat dikembangkan kelembagaan bisnis seperti koperasi yang berfungsi sebagai wadah usaha bersama dengan para pelaku usahatani yang kedepannya akan mampu menembus pasar global. Tujuan usaha secara wirakoperasi adalah mencari peluang untuk mengembangkan potensi bekatul padi dalam bersaing secara global sebagai prioritas. Kegiatan pertanian itu sebagian besar berada di pedesaan sehingga diperlukan kondisi yang kondusif untuk membangun sektor pertanian di pedesaan. Salah satu kondisi kondusif yang perlu diperhatikan ialah perlu adanya wirausaha dan kemitraan usaha sehingga wirakoperasi turut berperan dalam pembangunan agribisnis di pedesaan.

(22)

pemanfaatan hasil samping penggilingan padi oleh para petani. Meskipun masih dijumpai banyak kendala tetapi potensi pemanfaatan hasil samping penggilingan padi masih sangat besar. Skala usahatani yang kecil dan terbatasnya pengetahuan petani serta belum masuknya teknologi menjadikan petani terkendala untuk memanfaatkan dan mengolah bekatul padi menjadi suatu produk samping yang memiliki nilai tambah dan nilai jual bagi petani. Sehingga diperlukan kelembagaan pertanian yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi para petani dalam melakukan usaha bersama.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana cara mengoptimalkan potensi dan manfaat bekatul?

2. Bagaimana melakukan usaha pembuatan minyak bekatul padi melalui pendekatan wirakoperasi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi potensi dan manfaat bekatul padi untuk lebih dioptimalkan. 2. Menyusun rencana bisnis pembuatan minyak bekatul padi melalui pendekatan

wirakoperasi.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam melakukan usaha berbasis wirakoperasidalam bentuk rencana bisnis.

3. Manfaat bagi investor atau lembaga keuangan adalah, memberikan gambaran dan informasi untuk menanamkan investasi.

Ruang Lingkup Penelitian

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Bekatul Padi

Menurut Zuhra (2006), bekatul mengandung berbagai zat gizi, yaitu protein (11-17 persen), lemak (2.52-5.05 persen), karbohidrat (58-72 persen) dan serat. Damayanthi et al (2010) menambahkan bahwa bekatul juga mengandung vitamin B dari golongan tiamin, riboflavin, niasin, dan

pirodoxin. Komponen bioaktif dalam bekatul terdiri dari tokoferol (vitamin E),

tokotrienol, oryzanol, dan asam pangamat. Selain itu, bekatul juga mengandung serat pangan sekitar 22.9 persen yang bermanfaat bagi kesehatan (Nurcholis dan Zubaidah 2011). Penelitian Damayanthi et al (2010) menunjukkan bahwa rata-rata dalam 100 gram bekatul mampu mereduksi radikal bebas DPPH yang setara dengan kemampuan 28.74 mg vitamin C.

Bekatul yang merupakan hasil samping dari penggilingan padi biasanya hanya digunakan sebagai pakan ternak. Namun, saat ini bekatul telah banyak diteliti dan terbukti dapat berpengaruh dalam peningkatan kesehatan manusia serta dapat diolah menjadi nilai tambah bagi penghasilan petani. Pemanfaatan bekatul sebagai bahan makanan maupun minuman sudah dilakukan seperti dalam penelitian Damayanthi dan Listyorini (2006) yang mengolah bekatul menjadi roti, keripik, biskuit (Sarbini et al 2009), sereal (Wirawati dan Nirmagustina 2009; Nurcholis dan Zubaidah 2011) dan minuman emulsi minyak bekatul berfalvor (Ovani 2013 dan Nirmala 2012). Menurut Kustiyah et al (2013) daya terima terhadap produk pangan berbahan dasar bekatul masih rendah karena memiliki after taste sehingga perlu upaya pengembangan pada jenis produk tersebut. Salah satu pemanfaatan bekatul adalah melalui pembuatan minyak bekatul atau

rice bran oil (RBO).

Peran Wirakoperasi

Menurut Baga (2003) dan Fajrian (2013) peran seorang wirakoperasi (cooperatirative entrepreneur) adalah menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan anggotanya. Seorang wirakoperasi akan berupaya, berkreasi dan berinovasi untuk memperoleh nilai tambah bagi produk agribisnis yang dihasilkan anggota koperasinya serta memberikan manfaat untuk orang lain. Seorang wirakoperasi tidak sendiri melainkan melibatkan sebanyak-banyaknya orang lain dalam lingkup usaha yang dilakukannya dengan tujuan orang-orang yang terlibat dapat juga merasakan keuntungan dari usaha yang dilakukan secara bersama.

Usaha secara wirakoperasi akan meningkatkan skala ekonomi, membuka pasar baru, meningkatkan penggunaan teknologi, bargaining power akan lebih kuat dibanding dengan melakukan usaha seorang diri sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota.

(24)

selain mengembangkan KPBS, Daman Danuwidjaja juga mendirikan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) sebagai koperasi susu tingkat sekunder yang berskala nasional (Baga 2003). Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm juga merupakan seorang wirakoperasi dengan membuat inovasi pada tanaman hias yang di Indonesia merupakan tanaman yang menjadi pagar rumah. Batang suji dikemas atau dirangkai dalam berbagai bentuk yang digunakan sebagai tanaman

indoor kemudian di ekspor ke negara Korea Selatan (Fajrian 2013).

Keberhasilan peran seorang wirakoperasi dibuktikan melalui penelitian Baga dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok serta penelitian Fajrian (2013) pada CV. Bunga Indah Farm di Kabupaten Sukabumi. Kedua penelitian ini menunjukkan peranan seorang wirakoperasi mampu memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan pribadi tetapi juga usaha anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan petani setelah melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha petani.

Rencana Bisnis

Perencanaan bisnis merupakan tahap penting dalam pendirian bisnis baru maupun yang sudah berjalan serta merupakan alat penting dalam pengambilan keputusan kebijakan perusahaan secara cepat, tepat dan efisien. Perencanaan bisnis digunakan sebagai pedoman untuk mencapai keuntungan yang sudah diperkirakan dan mengantisipasi hambatan yang mungkin dihadapi. Sebuah rencana bisnis mencakup profil perusahaan, visi dan misi perusahaan, tujuan perusahaan, deskripsi produk, strategi, aspek teknis, rencana, aspek bisnis, aspek pembiayaan dan kelayakan usaha sesuai dengan pernyataan (Wibowo 2011) dalam penelitiannya yang berjudul Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi dan (Harris 2008) dalam penelitiannya yang berjudul Rancang Bangun Business Plan

untuk Agroindustri Paprika.

Dalam aspek finansial perencanaan bisnis (Wibowo 2011; Harris 2008) dilakukan dengan cara menghitung titik impas (BEP) dan menggunakan kriteria investasi yang terdiri dari NPV, Net B/C, B/C Ratio, IRR serta Payback Period

(PP). Hasil perhitungan Break Even Point (BEP) manisan stroberi sebanyak 13 520 kg/tahun dengan harga jual Rp125 000/kg (Wibowo 2011), Break Even Point

(25)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Bekatul Padi

Menurut definisinya, bekatul (bran) adalah hasil samping proses penggilingan padi, terdiri atas lapisan sebelah luar butiran padi dengan sejumlah lembaga biji. Sementara bekatul (polish) adalah lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecil endosperm berpati. Namun, karena alat penggilingan padi tidak memisahkan antara dedak dan bekatul maka umumnya dedak dan bekatul bercampur menjadi satu dan disebut dengan dedak atau bekatul saja.

Dalam proses penggilingan padi menjadi beras giling, diperoleh hasil samping berupa (1) sekam (15-20 persen), yaitu bagian pembungkus/kulit luar biji, (2) dedak/bekatul (8-12 persen) yang merupakan kulit ari, dihasilkan dari proses penyosohan, dan (3) menir (±5 persen) merupakan bagian beras yang hancur. Limbah atau produk samping yang dihasilkan padi ini umumnya belum dimanfaatkan secara optimal dan dibuang begitu saja bahkan dapat menjadi sampah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Minyak Bekatul

Menurut Hadipernata (2007) minyak bekatul atau rice bran oil merupakan minyak hasil ekstraksi bekatul padi yang mengandung beberapa jenis lemak, yaitu 47 persen lemak monounsaturated, 33 persen polyunsaturated, dan 20 persen

saturated, serta asam lemak yaitu asam oleat 38.4 persen, linoleat 34.4 persen,

linolenat 2.2 persen, palmitat 21.5 persen, dan stearat 2.9 persen. Selain itu minyak bekatul juga mengandung antioksidan alami tokeferol, tokotrienol, dan orizanol yang bermanfaat melawan radikal bebas dalam tubuh terutama sel kanker, serta membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Senyawa orizanol yang hanya terdapat pada bekatul ini merupakan antioksidan yang sangat kuat serta lebih aktif dari vitamin E dalam melawan radikal bebas, menurunkan kolesterol dalam darah dan kolesterol liver, serta menghambat menopouse sehingga minyak bekatul ini dapat dimanfaatkan sebagai suplemen pangan untuk meningkatkan kualitas kesehatan manusia.

Wirakoperasi

(26)

melalui gerakan koperasi bukanlah suatu utopi, tapi merupakan suatu hal yang

achieveable. Bagi pengembangan koperasi agribisnis, wirakoperasi juga dituntut memiliki pengetahuan dalam aspek spesifik atau komoditi yang diusahakan. Jika untuk peternakan dibutuhkan lulusan bidang peternakan atau kedokteran hewan, maka untuk komoditi perkebunan dibutuhkan ahli agronomi, dan untuk komoditi perikanan laut dibutuhkan, misalnya, ahli penangkapan dan pengolahan ikan. Disamping itu, penguasaan aspek teknis (teknologi) ini juga memungkinkan timbulnya dorongan positif dalam membangun visi, misi dan strategi bagi aktivitas koperasi.

Peran seorang wirakoperasi adalah menemukan peluang berkoperasi dan mewujudkannya dalam bentuk usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya (Baga 2011). Wirakoperasi menggabungkan antara jiwa kewirausahaan dengan sikap kooperatif pada diri seorang pemimpin. Seorang wirakoperasi tidak hanya mementingkan keberhasilan usahanya tetapi juga bertanggung jawab dalam meningkatkan kesejahteraan para anggota dan para petani.

Perencanaan Bisnis

Menurut Rangkuti (2006), perencanaan bisnis merupakan alat yang sangat penting bagi pengusaha maupun pengambil keputusan kebijakan perusahaan. Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana, kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya.

Menurut Solihin (2007), meskipun terdapat variasi dalam penyusunan rencana bisnis, tetapi sebuah rencana bisnis yang baik sekurang-kurangnya akan mencantumkan tujuh elemen pokok, yaitu ringkasan eksekutif, uraian umum usaha, rencana pasar, rencana teknik dan teknologi, rencana keuangan, rencana manajemen dan organisasi, dan risiko-risiko utama yang dihadapi perusahaan di masa depan serta antisipasinya untuk menghadapi resiko tersebut.

Studi Kelayakan Bisnis

(27)

Pengertian studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis sering kali membingungkan. Hal ini karena baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisnis menganalisis beberapa aspek yang sama, yaitu aspek hukum, lingkungan, pasar dan pemasaran. Teknis dan operasional, manajemen dan SDM, serta aspek keuangan. Selain itu baik studi kelayakan bisnis maupun rencana bisnis mempunyai fungsi membantu pengambilan keputusan bisnis. Namun, untuk perbedaan studi kelayakan bisnis dengan rencana bisnis menurut Solihin (2007) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis dan Rencana Bisnis No Faktor Pembeda Studi Kelayakan Bisnis Rencana Bisnis

1 Jenis data Data estimasi Berdasarkan data

empiris perusahaan 2 Sumber

data Data ekternal Data internal

3 Penyusun/Analis Pihak eksternal (Konsultan/Pakar)

Pihak internal (manajemen), perusahaan (direksi perusahaan)

4 Tujuan Menilai kelayakan

gagasan bisnis

Merencanakan kegiatan bisnis untuk masa yang akan datang

5 Pengguna Investor, Bank,

Pemerintah, LSM Manajemen, Kreditor 6 Waktu Pembuatan Bisa lebih dari 1 tahun Kurang dari 1 Tahun

7 Biaya Relatif Besar

Tahap pertama dalam membuat perencanaan bisnis adalah dengan membuat rencana pemasaran terlebih dahulu, karena sebelum perusahaan memiliki kejelasan tentang sasaran pasar, target pasar, dan posisi pasar serta bauran pemasaran lainnya, maka perusahaan belum dapat melakukan perencanaan aspek-aspek lainnya dalam perencanaan bisnis. Sebelum melakukan produksi suatu barang atau jasa, langkah awal adalah menentukan aspek pasar terlebih dahulu agar mengetahui pasar yang dituju serta produk yang dihasilkan akan diterima atau tidak di pasar. Kegiatan pemilihian pasar dimulai dari pengenalan peluang pasar, potensi pasar, analisis persaingan, analisis pelanggan, sampai pemilihan pasar sasaran (Solihin 2007). Menurut Umar (2009) pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga.

(28)

meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari analisis pasar dan marketing mix development (Nurmalina et al 2010). Analisis pasar meliputi segmentasi, targetting, dan positioning. Segmentasi adalah pemilahan pasar menjadi beberapa kelompok konsumen berdasarkan kriteria geografi, demografi, dan psikografi. Targeting adalah penempatan produk beserta bauran pemasarannya pada segmen pasar yang telah dipilih. Positioning adalah penempatan produk dalam benak konsumen agar terbedakan dan diinginkan dengan produk pesaing.

Analisis bauran pemasaran merupakan analisis yang dilakukan secara lebih rinci terhadap strategi produk, harga, komunikasi pemasaran, distribusi dan sumber daya manusia yang dimiliki pesaing dalam kegiatan pemasarannya. (Solihin 2007). Indikator-indikator menurut Bagodenta (2013) yang terdapat dalam pengembangan bauran pemasaran (marketing mix development) terdiri atas:

1) Product (Produk)

Strategi produk, misalnya menyangkut atribut apa saja yang akan digunakan produk perusahaan agar produk tersebut memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan pesaing (Solihin 2007). Terdiri dari spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai produk tersebut.

2) Price (Harga)

Strategi harga, misalnya menyangkut berapa harga jual produk yang harus ditetapkan perusahaan dengan mempertimbangkan aspek persaingan dan laba (Solihin 2007). Secara teoritis, penetapan harga meliputi analisis kompetitif; strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga, target pasar, diskon, pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan, metode atau cara pembayaran.

3) Place (Tempat)

Terdiri dari lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk, manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal, standar tingkat pelayanan, serta ketersediaan fasilitas.

4) Promotion (promosi)

Aspek promosi dalam strategi bauran pemasaran ini terdiri dari beberapa jenis promosi yaitu iklan, promosi penjualan, serta pemasaran langsung.

Rencana Produksi

(29)

1. Perencanaan Produk

Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh produsen kepada konsumen guna mendapatkan keuntungan. Produk yang dijual dapat berupa fresh product, intermediate product atau final product. Fresh product adalah produk segar yang belum dilakukan pemrosesan terlebih dahulu. Fresh product umumnya tidak menghasilkan margin yang tinggi bagi pelakunya, karena tidak memiliki nilai tambah. Intermediate product adalah produk yang telah diproses namum memerlukan proses selanjutnya untuk kemudian dijual kepada konsumen akhir.

Intermediate product umumnya dipasarkan pada industri manufaktur produk akhir. Final product adalah produk yang langsung dapat dikonsumsi atau digunakan langsung oleh konsumen akhir.

2. Perencanaan Kapasitas dan Teknologi

Kapasitas merupakan kemampuan produksi dari fasilitas yang biasanya dinyatakan dalam volume output per satuan waktu. Tujuan perencanaan kapasitas adalah usaha perusahaan untuk mengatasi fluktuasi permintaan. Perencanaan kapasitas yang dilakukan dengan baik, maka diharapkan perusahaan akan menghasilkan produknya sesuai dengan jumlah kebutuhan konsumen (Bagodenta 2013). Dalam pemilihan jenis teknologi dapat ditentukan dengan beberapa kriteria seperti ketepatan jenis teknologi, kamampuan pengetahuan penggunaan teknologi dan pertimbangan akan adanya teknologi lanjutan.

3. Penentuan Lokasi dan Layout

Lokasi penting bagi perusahaan, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut (Bogadenta 2013). Penentuan lokasi dengan cara memperhatikan sumber daya yang akan dipakai baik sumber daya bahan baku, sumber daya manusia, transportasi dan dampak terhadap lingkungan sekitar (Nurmalina et al 2010). Tata letak (layout) merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Tata letak (layout) mencakup urutan-urutan proses produksi, mulai dari proses bahan baku menjadi barang jadi.

Rencana Manajemen dan Sumberdaya Manusia

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Tujuan dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatan layak atau sebaliknya (Umar 2009). Rencana sumber daya manusia antara lain berisi uraian mengenai jumlah personel yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha, spesifikasi yang dibutuhkan oleh masing-masing personel tersebut dilihat dari pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dibutuhkan, anggaran tenaga kerja dan lain sebagainya (Solihin 2007).

1. Aspek Legal

(30)

Koperasi. berkaitan dengan aspek hukum dalam hal pendirian suatu usaha. Koperasi adalah perkumpulan yang otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokrasi (International Cooperative Alliance 1995 dalam Baga et al 2009).

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan tentang hierarki kepengurusan dari organisasi bisnis. Struktur organisasi terdiri dari susunan bagian-bagian yang diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi bisnis tersebut. Pada struktur organisasi akan digambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan yang lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

3. Deskripsi Pekerjaan

Deskripsi pekerjaan (job content) merupakan pemaparan mengenai tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan yang terdiri dari uraian pekerjaan (job description), tugas yang harus dilaksanakan, wewenang yang dimiliki serta tanggung jawab dari pemegang jabatan akan menentukan persyaratan jabatan tertentu yang memerlukan kemampuan, keahlian yang terdiri atas keahlian konseptual, keahlian teknik, keahlian bersosialisasi dan keahlian computer, serta sikap tertentu dari sumber daya manusia yang akan terlibat dalam kegiatan produksi.

4. Gaji dan Upah

Gaji merupakan imbalan yang diberikan dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, sedangkan upah merupakan imbalan yang diberikan per jam kerja sehingga besaran upah tergantung kepada banyaknya jam kerja. Besaran pemberian gaji dan upah disesuaikan dengan besarnya tanggung jawab yang dibebankan serta kontribusi tenaga kerja tersebut.

Rencana Kemitraan

Kemitraan usaha agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan (Baga et al 2009). Menurut Suswandi (1995) dalam Baga et al (2009), manfaat yang diperoleh jika melakukan kemitraan usaha adalah terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan yang dilandasi rasa saling menguntungkan, memerlukan dan saling melaksanakan etika bisnis.

Analisis Risiko

(31)

Risiko peluang kejadinnya dapat dikendalikan sedangkan ketidakpastian adalah peluang kejadiannya sulit dikendalikan. Menurut Johan (2011), jenis-jenis risiko mungkin timbul dan tindakan antisipasi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Perubahan kondisi politik

Kebijakan pemerintah akan mempengaruhi kegiatan ekonomi setiap bisnis sehingga kita selaku pelaku bisnis perlu melakukan antisipasi terhadap perubahan kebijakan pemerintah.

2. Perubahan kondisi ekonomi

Perubahan kebijakan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi yang berjalan di sebuah negara maupun di sebuah daerah akan mempengaruhi usaha.

3. Perubahan kondisi sosial budaya

Masyarakat mengalami perubahan sosial budaya, dibandingkan pada saat permulaan kita memulai sebuah usaha. Pada saat awal masyarakat mungkin tidak sensitif terhadap suatu hal, tetapi pada saat ini, sensitivitas usaha meningkat.

4. Perubahan harga bahan baku

Semakin tinggi harga bahan baku maupun bahan penunjang, kita juga harus mengantisipasi akan perubahan bahan baku maupun bahan penunjang.

5. Perubahan harga jual

Setiap industri pasti ada kompetisi, pada umumnya kompetisi harga merupakan hal yang termudah dilakukan dalam pasar. Menimbang harga merupakan faktor yang paling mudah diperbandingkan dan dilihat konsumen. 6. Masuknya kompetitor

Sebagaimana harga, kompetisi merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa dihindari, dengan semakin menguntungkan sebuah industri atau pasar, akan semakin banyak pemain baru masuk ke dalam pasar. Masuknya pemain baru, akan menggerogoti pangsa pasar pemain lama dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

7. Perubahan teknologi

Inovasi teknologi sangat diperlukan untuk menciptakan dan mempertahankan pangsa pasar.

8. Perubahan karateristik sumber daya manusia

Sejalan dengan berjalannya perekonomian dan kompetisi, maka sumber daya manusia menjadi faktor penting karena kumudahan faktor ini untuk berpindah dari suatu usaha ke usaha lainnya.

9. Ketergantungan dengan pemasok dan distributor

Konflik yang terjadi antara perusahaan dengan pemasok maupun distributor dapat menimbulkan risiko kerugian bagi perusahaan. Demikian halnya apabila perusahaan merupakan usaha yang bergerak di bidang distribusi, perusahaan memiliki peluang risiko akibat konflik yang terjadi dengan perusahaan penghasil produk.

(32)

metode untuk mengurangi risiko dengan menstransfer risiko kerugian yang mungkin terjadi kepada perusahaan asuransi.

Rencana Keuangan

Kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari beberapa aspek, aspek yang penting dalam kelayakan suatu usaha adalah aspek keuangan. Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu kelayakan perencanaan usaha adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai keberlanjutan usaha untuk dapat berkembang (Umar 2009). Rencana keuangan ini meliputi Arus kas (Cash flow), Proyeksi laba rugi, Perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period

(PP).

1. Arus kas

Arus kas adalah bagian terpenting dalam laporan keuangan karena pihak manajemen, investor, konsultan dan stakeholder akan memperhitungkan usaha layak atau tidaknya dari arus kas. Arus kas berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Menurut Nurmalina et al (2010), arus kasdisusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya. Suatu arus kasterdiri dari beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari komponen inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), Net Benefit

(manfaat bersih) dan Incremental Net Benefit (manfaat bersih tambahan). Komponen inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants

(bantuan), nilai sewa, dan salvagevalue (nilai sisa). Komponen outflow terdiri dari biaya investasi, biaya operasional/produksi, pajak dan debt service (bunga pinjaman).

2. Proyeksi laba rugi

Proyeksi laba/rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, dan laba/rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Bagodenta 2013). Laporan laba/rugi akan memudahkan untuk menentukan besarnya aliran kas tahunan yang diperoleh suatu perusahaan, selain itu dapat juga digunakan untuk menghitung berapa penjualan minimum baik dari kuantitas ataupun nilai uang dari suatu aktivitas bisnis, nilai produksi atau penjualan minimum tersebut merupakan titik impas (break even point) (Nurmalina

et al.2010). Laporan laba rugi terdiri dari beberapa komponen yaitu Total Revenue

(33)

3. Break Event Point (BEP)

Menurut Rangkuti (2006), Break Even Point (BEP) merupakan suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian atau dengan kata lain keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Analisis BEP dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada tingkat penjualan tertentu (Bogadenta 2013).

4. Kriteria Investasi

Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Kriteria investasi dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan (Nurmalina et al 2010). Kriteria investasi terdiri dari Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net

B/C), Internal Rate Of Return (IRR) dan Payback Period (PP).

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari suatu usaha selama umur bisnis pada tingkat discount rate tertentu. Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al 2010).

b. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina et al. 2010).

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al 2010).

d. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari

(34)

e. Payback Period (PP)

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan

payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al

2010).

Kerangka Pemikiran Operasional

Ketersediaan bekatul padi di Karawang yang melimpah selama ini hanya dimanfaatkan untuk pakan ternak dengan nilai jual yang rendah yaitu Rp2 500 per kilogram. Belum optimalnya pemanfaatan bekatul disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani tentang manfaat, potensi dan teknologi pengolahan bekatul. Bekatul memiliki nilai gizi yang baik, kaya akan protein, lemak, serat, mineral, vitamin B kompleks, vitamin E dan tokoferol serta memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan seperti menurunkan kadar kolesterol dalam darah memiliki peluang dan potensi untuk dikembangkan baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Bekatul dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, salah satunya adalah untuk diolah menjadi minyak bekatul. Pembuatan minyak bekatul memiliki potensi yang besar secara ekonomi karena banyak negara yang mengkonsumsi minyak bekatul untuk kesehatan.

Untuk membuat usaha pembuatan minyak bekatul diperlukan peran pelaku usaha yang menerapkan konsep wirakoperasi agar tidak hanya pengusaha yang mendapatkan keuntungan, tetapi petani juga mendapatkan keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Peran seorang wirakoperasi adalah sebagai perantara antara para petani padi dan para penggiling yang tergabung dalam gabungan kelompok tani atau gapoktan dengan industri pembuatan minyak bekatul untuk memasarkan produk. Seorang wirakoperasi juga memiliki peran untuk memberikan keuntungan kepada petani, seperti memberikan kepastian harga, memberikan kepastian pasar, memberikan pelatihan mengenai cara menghasilkan produk yang optimal dan memberikan rasa kepercayaan serta rasa kepemilikan atas usaha yang di jalankan.

Bisnis yang akan dijalankan yaitu pendirian usaha pembuatan minyak bekatul dengan melibatkan para petani dan para pemilik penggilingan padi yang tergabung dalam gapoktan untuk melakukan usaha kolektif sehingga nilai tambah dari bekatul padi dapat ditingkatkan. Usaha pengolahan diharapkan dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri serta berkontribusi terhadap permintaan pasar di luar negeri.

(35)

rencana kemitraan, serta rencana keuangan yang mengkaji penyusunan arus kas (cash flow), proyeksi laporan laba/rugi, perhitungan titik impas (BEP), kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan penghasilan bagi petani sehingga tingkat kesejahteraan petani meningkat dan limbah sekam dapat dimanfaatkan secara maksimal. Kerangka pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Alur kerangka pemikiran operasional penelitian Ketersediaan bekatul padi yang

melimpah di Karawang yang pemanfaatannya hanya sebagai pakan ternak dengan harga jual yang rendah dikarenakan kurangnya pengetahuan petani

Peluang pangsa pasar untuk minyak bekatul (kaya akan vitamin dan antioksidan) terbuka lebar karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan

Peran Wirakoperasi

Peningkatan nilai tambah bekatul menjadi minyak bekatul, kemudian melakukan usaha bersama pembuatan minyak

bekatul

Rencana Bisnis Pembuatan Minyak Bekatul Berbasis Wirakoperasi di Kecamatan Cilamaya

Kabupaten Karawang

Pemasaran Produksi Kemitraan Keuangan Manajemen

sumberdaya manusia

(36)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 26 orang petani dan 6 petani sekaligus penggiling padi yang ada di Desa Pasirukem Kecamatan Cilamaya Kulon dan Desa Rawagempol Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan sentra padi di Karawang sehingga strategis untuk dijadikan tempat penelitian dan memiliki potensi besar dalam mengusahakan pengolahan bekatul padi menjadi minyak bekatul. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 untuk pengumpulan dan pengolahan data.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari para petani dan penggiling mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan kegiatan pengolahan limbah padi yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yg berkaitan dengan penelitian.

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung di lokasi penelitian, wawancara dan diskusi kepada responden serta pengisian kuesioner. Responden penelitian ini adalah petani dan pemilik penggiling padi yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan). Penentuan responden dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden yang terpilih dapat mewakili penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, jurnal, artkiel, dan literatur lain yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari Dinas Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan dan Kementrian Pertanian.

Metode Pengumpulan Data

(37)

dibandingkan dengan petani di Desa Pasirukem. Rata-rata luas lahan petani di Desa Rawagempol adalah 5.8 Ha, sedangkan rata-rata luas lahan petani di Desa Pasirukeum adalah 2.6 Ha. Selain dari luas lahan, penentuan responden juga ditentukan dari keanggotaan dalam kelompok tani agar memudahkan untuk bergabung dengan usaha ini. Karakteristik responden dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dari beberapa buku dan penelusuran melalui internet serta mengumpulkan informasi beberapa instansi, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementrian Pertanian mengenai data yang berkaitan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan menggunakan dua jenis analisis yaitu Analisis Non Finansial dan Analisis Finansial (Nurmalina. dkk, 2010).

Aspek Non Finansial

Pada penelitian ini, analisis non finansial mengkaji mengenai rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan organisasi serta rencana kemitraan. Rencana pemasaran terdiri dari analisis pasar yang meliputi segmentasi, targeting, positioning serta analisis bauran pemasaran (Marketing Mix Analysis) yang terdiri atas Product (Produk), Price (Harga), Place (tempat),

Promotion (promosi). Rencana produksi meliputi rencana jumlah produksi, desain produk dan jasa, desain proses dan kapasitas, kualitas produk, rencana penggunaan teknologi serta penentuan lokasi dan layout.

Rencana manajemen dan sumberdaya manusia meliputi aspek legal yang meliputi pembentukan badan usaha dan membuat ijin usaha, kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, serta sistem upah dan gaji. Rencana kemitraan terdiri dari pihak-pihak yang bermitra seperti pemasok bahan baku, pelaku usaha, pemerintah, seorang wirakoperasi dan badan usaha yang memiliki badan hukum. Kemitraan yang dilakukan dengan berbagai pihak akan memiliki pengaruh terhadap aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.

Aspek Finansial

Rencana finansial akan menguraikan perencanaan biaya dan pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan usaha pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul. Aspek finansial diperlukan untuk menilai kelayakan usaha dari segi finansial. Alat ukur kelayakan usaha yang digunakan antara lain terdiri dari beberapa komponen yaitu Proyeksi Laporan Laba Rugi, Proyeksi Cashflow, dan kriteria investasi. Metode analisis yang digunakan untuk mengkaji aspek finansial menggunakan metode cash flow atau arus kas. Dengan metode tersebut, maka dapat diketahui seberapa besar penerimaan perusahaan.

(38)

Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), kriteria investasi ini bertujuan untuk melihat perkembangan usaha tersebut layak atau tidak berdasarkan analisis finansial (Nurmalina et al 2010). Analisis finansial diolah menggunakan kalkulator dan Microsoft Excel.

1. Perhitungan Titik Impas atau Break Event Point (BEP)

Break Event Point adalah keadaan dimana suatu perusahaan berada dalam titik impas yaitu tidak memperoleh keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (P = ATC minimum) dengan kata lain keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Berikut ini adalah rumus Break Even Point (BEP):

2. Kriteria Kelayakan Investasi

a. Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat bersih yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010). Berikut ini adalah rumus Net Present Value (NPV):

Keterangan:

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t

t : Tahun kegiatan bisnis (t=1) atau disebut juga tahun awal usaha dijalankan. Penentuan awal mula proyek pada tahun ke-1 adalah karena usaha yang dikembangkan merupakan unit bisnis yang ada sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan persiapan atau waktu khusus untuk memulai pengembangan bisnis ini.

(39)

b. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina

et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Gross B/C = Keterangan:

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t n : Umur bisnis i : Discount rate (%)

c. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Net B/C =

Keterangan:

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t i : Discount rate (%)

t :Tahun kegiatan bisnis (t=1) atau disebut juga tahun awal usaha dijalankan

Penentuan awal mula proyek pada tahun ke1 adalah karena usaha yang dikembangkan merupakan unit bisnis yang ada sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan persiapan atau waktu khusus untuk memulai pengembangan bisnis ini. Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C >1 dan dikatakan tidak layak bila Net B/C <1.

d. Internal Rate Of Return (IRR)

Internal rate of return IRR adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Internal rate of return (IRR) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opprtunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al.2010).

(40)

(yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR:

IRR =

Keterangan:

: Discount Rate yang menghasilkan NPV positif : Discount Rate yang menghasilkan NPV negatif

: NPV Positif : NPV Negatif Kriteria Kelayakan:

 Usaha dikatakan layak jika IRR > Opportunity Cost Of Capital atau

Discount Rate

 Usaha dikatakan tidak layak jika IRR < Opportunity Cost Of Capital atau

Discount Rate

e. Payback Period (PP)

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al.2010).

Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini diantaranya yaitu: a. Diabaikannya nilai waktu mata uang (time value of money) b. Diabaikannya cash flow setelah periode payback

Untuk mengatasi kelemahan yang pertama maka kadang dipakai

discounted payback periode. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi.

Payback Period = Keterangan:

I : besarnya biaya investasi yang diperlukan

(41)

GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA

Kabupaten Karawang berada di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak antara 107002’-107040’ BT dan 5056’–6034’ LS dengan luas wilayah 1 753.27 km2 atau 3.37 persen dari luas Propinsi Jawa Barat dan memiliki laut seluas 4 mil x 84.23 km, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Subang c. Sebelah Tenggara : Berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

d. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur e. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Bekasi

Topografi di Kabupaten Karawang sebagian besar berbentuk dataran yang relatif rata dengan variasi antara 0 – 5 m diatas permukaan laut dan wilayahnya sebagian tertutup dataran pantai yang luas. Kabupaten Karawang yang terdiri dari dataran rendah yang mempunyai temperatur udara rata-rata 270C dengan tekanan udara rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66 persen dan kelembaban nisbi 80 persen serta curah hujan berkisar antara 1 100 – 3 200 mm/tahun. Kecepatan angin antara 30 – 35 km/jam.

Luas lahan sawah di Karawang adalah 97 529 Ha, besarnya areal persawahan tersebut maka banyak tersebar pula mesin penggilingan padi disetiap kecamatannya. Proses dari penggiling padi menghasilkan output utama yaitu beras. Selain itu proses dari penggiling padi juga menghasilkan produk samping seperti sekam, bekatul dan menir. Besarnya produksi padi di Karawang berpotensi untuk dikembangkannya usaha pengolahan hasil samping penggilingan padi yang salah satunya adalah bekatul. Salah satu usaha untuk mengoptimalkan potensi bekatul ini dengan cara membuat usaha pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul.

RENCANA BISNIS

Rencana Pemasaran

Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana pemasaran ini adalah mengenai ketetapan bea keluar atas produk yang dihasilkan, yaitu minyak bekatul. Berdasarkan ketetapan Menteri Keuangan No 2369/KM.4/2013 tentang penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar bahwa komoditas bekatul tidak dikenakan bea keluar. Selain ketetapan bea keluar, ketetapan pajak peghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPn) dalam usaha pembuatan minyak bekatul ini mengacu pada ketetapan pajak terbaru. Besarnya tarif pajak penghasilan yang diberlakukan adalah sebesar 1 persen dari omzet perusahaan (berdasarkan UU No.46 tahun 2013) dan tarif PPn atas barang ekspor kena pajak adalah sebesar 0%3. Negara tujuan ekspor ditentukan berdasarkan data ekspor minyak bekatul

(42)

india ke beberapa negara4. Harga jual produk (FOB value) minyak bekatul dengan kemasan botol adalah Rp123 000 atau 10.25 USD per liter (berdasarkan data penjualan minyak bekatul dari www.alibaba.com di negara India) dengan asumsi 1 USD = Rp12 000.

Analisis Pasar

1. Segmenting

Segmen pasar dipilih berdasarkan banyaknya volume ekspor minyak bekatul padi yang dikirim ke beberapa negara tujuan. Ekspor terbesar adalah ke negara United Arab Emirates. Hal tersebut menunjukan bahwa konsumen dari United Arab Emirates memiliki minat terhadap minyak bekatul padi. Oleh sebab itu, segmentasi pasar usaha pembuatan minyak bekatul adalah negara United Arab Emirates.

2. Targeting

Target pasar produk minyak bekatul yang telah ditentukan adalah masyarakat menengah atas yang peduli akan kesehatan karena minyak bekatul mengandung banyak gizi yang baik. Minyak bekatul memiliki kandungan

oryzanol yang baik untuk antioksidan tubuh.

3. Positioning

Penetapan posisi pasar ditujukan agar produk dapat dikenali konsumen. Produk minyak bekatul merupakan produk minyak sehat dengan kandungan gama-orizanol dan kandungan lainnya dapat menurunkan kolesterol, menghambat waktu menopause, mencegah kardiovaskuler dan kanker.

Bauran Pemasaran

1. Product

Produk yang akan dihasilkan dari usaha ini berupa produk akhir yaitu minyak bekatul atau yang dikenal dengan rice bran oil. Minyak bekatul hasil dari ekstraksi bekatul padi dengan rendeman 16 persen akan dikemas dengan menggunakan botol plastik dengan berat 1 liter dan pada bagian depan botol tersebut diberi label “Oryzanol Sativa” yang disertai perizinan usaha Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kode ekspor, berat bersih, dan sertifikasi SNI. Pada bagian belakang botol diberi label yang berisi kandungan dari minyak bekatul, bar-code, dan tanggal kadaluarsa dari produk tersebut.

2. Price

Harga jual yang ditetapkan untuk produk minyak bekatul ini adalah Rp123 000 atau 10.25 USD per liter (1 USD = Rp 12 000). Penetapan harga ini didasarkan data penjualan minyak bekatul dari www.alibaba.com di negara India. Harga yang ditetapkan tersebut masih di atas harga pokok produksi per liter yaitu sebesar Rp106 285 pada tahun pertama.

Gambar

Tabel 1 Luas panen, produksi, dan  produktivitas padi di Pulau Jawa tahun 2012
Tabel 3 Perbandingan antioksidan alami pada beberapa jenis minyak makan
Gambar 1 Total jumlah ekspor rice bran oil India berdasarkan negara tujuan tahun
Tabel 4 Perbedaan Studi Kelayakan Bisnis dan Rencana Bisnis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saran penelitian adalah (1) guna meningkatkan produksi usahatani padi semiorganik di Kecamatan Cigombong sebaiknya petani padi semiorganik meningkatkan penggunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan untuk membuat minyak urut Karo, proses ritual pembuatan minyak urut Karo, tujuan ritual yang dilakukan dalam

Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan persepsi petani terhadap usahatani padi varietas Cilamaya Muncul di Desa

Lebih lanjut, dari hasil penelitian dan analisis hasil tersebut maka dapat diberikan masukan saran berupa: Pertama, untuk masyarakat petani padi di Kecamatan

Berdasarkan hasil tersebut saran yang dapat diberikan bagi petani padi di Kecamatan Borobudur adalah petani dapat mengurangi penggunaan benih, pestisida dan tenaga

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsep maslahah mursalah dalam penentuan hukum islam, praktik KB pada wanita karir di kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang

Dari hasil penyuluhan pembuatan minyak telon di desa Kalisoro Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dapat disimpulkan bahwa masyarakat antusias dalam mengikuti

Pengamatan yang dilakukan pada Pesisir Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang terdapat aktivitas konservasi seperti memberikan bantuan dana pada tabel