• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEYNOTE SPEECH Teknologi Sederhana pada (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEYNOTE SPEECH Teknologi Sederhana pada (1)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEYNOTE SPEECH

Teknologi Sederhana pada Penyediaan Sarana Air Minum dan

Sanitasi Pasca Bencana

Ali Masduqi 1

1

Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia Email: masduqi@its.ac.id

Abstrak

Sarana dan prasarana air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia, baik pada kondisi normal maupun pada saat bencana. Penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi perlu mendapat perhatian khusus pada kegiatan penanggulangan bencana, khususnya pada tahap tanggap darurat dan pasca bencana. Keterbatasan penyediaan air minum dapat meningkatkan terjadinya berbagai kasus penyakit, seperti diare dan penyakit kulit. Dalam suasana yang tidak normal, pemenuhan kebutuhan dasar juga tidak bisa berjalan normal. Oleh karena itu solusi yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi harus segera ditemukan sesuai dengan karakteristik wilayah dan bentuk bencananya.

Pemilihan teknologi tepat guna untuk penyediaan air minum dan sanitasi harus mempertimbangkan sumber air baku, sumber energi, dan sumberdaya manusia. Penentuan jumlah dan jarak sarana air minum dan sanitasi harus mempertimbangkan kriteria tentang jumlah pengguna per sarana dan lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggal atau pengungsian.

Katakunci: penanggulangan bencana, sarana air minum, sarana sanitasi, teknologi tepat guna.

1. Pendahuluan

Bencana alam berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor, sering mengakibatkan risiko bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Setiap bencana alam akan menimbulkan besaran dan durasi dampak yang berbeda. Bencana berupa gempa bumi, tsunami, angin topan, tanah longsor biasanya berlangsung singkat, namun dampak yang ditimbulkan sangat dahsyat dalam merusak infrastruktur lingkungan permukiman. Gunung meletus, banjir, dan kekeringan pada umumnya berlangsung lebih lama, dengan dampak yang juga bisa lebih dahsyat.

Risiko bencana alam berupa kerusakan rumah tinggal dan prasarana penting lainnya menyebabkan masyarakat terpaksa mengungsi di tempat pengungsian. Salah satu bentuk kebutuhan dasar bagi masyarakat di pengungsian adalah air minum (Indriatmoko dan Widayat, 2007). Kerusakan sarana dan prasarana air minum, baik berupa sistem perpipaan (termasuk instalasi pengolahan) maupun sistem non-perpipaan menyebabkan kebutuhan dasar ini, baik di wilayah permukiman maupun pengungsian, menjadi terbatas.

Untuk meminimumkan risiko tersebut, setelah kejadian bencana segera ditetapkan tahap tanggap darurat yang meliputi (UU RI Nomor 24 tahun 2007):

a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;

(2)

c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

d. pemenuhan kebutuhan dasar;

e. pelindungan terhadap kelompok rentan; dan

f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk mengidentifikasi:

a. cakupan lokasi bencana;

b. jumlah korban;

c. kerusakan prasarana dan sarana;

d. gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan; dan

e. kemampuan sumber daya alam maupun buatan.

Pemenuhan kebutuhan dasar meliputi bantuan penyediaan:

a. kebutuhan air bersih dan sanitasi;

b. pangan;

c. sandang;

d. pelayanan kesehatan;

e. pelayanan psikososial; dan

f. penampungan dan tempat hunian.

Penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi perlu mendapat perhatian khusus pada kegiatan penanggulangan bencana, khususnya pada tahap tanggap darurat dan pasca bencana. Perhatian khusus perlu diberikan karena bencana mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Rusaknya sarana dan prasarana air minum dan sanitasi menyebabkan terganggunya pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Keterbatasan penyediaan air minum dapat meningkatkan terjadinya berbagai kasus penyakit, seperti diare dan penyakit kulit. Makin lama durasi kondisi darurat ini, makin besar frekuensi dan kualitas kejadian kasus penyakit yang berhubungan dengan sanitasi. Sarana dan prasarana air minum dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia, baik pada kondisi normal maupun pada saat bencana.

Pada tahap tanggap darurat dan pasca bencana tidak bisa dihindari munculnya pengungsi yang tinggal di tempat-tempat penampungan untuk waktu yang tidak bisa dipastikan. Pada saat itulah diperlukan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi untuk keberlangsungan hidup para pengungsi. Dalam suasana yang tidak normal, pemenuhan kebutuhan dasar juga tidak bisa berjalan normal. Oleh karena itu solusi yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan air minum dan sanitasi harus segera ditemukan sesuai dengan karakteristik wilayah dan bentuk bencananya.

Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh kejadian bencana dan pentingnya air minum dan sanitasi bagi kelangsungan hidup masyarakat terdampak bencana, maka perlu dipikirkan model teknologi penyediaan air minum dan sanitasi sederhana yang memungkinkan dioperasikan di wilayah terdampak bencana alam. Makalah ini menguraikan berbagai teknologi sederhana atau tepat guna yang dapat diterapkan di wilayah bencana atau tempat pengungsian.

2. Teknologi Sederhana

Kata “teknologi” dan “sederhana” sering dihadapkan secara dikotomis. Kata “teknologi” sering dipahami sebagai penggunaan peralatan yang rumit dan tidak sederhana, sementara kata

“sederhana” sering digunakan untuk menyatakan kondisi yang tidak rumit dan tidak menggunakan teknologi. Lalu, bagaimana bila dua kata itu disandingkan, maka segera yang terbayang adalah penyederhanaan sesuatu yang pada mularnya rumit hingga menjadi mudah dan

(3)

- Capital-saving technology

Pemilihan teknologi air minum dan sanitasi yang akan diterapkan pada daerah terdampak bencana pada tahap tanggap darurat maupun pasca bencana harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

a. Teknologi tepat guna yang mudah dioperasikan oleh masyarakat

b. Teknologi cukup toleran terhadap kondisi yang fluktuatif

c. Konfigurasi peralatan yang mudah disesuaikan dengan kondisi daerah

d. Peralatan mudah dipindahkan

e. Peralatan cukup handal dan tidak mudah rusak akibat goncangan

f. Penggunaan bahan kimia sebaiknya dihindarkan

3.2 Teknologi Air Minum

Ada kekhususan daerah pasca bencana dibandingkan dengan daerah normal, yaitu:

1. Sumber air baku:

- Pada bencana kekeringan, sumber air tidak tersedia, maka harus mencari

sumber air di daerah lain.

- Pada bencana banjir, biasanya air sangat keruh, masih mungkin diolah menjadi

air bersih.

- Pada bencana gempa bumi, gunung meletus, dan tanah longsor.

2. Sumber energi:

- Harus disediakan sumber energi alternatif, seperti genset atau diesel, karena

kemungkinan sarana listrik terjadi kerusakan.

3. Sumberdaya manusia:

- Masyarakat terkena bencana sudah cukup menderita, jangan diminta

mengoperasikan peralatan yang memerlukan pembelajaran terlebih dahulu.

Berikut ini adalah beberapa teknologi penyediaan air minum yang sudah dirancang dan dioperasikan di wilayah terdampak bencana (Masduqi dan Assomadi, 2012).

(4)

• Elektrokoagulasi kandungan pengotor fisik, tetapi tidak mampu mengolah air baku yang terdapat kandungan bahan terlarut atau bahan organik. Disain Mobile Water Treament Plant dapat dilihat pada

Gambar 1 Disain Mobile WTP kapasitas 1 L/detik

IPA Rekadaya Teknik Mandiri

PT Rekadaya Teknik Mandiri merupakan perusahaan yang memberikan layanan jasa pembuatan Mobile Water Treatment (WTP) dengan kapasitas air bersih 5 liter/detik dengan sistem high velocity sedimentation atau dengan sistem membran. WTP ini dapat dipasang di atas truk sehingga bersifat mobile ke tempat-tempat yang memerlukan. Cocok untuk daerah bencana atau lembaga yang mempunyai misi bantuan sosial. Contoh hasil rancangan perusahaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Mobile Unit Departemen PU

Mobile Unit adalah suatu instalasi pengolahan air bersih dengan sistem mobile. Sistem ini dapat dipindah-pindahkan yang terdiri atas:

• kendaraan truk mini

• unit pengolahan

• generator set

(5)

Kapasitas instalasi pengolahan air bersih ini sistem mobile ini adalah 0,5 L/detik (1800 L/jam). Instalasi pengolahan diletakkan di atas mobil truk mini dengan perlengkapan sebagai berikut (lihat Gambar 3):

• 1 buah pompa intake

• 5 buah pompa kimia

• 5 buah tangki atai bak kimia

• 1 buah diesel genset dengan daya 1,4 kW

• 1 unit panel listrik

• 1 unit pengaduk cepat

• 1 unit pengaduk lambat terdiri dari 6 tabung aliran dari atas ke bawah

• 1 unit bak pengendap yang dilengkapi dengan pelat pengendapan

• 1 buah pompa untuk filter bertekanan dan distribusi

• 1 buah tangki penyaring

• 2 buah tangki penukar ion (kation dan anion)

Dimensi pengolahan adalah:

Sarana sanitasi dasar yang penting di daerah pasca bencana adalah toilet atau

jamban. Jumlah

jamban harus cukup dan jaraknya tidak jauh dari tempat tinggal mereka, supaya bisa

diakses secara mudah dan cepat kapan saja diperlukan, siang ataupun malam. Berikut

ini adalah kriteria penyediaan sarana sanitasi (

Kesehatan Lingkungan, 2013)

:

-

Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang

-

Penggunaan jamban diatur perumah tangga dan/menurut pembedaan jenis

kelamin

(6)

-

Jamban umum tersedia di tempat

tempat seperti pasar, titik-titik pembagian

sembako, pusat-pusat layanan kesehatan dsb.

-

Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurang-kurangnya berjarak 30

meter dari sumber air bawah tanah.

-

Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5 meter di atas air tanah.

-

Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke sumber air mana pun,

baik sumur maupun mata air, suangai, dan sebagainya 1 (satu) Latrin/jaga untuk

6

10 orang

Saat ini banyak diproduksi toilet portable (lihat Gambar 4) yang bisa ditempatkan pada lokasi-lokasi yang sesuai dengan kriteria di atas. Syarat utama dari penempatan toilet ini adalah ketersediaan air bersih mutlak harus ada.

Gambar 4 Foto mobile toilet

(sumber:toiletportable.thetrekkers.com, toiletbiotech.blogspot.com)

4. Simpulan

(7)

5. Pustaka

Evans, D.D. (1984). In Ghosh, P.K. Appropriate Technology in Third World Development. London: Greenwood Press.

Indriatmoko, R. H. dan Widayat, W., (2007). Penyediaan Air Siap Minum pada Situasi Tanggap Darurat Bencana Alam. JAI, 3(1): p. 29-37.

Kesehatan Lingkungan (2013).

http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-darurat-pada-daerah-bencana.html, akses tanggal 29 November 2014.

Masduqi, A. dan Assomadi, A. F., (2012) Operasi dan Proses Pengolahan Air. ITS Press, Surabaya.

Gambar

Gambar 1 Disain Mobile WTP kapasitas 1 L/detik
Gambar 2   Gambar 3

Referensi

Dokumen terkait

Diversifikasi pangan Berbasis Tepung Mocaf. KWT Kenyo berkeinginan untuk melakukan diversifikasi pangan berbasis tepung mocaf sebagai bidang usahanya, namun mereka

1:1 basis mol) minyak ikan dan VCO, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan titik leleh antara lipid terstruktur dengan campuran ( blending, 1:1 basis mol)

Berdasarkan refleksi pada kegiatan si- klus I masih banyak kekurangan serta kelemahan yang terjadi saat pembelajaran berlangsung, maka peneliti mencari solusi de-

Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Gliserol dalam Susu Skim Kuning Telur untuk Proses Penyimpanan Sperma Beku terhadap Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Patin

d. Provinsi Kalimantan Barat - Post Perbatasan Entikong”. Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat dan stakeholder berpendapat serta

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika tidak menggunakan teori passive time reversal mirror maka hasil komunikasi akustik bawah air akan mengalami