• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 26 orang petani dan 6 petani sekaligus penggiling padi yang ada di Desa Pasirukem Kecamatan Cilamaya Kulon dan Desa Rawagempol Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan lokasi tersebut merupakan sentra padi di Karawang sehingga strategis untuk dijadikan tempat penelitian dan memiliki potensi besar dalam mengusahakan pengolahan bekatul padi menjadi minyak bekatul. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Februari 2015 untuk pengumpulan dan pengolahan data.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari para petani dan penggiling mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan kegiatan pengolahan limbah padi yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yg berkaitan dengan penelitian.

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung di lokasi penelitian, wawancara dan diskusi kepada responden serta pengisian kuesioner. Responden penelitian ini adalah petani dan pemilik penggiling padi yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (gapoktan). Penentuan responden dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden yang terpilih dapat mewakili penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, jurnal, artkiel, dan literatur lain yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari Dinas Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Perdagangan dan Kementrian Pertanian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dan diskusi dengan responden, yaitu para petani dan pemilik penggiling padi yang berada di Karawang. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai luas lahan, jumlah panen, harga bahan baku, status sebagai petani, keikutsertaan dalam kelompok tani serta opini terhadap pengadaan usaha. Wawancara dan diskusi dilakukan terhadap 32 responden yang terdiri dari 13 responden dari Desa Pasirukem dan 19 responden dari Desa Rawagempol. Penentuan jumlah responden untuk setiap Desa ditentukan dari luas lahan dan keanggotaan dalam kelompok tani, jumlah responden di Desa Rawagempol lebih banyak dari pada jumlah responden di Desa Pasirukem karena luas lahan petani di Desa Rawagempol lebih besar

dibandingkan dengan petani di Desa Pasirukem. Rata-rata luas lahan petani di Desa Rawagempol adalah 5.8 Ha, sedangkan rata-rata luas lahan petani di Desa Pasirukeum adalah 2.6 Ha. Selain dari luas lahan, penentuan responden juga ditentukan dari keanggotaan dalam kelompok tani agar memudahkan untuk bergabung dengan usaha ini. Karakteristik responden dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dari beberapa buku dan penelusuran melalui internet serta mengumpulkan informasi beberapa instansi, seperti Kementerian Perdagangan dan Kementrian Pertanian mengenai data yang berkaitan dengan penelitian.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan menggunakan dua jenis analisis yaitu Analisis Non Finansial dan Analisis Finansial (Nurmalina. dkk, 2010).

Aspek Non Finansial

Pada penelitian ini, analisis non finansial mengkaji mengenai rencana pemasaran, rencana produksi, rencana manajemen dan organisasi serta rencana kemitraan. Rencana pemasaran terdiri dari analisis pasar yang meliputi segmentasi, targeting, positioning serta analisis bauran pemasaran (Marketing Mix Analysis) yang terdiri atas Product (Produk), Price (Harga), Place (tempat),

Promotion (promosi). Rencana produksi meliputi rencana jumlah produksi, desain produk dan jasa, desain proses dan kapasitas, kualitas produk, rencana penggunaan teknologi serta penentuan lokasi dan layout.

Rencana manajemen dan sumberdaya manusia meliputi aspek legal yang meliputi pembentukan badan usaha dan membuat ijin usaha, kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, serta sistem upah dan gaji. Rencana kemitraan terdiri dari pihak-pihak yang bermitra seperti pemasok bahan baku, pelaku usaha, pemerintah, seorang wirakoperasi dan badan usaha yang memiliki badan hukum. Kemitraan yang dilakukan dengan berbagai pihak akan memiliki pengaruh terhadap aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.

Aspek Finansial

Rencana finansial akan menguraikan perencanaan biaya dan pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan usaha pengolahan bekatul menjadi minyak bekatul. Aspek finansial diperlukan untuk menilai kelayakan usaha dari segi finansial. Alat ukur kelayakan usaha yang digunakan antara lain terdiri dari beberapa komponen yaitu Proyeksi Laporan Laba Rugi, Proyeksi Cashflow, dan kriteria investasi. Metode analisis yang digunakan untuk mengkaji aspek finansial menggunakan metode cash flow atau arus kas. Dengan metode tersebut, maka dapat diketahui seberapa besar penerimaan perusahaan.

Rencana keuangan ini meliputi Arus kas (Cash flow), Proyeksi laba rugi, Perhitungan titik impas (BEP), Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha meliputi Net Present Value (NPV), Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit-Cost

Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period (PP), kriteria investasi ini bertujuan untuk melihat perkembangan usaha tersebut layak atau tidak berdasarkan analisis finansial (Nurmalina et al 2010). Analisis finansial diolah menggunakan kalkulator dan Microsoft Excel.

1. Perhitungan Titik Impas atau Break Event Point (BEP)

Break Event Point adalah keadaan dimana suatu perusahaan berada dalam titik impas yaitu tidak memperoleh keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian (P = ATC minimum) dengan kata lain keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Berikut ini adalah rumus Break Even Point (BEP):

2. Kriteria Kelayakan Investasi

a. Net Present Value (NPV)

Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat bersih yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV>0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010). Berikut ini adalah rumus Net Present Value (NPV):

Keterangan:

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t

t : Tahun kegiatan bisnis (t=1) atau disebut juga tahun awal usaha dijalankan. Penentuan awal mula proyek pada tahun ke-1 adalah karena usaha yang dikembangkan merupakan unit bisnis yang ada sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan persiapan atau waktu khusus untuk memulai pengembangan bisnis ini.

b. Gross Benefit-Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C ratio merupakan kriteria kelayakan lain yang biasa digunakan dalam analisis bisnis. Baik manfaat maupun biaya adalah nilai kotor (gross). Dengan menggunakan kriteria ini akan lebih menggambarkan pengaruh dari adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima (Nurmalina

et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Gross B/C = Keterangan:

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t n : Umur bisnis i : Discount rate (%)

c. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut (Nurmalina et al. 2010). Secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Net B/C = Keterangan:

Bt : Manfaat pada tahun t Ct : Biaya pada tahun t i : Discount rate (%)

t :Tahun kegiatan bisnis (t=1) atau disebut juga tahun awal usaha dijalankan

Penentuan awal mula proyek pada tahun ke1 adalah karena usaha yang dikembangkan merupakan unit bisnis yang ada sebelumnya sehingga tidak dibutuhkan persiapan atau waktu khusus untuk memulai pengembangan bisnis ini. Suatu proyek atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C >1 dan dikatakan tidak layak bila Net B/C <1.

d. Internal Rate Of Return (IRR)

Internal rate of return IRR adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Internal rate of return (IRR) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opprtunity cost of capital-nya (DR) (Nurmalina et al.2010).

Di dalam praktiknya menghitung tingkat IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount rate yang lebih rendah

(yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR:

IRR = Keterangan:

: Discount Rate yang menghasilkan NPV positif : Discount Rate yang menghasilkan NPV negatif

: NPV Positif : NPV Negatif Kriteria Kelayakan:

 Usaha dikatakan layak jika IRR > Opportunity Cost Of Capital atau

Discount Rate

 Usaha dikatakan tidak layak jika IRR < Opportunity Cost Of Capital atau

Discount Rate

e. Payback Period (PP)

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang pacback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis (Nurmalina et al.2010).

Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini diantaranya yaitu: a. Diabaikannya nilai waktu mata uang (time value of money) b. Diabaikannya cash flow setelah periode payback

Untuk mengatasi kelemahan yang pertama maka kadang dipakai

discounted payback periode. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi.

Payback Period = Keterangan:

I : besarnya biaya investasi yang diperlukan

Dokumen terkait