• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA BISNIS

Total 35 000 000 Rencana Kemitraan

Rencana kemitraan dalam usaha pembuatan minyak bekatul akan dilakukan berdasarkan pendekatan wirakoperasi dimana seorang pengusaha menjalin kerjasama dengan berbagai pihak khususnya petani dan penggiling padi untuk menghasilkan kesejahteraan bersama. Bentuk kerjasama yang dilakukan berupa kerjasama vertikal antara petani dan penggiling tersebut dengan koperasi. Petani dan pengiling mitra adalah pemasok bahan baku, sedangkan pengusaha adalah seorang wirakopersi yang menciptakan usaha ini serta berkreasi dan berinovasi untuk kelanjutan usaha pengolahan bekatul ini.

Kebiasaan petani di Karawang yang sampai saat ini masih dilakukan adalah menjual seluruh gabah kepada tengkulak atau penggiling, sehingga hasil samping penggilingan padi tidak menjadi milik petani tetapi milik tengkulak atau penggiling dan keuntungan petani hanya dari berasnya saja. Penggiling juga tidak melakukan pengolahan lebih lanjut hasil samping penggilingan padinya, hanya menjual langsung bekatul kepada penadah bekatul. Oleh karena itu perlu melibatkan pihak penggiling untuk memperoleh sekam atau bekatul. Sehingga kemitraan yang dijalin akan melibatkan para petani dan penggiling sebagai pemasok bahan baku.

Dengan adanya seorang wirakoperasi, maka petani dan penggiling dapat digabungkan dengan cara membuat sebuah unit usaha pengolahan bekatul. Petani akan menjual gabah kepada koperasi tetapi dibayar oleh penggiling mitra, selanjutnya gabah digiling di penggilingan mitra untuk mendapatkan bekatul, bekatul tersebut kemudian diolah oleh koperasi menggunakan teknologi pembuatan minyak bekatul. Melaui kerjasama secara wirakoperasi diharapkan pendapatan petani dan penggiling akan bertambah serta kesejahteraan akan meningkat.

Konsep kerjasama yang dijalin adalah petani sebagai pemasok bahan baku ke koperasi, koperasi berupa penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan yang

diperoleh perusahaan atas penjualan produk. Petani memperoleh 10%, penggiling 20%, wirakoperasi 10%, desa 5%, dan investor 25%. Ketetapan tersebut didasarkan pada kesepakatan dengan para petani dan penggiling mitra. Bentuk kerjasama yang dijalin antara koperasi dan petani merupakan kerjasama kooperatif yang diikat atas dasar keanggotaan koperasi. Koperasi menjunjung tinggi nilai etis koperasi yaitu kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab dan kepedulian sosial untuk kemajuan bersama. Kerjasama yang terjalin pada usaha pengolahan bekatul akan membentuk suatu hubungan antar pihak yang terkait, seperti petani dan penggiling, koperasi, wirakoperasi, desa dan industri. Hubungan antar pihak tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Matriks hubungan antara pihak yang terkait Petani dan

Penggiling

Wirakoperasi

(CE) Koperasi Desa Industri

Petani dan Penggiling CE menggagas ide dan menginisiasi kemitraan dengan petani dan penggiling sebagai penyedia bahan baku Koperasi sebagai lembaga usaha yang mengolah bekatul dari petani dan penggiling Desa pelindung dan pembina kegiatan, petani berkontribusi dalam promosi dan pengembanga n desa Pasar bagi petani dan penggiling yang bermitra Wirakoperas i (CE) CE menggagas ide dan menginisiasi kemitraan dengan petani dan penggiling sebagai penyedia bahan baku CE menginisiasi koperasi dan melakukan pendampinga n terhadap koperasi CE bermitra dengan desa dalam melakukan pembinaan dan pengawasan usaha Penghubun g anatara koperasi dengan industri Koperasi Koperasi sebagai lembaga usaha yang mengolah bekatul dari petani dan penggiling CE menginisiasi koperasi dan melakukan pendampinga n terhadap koperasi Membantu mengawasi program yang dijalankan menjadi koperasi Mitra usaha Desa Desa pelindung dan CE bermitra dengan desa Membantu mengawasi Sentra lokasi

pembina kegiatan, petani berkontribusi dalam promosi dan pengembanga n desa dalam melakukan pembinaan dan pengawasan usaha program yang dijalankan menjadi koperasi penyedia bahan baku Industri Pasar bagi petani dan penggiling yang bermitra Penghubung anatara koperasi dengan industri Mitra usaha Sentra lokasi penyedia bahan baku Analisis Risiko

Bisnis pembuatan minyak bekatul tentu akan menghadapi beberapa risiko usaha yang dapat mempengaruhi hasil usaha tersebut. Risiko-risiko yang kemungkinan akan terjadi antara lain sebagai berikut.

1. Perubahan kondisi politik

Rencana bisnis pembuatan minyak bekatul ini akan dipasarkan (ekspor) ke luar negeri, apabila terjadi perubahan kondisi politik di negara Indonesia dalam menjaga hubungan dengan negara lain (negara tujuan ekspor), maka akan mempengaruhi pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasarannya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan dan pendapatan. 2. Perubahan kondisi ekonomi

Memburuknya kondisi perekonomian baik lokal, nasional maupun

internasional akan berakibat kurang baik terhadap dunia usaha. Salah satu risiko dari perubahan kondisi ekonomi adalah risiko nilai tukar mata uang asing. Usaha pembuatan minyak bekatul yang berorientasi ekspor, sehingga apabila nilai mata uang domestik menguat akan menimbulkan kerugian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat nilai tukar mata uang yaitu hedging. Hedging merupakan kegiatan lindung nilai, maka perusahaan harus menjual produk dengan harga diatas harga yang diprediksi.

3. Perubahan kondisi sosial budaya

Perubahan gaya hidup masyarakat merupakan salah satu risiko dari perubahan kondisi sosial budaya. Wujud dari risiko ini adalah perubahan gaya hidup masyarakat yaitu gaya hidup sehat dan gaya hidup konsumsi meningkat. Sehingga apabila gaya hidup sehat meningkat, maka pembelian produk yang terkait dengan kesehatan atau minyak bekatul ini akan meningkat.

4. Pasokan bahan baku terhambat

Bahan baku minyak bekatul adalah dari bekatul padi. Produksi padi yang bersifat musiman akan berpengaruh terhadap pasokan bahan baku. Untuk

mengurangi risiko terhambatnya pasokan bahan baku dengan memperluas cakupan penyediaan bahan baku atau menambah jumlah petani dan penggiling mitra di daerah lain.

5. Perubahan harga jual

Risiko harga merupakan risiko yang bersumber dari eksternal. Risiko ini terjadi akibat adanya fluktuasi harga pada harga jual produk. Untuk mengurangi risiko ini dengan cara membuat kontrak harga dengan pihak perusahaan, sehingga naik turunnya harga di pasar tidak akan mempengaruhi harga jual produk.

6. Masuknya kompetitor

Masuknya kompetitor dalam usaha merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari. Untuk mengurangi dampak masuknya kompetitor perusahaan harus memiliki strategi dan inovasi baru agar usaha terus berjalan dengan baik. 7. Perubahan teknologi

Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi dipengaruhi oleh teknologi yang semakin pesat. Apabila perusahaan kurang memanfaatkan perkembangan teknologi, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi, yang akhirnya akan kalah dalam bersaing di pemasaran.

8. Risiko sumberdaya

Sumberdaya manusia diperlukan dalam setiap usaha. Peraturan baku atau SOP yang memuat kewajiban dan hak hak karyawannya diperlukan untuk mengantisipasi peluang terjadinya kesalahpahaman antara pihak manajemen dengan para karyawannya.

9. Risiko kualitas, kuantitas, dan kontinuitas input

Ketidakpastian kualitas, kuantitas, dan kontinuitas input adalah risiko bermitra dengan petani.

Rencana Keuangan

Asumsi Keuangan

1. Modal awal usaha berasal dari Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) yang merupakan program Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) dengan fokus pada pertumbuhan startup tahap awal melalui pendanaan dan mentoring.

2. Dana awal dari Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) adalah dalam bentuk ekuitas, tidak ada kewajiban bunga dan/atau agunan.

3. Jangka waktu pengembalian dana investasi adalah 4 tahun. 4. Investor menerima pembagian hasil sebesar 25% selama 4 tahun.

5. Umur bisnis selama 10 tahun yang diasumsikan menurut umur masa teknis mesin.

6. Bangunan berdiri diatas tanah seluas 1000m² dengan harga tanah di Cilamaya, Karawang adalah Rp1 500 000/m².

7. Umur teknis bangunan adalah 20 tahun dengan nilai sisa 50% dari nilai awal. 8. Harga mesin produksi diperoleh dari www.cebcl.info.

9. Nilai sisa mesin dan peralatan adalah 10% dari nilai awal pembelian

10. Proyek dimulai pada tahun ke-0 untuk melakukan persiapan, sedangkan produksi dan penjualan pertama dimulai pada tahun ke-1.

11. Gaji tenaga kerja disesuaikan dengan jabatan dan tanggung jawab. Peningkatan gaji dilakukan pada tahun ketiga.

12. Tarif harga listrik PLN per tanggal 1 Juli 2014 adalah Rp1 240 per kWh (lampiran 6).

13. Jumlah hari kerja per tahun adalah 240 hari dengan asumsi dalam 1 minggu terdapat 5 hari kerja, 1 bulan terdapat 4 minggu, dan 1 tahun terdapat 12 bulan.

14. Perbandingan bekatul dengan pelarut adalah 1:1 yaitu dari bekatul 1 kg untuk ekstraksi pelarutnya juga sebanyak 1 kg.

15. Dalam proses penggilingan padi menghasilkan bekatul dengan rendemen sebesar 10%.

16. Dibutuhkan bekatul segar sebanyak 6.25 kg untuk menghasilkan 1 liter minyak bekatul (rendemen 16%) dan sisa ekstraksi minyak bekatul dijual untuk pakan ternak.

17. Selain menjual minyak bekatul, koperasi juga menjual ampas bekatul sisa ekstraksi dengan harga jual Rp2 000 per kilogram.

18. Discount rate yang digunakan adalah sebesar 7.5% yang mengacu kepada tingkat suku bunga pinjaman Bank Indonesia.

19. Perhitungan biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus. 20. Harga minyak bekatul diasumsikan sama sampai tahun ke sepuluh. Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan untuk memulai kegiatan usaha sebagai investasi awal usaha. Biaya investasi tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan harga tetap dan biaya lain yang berkaitan dengan pembangunan pabrik sampai pabrik siap beroperasi. Biaya investasi tetap untuk usaha pembuatan minyak bekatul meliputi tanah, bangunan, fasilitas penunjang, mesin dan peralatan produksi, biaya pengujian, dan surat perizinan. Investasi yang digunakan dalam usaha ini memiliki umur teknis yang berbeda, yaitu 10 tahun untuk mesin produksi dan 20 tahun untuk bangunan Tabel 10 menunjukan biaya investasi awal usaha pembuatan minyak bekatul di Kecamatan Cilamaya Kebupaten Karawang.

Tabel 10 Biaya investasi usaha pembuatan minyak bekatul padi

No. Komponen Biaya Jumlah Biaya

1 Bangunan dan Infrastuktur 2 577 000 000

2 Alat produksi 187 610 000

3 Alat dan Furniture Perkantoran 40 691 000 3 Perizinan Usaha 47 000 000

5 Pengujian pembuatan minyak bekatul 20 000 000 4 Sosialisasi ke Petani selama 1 bulan 50 000 000 Total 2 922 301 000

Total biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan minyak bekatul padi sebesar Rp2 922 301 000. Rincian biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 7. Biaya investasi yang dikeluarkan akan mengalami penyusutan setiap tahunnya. Besaran biaya penyusutan dipengaruhi oleh berapa lama umur ekonomis dari barang tersebut. Perhitungan nilai penyusutan setiap tahunnya menggunakan metode garis lurus yang dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi umur teknis, nilai sisa ditentukan dengan proporsi sepuluh persen dari nilai awal pembalian barang. Biaya penyusutan dari investasi awal usaha pembuatan minyak bekatul padi di akhir tahun proyek adalah Rp52 190 980 dan nilai sisa sebesar Rp558 265 600. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan semua biaya yang diperlukan untuk kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan prekembangan produksi. Bahan baku yang digunakan adalah bekatul yang diperoleh dari petani dan penggiling mitra. Bahan baku pendukung yang digunakan adalah etanol untuk proses ekstraksi. Besaran kebutuhan etanol selaras dengan besaran bahan baku yang akan diolah. Kebutuhan lainnya adalah botol untuk pengemasan dan solar untuk mesin pengolahan. Biaya variabel tahun kesepuluh adalah Rp22 107 840 000. Rincian biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Biaya variabel usaha pembuatan minyak bekatul tahun ke-10 No Biaya

Variabel jumlah satuan

harga / satuan biaya/ bulan (Rp 000) Jumlah Biaya (Rp 000) 1 Bekatul 5 000 kg 2.5 250 000 3 000 000 2 Etanol 5 000 kg 13 1 560 000 18 720 000 3 Botol utk pengemasan 800 buah 3 28 800 345 600

4 Solar mesin 16 liter 11 3.520 42.240

Total 22 107 840

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi. Biaya tetap tahun pertama adalah sebesar Rp600 438 094 dan biaya tetap tahun kesepuluh adalah Rp716 057 671. Perbedaan jumlah biaya tetap pada tahun ke-1 dan ke-2-10 adalah karena adanya kenaikan gaji karyawan sebesar Rp500 000/orang dan biaya listrik. Rincian biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Biaya tetap usaha pembuatan minyak bekatul pada tahun 10 Komponen Biaya Jumlah Biaya Per

bulan Tahun 10 Lampu 20 300 000 3 600 000 Biaya listrik 1 3 334 658 40 015 891 Biaya pemasaran 1 500 000 6 000 000 Biaya perawatan mesin 1 301 900 3 622 800 Biaya sewa host website 1 50 000 600 000 Biaya administrasi

perkantoran (ATK/BHP) 1 300 000 3 600 000 Sarung tangan dan masker 200 160 000 1 920 000 Biaya pelatiahan karyawan 500 000 6 000 000 Biaya pengangkutan input 1 1 000 000 12 000 000 Biaya pengiriman output

Solar, tol, parkir 1 600 000 7 200 000 FOB (kontainer 20 feet) 1 1 500 000 18 000 000 Karantina 1 384 000 4 608 000 Biaya lain lain 1 2 500 000 30 000 000 Supir 1 850 000 10 200 000 Tenaga Kerja:

Manajer usaha 1 4 000.000 48 000 000 Kepala produksi 1 3 000 000 36 000 000 Kepala keuangan dan

administrasi 1 3 000 000 36 000 000 Kepala pemasaran 1 3 000 000 36 000 000 Staf produksi 10 25 000 000 300 000 000 Staf keuangan 1 2 500 000 30 000 000 Staf pemasaran 1 2 500 000 30 000 000 PBB 1 500.000 Biaya penyusutan 52 190 980

Total Biaya Tetap 55 280 558 716 057 671 Modal Awal

Modal awal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha pembuatan minyak bekatul terdiri dari biaya investasi awal, biaya tetap dan biaya variabel pada tahun pertama sebesar Rp3 650 446 593. Rincian modal awal yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Rincian modal awal usaha

Uraian Jumlah (Rp)

Biaya Investasi 2 992 301 000

Biaya Variabel (bulan pertama) 682 500 000

Biaya Tetap (bulan pertama) 45 645 593

Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi dari produk diperoleh dengan cara membagi biaya total dengan jumlah produksi. Harga pokok produksi untuk minyak bekatul dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Harga pokok produksi

Uraian Tahun 1 Tahun 2

BiayaVariabel 9 705 000 000 22 107 840 000

Biaya Tetap 600 438 094 716 057 671

Biaya Operasional 10 305 438 094 22 823 897 671 Jumlah Produksi (liter) 96 960 192 000

HPP 106 285 118 874

Penerimaan dan Hasil Produksi

Manfaat merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh dari usaha pembuatan minyak bekatul padi setiap periodenya. Manfaat yang diperoleh dari hasil penjualan minyak bekatul dan ampas bekatul pada tahun pertama sebesar Rp11 242 512 000. Jumlah ini terdiri dari penerimaan dengan jumlah penjualan 87 264 liter minyak bekatul dan 42 420 kg ampas bekatul. Hal ini diasumsikan karena usaha pembuatan minyak bekatul ini masih dalam proses pengenalan atau masih dalam proses trial and error. Asumsi produk gagal pada tahun pertama adalah 10%. Rincian penerimaan dapat dilihat pada lampiran 4.

Break Event Point

Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan penerimaan. Perhitungan titik impas pada usaha pembuatan minyak bekatul di tahun pertama dan kedua dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 BEP minyak bekatul

Uraian Jumlah Tahun 1 Jumlah Tahun 2 TC 10 305 438 094 22 823 897 671 TR 11 242 512 000 24 451 200 000

BEP Unit 26 212 91 159

BEP Rp 4 390 490 918 7 471 523 509

Pada tahun pertama BEP atau titik impas tercapai saat penjualan produk sebanyak 26 212 liter minyak bekatul atau memperoleh penerimaan sebesar Rp4 390 490 918. Pada tahun selanjutnya BEP tercapai saat penjualan produk sebanyak 91 159 liter minyak bekatul atau memperoleh penerimaan sebesar Rp7 471 523 509.

Proyeksi Kriteria Investasi

Kriteria kelayakan usaha pembuatan minyak bekatul dapat dilihat dari kriteria Net Present Value (NPV), Net B/C, I B/C, Internal Rate of Return (IRR),

Payback Period (PP). Perhitungan laporan arus kas dapat dilihat pada lampiran 9. Rincian kriteria kelayakan investasi usaha dapat dilihar pada Tabel 16.

Tabel 16 Kriteria kelayakan investasi Kriteria kelayakan Batas kelayakan Hasil

Umur bisnis 10 tahun

Discount rate 7.5%

NPV > 0 Rp5 771 920 329

IRR > Discount rate 56%

Net B/C > 1 3

Gross B/C > 1 1.04

PP < Umur bisnis 3.11

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara present value benefit dengan

present value biaya. Net Present Value (NPV) usaha pembuatan minyak bekatul dengan tingkat suku bunga 7.5% adalah sebesar Rp5 771 920 329. NPV menunjukkan nilai positif, sehingga usaha ini layak didirikan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan penilaian terhadap besarnya pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Nilai IRR untuk usaha pembuatan minyak bekatul adalah 56% Nilai ini lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitu 7.5% sehingga usaha ini dinyatakan layak untuk didirikan.

c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Suatu bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika Net B/C >1. Nilai Net B/C untuk usaha pembuatan minyak bekatul adalah sebesar 3 sehingga bisnis dinyatakan layak. d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan penilaian untuk melihat pengaruh tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Nilai Gross

B/C untuk usaha minyak bekatul adalah 1.04. Diperoleh nilai Gross B/C ≥1 sehingga bisnis dinyatakan layak.

e. Payback period

Payback period merupakan penilaian waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Hasil perhitungan periode pengembalian menunjukkan bahwa usaha dapat mengembalikan modal dalam jangka waktu 3 tahun 11 bulan. Hal ini berarti usaha pembuatan minyak bekatul dinyatakan layak untuk didirikan karena waktu pengembalian modal lebih cepat dibandingkan dengan umur proyek.

Proyeksi Laba Rugi

Proyeksi laporan laba rugi usaha pembuatan minyak bekatul ini pada tahun pertama dan kedua belum mendapatkan keuntungan sehingga bagi hasil belum dibagikan. Keuntungan diperoleh pada tahun ke-3 yaitu sebesar Rp1 498 778 386. Persentase bagi hasil petani padi 10% sebesar Rp149 877 839, penggiling padi 20% sebesar Rp299 755 677, desa 3 % sebesar Rp44 963 352, wirakoperasi 5% sebesar Rp74 938 919 dan investor 25% sebesar Rp374 694 596. Perhitungan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 7.

Hasil Rencana Bisnis Berbasis Wirakoperasi

Potensi bekatul padi dapat dioptimalkan dengan cara mengolahnya menjadi minyak bekatul. Melalui usaha bersama atau dengan usaha berbasis wirakoperasi, petani di Karawang dapat meningkatkan pendapatan dengan bergabung di koperasi menjalankan usaha pembuatan minyak bekatul. Usaha pembuatan minyak bekatul padi yang berbadan usaha koperasi akan memproduksi minyak bekatul padi dengan berlabelkan “Oryzanol Sativa” dan dilengkapi label perizinan lainnya. Keunggulan produk ini adalah sebagai minyak sehat yang dapat menurunkan kolesterol, menghambat waktu menopause, mencegah kardiovaskuler dan kanker. Rencana pemasaran minyak bekatul padi akan dipasarkan di United Arab Emirates dengan harga 10.25 USD. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial untuk usaha pembuatan minyak bekatul dengan umur bisnis selama 10 tahun memiliki keuntungan bersih yang berbeda setiap tahunnya. Berdasarkan analisis kriteria investasi, NPV usaha ini sebesar Rp5 771 920 329; IRR mencapai 56 persen; Net B/C 3; dan PP selama 3.11 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha pembuatan minyak bekatul layak direalisasikan.

Usaha pembuatan minyak bekatul dengan konsep wirakoperasi menghasilkan keuntungan yang dapat dibagi tidak hanya untuk satu orang, tetapi keuntungan dirasakan juga oleh petani dan penggiling mitra. Pembagian keuntungan dengan cara bagi hasil. Bagi hasil diberikan kepada 4 pihak yang terdiri dari petani, penggiling, wirakoperasi, dan desa. Adanya bagi hasil dari keuntungan usaha ini memberikan peningkatkan pendapatan bagi petani dan penggiling padi.

Terdapat perbedaan usaha dengan adanya seorang wirakoperasi dan tanpa wirakoperasi terlihat pada pemanfaatan dan pengolahan bekatul, sistem jual, pasar. Perbedaan hasil dengan pendekatan tanpa wirakoperasi dan dengan wirakoperasi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Perbedaan pendekatan tanpa wirakoperasi dan dengan wirakoperasi Uraian Tanpa Wirakoperasi Dengan Wirakoperasi Pemanfaatan

dan

pengolahan Bekatul

Hanya untuk pakan Bekatul dapat diolah menjadi minyak bekatul yang mempunyai harga tinggi

tengkulak (beras dan hasil samping penggilingan milik tengkulak).

dimana nantinya keuntungan hasil jual produk dari hasil samping penggilingan padi akan didapatkan petani sesuai dengan kesepakatan bagi hasil dengan koperasi Pasar Tidak ada kepastian pasar,

karena tidak ada kontrak antara koperasi dengan industri pasar tujuan.

Ada kepastian pasar, karena ada kontrak kesepakatan antara koperasi dan industri.

Dokumen terkait