BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Simalungun
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah di Asia
Tenggara dengan potensi yang luar biasa. Potensi-potensi itu meliputi dalam segi
Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Dari Aceh sampai
Papua, wilayah-wilayah di Indonesia memiliki kekayaan meliputi dalam bidang
budaya maupun bahasa yang belum tentu dimiliki oleh negara lain.
Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki potensi yang luar biasa
tersebut yaitu Kabupaten Simalungun. Tempat ini merupakan bagian dari Provinsi
Sumatera Utara. Kabupaten ini merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang
dengan giat melakukan pembangunan terhadap masyarakatnya, agar tidak
mengalami ketertinggalan dari daerah-daerah lain melalui jalan pendidikan.
Pada masa dulunya Kabupaten Simalungun dikenal merupakan daerah
yang mistis. Hal ini dikarenakan, orang-orang di Kabupaten Simalungun senang
dengan ilmu-ilmu kebatinan. Maka tidaklah heran, apabila pada zaman dahulu
kala hingga saat ini orang-orang di Kabupaten Simalungun memiliki pekerjaan
sampingan sebagai dukun tradisional. Tidak hanya itu, wilayah Simalungun yang
kaya dengan potensi wisata ini juga memiliki budaya ajaran kuno yang diajarkan
dari generasi ke generasi yaitu pengobatan tulang. Orang awam terbiasa
menyebutkan profesi ini sebagai dukun patah.
Pengobatan tradisional khas dari Simalungun ini terkenal sampai ke luar
dari masa ke masa selalu datang untuk melakukan pengobatan alternatif ke daerah
Simalungun. Di sisi lain, daerah Simalungun dikenal sebagai penghasil wanita
anggun dengan ciri khas nusantara.
Menurut akar cerita budaya masyarakat sebelum dinamakan Simalungun,
daerah tersebut sebelumnya bernama Kampung Nagur. Pada zaman dahulu kala,
wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tanah Djawo. Kerajaan ini
pada masa jayanya di bawah pimpinan Raja Sinaga. Pada masa itu Kerajaan
Tanah Djawo yang dipimpin oleh Baginda Raja Sinaga menjalin persahabatan
dengan Kerajaan Silou dan Raya. Dua kerajaan tersebut di bawah kekuasaan Raja
Purba Tambak dan Saragih Garingging.
Di masa tersebut, ketiga kerajaan memiliki wilayah otoriter yang tergolong
kecil. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan yang lebih besar selalu senantiasa
melakukan perebutan wilayah terhadap Kampung Nagur dan sekitarnya. Wilayah
Kerajaan Tanah Djawo pada masa itu masih dapat untuk dijaga kekuasaanya, hal
ini terjadi akibat kerjasama yang baik dengan Kerajaan Silou dan Raya.
Pada akhirnya wilayah Kampung Nagur menjadi luluh-lantah akibat
serangan dari Kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit dibawah pimpinan jenderal
perang Gajah Mada menyapu rata Kampung Nagur untuk memperluas kekuasaan.
Hal ini terjadi karena sumpah palapa Gajah Mada yang ingin menyatukan seluruh
wilayah nusantara pada masa itu.
Akibat dari perang tersebut masyarakat lokal dan raja lari untuk
menyelamatkan diri. Pada waktu itu, yang menjadi lokasi persembunyian adalah
Raja Sinaga bersembunyi di Sahili Misir (pada saat ini dinamakan dengan pulau
Samosir). Pada zaman dahulu kala, wilayah Samosir dan Parapat merupakan milik
keturunan marga Sinaga.
Di Sahili Misir (Samosir), Raja Sinaga membangun kembali
masyarakatnya yang sempat terpecah belah. Masyarakat kembali melakukan
aktivitas seperti pada saat di Kampung Nagur. Perlahan tapi pasti, Raja Sinaga
telah membangun kembali kerajaannya di Sahili Misir (Samosir). Akan tetapi,
pada waktu itu Raja Sinaga rindu kembali pulang ke tanah yang dibangun oleh
leluhurnya. Singkat cerita, Raja Sinaga dan rakyatnya kembali ke Kampung
Nagur. Kondisi Kampung Nagur pada saat itu sunyi senyap akibat tidak memiliki
penghuni. Sunyi senyap dalam bahasa tradisonal masyarakat pada saat itu
disebutkan “sima-sima nalungun”. Kata ini akhirnya berevolusi menjadi
Simalungun dan menjadi nama baru dari Kampung Nagur.
Pada masa kerajaan Simalungun menjalin kerjasama dari luar daerah
Sumatera. Pedagang-pedagang dari India dan Birma pada waktu itu datang ke
Simalungun untuk berjualan sutra, emas, sirih, dan sekaligus menyebarkan agama.
Di sisi lain, pedagang-pedagang ini juga mempelajari ilmu pengobatan
Simalungun yang cukup terkenal pada masa itu.
Peralihan zaman kerajaan ke moderen memberikan dampak bagi daerah
Simalungun. Adanya pergeseran-pergeseran nilai budaya, kepercayaan, serta
tatanan masyarakat memberikan warna baru bagi Simalungun. Simalungun pada
masa dahulu yang dikenal melalui pengobatannya telah beralih menjadi wilayah
lembaga pendidikan dari tingkat terendah hingga tertinggi. Kabupaten
Simalungun yang beribukota di Raya ini menjadi percontohan untuk wilayah yang
tertinggal di dalam bidang pendidikan.
2.2. Letak Geografis Kabupaten Simalungun
Luas wilayah Kabupaten Simalungun sebesar 4.372,50 Km2. Dengan luas
tersebut menjadikan Simalungun menjadi wilayah dengan kabupaten terluas
ketiga setelah Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat di Provinsi
Sumatera Utara. Di sisi lain, jumlah penduduk Simalungun pada tahun 2013
sebanyak 833.251 merupakan kontribusi terbesar ke-4 (6,25%) terhadap penduduk
Sumatera Utara setelah Kota Medan, Kabupaten Deliserdang dan Kabupaten
Langkat dengan kepadatan penduduk 191 jiwa/km2. Simalungun letaknya diapit
oleh 8 kabupaten yaitu:
Kabupaten Serdang Bedagai
Deli Serdang
Kabupaten Karo
Kabupaten Tobasa
Kabupaten Samosir
Kabupaten Asahan
Batu Bara
Dan Kota Pematangsiantar.
Kabupaten Simalungun memiliki letak astronomis antara 02036‟-03018‟
pada ketinggian 0-1.400 meter di atas permukaan laut di mana 75 persen lahannya
berada pada kemiringan 0-15%. Kabupaten Simalungun merupakan wilayah yang
memiliki letak cukup strategis serta berada di kawasan wisata Danau
Toba-Parapat.
2.3. Pemerintahan dan Kemasyarakatan Kabupaten Simalungun
Pada tahun 2014 Kabupaten Simalungun tercatat memiliki 31 kecamatan
yaitu: Kecamatan Silimakatua, Pamatang Silimahuta, Purba, Haranggaol Horison,
Dolok Pardamean, Sidamanik, Pamatang Sidamanik, Girsang Sipangan Bolon,
Tanah Jawa, Hatonduhan, Dolok Panribuan, Jorlang Hataran, Panei, Panombeian
Panei, Raya, Dolok Silou, Silou Kahean, Raya Kahean, Tapian Dolok, Dolok
Batu Nanggar, Siantar, Gunung Malela, Gunung Maligas, Hutabayu Raja, Jawa
Maraja Bah Jambi, Pamatang Bandar, Bandar Huluan, Bandar, Bandar Masilam,
Bosar Maligas, dan Ujung Padang. Kabupaten Simalungun juga terdiri dari 27
kelurahan dan 386 nagori (desa).
Pemerintah Kabupaten Simalungun menjunjung tinggi hak-hak azasi
manusia. Hal tersebut diwujudkan dengan diberikannya kebebasan bagi setiap
masyarakat untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tanpa adanya unsur penekanan
maupun kepentingan golongan. Di Kabupaten Simalungun setiap individu
memiliki kebebasan untuk menjalin silahturami tanpa didasari latar belakang
agama, suku, identitas, maupun budaya yang berbeda. Sistem kinerja dari
mata masyarakat. Beberapa dampak tersebut adalah kemunculan yayasan,
organisasi masyarakat, dan lembaga-lembaga lainnya.
Dalam angka tahun 2014, di Kabupaten Simalungun jumlah Organisasi
Kemasyarakatan (Ormas), yayasan, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
terdapat 75 organisasi. Data lengkapnya sebagai berikut:
Tabel 1
Jumlah Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan Lembaga Swadya Masyarakat (LSM) di Kabupaten Simalungun
NO Nama Organisasi Jumlah Organisasi
1 Lembaga Swadya Masyarakat 24
2 Yayasan 10
3 Organisasi Kepemudaan 13
4 Organisasi Wanita 6
5 Organisasi Kesamaan Profesi 19
6 Organisasi Aliran Kepercayaan 3
Jumlah 75
(Sumber: Badan Pusat Statistik Simalungun Pada Tahun 2014)
Berdasarkan data tabel di atas dapat disimpulkan pemerintah Kabupaten
Simalungun dalam membangun daerahnnya menyertakan setiap golongan yang
terdapat di masyarakat tanpa memandang latar belakang gender maupun
2.4. Keadaan Penduduk Kabupaten Simalungun
Penduduk Simalungun berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun
2014 sebanyak 833.251 jiwa yang terdiri dari 415.127 laki-laki dan 418.124
perempuan dengan rasio jenis kelamin 99,30 jiwa. Kecamatan Siantar merupakan
wilayah di Kabupaten Simalungun dengan jumlah penduduk terpadat yang
mencapai 869 jiwa/km2. Sementara itu, Kecamatan Haranggaol Horison
merupakan daerah dengan populasi penduduk yang paling rendah yaitu 5.028
jiwa.
Penduduk Simalungun dalam bertahan hidup pada umumnya melakukan
pekerjaan di sektor pertanian (53,50 persen), pada sektor perdagangan (17,14
persen), dan dalam sektor pendidikan (84,91 persen). Dengan demikian dapat
dinyatakan jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional
(SAKN) di Kabupaten Simalungun sebesar 404.108 jiwa dengan tingkat
partisipasinya sebesar 72,31 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2
Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
NO Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 15-19 29358 13451 42809
Jumlah 246703 157405 404108
Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwasanya jumlah angkatan
kerja berdasarkan gender terdapat keseimbangan antara laki-laki dan perempuan.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel bahwa angkatan kerja laki-laki berjumlah
246703 jiwa dan perempuan sebanyak 157405 jiwa.
2.5. Kehidupan Sosial Masyarakat Simalungun
Kabupaten Simalungun memiliki masyarakat dengan latar belakang yang
beragam. Perbedaan latar belakang seperti agama, bahasa, suku, maupun budaya
yang berbeda tidak menjadikan kehidupan sosial di masyarakat Simalungun
menjadi terpecah belah. Malah yang terjadi adalah sebaliknya, masyarakat
Simalungun hidup dalam keharmonisan serta keselarasan.
Hal ini terbukti dengan tidak adanya larangan dalam membangun
rumah-rumah ibadah agama tertentu. Dalam segi budaya, di masyarakat Simalungun
tidak mengenal istilah suku minoritas maupun yang mayoritas. Hal ini terjadi
karena masyarakat Simalungun masih menjunjung tinggi erat nilai-nilai
kehidupan dan moral yang diturunkan oleh para nenek moyang terdahulu.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2014, menyatakan
Kabupaten Simalungun memiliki sarana ibadah, khususnya Mesjid dan Gereja
terdapat di seluruh kecamatan. Mesjid berjumlah 802 buah, Langgar 302 buah,
Gereja Protestan berjumlah 1.020 buah, Gereja Katolik 178 buah dan Vihara 2
buah (BPS Simalungun: 2014). Masyarakat Simalungun juga menghargai
pengikut ajaran nenek moyang (agama tradisonal) dalam melaksanakan kegiatan
tradisonal masyarakat Batak kuno. Data tersebut menggambarkan bahwasanya di
Simalungun menjungung tinggi Hak Azasi Manusia (HAM) salah satunya yaitu
kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing
individu.
2.6. Perekonomian Masyarakat Simalungun
Di zaman kehidupan kerajaan, masyarakat Simalungun menopang
hidupnya melalui perdagangan, pertanian, serta pengobatan. Pada zaman moderen
saat ini gerakan ekonomi masyarakat Kabupaten Simalungun telah mengalami
penambahan dalam beberapa bidang untuk mata pencaharian hidup. Sebut saja
seperti pertambangan, industri, peternakan moderen, dan hasil produksi lain.
Dengan adanya inovasi ini membawa kabupaten Simalungun menjadi salah satu
daerah yang paling pesat kemajuannya di provinsi Sumatera Utara. Adapun
aktivitas ekonomi masyarakat Simalungun dijelasankan sebagaiman berikut ini:
2.6.1. Pertanian dan Perkebunan
Kabupaten Simalungun merupakan lumbung makanan bagi masyarakat
Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan Kabupaten Simalungun menghasilkan padi
sawah sebesar 449.779 ton dan padi ladang sebesar 41.059 ton selama tahun 2013.
Berarti dalam perhitungan kalkulus, Kabupaten Simalungun menghasilkan padi
sebesar 490.838 ton sepanjang tahun 2013. Produksi padi sawah tertinggi berasal
dari Kecamatan Hatonduhan yaitu 62.968 ton dan Tanah Jawa sebesar 43.998 ton.
Silimahuta sebesar 145 ton dan Silimakuta sebesar 458 ton. Di sisi lain, produksi
padi ladang tertinggi berasal dari Kecamatan Dolok Silou yaitu sebesar 8.687 ton
dan terendah dari Kecamatan Girsang Sipangan Bolon (BPS Simalungun: 2014) .
Masyarakat Simalungun pada umumnya hasil dari pertanian maupun
ladang merupakan tanaman bahan makanan seperti jagung, kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Dari jenis tanaman palawija tersebut, jagung
merupakan komuditi andalan di Kabupaten Simalungun. Tercatat pada tahun 2013
produksi jagung sebesar 279.612 ton dengan tingkat produktivitas dengan jumlah
60,70 ton/Ha.
Dengan hasil pertanian tersebut, masyarakat Simalungun menjadi salah
satu daerah yang mampu berdikari karena mampu mengolah hasil lahan untuk
dapat melanjutkan kelangsungan hidup. Kemajuan-kemajuan ini mampu
menghindarkan masyarakat Simalungun dari bencana kelaparan akibat dari krisis
pangan.
Daerah Simalungun memiliki kualitas tanah yang tidak hanya cocok untuk
bertani maupun berladang. Akan tetapi, kualitas tanah di daerah Simalungun juga
sangat ideal untuk berkebun. Potensi ini telah lama disadari oleh masyarakat
Simalungun dan pihak-pihak asing yang memiliki perusahaan perkebunan.
Seiring berjalannya waktu sektor perkebunan juga memiliki andil yang
cukup besar terhadap perkembangan perekonomian Kabupaten Simalungun.
Adapun hasil dari perkebunan tersebut berupa karet, kelapa sawit, kopi
vanili dan tembakau. Hasil- hasil dari perkebunan tersebut ada yang diekspor ke
luar negeri dan dikelola di dalam negeri.
2.6.2 Kehutanan
Sebelum kedatangan Belanda dan Jepang ke Indonesia, hutan-hutan di
Indonesia pada umumnya belum terjamah oleh tangan-tangan manusia. Hal ini
terjadi bukan karena ketidakmampuan nenek moyang terdahulu dalam
mengelolanya, akan tetapi hal ini terjadi bahwasanya kepercayaan terdahulu
menjadikan hutan sebagai tempat yang suci atau sakral. Di Kabupaten
Simalungun sendiri, hutan pada zaman dahulu kala dijadikan tempat bersemayam
para pertapa untuk mendapatkan wejangan maupun kesaktian.
Lahan hutan akhirnya terbuka setelah Belanda dan Jepang datang untuk
menjajah Indonesia. Pada waktu itu, hasil-hasil dari hutan digunakan untuk
membuat rel kereta api, alat-alat persenjataan, dan kapal perang. Setelah Perang
Dunia II, hasil dari hutan dialihkan fungsinya untuk membuat perabotan,
membangun perumahan, dan gedung-gedung pemerintahan.
Kabupaten Simalungun sendiri memiliki luas kawasan hutan sebesar
138.741,72 ha yang terdiri dari:
Hutan produksi sebesar 98.200,48 ha
Hutan produksi/terbatas sebesar 10.841,74 ha
Sepanjang tahun 2013 hutan Kabupaten Simalungun menghasilkan log
rimba kayu bulat kecil (87.187,21 m3), kayu bulat (26.131,72 m3), dan kayu
eucaliptus (48.291,06 m3) (BPS Simalungun: 2014).
2.6.3. Perikanan dan Peternakan
Pada tahun 1998 terjadi krisis moneter di Indonesia. Hal tersebut secara
langsung memberikan dampak yang cukup besar terhadap aktivitas ekonomi
masyarakat menengah ke bawah di seluruh wilayah Indonesia. Barang-barang
yang dijual di pasaran tidak memiliki nilai jual. Dampak ini memberikan kerugian
bagi wilayah-wilayah pelosok sebagai pemasok barang untuk diproduksi. Krisis
moneter yang terjadi pada tahun 1998 mematikan aktivitas ekonomi di Kabupaten
Simalungun pada saat itu. Masyarakat bertahan hidup dari hasil ladang, sawah,
dan hewan ternak.
Krisis moneter tersebut memberikan suatu pelajaran bagi masyarakat
Simalungun. Hasil pertanian, ladang, serta produksi perkebunan akan mengalami
penurunan harga bahkan tidak bernilai akibat krisis moneter tersebut. Salah satu
solusi tersebut adalah dengan membuka bidang baru sebagai cadangan pertahanan
apabila ketimpangan ekonomi terjadi lagi.
Perikanan dan peternakan merupakan solusi yang tepat untuk wilayah
seperti Kabupaten Simalungun. Hal ini didukung oleh berbagai faktor seperti
tanah kosong yang luas, adanya aliran sungai, dan memiliki letak geografis yang
Pada tahun 2013 Kabupaten Simalungun menghasilkan populasi ternak
ayam kampung terbesar dengan jumlah 1.063.202 ekor dan ayam pedaging dalam
hitungan 928.781 ekor. Sedangkan rumah tangga perikanan di Kabupaten
Simalungun terdiri dari rumah tangga perikanan danau, sungai, kolam air deras,
kolam air tenang, sawah, jaring apung dan keramba. Produksi perikanan tertinggi
berasal dari perikanan jaring apung dan keramba dengan jumlah 10.318,6 ton
sepanjang tahun 2013 (BPS Simalungun: 2014).
Data tersebut menyatakan aktivitas ekonomi masyarakat Kabupaten
Simalungung tidaklah monoton. Daerah tersebut memberikan peluang-peluang
usaha untuk masyarakatnya agar dapat bertahan hidup. Hal ini ditunjang pula
dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang terdapat di Kabupaten Simalungun cukup
memadai. Dengan demikian, pasokan selalu mengalami surplus dan dampak
postifnya mampu untuk menggerakkan sendi-sendi kehidupan masyarakat
Simalungun.
2.6.4. Industri dan Pertambangan
Industri di Kabupaten Simalungun dibagi dalam empat golongan yaitu:
Industri besar, industri menengah, industri kecil, dan industri mikro.
Penggolongan ini didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang terlibat
didalamnya, tanpa memperhatikan penggunaan mesin produksi serta tidak
memperhatikan modal yang digunakan. Banyak industri di Kabupaten
Simalungun pada tahun 2013 yaitu sebanyak 739 perusahaan serta mampu untuk
Hasil alam wilayah Simalungun memberikan dampak menarik minat para
pengelola untuk membuka usaha pertambangan di daerah tersebut. Perusahaan
pertambangan yang terdapat di Kabupaten Simalungun sebanyak 131 perusahaan.
Perusahaan tersebut terbagi lagi dalam bentuk dikelola oleh negara, lembaga
swasta lokal, serta investor asing. Dengan dibukanya industri serta pertambangan
ini secara otomatis akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat
Simalungun.
2.6.5. Perdagangan dan Pariwisata
Posisi Simalungun yang strategis menjadikan daerah ini memberikan
dampak yang sangat besar bagi sektor perdagangan. Simalungun merupakan pintu
masuk dan keluar bagi barang-barang yang akan dipasok untuk diedarkan di
lingkungan masyarakat. Dengan demikian hal ini menjadikan pasar Simalungun
menjadi semakin hidup aktivitasnya. Jumlah pasar di Kabupaten Simalungun
tahun 2013 ada sebanyak 42 unit dengan jumlah loods 1.261 unit dan 1.757 kios.
Dampak positif lainnya adalah bertambahnya jumlah koperasi di Kabupaten
Simalungun dalam membantu usaha dagang masyarakat. Jumlah koperasi yang
terdaftar di dinas koperasi berjumlah 538 unit terdiri dari 53 KUD dengan 38.736
orang anggota. Sedangkan untuk yang non KUD berjumlah 485 unit dengan
55.248 orang anggota.
Pariwisata Kabupaten Simalungun juga tidak kalah pentingnya dalam
membangun perekonomian daerah tersebut. Dengan jumlah objek wisata
dan wisata budaya 7 lokasi. Kunjungan wisatawan ke Kabupaten Simalungun
juga memiliki nominal yang besar yaitu berjumlah 345.425 orang.
Dampak positif dari perkembangan pariwisata tersebut yaitu dengan
bertambah banyaknya hotel-hotel berbintang yang didirikan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di tabel pada halaman berikut.
Tabel 3
Jumlah Hotel Berbintang di Kabupaten Simalungun
Kelas Hotel/Akomodasi
(Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun Tahun 2014)
Data tersebut menunjukkan bahwasanya Kabupaten Simalungun memiliki
daya saing dalam sektor pariwisata. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan jumlah
hotel sebagai salah satu penunjang kenyamanan wisatawan yang memiliki angka
fantastis untuk kategori daerah kabupaten.
2.7. Sarana dan Prasarana Kabupaten Simalungun
Pada zaman dahulu kala tanah Kabupaten Simalungun pada umumnya
terdiri dari hutan. Waktu itu orang-orang yang memasuki daerah Simalungun
hanya melewati jalan setapak. Kondisi tersebut memungkinkan hanya kereta kuda
yang dapat melintasi jalur tersebut.
Untuk mensejajarkan kondisi dengan lingkungan di luar Kabupaten
maka sarana transportasi yang lebih moderen dapat masuk ke Kabupaten
Simalungun. “Becak Siantar” merupakan sarana transportasi pertama kali yang
memasuki hutan-hutan Simalungun. Harley buatan Eropa ini dirancang untuk
membawa persenjataan bagi para tentara yang sedang berperang di hutan
Simalungun pada waktu itu.
Pada zaman moderen saat ini, segala jenis tranportasi telah memasuki dan
melewati Kabupaten Simalungun. Sebagai contoh: truk pengangkut, mobil sewa,
bus transportasi, dan lainnya. Hal ini dikarenakan karena secara kumulatif panjang
jalan Kabupaten Simalungun adalah 2.863,24 km, terdiri dari jalan negara 90,09
km, jalan provinsi 178,32 km, jalan kabupaten 2.222,01 km, dan jalan desa
sepanjang 372,73 km (BPS Simalungun: 2014).
Kabupaten Simalungun yang berbatasan dengan danau Toba juga
memperhatikan perkembangan transportasi airnya. Dengan diperhatikan kondisi
transportasi airnya maka akan memudahkan untuk membangun kerjasama dengan
daerah-daerah lainnya.
Kapal merupakan salah satu alat transportasi terpenting dalam
membangun komunikasi serta kerjasama dengan daerah lainnya. Di sisi lain
dermaga juga memiliki peranan yang sama pentingnya dengan kapal. Di dermaga
orang-orang melakukan transaksi jual beli hasil ladang, produksi hasil alam, hasil
ternak, dan sebagainya.
Kabupaten Simalungun memiliki 4 dermaga yaitu dermaga Parapat,
ini kapal akan keluar dan masuk untuk melakukan pengiriman barang-barang hasil
produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di halaman berikut:
Tabel 4
Jumlah Kunjungan Kapal Yang Masuk dan Keluar Menurut Dermaga
Dermaga Jumlah Kunjungan
(Sumber: Badan Pusat Statistik Simalungun Tahun 2014)
Data tersebut menjelaskan masyarakat Simalungun dalam melakukan
berbagai aktivitas membutuhkan sarana transportasi air. Dengan demikian dapat
dinyatakan transportasi air memiliki peranan penting dalam pembangunan daerah
Kabupaten Simalungun secara merata dan luas.
Sarana komunikasi dalam pembanguan daerah juga memiliki dalil yang
penting. Tanpa adanya komunikasi, sangat mustahil untuk mengetahui keadaan
suatu daerah. Dengan adanya komunikasi akan menghemat waktu, tenaga, jarak,
serta materi. Alat-alat komunikasi yang moderen telah masuk ke daerah
Simalungun. Akan tetapi, media pos juga masih diberdayakan dan digunakan
hingga saat ini.
Tercatat menurut Badan Pusat Statistik tahun 2014, jumlah kantor pos di
Kabupaten Simalungun sebanyak 19 unit dengan frekuensi penerima paket pos
(dalam dan luar negeri) sebanyak 4.358 dan frekuensi pengiriman sebanyak 5.735.
Melalui sarana komunikasi ini masyarakat dapat mempelajari hal-hal baru yang
Kesehatan merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam kehidupan
manusia. Untuk itu sangatlah penting bagi suatu daerah untuk memiliki sarana
kesehatan dalam menunjang kehidupan masyarakatnya. Pemerintah Kabupaten
Simalungun selalu melakukan upaya dalam memperhatikan keadaan
masyarakatnya terutama dalam hal kesehatan. Hal ini disebabkan karena
menyadari masyarakat yang sehat secara tidak langsung akan memberi dampak
yang positif dalam perkembangan kehidupannya.
Keseriusan dari pemerintah Kabupaten Simalungun tersebut dengan
melakukan penambahan fasilitas-fasilitas kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilhat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Simalungun Pada Tahun 2010-2013
Tahun Rumah Sakit
Rumah Bersalin
Puskesmas Posyandu Klinik KB
2010 8 - 203 1.324 47
2011 9 - 203 1.326 47
2012 9 - 203 1.324 47
2013 8 - 250 1.324 47
JUMLAH 34 - 859 5.298 188
2.8. Keadaan Pendidikan di Kabupaten Simalungun
Simalungun sebagai daerah yang ingin maju memahami bahwa pendidikan
dapat mewujudkan impian tersebut. Di Simalungun terdapat jenjang pendidikan
mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi. Selain
itu, pendidikan keterampilan juga terdapat di Kabupaten Simalungun. Sebagai
contoh: kursus menjahit, pembuatan ulos, kursus elektronik, dan lain sebagainya.
Sarana pendidikan yang tersedia di Kabupaten Simalungun untuk tingkat
SD s/d SMA baik negeri maupun swasta berjumlah 1.017 sekolah. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Jumlah Sekolah SD, SMP, SMA Negeri dan Swasta Kabupaten Simalungun
Jenjang Pendidikan Negeri Swasta Jumlah
Sekolah Dasar 772 48 820
SMP 55 89 144
SMA 20 32 52
Jumlah - - 1017
(Sumber: BPS Simalungun Tahun 2014)
Untuk tingkat perguruan tinggi sendiri, Simalungun memiliki Universitas
Simalungun (USI), Sekolah Tinggi Filsafat-Theologi St. Yohanes Tapian Dolok,
Universitas Pembangunan Panca Budi Perdagangan, Sekolah Tinggi Agama Islam
UISU, dan Universitas Efarina (UNEFA) Pematang Raya.
Dengan lengkapnya fasilitas pendidikan di Kabupaten Simalungun hal ini
membuktikan masyarakat di daerah ini telah hidup dalam kondisi yang sejahtera.
Masyarakat Simalungun mendapatkan hak-haknya yang menjadi pondasi dasar
2.9. Keberadaan Penyandang Cacat di Kabupaten Simalungun
Para penyandang cacat juga merupakan manusia yang perlu diperhatikan
keberadaanya. Dengan memperhatikan keberadaan kaum marginal seperti mereka
akan membantu untuk tidak mudah putus asa dalam menjalani hidupnya.
Pemerintah Kabupaten Simalungun sangat memperhatikan keberadaan kaum
marginal seperti penyandang cacat, anak jalanan, anak yatim piatu, maupun orang
jompo.
Di Simalungun banyak terdapat yayasan maupun sekolah dalam
memperhatikan keberadaan kaum marginal. Seperti contoh: Islamic Center,
Mamre GKPI, Margareta GKPS, Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya, St Pius IX,
Zarfat HKI, Istiqomah, dan lain sebagainya.
Di Simalungun terdapat 5135 jiwa penyandang cacat terdiri dari 3126
orang laki-laki dan 2009 orang perempuan. Keberadaan yayasan khusus
menampung orang cacat serta bantuan dari pemerintah diharapkan mampu untuk
meringankan beban kehidupan mereka (BPS Simalungun: 2014) .
Lebih lanjut, pada saat ini masyarakat Simalungun dalam memperlakukan
manusia penyandang cacat fisik lebih adil dan tanpa adanya diskriminasi.
Penyandang cacat fisik baik itu usia anak-anak hingga dewasa, telah mendapatkan
ruang di lingkungan sosial masyarakat Simalungun. Dengan demikian, dapat
dinyatakan masyarakat Simalungun telah memberikan kebebasan bagi
penyandang cacat fisik untuk beraktifitas serta bersosialisasi layaknya manusia
Pemerintah Kabupaten Simalungun juga memberikan perhatian yang
cukup besar terhadap perkembangan para penyandang cacat fisik. Pemerintah
secara tidak langsung ikut serta dalam mendampingi penyandang cacat fisik
dalam menunjang kebutuhan hidupnya. Diantaranya adalah pengobatan gratis,
memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana, dan mendatangkan dokter-dokter
yang berpengalaman dari dalam negeri maupun luar negeri. Tindakan-tindakan
dari pemerintah Kabupaten Simalungun tersebut menimbulkan rasa kenyamanan
bagi kaum marjinal seperti penyandang cacat fisik.
Penyandang cacat pada dasarnya manusia yang memiliki
kebutuhan-kebutuhan dasar di dalam hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut
merupakan pondasi dasar golongan penyandang cacat untuk dapat bertahan hidup.
Pemerintah Simalungun pada saat ini telah mengikutsertakan penyandang cacat
dalam proyek menuju masyarakat mandiri. Pemerintah Simalungun dalam
mewujudkan tujuan tersebut melakukan kerjasama dengan berbagai pihak.
Dengan demikian, dapat dinyatakan keberadaan penyandang cacat telah berada di