• Tidak ada hasil yang ditemukan

this PDF file HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TELEVISI DENGAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA | Soputan | JURNAL KEPERAWATAN 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "this PDF file HUBUNGAN KEBIASAAN MENONTON TELEVISI DENGAN OBESITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA | Soputan | JURNAL KEPERAWATAN 1 SM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

H U B U NG A N K E B I A S A A N M E NO NT O N T E L E V I S I D E NG A N

OBE SI T A S PA DA R E M A J A DI SM A NE G E R I 1 T OM BA R I R I

K A B UPA T E N M I NA H A SA

V ir ginia C laudia S oputan H endr o B idj uni

V andr i K allo

Program S tudi Ilmu K eperawatan F akultas K edokteran Universitas S am R atulangi

E mail: soputanvirginia@ gmail.com

A bstract: Obesity is a disorder or disease that is characterized by excesstive accumulation of body fat in the body. Watching television is a habit that is often done by everyone but most people do not understand the correct way of watching television that does not interfere their health conditions. T he purpose of this study was to determine the relation between the habit of watching television with obesity in adolescence age in K abupaten Minahasa K ecamatan T ombariri 1st Senior High school. T he research design is using retrospective approach. T he sample of the study was 60 correspondents, devided into 30 correspondents as case group, and 30 correspondents as control group. T he date that were collected using observation sheets of television viewing frequency and body mass index observation sheet. T he results of the statitical chi square test relation betweeen the habit of wathing television with obesity 95%(α ≤0,05) and the results optained p value 0,004. T he conclusion that there is a relation between the habit of watching television with obesity in adolescence in K abupaten Minahasa K ecamatan T ombariri 1

st

Senior High School. K eywoards : T he habit of watching television, obesity.

(2)

PE ND A H UL UA N

Obesitas adalah suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologic spesifik. S ecara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sudoyo dkk, 2014). Obesitas adalah akumulasi sel lemak (jaringan adiposa) berlebih, menurut tinggi badan, jenis kelamin, dan suku seseorang sehingga menyebabkan masalah kesehatan. L emak dapat menempati regio abdominalis (berbentuk apel), pinggang atau paha (berbentuk-pir) ( Nair, dan Peate, 2015). Menurut World Health Organization (W HO) tahun 2017 bahwa obesitas di seluruh dunia telah hampir tiga kali lipat sejak tahun 1975. Pada tahun 2016, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa, 18 tahun dan lebih tua, kelebihan berat badan. D ari jumlah tersebut, lebih dari 650 juta orang mengalami obesitas, 39 % orang dewasa berusia 18 tahun ke atas kelebihan berat badan pada tahun 2016, dan 13 % mengalami obesitas. S ebagian besar penduduk dunia tinggal di negara-negara di mana kelebihan berat badan dan obesitas membunuh lebih banyak orang daripada orang yang kurang gizi.

Hasil R iset K esehatan D asar (R IS K E S D A S ) tahun 2013 menunjukan prevalensi kegemukan dan obesitas di Indonesia pada anak sekolah (5-12 tahun) persen sangat gemuk (obesitas). Prevalensi gemuk dan sangat gemuk (obesitas) di

(3)

badan gemuk atau obesitas ada 9 siswa, dan untuk kelas X II berjumlah 156 siswa yang mengalami obesitas ada 9 siswa. D ari hasil wawancara pada 5 orang siswa yang obesitas dari kelas X ada 2 orang siswa, kelas X I 3 orang mereka mengungkapkan kalau mereka memiliki kebiasaan menonton televisi setiap hari dengan frekuensi 3-5 jam dan tidak melakukan aktifitas lain selain duduk menonton televisi.B erdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kebiasaan menonton televisi dengan obesitas pada remaja di S MA Negeri 1 T ombariri K abupaten Minahasa.

M E T O D E PE NE L I T I A N

D esain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah D eskriptif A nalitik, dengan menggunakan pendekatan retrospektif (case control), yaitu penelitian yang efek/variabel tergantungnya diidentifikasi saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu lalu (S etiadi, 2013). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdii atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (S etiadi, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah 60 siswa di S MA Negeri 1 T ombariri K abupaten Minahasa. S ampel penelitian adalah bagian dari sejumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (S ujarweni, 2014). S ampel diambil dengan menggunakan total sampling dimana jumlah sampel sama dengan populasi (S ugiyono, 2007). S ampel dalam penelitian ini sebanyak 60 responden yakni yang mengalami obesitas sebanyak 30 responden dan yang berat badan normal sebanyak 30 responden, yang bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi. L embar observasi adalah lembar pengamatan atas penelitian yang sedang diamati oleh peneliti (S ujarweni, 2014). lembar observasi frekuensi menonton televisi dan lembar

observasi indeks masa tubuh. C aranya dengan mengisi lembar obseravasi frekuensi waktu yang digunakan untuk menonton televisi.

(4)

T abel 2. D istr ibusi r esponden banyak mengalami obesitas adalah perempuan yaitu 25 responden (83%) dan jenis kelamin yang paling sedikit mengalami obesitas adalah laki-laki yaitu sebanyak 5 responden ( 17%). B erdasarkan hasil penelitian bahwa kelompok kontrol, jenis kelamin laki-laki berjumlah 15 responden ( 50%) dan jenis kelamin perempuan berjumlah 15 responden (50%). T abel 3. D istr ibusi r esponden

ber dasar k an fr ek uensi menonton televisi F rekuensi kelompok kasus yang tidak beresiko berjumlah 8 responden (27%) dan yang beresiko berjumlah 22 responden (73%). B erdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok kontrol yang tidak beresiko berjumlah 20 responden (67%) dan yang beresiko berjumlah 10 responden (33%). Hasil penelitian dari 60 responden yang terbagi dalam 30 responden yang obesitas dan 30 responden yang normal bahwa sebagian besar responden yang obesitas memiliki kebiasaan menonton televisi yang beresiko dibuktikan dari tabel 5.3 yaitu 22 responden ( 73%) dan sebagian kecil yang tidak beresiko yaitu 8 responden (27%). A kan tetapi ada juga sebagian kecil responden yang mengalami obesitas namun

memiliki kebiasaan menonton televisi yang tidak beresiko dan responden yang memiliki berat badan normal tetapi kebiasaan menonton televinya beresiko. Penyebabnya karena ada faktor lain yang ditemukan pada responden setelah melakukan wawancara dengan responden sebelum dilakukan pengukuruan. responden berjumlah 60 orang. R esponden terbagi dalam 2 yakni 30 responden (50%) yang mengalami obesitas dan 30 responden (50%) tidak mengalami obesitas atau normal.

(5)

demikian Ha diterima yaitu ada hubungan antara kebiasaan menonton televisi dengan obesitas pada remaja di S MA Negeri 1 T ombariri.

Pembahasan

Hasil penelitan menunjukan bahwa responden yang paling banyak memiliki kebiasaan menonton televisi yang beresiko teradapat pada remaja perempuan yang obesitas. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh C hristin, 2017 dalam judul F aktor-faktor R isiko T erhadap Obesitas pada R emaja di K ota B itung yaitu jenis kelamin terbanyak mengalami obesitas terdapat pada jenis kelamin perempuan sebanyak 161 responden (16,7%). S ejalan juga dengan penelitian dari W ulan 2014 dalam judul Prevalensi Obesitas pada R emaja di S MA K risten T umou T ou K ota B itung yakni prevalensi obesitas pada remaja adalah sebesar 12,40% dan angka yang lebih tinggi terdapat pada remaja perempuan yaitu 9,5% dan 91% remaja laki-laki. R esponden yang kebiasaan menonton televisi paling banyak berada pada umur 17 tahun. Menonton televisi yang berlebihan dapat mempercepat terjadinya obesitas ( F reitag & Oktaviani, 2010). K ebiasaan menonton televisi tergolong kedalam aktifitas fisik ringan. Ini berarti tidak banyak energi tubuh yang terpakai (K ompas, 2010). Menonton T V adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh setiap orang tetapi sebagian besar orang tidak memahami bagaimana cara menonton televisi yang aman dan tidak akan merugikan kesehatan. J arak menonton televisi yang aman adalah sekitar 1,5 meter atau lebih, sebaiknya menonton televisi tidak lebih dari 2 jam dalam sehari agar tidak menimbulkan kelelahan mata dan otot bahu. S ebagai orang tua hedaknya memberikan kegiatan tambahan misalnya pekerjaan rumah, tugas membaca, dan merangkum bila libur telah tiba agar anak tidak melulu menonton televisi karena selain dapat mengganggu kesehatan menonton televisi juga dapat menayangkan makanan, minuman yang dapat menyebabkan

kegemukan seperti makanan dan minuman instan (W aryana, 2016). menonton televisi diantaranya penonton akan mengalami obesitas. S tudi menunjukkan duduk bersantai dalam kurun waktu lama akan berdampak pada tekanan darah dan obesitas. Orang yang banyak menonton televisi adalah mereka yang terancam obesitas. Pasalnya orang yang menonton televisi itu pasif, diam menyaksikan sajian televisi tanpa melakukan kegiatan atau aktivitas lainnya. K egiatan menonton televisi membuat tubuh menjadi malas bergerak dan cenderung pasif. A langkah baiknya bila mengurangi waktu menonton televisi dan melakukan aktifitas olahraga sehingga metabolisme tubuh tidak terganggu (S andjaja, 2009), A nak yang obesitas relative lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari anaknya (S oedjiningsih, 2012).

(6)

oleh A stiti, (2013) bahwa durasi menonton T V ≥2 jam dan durasi anak yang menonton T V ≥2 jam berisiko 3,3 kali untuk menjadi obesitas dibandingkan anak yang menonton T V <2 jam perhari.

D apat disimpulkan bahwa obesitas dapat dialami oleh siapa saja, karena penyebab dari obesitas terdiri dari banyak faktor dan salah satu faktor yang dapat menyebabkan obesitas adalah faktor kebiasaan menonton televisi. K ebiasaan menonton televisi dapat dikatakan hal yang sering kita lakukan setiap hari. S etiap orang memiliki waktu menonton televisi yang berbeda-beda. Obesitas dapat terjadi ketika waktu atau frekuensi menonton televisi yang kita lakukan setiap hari berlebihan, karena dengan duduk dan tidak melakukan aktifitas olahraga selain menonton televisi dapat menyebabkan tubuh menjadi malas dan pembakaran lemak dalam tubuh sangat sedikit. S emakin lama duduk diam dan menonton televisi semakin banyak lemak yang tertumpuk di dadalam tubuh dan dapat menyebabkan obesitas.

S I M PUL A N

S ebagian besar responden memiliki kebiasaan menonton televisi yang berlebihan. S ebagian besar responden mengalami obesitas. T erdapat hubungan yang signifikan antara K ebiasaan menonton televisi dengan obesitas pada remaja di S MA Negeri 1 T ombariri.

D A F T A R PUST A K A

A stiti D , (2013). Pola Menonton T elevisi sebagai F aktor Resiko Obestas pada Anak di Sekolah D asar kota Y ogyakarta dan K abupaten Bantul. V olume 1 nomor 2.

C hristine H, (2016). F aktor-F aktor Risiko T erhadap Obesitas pada Remaja di K ota Bitung. V olume 4, nomor 1. D epartemen K esehatan, 2011. Pedoman

Praktis Memantau Status Gizi Orang D ewasa. J akarta. D iakses 29 J anuari 2018.

F reitag H, dan Oktaviani P, (2010). D iet Seru ala Remaja. J akarta : Galangpress Media.

Hasdianah H.R , H.S andu S iyoto dan Y ull y Peristyowati (2013). Pemanfaatan Gizi, D iet, dan Obesitas. Y ogyakarta : Nuha Medika.

K ompas, (2010). Menonton T elevisi Y ang Sehat . (D iakses pada 09 J anuari 2018, Pukul 20:00).

Misnadiarly, 2007. Obesitas Sebagai F aktor Resiko beberapa P enyakit. J akarta: Pustaka Obor Populer

R iset kesehatan D asar (R IS K E S D A S )

(2013). K ementrian

R I.www.depkes.go.id/resources/do

uwnload/general/Hasil R iskesdas

2013.pdf (diakses 11 J anuari

2018, Pukul 20:00 )

S andjaja, 2009. K amus Gizi.jakarta : B uku K ompas.

S ayyid M, (2009). Pendidikan Remaja.E d2.Y ogyakarta Gema Insani:

S etiadi, (2013). K onsep dan Praktik Penulisan Riset K eperawatan. E d2.Y ogyakarta : Graha Ilmu S oedjiningsih, (2012). T umbuh K embang

Anak. J akarta : E GC

S udoyo A W , S eti yohadi B , A lwi I, S imadibrata M, S etiati S , (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit D alam J ilid II.E d6. J akarta: Interna Publishing

S ujarweni W , (2014). Metodologi Penelitian K eperawatan.E d1.Y ogyakarta: Gava Media

(7)

T remblay M, (2011) S ystematic review of sedentary behaviour and health indicator in school-aged children and youth.

W aryana, (2010). Gizi Reproduksi. Y ogyakarta : Pustaka R ihama. W orld Health Organization (2017). Obesitas

dan K elebihan Berat

Badan.http//www.who.int/topics/ob

esity/en/html. (D iakses pada

D esember 2017 Pukul 20:00). W ulan T , (2014). Prevalensi Obesitas pada

R emaja di S MA K risten T umou T ou K ota B itungV olume.

Gambar

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur  Kasus
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan Indeks Masa Tubuh

Referensi

Dokumen terkait

Hasil simulasi yang dilakukan pada pra siklus untuk melihat kemampuan awal anak usia dini tunagrahita menunjukkan tingkat kemampuan fisik motorik kasar anak masih rendah,

Pada hari ini Kamis tanggal Dua Belas bulan Mei tahun Dua Ribu Enam Belas (12-05-2016), kami yang bertanda tangan di bawah ini Kelompok Kerja 17 Unit Layanan Pengadaan (ULP)

Sesuai dasar teori pada program keselamatan kerja yang baik adalah program yang didasarkan pada prinsip close the loop atau prinsip penindaklanjutan hingga tuntas, karena

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan pihak Wilayah Kerja Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang dapat meningkatkan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi tablet fe selama

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA MALANG TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II MALANG NOMOR 6 TAHUN 1989 TENTANG PENYELENGGARAAN KEBERSIHAN DALAM

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) Aktivitas belajar siswa kelas X4 SMAN 3 Sukoharjo tahun ajaran 2013/2014 pada sub materi Alat Optik dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa asal bagian stek tanaman kumis kucing dan pemberian IBA berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah tunas pada umur 8 sampai 14

Hal ini dikarenakan para penikmat musik dari para pengamen jalanan yang mereka sajikan tidak akan pernah mengusir mereka dengan sikap yang kasar, dan di tempat ini mereka