• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lima Daerah Aliran Sungai (DAS) di Propinsi Aceh yaitu : DAS Aih Tripe hulu (kabupaten Gayo Lues), DAS Krueng Aceh (Kabupaten Pidie, Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh). DAS Lawe Alas (Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Gayo Lues), DAS Krueng Pase (Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bener Meriah) dan DAS Pesangan (Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Bireuen) Penelitian lapangan dilakukan bulan Oktober 2005 sampai dengan September 2006.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari Global Position

System (GPS), alat pengukur tinggi muka air otomatis (AWLR), alat pengukur

iklim otomatis (AWS), alat pengukur kecepatan air (Current Metter), personal komputer, dan alat tulis kantor. Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari : data digital citra Landsat 7 ETM+, DEM dari SRTM (Shuttle Radar Tophography

Mission), peta jenis tanah skala 1:50.000, dan peta penggunaan lahan skala

1:50.000.

Kebutuhan Data

Data produksi air sungai diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan pengukur tinggi muka air otomatis (AWLR) dan dari data sekunder. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi :

1. Peta dasar, yaitu peta topografi dengan skala 1 : 50.000.

2. Peta jenis tanah, yaitu peta yang memberikan informasi tentang jenis tanah berdasarkan klasifikasinya.

3. Data Digital Elevation Model (DEM) skala 1:100.000, diperoleh dari radar SRTM.

4. Peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000.

5. Data produksi air diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan AWLR (Automatic Water Level Recorder) dan dari data sekunder.

(2)

7. Informasi hidrologi dan iklim, diperoleh dari Dinas Sumberdaya Air Propinsi

Aceh, Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai Propinsi Aceh, Dinas Kehutanan Propinsi Aceh, Badan Meteorologi dan Geofisika Propinsi Aceh serta Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif (survey) yang dilaksanakan dalam bentuk identifikasi dan karakterisasi melalui pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan, namun untuk data produksi air dan curah hujan yang dilakukan pengukuran langsung di lapangan adalah pada DAS Aih Tripe hulu, sedangkan DAS lainnya digunakan data sekunder. Setelah pengamatan dan pengukuran dilakukan selama 1 (satu) tahun dan data-data berhasil dikumpulkan, maka dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil penelitian. Gambar 10 menunjukkan diagram alir penelitian yang dilakukan.

Kapasitas Produksi Air DAS Model H2U (Hydrogramme Unitaire Universal)

Model H2U menghitung kurva pdf (probability density function) butir hujan berdasarkan dua parameter yang dapat dihitung pada peta jaringan sungai yaitu n, orde sungai maksimum menurut Strahler (Strahler, 1952) dan L rataan, yaitu panjang rata-rata jalur aliran air. Versi awal model H2U tidak memperhitungkan aspek hidrologis lereng (Kartiwa, 2005).

(3)

Model H2U, NRCS, Mock Curah Hujan Hidrograf Banjir, Produksi Air, Neraca Air DAS Hasil

Pengukuran

Validasi

Analisis Karakteristik Biofisik dan Geomorfometrik DAS

Tanah, topografi, penggunaan lahan

Luas, keliling DAS, panjang sungai, bentuk DAS, tipe jaringan sungai, orde sungai, kerapatan jaringan drainase

Gambar 10 Diagram alir penelitian

( )

2.L L . n 1 2 n 2 n L e . L . 2 n 1 . L . 2 n dL . N dN L − −             = =

Γ

ρ

... (13) dimana :

ρ(L) : pdf panjang alur hidraulik L : panjang alur hidraulik n : orde sungai

L : panjang rata-rata alur hidraulik

Γ : fungsi gamma

Berdasarkan asumsi bahwa orde sungai maksimum (n) pada lereng adalah sama dengan 2, maka persamaan di atas dapat digunakan untuk menghitung pdf lereng dengan bentuk persamaan sebagai berikut :

( )

o o l l o o v .e l 1 l − = ρ ... (14) dimana :

ρ(lo) : pdf panjang alur hidraulik pada lereng lo : panjang alur hidraulik pada lereng

o

l : panjang alur hidraulik rata-rata pada lereng 1. Karakterisasi biofisik dan geomorfologi .

2. Produksi air DAS menggunakan tiga model berbeda.

(4)

Selanjutnya, dengan menetapkan kecepatan aliran pada lereng, pdf waktu tempuh butir hujan pada lereng dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

( )

o v l t . V o v v .e l V t − = ρ ... (15) dimana :

ρv(t) : pdf lereng sebagai fungsi waktu t

v

V : kecepatan aliran rata-rata pada lereng

o

l : panjang rata-rata jalur hidraulik pada lereng t : interval waktu

Sedangkan untuk menghitung pdf waktu tempuh butir hujan pada jaringan sungai, digunakan persamaan sebagai berikut :

( )

2.L t . V . n 1 2 n 2 n RH RH RH e . t . 2 n 1 . L . 2 V . n t − −             = Γ ρ ... (16) dimana :

ρRH(t) : pdf jaringan sungai sebagai fungsi waktu t n : orde sungai maksimum

RH

V : kecepatan aliran rata-rata pada jaringan sungai

L : panjang rata-rata jalur hidraulik pada jaringan sungai

Γ : fungsi gamma t : interval waktu

Untuk mendapatkan pdf DAS, dihitung berdasarkan hasil konvolusi antara pdf lereng dengan pdf jaringan sungai :

( ) ( )

t

v

t

RH

( )

t

DAS

ρ

ρ

ρ

=

... (17) dimana :

ρDAS(t) : pdf DAS sebagai fungsi waktu ρv(t) : pdf lereng sebagai fungsi waktu t

ρRH(t) : pdf jaringan sungai sebagai fungsi waktu t

Untuk menghitung produksi air aliran permukaan, digunakan rumus sebagai berikut :

( )

t

S

[

PN

( ) ( )

t

t

]

Q

=

ρ

...

(18) dimana :

(5)

Q(t) : produksi air aliran permukaan pada waktu t

S : luas DAS

PN(t) : intensitas hujan netto pada waktu t

ρ(t) : pdf waktu tempuh butir hujan pada waktu t (dihitung dari pdf panjang alur hidraulik berdasarkan penetapan kecepatan aliran)

Waktu tempuh setiap butir hujan dari titik jatuhnya di permukaan DAS sampai titik pelapasan (pdf), ditampilkan pada Gambar 11.

Gambar 11 pdf menurut model H2U

Model NRCS (Natural Resources Conservation Service)

Pendugaan produksi air model NRCS menggunakan runoff curve number (CN). Nilai CN tergantung kepada kondisi tanah dan penutup lahan suatu DAS, nilai CN mempresentasikan kondisi kelompok hidrologi tanah, tutupan lahan, pengelolaan lahan dan kondisi hidrologi.

Dalam model NRCS, penghitungan aliran permukaan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

S

Ia

P

Ia

P

Q

+

=

)

(

)

(

2 ………. (19) Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh United States Departement of Agriculture (USDA), nilai Ia dapat diperoleh dari persamaan empiris berikut :

Ia = 0,2 S ………. (20) Initial abstraction (la) adalah semua kehilangan sebelum aliran permukaan dimulai, yang mencakup air yang tersimpan pada surface depression (cekungan), air diintersepsi oleh vegetasi, evaporasi dan infiltrasi. (la) sering

Rumus Konvolusi Q1=pdf1.Pn1 Q2=pdf1.Pn2 +pdf2.Pn1 Q3=pdf1.Pn3+pdf2.Pn2+pdf3.Pn1 Q4=pdf1.Pn4+pdf2.Pn3+pdf3.Pn2+ pdf4.Pn1 ... >>> Qn pdf pdf1 pdf2 pdf3 pdf4 pdf5 Waktu Waktu Pn6 Pn2 Pn3 Pn4 Pn5 Pn1 mm Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Waktu Q (l/s) Perhitungan Debit

Hujan Netto (PN) Menurut Metode Koefisien Aliran

Permukaan

PDF menurut Model H2U Modifikasi

(6)

berubah-ubah, namun secara umum (Ia) berhubungan dengan tanah dan jenis tutupan lahan. Apabila persamaan (20) disubstitusi ke persamaan (19), maka diperoleh persamaan:

Q = (P – 0,2S)2

Gambar 12 Kurva penentuan direct runoff

Penentuan nilai CN ditentukan melalui klasifikasi kelompok hidrologi tanah dan klasifikasi kelompok tutupan lahan.

/ (P + 0,8S) ... (21) Nilai S berkaitan dengan nilai CN yang dipengaruhi oleh tanah dan tutupan lahan dari suatu DAS, nilai CN berkisar antara 0 sampai dengan 100, menggunakan persamaan : S = 25.4 ((1000/CN) – 10) ... (22) dimana : Q : Direct runoff (mm); P : curah hujan (mm); Ia : abstraksi awal (mm);

S : maksimum penyimpanan (retensi) potesial setelah direct runoff terjadi (mm); CN : Curve Number.

Direct runoff dengan nilai Ia = 0,2S dapat ditentukan dengan menggunakan

(7)

Klasifikasi Kelompok hidrologi tanah. NRCS telah mengembangkan suatu sistem klasifikasi tanah yang mengelompokkan tanah ke dalam empat kelompok yang ditandai dengan huruf A, B, C dan D. Penentuan Kelompok hidrologi tanah tersebut didasarkan peta hasil detail, sifat-sifat tanah dan laju infiltrasi minimum tanah, seperti tertera pada Tabel 1.

Klasifikasi Kelompok Tutupan Lahan. Menurut NRCS (tahun 1986 dalam Arsyad (1989), klasifikasi kelompok penutup tanah terdiri atas tiga faktor, yaitu penggunaan tanah, perlakuan atau tindakan konservasi yang diberikan dan keadaan hidrologi. Penentuan nilai kurva kelompok penutup tanah dilakukan berdasarkan Tabel 2.

Setelah didapat nilai CN dari Gambar 12, maka dihitung tampungan maksimum potensial (potensial maxsimum retention) dengan menggunakan rumus:

S = (1000/CN)-10 (inchi) atau S = (25400/CN)-254(mm) ………. (23) Nilai tersebut berguna untuk mendapatkan nilai abstraksi atau kehilangan dari curah hujan yang jatuh kepermukaan bumi.

Tabel 1 Klasifikasi Kelompok hidrologi tanah Kelompok

Tanah Sifat Tanah

Laju infiltrasi minimum (mm/jam) A

Potensi aliran permukaan kecil, termasuk tanah pasir dalam dengan unsur debu dan liat, laju infiltrasi tinggi

8 – 12

B

Potensi aliran permukaan kecil, tanah berpasir lebih dangkal dari A, tekstur tanah halus sampai sedang, laju infiltrasi sedang

4 – 8

C

Potensi aliran permukaan sedang, tanah dangkal dan mengandung cukup liat, tekstur sedang sampai halus, laju infiltrasi rendah.

1 – 4

D

Potensi aliran permukaan tinggi, kebanyakan tanah liat dangkal dengan lapisan kedap air dekat permukaan tanah, infiltrasi paling rendah

0 – 1 Sumber : NRCS (tahun 1986 dalam Arsyad (1989))

(8)

Tabel 2 Nilai kurva kelompok tutupan lahan.

Tata Guna Lahan

Cara Bercocok Tanam Keadaan Hidrologi Kolompok Tanah A B C D

Bera Larikan lurus - 77 86 91 94

Padi, gandum

Larikan lurus Buruk 63 74 82 85

Kontur Baik 61 73 81 84 Teras Buruk 61 72 79 82 Teras Baik 59 70 78 81 Hutan - Buruk 45 66 77 83 - Cukup 36 60 73 79 - Baik 25 55 70 77 Pemukiman Desa - - 59 74 82 86

Sumber : NRCS (tahun 1986 dalam Arsyad (1989)

Tabel 2 digunakan untuk kondisi curah hujan normal (kondisi II), bila kondisi curah hujan dibawah normal, maka digunakan faktor konversi untuk kondisi I dan jika kondisi curah hujan diatas normal, maka digunakan faktor konversi III, sebagaimana ditampilkan pada Tabel Lampiran 5 sampai Tabel Lampiran 9.

Integrasi model NRCS dan Baseflow

Selanjutnya dilakukan integrasi model NRCS dan baseflow sehingga diperoleh nilai produksi air DAS, menggunakan persamaan :

Infil-i = Pi - [(P –0,2S)2 / (P + 0,8S)]i ..……. (24) Cad = (Infiltrasi)i + Cadi –Qbfi ... (25) Jika Infil = 0, maka :

Qbfi = Qbfi-1 exp –kt ... (26) Jika Infil ≠ 0, maka :

Qbfi = Cadi x k2 ... (27) Qdas = Qnrcs + Qbfi ... (28) dimana :

Infil : Infiltrasi;

Cad : Cadangan air tanah (mm); P : curah hujan (mm);

S : maksimum penyimpanan (retensi) potesial setelah direct runoff terjadi (mm);

(9)

T : Waktu; dan

k2 : Konstanta cadangan air tanah. Qbfi : Baseflow

Qdas : Produksi air DAS

Perhitungan produksi air DAS menggunakan integrasi model NRCS dan baseflow di tampilkan pada Gambar 13.

Gambar 13 Diagram alir Integrasi model NRCS dan baseflow.

Model Mock

Perhitungan dengan model Mock meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

Hubungan antara aliran masuk (inflow) dan aliran keluar (out flow) yang dinyatakan dengan keseimbangan air (Water Balance) memakai persamaan :

TRO = P - Ea + GS ... (29) dimana :

P = presipitasi (curah hujan) Ea = evapotranspirasi aktual

GS = perubahan Groundwater storage TRO = total run off

Proporsi permukaan luar yang tidak ditumbuhi tumbuhan hijau (exposed surface not covered by green vegetation) oleh Mock diklasifikasikan menjadi tiga daerah untuk nilai exposed surface (m), yaitu m = 0 (untuk daerah primer dan skunder), m = 10-40% (untuk daerah tererosi) dan m = 30-50% untuk daerah

P Q nrcs ETP P-Qnrcs Qbf Q das P = Presipitasi

Qnrcs = Direct runoff model NRCS TR-55

ETP = Evapot. Potensial

Cad = Cadangan Air Bawah Tanah Qbf = Q baseflow Baseflow Infiltrasi Cadangan Air Tanah

(10)

ladang pertanian). Proporsi permukaan luar yang tidak ditumbuhi tumbuhan hijau dan jumlah hari hujan, mempengaruhi selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranpirasi terbatas, seperti ditunjukan pada persamaan 29 dan 30.

E = Ep (m/20)(18-n) ... (30) Ea = Ep – E ... (31) dimana : E = Evapotranspirasi terbatas Ep = Evapotranspirasi potensial Ea = Evapotranspirasi aktual n = Jumlah hari hujan

m = Exposed surface

Water Surplus (WS) merupakan air hujan yang telah mngalami

evapotranspirasi dan mengisi tampungan kelembaban tanah (Soil Moisture

Capacity) atau SMC memenuhi persamaan:

WS = (P-Ea) + SMC ... (32) Sedangkan tampungan kelembaban tanah dihitung sebagai berikut:

SMC = ISMS + (P-Ea) ... (33) dimana :

SMC = Tampungan kelembaban tanah

ISMS = Initial Soil Moisture Stroge (tampungan kelembaban tanah awal) ( P-Ea ) = Presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi

Selanjutnya menurut Mock besarnya infiltrasi adalah Water Surplus (WS) dikalikan dengan koefesian infiltrasi (if) (ditentukan oleh kondisi porositas dan kemiringan daerah pengaliran). Infiltasi dihitung dengan formula:

Infiltrasi (i) = WS x if ... (34) Penghitungan perubahan GroundwaterStorage memakai formula:

GS = (0,5 x (1 + K) x i + (K x GSom) ... (35) dimana :

K = Konstanta resesi aliran bulanan

(11)

Nilai Groundwater Storage sebelumnya diasumsikan sebagai konstanta awal, dengan anggapan bahwa water balance merupakan siklus tertutup yang ditinjau selama setahun. Sehingga asumsi nilai awal ini harus dibuat dengan nilai akhir tahun.

Uji Akurasi Model

Model pendugaan produksi air di uji akurasinya dengan menggunakan model Nash dan Sutcliffe, 1970 sebagai berikut :

− − − = N pr s N p s Q Q Q Q F 1 2 2 1 ) ( ) ( 1 ... (36) dimana :

Qs = Debit Pendugaan (m3/menit); Qp = Debit pengukuran (m3/menit); dan Qpr = Debit rata-rata pengukuran (m3/menit)

Nilai F antara -∞ hingga 1, dan jika nilai F = 1, maka hasil simulasinya sempurna

Pendugaan Produksi Air Melalui Simulasi Rehabilitasi Hutan Menggunakan Integrasi Model NRCS dan Baseflow

Berdasarkan parameter model hasil kalibrasi serta masukan data, dilakukan pendugaan produksi air DAS berdasarkan skenario bila dilakukan rehabilitasi, melalui penghutanan semak belukar dan tanah terbuka pada lima DAS di Propinsi Aceh. Tujuan dari skenario ini adalah untuk pelihat pengaruh perubahan penutupan lahan terhadap karakteristik produksi air DAS.

Gambar

Gambar 10   Diagram alir penelitian
Gambar 12   Kurva penentuan direct runoff
Tabel 2 digunakan untuk kondisi curah hujan normal (kondisi II), bila  kondisi curah hujan dibawah normal, maka digunakan faktor konversi untuk  kondisi I dan jika kondisi curah hujan diatas normal, maka digunakan faktor  konversi III, sebagaimana ditampil
Gambar 13  Diagram alir Integrasi model NRCS dan baseflow.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Ketapang adalah terlaksananya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang bekerja sama

yang dimanfaatkan secara efektif tidak berubah. Hal ini disebabkan disediakan wajib diimplementasikan dan organisasi memiliki human resources yang cukup

pencermatannya peserta didik. Guru meminta kembali peserta didik untuk mengamati gambar yang ada yang ada di kolom “Mari Mengamati”. Peserta didik mengemukakan pendapatnya

presentasi siswa bernomor sama dengan YUM dari kelompok lain menangapi hasil pekerjaannya. Tanggapan yang diberikan yaitu jawaban yang diperoleh sama dan sudah

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta atas ridha-Nya sehingga penulis dapat mengikuti Program Pendidikan

Standar akuntansi untuk penggabungan dua atau lebih BHPT disusun atas dasar prinsip akuntansi ekonomi atau peristiwa yang lebih penting daripada formalitas

Untuk menjadikan nilai sebagai bahan pengembangan tentunya disesuaikan dengan usia dan pola pikir anak usia sekolah dasar, sedangkan nilai yang tidak bersifat

menyebabkan siswa tersebut memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri tanpa menunggu perintah guru. Peran guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator dan