• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEKNOLOG. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEKNOLOG. docx"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMK KELAS X BERBASIS

LEARNING CYCLE

Akbar Wiguna

Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang Email: gembel_rock@yahoo.com

ABSTRAK Tujuan pengembangan yang ingin dicapai adalah untuk menciptakan modul yang disusun berbasis Learning Cycle 3 fase sebagai pegangan bagi guru dan siswa yang digunakan sebagai media pembelajaran yang mampu menjadi salah satu alat bantu pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru.

Pada pengembangan ini menggunakan model pengembangan Sadiman dan sampel yang digunakanan dalam pengembangan ini adalah siswa kelas X SMK Widyagama Malang yang berjumlah 8 siswa.

Hasil analisis data validasi dan uji coba pengembangan ini Modul pembelajaran berbasis Learning Cycle 3 tahap yang sesuai dengan mata pelajaran TIK pada standar kompetensi memahami pemrograman visual berbasis desktop dikembangkan dengan baik berdasarkan model Sadiman dengan presentase validitas dari ahli media sebesar 85%, validitas dari ahli materi sebesar 89%, danuji coba penggunaan sebesar 82%. Modul pembelajaran berbasis Learning Cycle 3 tahap pada mata pelajaran TIK pada standar kompetensi memahami pemrograman visual berbasis desktop ini sesuai dengan gaya belajar siswa.

Kata kunci: Modul, Learning Cycle, TIK

ABSTRACT: The purpose of the Development that had to be achieved is to create module for teachers and students guide to used as a learning medium that can be one of the learning medium in the teaching and learning activities that undertaken by teachers. The module was developed based Learning Cycle 3 phases consisting of module handle students and student worksheets containing SK about understanding object-based programming guide accompanied with images to facilitate students in understanding these subjects, as well as the module guide that function to facilitate Master Teachers teaching and learning activities.

The analysis of the test and the data validation development of Learning Cycle 3 phase based learning modules that subjects apprehending desktop-based visual programming ON ICT Competency Standard has developed well based on Sadiman development with the percentages of the validity of media expert by 85%, the validity of the material expert by 89%, and the trial usage by 82%. Learning Cycle 3 phases based learning module on the subjects of ICT competency standard understanding desktop-based visual programming is suitable with the student's learning style.

Keywords: Module, Learning Cycle, ICT

(2)

implementasi KTSP di dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah adalah teori konstruktivistik. Paradigma teori konstruktivistik adalah pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student center learning). Teori konstruktivistik secara garis besar menyatakan bahwa siswa dibuat aktif melakukan konstruksi pengetahuan secara mandiri (Fincher & Petre, 2004:35). Teori konstruktivistik juga memandang bahwa siswa adalah individu unik sekaligus konsumen aktif yang bisa melakukan strukturisasi dan kontekstualisasi pengetahuan. Pernyataan bahwa siswa adalah individu yang unik dan konsumen aktif koheren dengan pernyataan Wallace (2011:18), yaitu siswa bukan agen yang bersifta pasif di dalam proses pembelajaran namun siswa dalah agen yang bersifat pro aktif dalam mengurai pengetahuan, pengalaman, dan identitas belajar. Dengan demikian guru diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan desain dan pengembangan pembelajaran yang bersifat aktif (pembelajaran aktif) dan memiliki pandangan bahwa siswa dalah individu yang unik.

Salah satu bentuk pembelajaran yang bisa melayani pembelajaran secara aktif dan mampu membedakan keunikan setiap individu secara teoretis adalah pembelajaran individual. Kelebihan pembelajaran individual, yaitu: (1) mampu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan yang banyak di antara siswa; (2) siswa dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu yang dapat mereka sesuaikan; (3) gaya-gaya pembelajaran yang berbeda dapat diakomodasi; (4) hemat untuk peserta dalam jumlah besar; (5) siswa dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari; dan (6) merupakan proses belajar yang bersifat aktif bukan pasif (ICA-SAE, 2012). Secara empiris telah terbukti bahwa pembelajaran berbasis perbedaan individual lebih bisa menekankan keunikan masing-masing siswa, memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang optimal, meningkatkan efisiensi pembelajaran, meningkatkan minat belajar, dan membentuk sikap siswa yang positif terhadap bahan pembelajaran (Ichsan, 40:2009). Dengan demikian dapat dismpulkan bahwa pembelajaran individual adalah pembelajaran bersifat individual yang sangat baik untuk mengaktifkan siswa dan mampu mengenali perbedaan indvidu dalam proses pembelajaran.

(3)

pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran pada SMK Widyagama Malang masih lemah dari sudut pandang konstruktivistik.

Salah satu solusi yang peneliti tawarkan untuk mengatasi kelemahan pembelajaran dari sudut pandang konstruktivistik adalah dengan membuat dan mengembangkan media penyampai materi atau media pembelajaran baik itu media utama maupun media pendukung. Guru SMK Widyagama Malang dituntut untuk bisa berpikir kreatif menumpahkan pemikirannya ke dalam sebuah bentuk media. Media mempunyai peranan yang cukup besar dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran merupakan suatu sistem yang mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian media diintergrasikan dengan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan konstruktivistik sehingga tersusunlah modul yang benar-benar bisa melayani keaktifan dan keunikan siswa.

Berdasarkan analisis kebutuhan yang peneliti lakukan pada tahap pra penelitian dapat terungkap bahwa media yang relevan untuk dikembangkan di SMK Widyagama Malang adalah modul dengan model pembelajaran learning cycle. Modul secara empiris telah terbukti mampu melayani keunikan setiap individu dan mendorong siswat untuk aktif (Sungkono, 2009:62). Kemudian hasil penelitian lain yang meyatakan kelebihan modul adalah sebagai berikut: (1) modul mendukung pembelajaran individual dimana pembelajaran individual merupakan usaha untuk menyajikan kondisi-kondisi belajar yang optimal bagi masing-masing individu dan suasana pembelajaran yang diciptakan berjalan menurut tempo masing-masing individu (Indaryanti, 2008:36); (2) modul dapat meningkatkan penguasaan materi pembelajaran dan dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar (Santosa, 2008:19); (3) modul dapat menurunkan miskonsepsi siswa, dapat meningkatkan minat siswa, aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, dan respon siswa di kelas (Mardana, 2008:268); dan (4) pola belajar dengan menggunakan modul ajar relatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, sikap kemandirian, dan efektifitas belajara siswa (Oroh, 2011:7). Model learning cycle dipilih oleh peneliti dikarenakan beberapa kajian empiris telah membuktikan manfaat dari model learning cycle di dalam pembelajaran yang sanagt relevan untuk mendukung kondisi pembelajaran di SMK Widyagama Malang yang masih relatif lemah, yaitu model learning cycle mampu: (1) meningkatkan hasil belajar siswa dan proses pembelajaran lebih bermakna (Muhtadi, 2006:110); (2) meningkatkan kualitas partisipasi siswa di dalam pembelajaran (Susilowati & Masykuri, 2008:81); dan (3) membuat siswa lebih aktif, siswa tertarik pada materi pelajaran, dan siswa dapat membangun pengetahuan sendiri sehingga pembelajaran lebih bermakna (Widyaningrum, 2011).

(4)

berisikan SK tentang memahami pemrograman berbasis objek yang disertai panduan beserta gambar untuk memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran tersebut. Lembar kerja siswa yang berisikan materi yang harus dikuasai oleh siswa, kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sesuai dengan materi atau bahan pelajaran yang terdapat dalam modul. Modul pegangan Guru yang berfungsi untuk memudahkan Guru dalam kegiatan belajar mengajar.

METODE

Pengambilan data yang digunakan meliputi instrumen angket ahli media, ahli materi, siswa serta pre-test dan post-test. Dalam sistematika model pengembangannya, pengembang menggunakan model pengembangan Sadiman yang telah dimodifikasi, terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan guna mencapai hasil yang diharapkan, sebagai berikut : (1) identifikasi kebutuhan (2) perumusan tujuan (3) penyusunan naskah (4) pengembangan materi (5) petunjuk pemanfaatan (6) validasi (7) uji coba (8) revisi (9) Produksi.

Populasi dalam pengembangan adalah siswa kelas X SMK Widyagama Malang yang berjumlah 8 siswa. Pada pengembangan ini menggunakan model pengembangan Sadiman dan sampel yang digunakanan dalam pengembangan ini adalah siswa kelas X SMK Widyagama Malang yang berjumlah 8 siswa. Dalam pengembangan modul pembelajaran ini instrument yang digunakan berbentuk angket dan tes (pre-tes dan post-test) untuk siswa. Angket ini digunakan untuk mengukur kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan. Angket yang digunakan berupa angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Instrumen angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang penilaian atau tanggapan dari ahli materi, ahli media, ahli pembelajaran, dan audiens.

HASIL

(5)

PEMBAHASAN

Data hasil validasi ahli materi

Secara keseluruhan persentase validitas materi modul pembelajaran berbasis learning cycle 3 tahap mendapatkan skor 85%, maka modul pembelajaran berbasis Learning Cycle 3 tahap bisa dinyatakan valid.

Data hasil validasi ahli media

Secara keseluruhan persentase validitas modul pembelajaran berbasis learing cycle 3 tahap mendapatkan skor 89%, tingkat kelayakan modul pembelajaran dinyatakan valid.

Data Hasil Analisis Kebutuhan

Berdasarkan kepada data hasil angket analisa kebutuhan yang disajikan pada Tabel 3 dapat diketahu bahwa siswa SMK Widayagama Malang memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk menggunakan modul pembelajaran. Motivasi siswa sangat tinggi karena data hasil angket kebutuhan menunjukkan bahwa jawaban siswa pada aspek motivasi penggunaan media pembejaran termasuk ke dalam kategori sangat setuju.

Uji Coba Perseorangan Kategori Siswa

Secara keseluruhan persentase validitas ujicoba materi modul pembelajaran mendapatkan skor 85%, kelayakan modul pembelajaran dinyatakan valid.

Uji Coba Kelompok Kecil (Small Group)

Jadi, secara keseluruhan persentase validitas uji coba materi modul pembelajaran mendapatkan skor 86%, sehingga kriteria tingkat kelayakan modul pembelajaran dinyatakan valid.

(6)

Secara keseluruhan persentase validitas uji coba materi modul pembelajaran mendapatkan skor 82%, bila sehingga kriteria tingkat kelayakan modul pembelajaran dinyatakan valid.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pengembangan modul pembelajaran berbasis learning cycle 3fase bagi siswa kelas X SMK Widyagama diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Modul pembelajaran ini telah memenuhi kriteria valid dan layak setelah diadakan validasi dan uji coba oleh para ahli.

2. Berdasarkan hasil validasi dari para ahli ada beberapa saran untuk modul pembelajaran TIK kompetensi dasar memahami pemrograman visual berbasis desktop dengan menggunakan learning cycle ini diantaranya sebagai berikut :

a. Pendahuluan pada buku siswa ada cycle yang tidak sama

b. Antara modul dan kegiatan belajar harus sama ( KD dan indikator) c. Koreksi besar kecilnya huruf (font yang dipakai)

d. Font agar lebih mudah dibaca 3. Uji coba lapangan

Berdasarkan angket yang diberikan kepada siswa kelas X SMK Widyagama Malang dapat diperoleh tanggapan sebagai berikut :

1) Modulnya sungguh bagus dan bisa dicermati secara cepat 2) Gambar yang ada di dalam modul kurang jelas

3) Penjelasannya sangat jelas dan bisa dimengerti dengan cepat 4) Modul ini sangat menarik untuk dipelajari

5) Modul ini sangat mudah untuk dipelajari 6) Tampilan modul sangat bagus

Saran

1. Bagi Guru,

Sebaiknya modul yang telah dikembangkan ini dijadikan sebagai media guru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Serta sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran yang dapat digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Bagi Sekolah

Sebaiknya modul yang telah dikembangkan dapat menjadi rujukan bagi sekolah dalam membuat suplemen bagi siswa dalam belajar.

3. Bagi Siswa,

(7)

4. Bagi Peneliti Lanjut

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan, bahan rujukan dan perbandingan penelitian-penelitian selanjutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Fincher, S. & Petre, M. 2004. The Field and The Endeavor. Fincher, S. & Petre, M. (Eds.). Computer Science Education Research. London: Taylor & Francis Group.

ICA-SAE. 2012. Pembelajaran Individual, (Online), (http://www.ica-sae.org/trainer/indonesian/p14.htm),diakses 1 Januari 2012.

Ichsan. 2009. Pembelajaran berbasis Perbedaan Individual. Jurnal Mukkaddimah,15

(262): hlm. 131-42,(Online),

(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1526093142.pdf), diakses 1 Januari 2012.

Indaryanti. 2008. Pengembangan Modul Pembelajaran Individual Dalam Mata Pelajaran Matematika di Kelas XI SMA Negeri 1 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika,2 (2): hlm. 36-44,(Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51094962_0216-7999.pdf), diakses 1 Januari 2012.

Mardana. IB. 2008. Implementasi Modul Praktikum Berbasis ICT dengan Siklus Belajar Experential Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Literasi ICT Siswa Kelas XII SMAN I Sukasad. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA,41 (2): hlm. 255 - 270,(Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/41208255270.pdf), diakses 1 Januari 2012.

Muhtadi, A. 2006. Pendekatan Constructivist Learning Cycle untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Lebih Bermakna pada Matakuliah Media Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 2 (1): hlm. 92-110, (Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/210692110%20tak%20ada%20h %2096%2097.pdf), diakses 1 Januari 2012.

(8)

diakses 1 Januari 2012.

Sadiman, Arief, dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Santosa. J. 2009. Optimalisasi Penggunaan Modul Untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Integral Bagi Siswa Kelas XII IPA 3 SMA Negeri 1 Surakarta pada Semester Gasal Tahun Pelajaran 2007-2008. Adi Cendikia : Jurnal Pendidik dan Tenaga Kependidikan,2 (1): hlm. 13-19,(Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21091319.pdf), diakses 1 Januari 2012.

Sungkono. 2009. Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul dalam Proses Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran,5 (1): hlm. 49-62,(Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51094962_0216-7999.pdf), diakses 1 Januari 2012.

Susilowati, E. & Masykuri, M. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Konstruktivisme %E yang diintervensi Peta Konsep Bermedia Komputer untuk Meningkatkan Partisipasi Mahasiswa dalam Perkuliahan Kimia Fisika I. Varia Pendidikan, 20 (1): hlm. 81-90, (Online), (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/201088190.pdf), diakses 1 Januari 2012.

Wallace, R. 2011. Social Partnership in Learning: Connecting to the Learner Identities of Disenfranchised Regional Learners. Catss, R., Falk, I., & Wallace, R. (Eds.). Vocational Learning: Innovative Theory and Practice(11-32). New York: Springer.

Widyaningrum, D.A. 2011. Pengembangan Video Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dengan Tema Pencemaran Air Sungai Sebagai Sumber Belajar untuk Guru IPA SMP/MTs. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Dari gambar diatas menujukan hasil monitoring trafik pada linux , dari menotoring yang dilakukan dapat dilihat hasilnya yaitu :..  ssh@linux statistik berwarna biru

pan buatan hasil tangk es dari 11 f ae, Haemu uraenidae, bubu tali d umpan buat n berat 6,02 centridae 14 (4,62%) de Serranida Nemipte Haemulid Holocent Monacha Siganidae

Kemunculan etika kedokteran atau kode etik kedokteran adalah untuk mengawal profesi para dokter yang mempunyai tujuan mulia yaitu

Sapi mores adalah sapi bali yang semestinya pada bagian bawah tubuh berwarna putih tetapi ada warna hitam atau merah pada bagian bawah tersebut3. Sapi

1. Arsip statis yaitu arsip/berkas yang tidak lagi dipergunakan secara langsung untuk perencanaan, pelaksanaan kegiatan maupun untuk kegiatan administrasi negara atau

Puji syukur dihaturkan penulis kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan perlindungan – Nya, maka Penilis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden penelitian yang merupakan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kampus I Mrican sebagai pengguna jasa kost, yaitu, jenis