MAKALAH
MASYARAKAT MADANI DALAM ISLAM
OLEH :
1. NISRINA MEGA AFIFAH
2. LENY NUR WAHYUNI AZIZAH
3. SIGIT SETYO WIDODO
4. DAMAR CAHYO A. GUMELAR
5. AHAMAD MAHMUDAH RAHIM
OFFERING : D 2013
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2014
PENDAHLUAN
1. Latar Belakang
Mewujudkan masyarakat madani adalah membangun kota budaya bukan sekedar merevitalisasikan adab dan tradisi masyarakat local, tetapi lebih dari itu adalah membangun masyarakat yang berbudaya agamis sesuai keyakinan individu, masyarakat berbudaya yang saling cinta dan kasih yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan .
Oleh karenanya, maka yang dimaksud masyarakat madani adalah sebuah ruang yang bebas dari pengaruh keluarga dan kekuasaan negara, dan pengaruh kekuasaan keluarga dan negar. Batasan yang dikemukakan oleh RAU ini menekankan pada adanya ruang hidup dalma kehidupan sehari – hari serta memberikan integrasi sistem nilai yang harus ada dalam masyarakat madani, yakni individualisme pasar (market) dan pluralisme.
2. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dari penuliasan makalah ini, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apakah pengertian dari masyarakat Madani? b. Bagaimanakah ciri-ciri masyarakat Madani? c. Bagaimanakah masyarakat Madani dalam sejarah?
d. Bagaimana peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat Madani? e. Apakah tujuan atau manfaat dari terbentuknya masayarakat Madani?
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan yaitu:
a. Untuk mengetahui pengertian dari masyarakat Madani. b. Untuk mengetahui ciri-ciri masyarakat Madani.
c. Untuk mengetahu masyarakat Madani dalam sejarah.
d. Untuk memahami peran umat islam dalam mewujudkan masyarakat Madani.
e. Untuk mengetahui tujuan atau manfaat dari terbentuknya masayarakat Madani.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Masyarakat Madani Istilah masyarakat Madani sebenarnya telah lama hadir di bumi, walaupun dalam wacana akademi di Indonesia belakangan mulai tersosialisasi. "Dalam bahasa Inggris ia lebih dikenal dengan sebutan Civil Society". Sebab, "masyarakat Madani", sebagai terjemahan kata civil society atau al-muftama' al-madani.
Istilah masyarakat madani dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civil society pertama kali dikemukan oleh Cicero dalam filsafat politiknya dengan istilah societies civilis yang identik dengan negara. Dalam perkembangannya istilah civil society dipahami sebagai organisasi-organisasi masyarakat yang terutama bercirikan kesukarelaan dan kemandirian yang tinggi berhadapan dengan negara serta keterikatan dengan nilai-nilai atau norma hukum yang dipatuhi masyarakat.
Kalau Cicero memahaminya identik dengan negara, maka kini dipahami sebagai kemandirian aktivitas warga masyarakat madani sebagai "area tempat berbagai gerakan sosial" (seperti himpunan ketetanggaan, kelompok wanita, kelompok keagamaan, dan kelompk intelektual) serta organisasi sipil dari semua kelas (seperti ahli hukum, wartawan, serikat buruh dan usahawan) berusaha menyatakan diri mereka dalam suatu himpunan, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri mereka sendiri dan memajukkan pelbagai kepentingan mereka. Secara ideal masyarakat madani ini tidak hanya sekedar terwujudnya kemandirian masyarakat berhadapan dengan negara, melainkan juga terwujudnya nilai-nilai tertentu dalam kehidupan masyarakat, terutama keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan (pluralisme)
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun”.
2.b Ciri-ciri Masyarakat Madani.
Bangsa Indonesia berusaha untuk mencari bentuk masyarakat madani yang pada dasarnya adalah masyarakat sipil yang demokrasi dan agamis/religius. Dalam kaitannya pembentukan masyarakat madani di Indonesia, maka warga negara Indonesia perlu dikembangkan untuk menjadi warga negara yang cerdas, demokratis, dan religius dengan bercirikan imtak, kritis argumentatif, dan kreatif, berfikir dan berperasaan secara jernih sesuai dengan aturan, menerima semangat Bhineka Tunggal Ika, berorganisasi secara sadar dan bertanggung jawab, memilih calon pemimpin secara jujur-adil, menyikapi mass media secara kritis dan objektif, berani tampil dan kemasyarakatan secara profesionalis,berani dan mampu menjadi saksi, memiliki pengertian kesejagatan, mampu dan mau silih asah-asih-asuh antara sejawat, memahami daerah Indonesia saat ini, mengenal cita-cita Indonesia di masa mendatang.
Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1. Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi
sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi yang meliputi :
1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
2) Pers yang bebas
3) Supremasi hokum
5) Partai politik
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang
majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari
rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab.
7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
Adapun yang masih menjadi kendala dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia diantaranya :
1. Kualitas SDM yang belum memadai karena pendidikan yang belum
merata
2. Masih rendahnya pendidikan politik masyarakat
3. Kondisi ekonomi nasional yang belum stabil pasca krisis moneter
4. Tingginya angkatan kerja yang belum terserap karena lapangan kerja
yang terbatas
5. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sepihak dalam jumlah yang besar
6. Kondisi sosial politik yang belum pulih pasca reformasi
Oleh karena itu dalam menghadapi perkembangan dan perubahan jaman, pemberdayaan civil society perlu ditekankan, antara lain melalui peranannya sebagai berikut :
1. Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan
2. Sebagai advokasi bagi masyarakt yang “teraniaya”, tidak berdaya
membela hak-hak dan kepentingan mereka (masyarakat yang terkena pengangguran, kelompok buruh yang digaji atau di PHK secara sepihak dan lain-lain)
3. Sebagai kontrol terhadap negara
4. Menjadi kelompok kepentingan (interest group) atau kelompok
penekan (pressure group)
5. Masyarakat madani pada dasarnya merupakan suatu ruang yang
terletak antara negara di satu pihak dan masyarakat di pihak lain. Dalam ruang lingkup tersebut terdapat sosialisasi warga masyarakat yang bersifat sukarela dan terbangun dari sebuah jaringan hubungan di antara assosiasi tersebut, misalnya berupa perjanjian, koperasi,
kalangan bisnis, Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan bentuk organisasi-organsasi lainnya.
2.c. Masyarakat Madani Dalam sejarah
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi sebagai masyarakat madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah antara
Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi, menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
2.d. Peran Umat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya. Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd, Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
2.e Tujuan Atau Manfaat Dari Terbentuknya Masayarakat Madani. a. Inklusivisme
Khalidah (Filsafat Perenial), atau karya serupa itu dari Ibn Hindu, al-Kalim al-Ruhaniyah.
b. Humanisme (Egalitarianisme)
Yang dimaksud dengan humanisme di sini adalah cara pandang yang memperlakukan manusia karena kemanusiaannya, tidak karena sebab yang lain di luar itu, seperti ras, kasta, warna kulit, kedududukan, kekayaan atau bahkan agama. Dengan demikian termasuk di dalam humanisme ini adalah sifat egaliter, yang menilai semua manusia sama derajatnya.
c. Toleransi
Toleransi umat Islam barangkali dapat dilihat dari beberapa contoh di bawah ini: Para penguasa Muslim dalam waktu yang relatif singkat telah menaklukan beberapa wilayah sekitarnya, seperti Mesir, Siria dan Persia. Ketika para penguasa Islam itu menaklukkan daerah-daerah tersebut, di sana telah ada dan berkembang dengan pesat beberapa pusat ilmu pengetahuan. Namun mereka tidak mengganggu kegiatan-kegiatan ilmiah dan filosofis yang telah ada sebelum Islam datang di beberapa kota di Timur Tengah. Beberapa pusat ilmu di kota-kota Siria, seperti Antioch, Harran, dan Edessa, tetap berkembang ketika orang-orang Arab menaklukkan Siria dan Iraq. Menurut penilaian Majid Fakhry, penaklukan Arab secara keseluruhan tidak mencampuri pencarian akademis oleh sarjana-sarjana di Edessa, Nisibis dan pusat-pusat ilmu di Timur dekat. Di pusat-pusat ilmu ini, kajian-kajian filosofis dan teologis oleh para sarjana Kristen tetap berjalan sebagaimana biasanya, dan mereka menikmati kebebasan berfikir yang diberikan oleh para penguasa Muslim.
Menurut Abdolkarim Soroush, dalam bukunya Reason, Freedom and Democracy in Islam, salah satu sifat yang tidak boleh ditinggalkan dalam demokrasi adalah kebebasan individu untuk mengemukakan pendapatnya, dengan kata lain harus ada kebebasan berpikir. Nah bagaimana kebabasan berpikir ini dilaksanakan oleh masyarakat kota-kota besar Islam, terutama pada masa kejayaananya, dapat kiranya dilihat dari contoh-contoh berikut ini. Kebebasan untuk menyampaikan kritik terhadap penguasa, dalam hal ini para perdana menteri (wazir), dapat dengan gamblang kita lihat dalam karya Abu Hayyan al-Tawhidi. Dalam bukunya yang berjudul Akhlaq al-Wazirayn (Karakter dari Dua Wazir), al-Tawhidi mengeritik karakter dan bahkan kadang administrasi dari dua wazir Buyid, Ibn Amid dan Ibn Sa’dan. Ibn ‘Amid, misalnya dikatakan terlalu “pelit” di dalam menggaji bawahannya, bahkan bawahan yang penting seperti Ibn Miskawayh (w. 1010), seorang filosof etik yang terkenal. Menurutnya, Miskawayh dibayar oleh Ibn ‘Amid, dengan gaji yang pas-pasan, yang tentunya tidak cocok dengan sifat seorang wazir, yang seharusnya dermawan.
http://buku-boeboerusutan.blogspot.com/2012/07/makalah-masyarakat-madani.html
http://ishthesyndicate.blogspot.com/2013/03/1024x768-normal-0-false-false-false.html
AMAR MA`RUF NAHI MUNGKAR
AMAR MA\`RUF NAHI MUNGKARAMAR MA\`RUF AMAR MUNGKAROleh : Farid N. Arief
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari
yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”. (QS. 3:104)
Amar Ma`ruf (mengajak kepada perbuatan baik) Nahi Munkar (mencegah perbuatan buruk) merupakan perintah Allah SWT kepada kaum mukmin, sebaliknya dilarang mengajak/berbuat yang mungkar dan menyeru menolak yang makruf/baik. Dalam kehidupan social bermasyarakat sekarang ini kita perhatikan makin memudarnya sikap untuk melaksanakan amar makruf ini kalau dilihat dari nilai-nilai dasar Islam, mana yang makruf mana yang mungkar, mana yang harus dikerjakan/diajak mana yang harus dilarang/ditinggalkan sudah mulai kabur atau dikaburkan, hal ini bisa kita lihat/perhatikan dengan kasat mata dalam pola fakir,
pola laku umat manusia sekarang ini, tidak terkecuali sebagian besar dari kalangan muslim, dapat kita perhatikan dalam elemen masyyarakat atau
1. Siaran TV, kalau diperhatikan dengan seksama tayangan TV mengajak pamirsa kearah moral ganda, yaitu disatu sisi tV menyiarkan/mengajak kepada kebaikan
ada acara agama, pendikan dan lain sebagainya acara acara yang berdampak positif, pada sisi lain juga tv menayangkan acara yang menyudutkan ajaran agama
atau tayangan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan tayangan lainnya yang berdampak negative pada pamirsa. Jadi tv melaksankan amar makruf, amar
mungkar, mengajak kepada yang baik dan mengajak kepada yang mungkar. 2. Budaya pergaulan bebas, dalam artian pergaulan antara seorang gadis dengan seorang pemuda sudah banyak yang melampau batas-batas norma-norma agama dan norma-norma umum yang berlaku pada bangsa ini. Orang tua sekarang ini merasa resah jika anak gadisnya belum punya pacar. Sudah dianggap lumrah saat
ini orang tua membiarkan anak gadis pergi dengan seorang pemuda/pacarnya yang bukan muhrimnya. Kesucian/keperawnan pada malam pengantin sekarang
ini sudah tidak dijadikan masalah lagi. Membiarkan yang mungkar 3. Poligami yang dibolehkan Allah SWT dijadikan polemic, budaya selingkuh
yang dilarang Allah SWT dianggap sah-sah saja tidak dipermasalahkan/tidak dipolemikan, mebiarkan yang mungkar melarang yang makruf
4. KKN, semakin didengungkan pemberantasanya semakin menjadi-jadi budaya KKN. Seoarang pejabat birokrat/atau seorang Pegawai Negeri yang memegang
proyek ,dihormati ditengah masyarakat walaupun sudah rahasia umum jumlah harta kekayaan yang diperolehnya tidak berbanding rasional jika dibandingkan dengan besar gaji yang diterima. Didunia perpolitikan dianggap lumrah seorang
isteri/ anak/saudara/keponakan seorang politikus, mendadak memegang posisi penting didalam kepengurusan partai atau jadi caleg nomor jadi, tanpa melewati
pengkaderan, menurut semestinya, kenapa bisa karena suami/ayah/saudaranya memegang jabatan penting dalam kepengurusan partai. Pada sisi lain kerjasama
dalam melaksanakan korupsi ( kolusi ) sudah dianggap hal yang sah-sah saja, sudah dianggap keharusan dalam dunia usaha dan juga dalam kerja dibirokrasi serta dunia pendidikan tidak terkecuali. Masyarakat sudah bersikap cuek , sudah
bersikap dayus ( tidak acuh ) terhadap kemungkaran yang terjadi.
5. Maraknya penayangan pornogtafi dan pornoaksi di media cetak maupun media elekronik dan prilaku yang berbau porno lainnya (seperti perilaku berpakaian pada
sebagian gadis-gadis kelihatan celana dalam dipinggul belakang ), yang tidak ada tegoran / hukuman social oleh masyarakat/orangrua, mengambarkan pergeseran nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat yang mayoritas beragama ini membiarkan
perbuatan yang mungkar, plus dengan Penolakan UUD Pornografi oleh sekelompok masyarakat, mempertegas adanya sebagian umat yang menyuruh
berbuat mungkar
SIKAP SEORANG MUSLIM DALAM MENGHADAPI
Seorang muslim dalam ajaran Islam dituntut untuk melaksanakan amar ma`ruf, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah perbuatan yang dilarang Allah
Ta`ala. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam: “Siapa saja di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan
kekuatannya atau dengan tangannya. Kalau dia tidak bisa dengan tangannya, hendaklah dia merubahnya dengan lisannya. Dan jika dia tidak mampu merubahnya dengan lisannya, hendaklah dia membenci kemungkaran tersebut dengan hatinya.” Membenci dengan hati juga termasuk merubah kemungkaran itu,
dimana dengan membenci kemungkaran itu berarti dia berusaha keras untuk melenyapkan kemungkaran itu di dalam hatinya. Berbeda jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia tidak berusaha keras untuk menghilangkannya dari
hatinya. Akan tetapi bila dia membencinya dalam hati, maka dia akan berusaha untuk menghilangkan kemungkaran tersebut. Amar ma`ruf nahi mungkar, pada
hakikatnya mengandung beberapa nilai dalam kehidupan, yaitu :
1. Saling tolong menolong dalam kehidupan, antara satu dengan yang lain dalam hal perbaikan umat ini, Allah berfirman: “Saling tolong-menolonglah kalian atas kebaikan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan janganlah kalian
saling tolong-menolong, ampo membantu atas dosa dan permusuhan”. Allah Subhanahu Wa Ta`ala memerintahkan kepada kita untuk bekerjasama, saling menguatkan, saling membantu antara satu dengan yang lain demi terwujudnya
masyarakat yang senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, senantiasa taat kepada Allah Subahanahu Wa Ta’ala. Di antara ta`awun yang paling besar di antara kita adalah saling membantu dalam islah (memperbaiki) mujtama’nya. Memperbaiki masyarakat, yaitu dengan mengajak mereka untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala agar mereka tidak melakukan kerusakan di permukaan bumi ini, di antaranya adalah mensyarikatkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mensyarikatkan Allah Subhanahu Wa Ta`ala, yaitu menyembah selain Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah kemungkaran yang sangat besar yang ada di permukaan bumi ini, karena itulah Allah Subhanahu Wa Ta`ala
mengutus para Anbiya `Alaihim ashshalaatu Wassalam untuk mengajak ummatnya meninggalkan kesyirikan dan beribadah hanya kepada Allah
Subhanahu Wa Ta`ala semata.
2. Setiap muslim dituntut untuk melakukan perbaikan kearah nilai-nilai ilahiyah dimulai dari diri sendiri, keluarga dan masyrakat lingkungannya, jadi setiap pribadi muslim dilarang berbuat sebaliknya umpama melakukan kerusakan di atas
permukaan bumi ini. Allah Subhanahu Wa Ta`ala berfirman: “Dan janganlah kalian melakukan kerusakan di atas permukaan bumi sesudah ada perbaikan dari
para rasul-rasul Allah Subhanahu Wa Ta`ala, yaitu mengajak manusia beribadah kepada AllahSwt.
Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, mereka saling membantu, saling memimpin antara satu dengan yang lain, saling menolong antara satu dengan yang lain demi tegaknya amar ma`ruf nahi mungkar. Allah
Subhanahu Wa Ta`ala berfirman: “Orang-orang yang beriman, laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman di antara mereka saling memimpin atau saling tolong-menolong di antara mereka yaitu dengan di antara mereka adalah pemimpin-pemimpin di antara satu dengan yang lain demi tegaknya amar ma`ruf
Subhanahu Wa Ta`ala adalah senantiasa berusaha menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar pada diri-diri mereka, pada keluarga mereka, dan dalam lingkungan
masyarakat mereka.
Bila amar ma`ruf nahi mungkar ini tegak dengan sebenar-benarnya sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala, sesuai dengan risalah yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam, maka keselamatan umat
ini, kejayaan umat ini akan nampak pada diri-diri mereka. Tapi sebaliknya, jika amar ma`ruf nahi mungkar ditinggalkan, maka ancaman Allah Subhanahu Wa Ta`ala atau azab atau hukuman Allah Subhanahu Wa Ta`ala akan turun kepada
ummat ini.
Kalau Bersikap Dayus Terhadap Amar Ma`ruf Nahi Munkar ?Bersikap Dayus, artinya bersikap tidak mau tahu ( cuek ) terhadap sesuatu, dalam perintah amar
ma`ruf nahi mungkar, umat Islam dilarang bersikap dayus tersebut. Dalam Alqur’an dan Hadis Nabi kita diingatkan :
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” Qs. Al
Maa`idah (5):79 Rasulullah SAW bersabda :
“Bukan dari golongan kami orang-orang yang tidak mengasihi yang muda dan tidak menghormati yang tua, serta tidak mengajak orang lain untuk berbuat baik
dan melarang yang munkar.” Kewajiban Mencegah Kemunkaran
Al-imam Abi Daud rhm meriwayatkan bahwa Abdullah Ibn Mas`ud r.a. mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa :“Sesungguhnya demi Allah,
hendaklah engkau benar-benar menyerukan yang ma`ruf dan benar-benar mencegah yang mungkar, dan sungguh-sungguh menentang tangan-tangan yang
zholim, dengan mengembalikannya kejalan yang benar, dan agar menjaganya selalu di jalan yang benar”.
Akibat tidak melaksanakan amar ma`ruf nahi mungkar
Firman Allah Subhanahu Wa Ta`ala:“Dan peliharalah dirimu dari siksa yang tidak saja akan menimpa orang yang zholim diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa
Allah amat keras siksanya.” (QS. Al-Anfal 25)
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda :“Sesungguhnya manusia jika mereka melihat orang yang berbuat
Aisyah r.a. berkata, “Rasulullah SAW Bersabda : “Penduduk sebuah desa yang berjumlah delapan belas ribu orang disiksa, padahal amal-amal mereka seperti amal para nabi. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana hal itu bisa terjadi?” Nabi SAW menjawab, “Mereka tidak pernah marah karena Allah Azza
Wa Jalla, karena mereka tidak melakukan amar ma`ruf dan nahi mungkar.” Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.: “Dan sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW.bersabda (yang artinya): “Bila suatu kaum berbuat maksiat, sementara di
antara mereka ada yang mampu menegur mereka, namun tidak dilakukannya, melainkan Allah akan menimpakan siksa-Nya secara merata atas mereka dari
sisi-Nya.”
Di hadits yang lain Rasulullah SAW menyampaikan bahwa umat Islam yang soleh berdoa pada Allah namun doanya tidak diterima karena mereka tidak melakukan
amar ma’ruf nahi munkar.
Firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut diatas sering dikutip para ulama ketika menyikapi bencana alam Tsunami baru-baru ini di Aceh dan Nias. Dimana
terbukti bahwa bencana itu menimpa semua orang secara merata baik orang mukmin ataupun tidak. Wallahu a`lam bis shawab.
Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam mengancam orang-orang yang tidak melaksanakan amar ma`ruf nahi mungkar. Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wa Sallam bersabda yang diriwayatkan oleh Khudzaifah Radhiallahu `Anhu dari nabi
Shallallahu `Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda: “Demi jiwaku yang di tangan Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Hendaknya kalian menyuruh kepada yang ma`ruf
dan mencegah kemungkaran atau sudah dekat masanya Allah Subhanahu Wa Ta`ala mengirim adzab-Nya kepada kalian,kemudian kalian berdo`a kepadaNya.
Lalu Allah Subhanahu Wa Ta`ala tidak mempedulikan do`a-do`a kalian.” Salah satu sebab tidak dijawabnya do`a kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah meninggalkan amar ma`ruf nahi mungkar. Mungkin di antara kita banyak yang
berdo`a kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, banyak meminta kepada Allah Subhanahu Wa Ta`ala, namun do`a-do`a kita tidak dijawab oleh Allah Subhanahu
Wa Ta`ala. Hal ini mungkin saja disebabkan karena banyak di antara kita yang tidak peduli akan amar ma`ruf nahi mungkar.
Sekarang ini banyak diantara umat yang tidak peduli untuk melaksanakan nahi mungkar, padahal kalau dilihat bertebaran perbuatan/tingkah laku yang keji dan
pola laku yang sudah tidak bertentangan dengan ajaran islam, Kemungkaran mungkin saja merajalela di dalam rumah tangga kita, keluarga kita keluar rumah
tanpa memakai hijab islami, tanpa menutup auratnya, keluar dengan mempertontonkan auratnya merupakan satu kemungkaran besar. Namun kita biasa-biasa saja, hati kita tenang-tenang saja. Mungkin anak perempuan kita pergi,
berduaan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, tapi hati kita tidak ada kebencian terhadap perbuatan itu. Sehingga Allah Subhanahu Wa Ta`ala menghukum kita, di antara hukuman-Nya adalah dengan tidak dijawabnya
Kalau kemungkaran dibiarkan , Allah akan menimpakan musibah, seperti gempa, gunung meletus, tsunami dan lain-lain. Semua itu akibat dari dosa-dosa yang dilakukan oleh hamba-hamba Allah Subhanahu Wa Ta`ala. Hukuman itu adalah akibat perbuatan-perbuatan manusia, Allah Subhanahu Wa Ta`ala murka karena
mungkin di antara mereka tidak saling mempedulikan, berputus asa untuk beramar ma`ruf nahi mungkar sehingga Allah Subhanahu Wa Ta`ala mengumumkan azab-Nya yang kiranya senantiasa mengingatkan kita. . “Dan takutlah akan fitnah, azab yang ditimpakan bukan hanya kepada orang-orang yang
dzalim saja di antara kalian (QS. Surah Al Anfal ay 25). Bukan orang yang berbuat dzalim saja yang ditimpakan musibah, tetapi orang shaleh di antara mereka pun ditimpakan musibah oleh Allah Subhanahu wa Ta`ala. Kenapa? Karena mungkin di antara orang-orang yang shaleh, dia hanya shaleh terhadap dirinya sendiri tapi dia tidak peduli terhadap keluarganya, tidak peduli terhadap
anak-anaknya yang telah meninggalkan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak melaksanakan shalat, tapi tidak ada kerisauan di dalam hatinya atau
anaknya yang perempuan berjalan dengan pacarnya tapi tidak ada kerisauan di dalam hatinya. Kemungkinan dia melihat di depan matanya, tapi tidak peduli, akibatnya Allah Subhanahu Wa Ta`ala menghukum mereka, mengazab mereka akibat dari perbuatan-perbuatan mereka yaitu tidak melakukan amar ma’ruf nahi
munkar.
Bila ada orang-orang yang tetap berusaha keras memperbaiki masyarakatnya, maka Insya Allah dia akan diselamatkan oleh Allah dari azab-Nya sesuai dengan
firman Allah : “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka maka kami menyelamatkan orang-orang yang senantiasa melarang dari
kemungkaran, perbuatan buruk dan Kami mengazab orang-orang yang menzhalimi dirinya dengan azab yang sangat keras”, juga di ayat yang lain Allah
berfirman : “Allah tidak akan mengazab satu kampung, satu negeri dengan berbuat zhalim kepada-Nya padahal penduduk negeri itu melakukan perbaikan, menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, mereka diselamatkan Allah”. Allah tidak
akan mengazab orang-orang yang mengadakan perbaikan, tapi bila orang shaleh terhadap dirinya saja dan tidak mau mempedulikan orang lain, maka mereka masih mendapat ancaman azab Allah sebagaimana pertanyaan `Aisyah radiyallahu
anha kepada Rasulullah “Ya.. Rasulullah apakah kami, akan dibinasakan padahal ditengah-tengah kita ada orang-orang yang shalih. Rasulullah … bersabda:” Ya jika sudah banyak kemungkaran yang merajalela dan tidak ada yang memperbaiki,
tapi bila ada orang-orang yang mengadakan perbaikan maka orang-orang yang mengadakan perbaikan akan diselamatkan oleh Allah dan senantiasa dijawab
do`anya oleh Allah. Juga di riwayat hadits lain Rasulullah
bersabda:“Sesungguhnya manusia melihat orang-orang yang melihat kezhaliman lalu dia tidak mencegah kezaliman tersebut, mereka tidak menghalanginya sesuai dengan kemampuannya. Karena perbuatan zhalimnya maka sudah dekat masanya Allah mengumumkan azab secara keseluruhan kepada mereka karena tidak peduli
akan kemungkaran. Amar ma`ruf nahi munkar adalah sebab-sebab kita mendapatkan kejayaan dan keberuntungan dari Allah. Beramar ma`ruf nahi mukar
memberikan kekuatan kepada kita semua sehingga kita betul-betul tegak melaksanakan seluruh perintahnya dan meninggalkan segala apa yang dilarang