• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Bidan Pada Pelayanan Ante Natal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Songsongan Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Bidan Pada Pelayanan Ante Natal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Songsongan Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan Tahun 2016"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Ante Natal Care (ANC)

2.1.1 Pengertian Ante Natal Care (ANC)

Pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998). Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan / asuhan antenatal. Pelayanan ANC adalah pelayanan yang bersifat preventif untuk memantau kesehatan ibu dan mencegah komplikasi bagi ibu dan janin (Bartini, 2012).

Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan (Kemenkes, 2010).

Menurut Kemenkes RI (2010) menyatakan bahwa standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yaitu :

a. Standar pelayanan umum (2 standar)

(2)

e. Penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal (9 standar) 2.1.2 Tujuan, Manfaat dan Cara Ante Natal Care (ANC)

Tujuan pengawasan wanita hamil adalah menyiapkan sebaik – baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi mental. Ini berarti dalam ante natal care harus diusahakan agar :

a. Wanita hamil sampai akhir persalinan sekurang – kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat,

b. Kelainan fisik atau psikologi harus ditemukan sejak dini dan diobati, c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik dan

mentalnya (wiknjosastro, 2005) 1. Tujuan asuhan Ante Natal Care

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin,

b. Meningkatkan dan mempertahankan fisik dan mental ibu,

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan (termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan),

(3)

e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal, serta mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin (Bartini, 2012).

2. Keuntungan Ante Natal Care

Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat di arahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit (Manuaba, 1998)

3. Cara pelayanan Ante Natal Care

Cara pelayanan Ante Natal Caredisesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :

a. Pada kunjungan pertama, yang harus dilakukan seorang bidan yaitu :

Melakukan anamneses riwayat dan mengisi KMS ibu hamil / kartu ibu secara lengkap.

Data yang dikaji dalam anamneses mencakup data : identitas ibu dan suami, keluhan yang dirasakan, riwayat haid, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan ini (HTHP, siklus haid, masalah / kelainan pada kehamilan, riwayat imunisasi TT), riwayat obstetri lalu, riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi, dan pola pemenuhan sehari – hari (Bartini, 2012).

Melakukan pemeriksaan fisik yang terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam.

(4)

sederhana (untuk kadar Hb, dan golongan darah). Serta pemeriksaan kebidanan yang terdiri dari inspeksi (melihat bagian kepala, dada, perut, dan vulva), palpasi leopold (besarnya rahim untuk menetukan tuanya kehamilan), auskultasi (mendengarkan bunyi jantung janin, bising tali pusat, gerakan janin, bising rahim dan aorta dengan stetoskop / dopler).

Pemeriksaan dalam dilakukan pada kunjungan awal dan diulangi pada trimester III untuk menetukan keadaan panggul (Bartini,2012).

b. Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang

Selain standar 7T yang telah ada beberapa tahun sewbelumnya, Kemenkes RI pada tahun 2010 mensosialisikan stabdar 10T yang harus dilakukan bidan pada setiap kunjunganuan ulang. Tabler Fe sering diberikan pada trimester kedua dan ketiga, karena pada trimester ini sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak ke janin serta untuk persiapan penambahan zat besi pada saat melahirkan (Bartini, 2012).

2.1.3 Standar Pelayanan Ante Natal Care (ANC)

Terdapat enam standar dalam pelaksanaan pelayanan antenatal berikut ini: 1. Identifikasi Ibu Hamil

(5)

2. Pemeriksaan dan Pemantauan Ante Natal Care (ANC)

Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan aantenatal. Pemeriksaan meliputi anamneseis, dan pemantauan ibu dan janin, bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi,imunisasi, nasihat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

3. Palpasi abdominal

Bidan melakukan pemeriksaan abdominalsecara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

4. Penyebab anemia pada kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku.

5. Pengolahan dini hipertensi pada kehamilan

(6)

6. Persiapan persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat pada ibu hami, suami dan keluarga untuk memastikan persiapan persalinan bersih dan aman, persiapan transportasi serta biaya untuk merujuk. Bila tiba – tiba terjadi keadaan gawat darurat, bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini (Jannah, 2012).

2.1.4 Kebijakan Program Ante Natal Care (ANC)

Kebijakan program dalam pelayanan antenatal yaitu kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, serta dua kali pada trimester ketiga.

Penerapan operasionalnya dikenal standar minimal (10 T) yang terdiri atas:

1. (Timbang) Berat Badan Dan Pengukuran Tinggi Badan

Pertambahan berat badan yang normalpada ibu hamilyaitu berdasarkan massa tubuh (BMI: body mass Index) dimana metode ini untuk pertambahan berat badan yang optimal selama masa kehamilan, karena merupakan hal yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5 – 16 kg atau pertambahan berat badan setiap minggunya adalah 0,4 – 0,5 kg (Kusmiyati, 2008).

(7)

hamil kurang dari 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang.

2. Ukur (Tekanan) Darah

Pada saat kehamilan, tekanan darah seorang ibu hamil merupakan faktor penting dalam memberikan makanan pada janin pengaturan tekanan darah selama kehamilan sangat tergantung pada hubungan antara curah jantung dan tekanan atau resistensi pada pembuluh darah, yang keduanya berubah selama kehamilan. Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsia (Jannah, 2012).

3. Ukur (Tinggi) Fundus Uteri

Pemeriksaan kehamilan untuk menentukan tuny kehamilan dan berat badan janin dilakukan dengan pengukuran tinggi fundur uteri yang dapat dihitungdari tanggal haid terakhir yang menggunakan rumus. Apabila usiakehamiln dibawah 24 minggu pengukuran dilakukan dengan jari, tetapi apabila kehamilan diatas 24 minggu memakai pengukuran mac.Donald yaitu dengan cara mengukur tinggi fundus uteri memakai centimeter dari atas simfisis kefundus uteri kemudianditentukan sesuai rumunya. Cara menghitungnya adalah modifikasi spegelberg yaitu jarak fundus – sisfisis dalam centimeter dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan (Kusmiyati, 2008). 4. Pemberian Imunisasi (Tetanus Toxoid) / TT lengkap

(8)

saja, imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu kemudian (selang waktu 4 minggu). Apabila pernah menerima TT dua kali pada kehamilan terdahulu dengan jarak kehamilan tidak lebih dari dua tahun, maka hanya diberikan satu kali TT saja (Jannah, 2012). 5. Pemberian (Tablet Besi), minimal 90 tablet selama kehamilan

Wanita memerlukan zat besi lebuh tinggi dari laki – laki karena terjadinya menstruasi dan perdarahan. Di mulai dengan memberikan 1 tablet zat besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 mikrogram. Minimal masing – masing 90 tablet besi yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Bila ditemukan anemia pada ibu hamil (<11 gr%), berikan tablet zat besi 2 atau 3 kali sehari.

Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet zat besi yang cukup. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan menggangu penyerapan. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C karena vitamin C dapat membantu penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat terserap sempurna oleh tubuh (Kusmiyati, 2008).

(9)

7. (Temu) wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling) Temu wicara penting dilakukan sebagai media komunikasi antar sesama ibu hamil dengan bidan yang membina, temu wicara ini di koordinir oleh kepala desa/kelurahan dan dilaksanakan oleh kader posyandu bersama puskesmas dan dilakukan pada saat hari posyandu. Temu wicara ini dilakukan setiap pasien pada saat melakukan kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas.

8. (Tentukan) presentasi janin dan hitung DJJ

Menurut Kusmiyati (2008), tujuan pemantauan janin itu adalah mendeteksi dini ada atau tidaknya faktor – faktor resiko kematian prenatal tersebut (hipoksia/aspeksia, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin adalah salah satu cara untuk memantau janin. Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu/4 bulanan.

Gambar DJJ :

a. Takikardi berat : detak jantung diatas 180x/menit b. Takikardi ringan : antar 160 – 180x/menit c. Normal :120 – 160x/menit

(10)

e. Bradikardi sedang : antara 80 – 100x/menit f. Bradikardi berat : kurang dari 80x/menit 9. (Tetapkan) Status Gizi

Menurut Kristiyana (2010), pada ibu hamil pengukuran lingkar lengan atas LILA merupakan satu cara untuk mendeteksi dini adanya kurang energi kronik (KEK) atau kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan transfer nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan janin terhambat dan berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume otak dan IQ seorang anak. Disebut KEK apabila ukuran LILA <23,5 cm, yang menggambarkan kekurangan pangan dalam jangka baik dalam jumlah maupun kualitasnya.

Cara melakukan pengukuran LILA :

Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan meteran.

Lingkarkan dan memasukkan ujung pita dilubang yang ada pada pita LILA, baca menurut tanda panah.

Menentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan pita LILA.

10. (Tatalaksana) Kasus

(11)

2.2 Kinerja

2.2.1 Defenisi Kinerja

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Menurut Torang (2012) kinerja merupakan kuantitas dan kualitas hasil kerja individu atau sekelompok di dalam organisasidalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar operasional prosedur, kriteria dan ukuran yang telah di tetapkan yang berlaku dalam organisasi.

Kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatanatau seluruh aktifitas kerja dalam periode tertentu. Kinerja juga merupakankombinasi antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang dikerjakan. Agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, seseorang memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta dukungan dari lingkungan. Kemauan dan usaha akan menghasilkan motivasi kemudian setelah adamotivasi seseorang akan menampilkan perilaku untuk bekerja (Gibson, 2008).

(12)

yang dicapai dalam melaksanakan sesuatu pekerjan dalam sutau organisasi. Penampilan kerja atau job performance sebagai bagian dari profisiensi kerja adalah menyangkut apa yang dihasilkan seseorang dariperilaku kerja. Tingkat sejauh mana seseorang berhasil menyelesaikan tugasnya disebut profesi (level of performance). Individu di tingkat prestasi kerja disebut produktif, sedangkan prestasi kerjanya tidak mencapai standar disebut tidak produktif. Job performance (penampilankerja) adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku dalam pekerjaan yang bersangkutan. Menurut teori atribusi atau Expectancy Theory, penampilan kerja dirumuskan sebagai berikut: P = Mx A, dimana P (Performance), M (Motivasi), A (Ability). Sehingga dapat dijelaskan bahwa performance adalah hasil interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar). Dengan demikian orang yang tinggi motivasinya, tetapi memiliki kemampuan dasar yang rendah akan menghasilkan performance yang rendah, begitu pula halnya dengan orang yang sebenarnya mempunyai kemampuan dasar yang tinggi tetapi rendah motivasinya. Penampilan kerja adalah suatu prestasi kerja yang telah dikerjakan atau ditunjukan atas produk/jasa yang dihasilkan atau diberikan seseorang atau kelompok (Sudarmayanti, 2011).

2.1.2 Penilaian / Evaluasi Kinerja

(13)

nilai atau harga. Dengan demikian evaluasi kinerja berarti memberikan nilai atas pekerjaan yang dilakukan seseorang dan untuk itu diberikan imbalan, kompensasi atau penghargaan. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam memberikan imbalan atau penghargaan kepada pekerjaan (Mangkunegara, 2014).

Tujuan penilaian/evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Menurut Agus Sunyoto, tujuan penilaian/evaluasi kinerja adalah : a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja. b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka

termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang – kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau pekerjaan yang sekarang. d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sarana masa depan, sehingga

karyawan termotifasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

Beberapa metode penilaian yang digunakan dalam penilaian kinerja antara lain :

a. Penilaian teknis essai (deskriptif tentang kelebihan dan kekurangan seorang personil yang meliputi prestasi, kerjasama dan pengetahuan personil tentang pekerjaannya).

(14)

c. Penilaian penggunaan daftar periksa (menggunakan daftar periksa/checklist yang telah disediakan sebelumnya diberi bobot “ya” atau “tidak”, “selesai” atau “belum”).

d. Penilaian langsung ke lapangan (melihat langsung pelaksanaan pekerjaan ke lapangan).

e. Penilaian berdasarkan perilaku (didasarkan pada uraian pekerjaan yang sudah disusun sebelumnya).

f. Penilaian berdasarkan kejadian kritis (dilaksanakan oleh atasan melalui pencatatan atau perekam peristiwa – peristiwa yang berkaitan dengan perilaku personil yang dinilai dalam melaksanakan pekerjaan).

g. Penilaian berdasarkan efektifitas menggunakan sasaran perusahaan sebagai indikasi penilaian kinerja, biasanya dilakukan oleh perusahaan – perusahaan besar yang mempekerjakan banyak personil dan menggunakan sistem pengelolaan perusahaan berdasarkan sasaran (Kajianpustaka, 2014).

2.2.3 Pengukuran Kinerja

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah selama pelaksanaan kinerja sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan, atau apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Untuk melakukan pengukuran tersebut diperlukan adanya ukuran kinerja.

(15)

1. Kualitas (Quality), terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna / ideal dalam memenuhi maksud atau tujuan kegiatan,

2. Kuantitas (Quantity), terkait dengan satuan jumlah yang dihasilkan / diwujudkan melalui nilai mata uang, jumlah unit, atau jumlah dari siklus aktivitas yang telah diselesaikan,

3. Ketepatan waktu (Timeliness), terkait dengan tingkatan dimana aktivitas telah diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat dari yang ditentukandan memaksimalkanwaktu yang ada untuk katifitas lainnya,

4. Efektifitas biaya (Cost effectiveness), terkait dengan tingkat penggunaan sumber – sumber organisasi (orang, material, uang, teknologi) dalam mendapatkan atau memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam penggunaan sumber – sumber organisasi,

5. Kebutuhan akan supervisi (Need for supervision), terkait dengan kemampuan individu dapat menyelesaikan pekerjaan atau fungsi – fungsi pekerjaan tanpa asistensi pemimpin atau intervensi pengawasan pimpinan, 6. Pengaruh hubungan personal (Interpersonal Impact), terkait dengan

kemampuan individu dalam meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik serta kerja sama diantara sesama pekerja maupun dengan atasan (Kajianpustaka, 2014).

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

(16)

kemampuan, latar belakang, demografis), variabel organisasi (sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan), dan variabel psikologi (persepsi, sikap, keperibadian, belajar, motivasi).

Variabel – variabel tersebut adalah : a. Variabel individu

1. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Depkes (2015), umur dikategorikan sebagai berikut :

Masa Balita : 0 – 5 tahun

Masa Kanak – kanak : 5 – 11 tahun Masa Remaja Awal : 12 – 16 tahun

Masa Remaja Akhir : 17 – 25 tahun

Masa Dewasa Awal : 26 – 35 tahun

Masa Dewasa Akhir : 36 – 45 tahun Masa Lansia Awal : 46 – 55 tahun

Masa Lansia Akhir : 56 – 65 tahun

Masa Manula : 65 – sampai atas

(17)

2. Tingakat pendidikan

Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2013) tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terordinisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan – tujuan umum.

Menurut UU No. 10 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab VI pasal 14 jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Adapun 3 tingkat pendidikan itu sebagai berikut:

a. Pendidikan dasar, merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibt’idaiyah (MI) atau bentuk lain yang

sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain ynag sederajat.

b. Pendidikan menengah, merupakan lanjutan pendidiakan dasar. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekola Menegah Kejuruan (SMK) atau bentuk lain yang sederajat.

(18)

Jenis pendidikan Bidan di Indonesia yaitu pendidikan tingkat Diploma I, pendidikan tingkat Diploma III, pendidikan tingkat D IV/Sarjana. Pendidikan berkelanjutan bagi bidan berguna dalam pemenuhan standar kemampuan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, salah satunya antenatal. Dalam hal ini seorang bidan harus mendeteksi secara dini penyebab yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, serta harus cepat dan tepat menanggapi kemungkinan yang akan berakibat buruk pada ibu dan janinnya. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar pula kemampuan seseorang dan semakin mudah dalam mengembangkan diri sesuai dengan pekerjaannya.

3. Masa kerja

Masa kerja dalah lama kerja karyawan dimana karyawan tersebut bekerja atau melaksanakan kegiatan dinyatakan dalam tahunan. Masa kerja seseorang akan menentukan prestasi individu yang merupkan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama seseorang bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu akan semakin meningkat yang dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak kepada kinerja dan keuntungan organisasi ynag menjadi lebih baik,sehingga memungkinkan untuk mendapatkan promosi atau kenaikkan jabatan (Gibson, 1995).

(19)

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tau seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda (Notoadmojo, 2010).

Pengetahuan mempunya enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya setelah mengamati sesuatu (recall).

b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempelajari suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan atau mengaplikasikan objek yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi secara real (sebenarnya).

(20)

e. Sintesis (synthesis), bekaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi (Notoadmojo, 2010).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

b. Variabel Organisasi 1. Sarana/prasarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Sarana lebih ditunjukkan untuk benda – benda bergerak seperti komputer, mesin – mesin, sedangkan prasarana lebih ditunjukkan untuk benda – benda yang tidak bergerak seperti gedung.

(21)

Sarana perlengkapan dalam pelayanan Ante Natal Care (ANC) antara lain :

1. Peralatan tidak steril : timbangan BB, pengukur TB, tensi meter, stetoskop, thermometer, senter, reflek hammer, pita pengukur LILA, mitline (alat pengukur panggul), pengukur Hb, bengkok, tabung urine, lampu spritus, reagen untuk pemeriksaan urine, dan tempat sampah.

2. Peralatan steril : bak instrumen, spatel lidah, sarung tangan (handscoon), spuit, jarum dan bidan kit.

3. Bahan – bahan habis pakai : kasa bersih, kapas, alkohol dan larutan klorin.

4. Formulir yang disediakan : buku KIA, kartu status, formulir rujukan, buku register, kartu penapisan dini, kohort ibu/bayi. 5. Obat – obatan : golongan roburantia (vit B6 dan B – compleks),

vaksin TT, kapsul yodium, obat KB, tablet Fe.

Prasarana dalam pelayanan Ante Natal Care (ANC) antara lain puskesmas induk, puskesmas pembantu, polindes, posyandu.

2. Imbalan

(22)

Jenis imbalan terdiri atas imbalan instrinsik dan imbalan ekstrinsik. Imbalan instrinsik adalah imbalan yang berasal dari pekerjaan itu sendiri yang meliputi rasa penyesalan, prestasi, otonomi, dan pertumbuhan. Sedangkan imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang berasal dari pekerjaan yang meliputi uang, status, promosi, dan rasa hormat. Terdapat kesepakatan antara para ahli ilmu keprilakuan dan para manejer bahwa imbalan ekstrinsik dan intrinsik dapat digunakan untuk memotivasi prestasi kerja (Gibsom, 1995).

Setiap perolehan mempunyai valensi atau nilai bagi orang yang bersangkutan. Perolehan seperti upah, promosi, teguran atau pekerjaan yang lebih baik mempunyai nilai yang berbeda bagi orang yang berbeda. Hal ini terjadi karena setiap orang mempunyai kebutuhan dan presepsi yang berbeda. Jadi, dalam mempertimbangkan imbalan mana yang akan di pakai, seseorang manejer harus arif mempertimbangkan untuk memotivasi, karyawan akan menggerahkan upaya untuk mencapai tingkat prestasi yang tinggi.

c. Variabel Psikologi 1. Motivasi

(23)

Hezberg mengembangkan teori motivasi dengan “model dua

faktor” (Two Factory Theory) motivasi, teori ini dikenal dengan teori

motivator – higienis. Hezberg berpendapat bahwa ada faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi seseorang dalam bekerja. Termasuk faktor instrinsik adalah dorong berprestasi, pengenalan, kemajuan, kesempatan berkembang, dan tanggung jawab. Yang termasuk faktor ekstrinsik adalah administrasi dan kebijakan perusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawasan, hubungan dengan subordinat, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status (Mangkunegara, 2014).

2.3 Landasan Teori

Sumber.Gibson dkk, 1995

Gambar 2.1 Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Kinerja

(24)

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Indipenden Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini mengacu pada teori – teori yang ada kaitannya terhadap kinerja. Teori tersebut antara lain teori Gibson (1995) mengatakan bahwa kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi.

Gibson juga menyampaikan model teori kinerjadan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu, variabel psikologis dan variabel organisasi. Variabel individu dikelompokkan pada sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang (tingkat sosial, pengalaman), demografis (umur, jenis kelamin, etnis). Variabel organisasi

(25)

digolongkan pada sub variabel sumber daya, imbalan, kepemimpinan, struktur dan desain pekerjaan. Variabel psikologis digolongkan pada sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi. Karena ada keterbatasan dari peneliti maka ada beberapa faktor yang tidak diteliti.

Gambar

Gambar 2.1 Variabel Yang Mempengaruhi Perilaku Dan Kinerja
Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Diagram Alir Program Pembangkit Kunci Tanda Tangan Digital.. Universitas Kristen Maranatha

Surat pernyataan bukan pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/ Polri, BUMN, BUMD, dan/atau pegawai bank pemerintah.. Surat pernyataan tidak masuk dalam

[r]

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH..

Abroad, DIA) oleh syarikat Malaysia adalah sebanyak RM5.0 bilion (S2 2015: -RM16.4 bilion), disebabkan terutamanya oleh pemberian pinjaman antara syarikat yang lebih rendah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses implementasi kurikulum 2013 dalam meningkatkan mutu pembelajaran PAI di SMK Al-Hikmah Kalirejo dilakukan dengan beberapa

Namun Berkat setrategi-setragi yang di gunakannya saat perang Mu’tah, Khalid Ibn Walid mendapatkan gelar kehormatan oleh Rasulullah Saw sebagai Saefulah karena di

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khalil (2013) bahwa perusahaan dengan citra yang baik dapat membantu mendapatkan kepercayaan konsumen dan