• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengeluaran pendidikan ekonomi di Indonesia [1975-2004] - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis pengeluaran pendidikan ekonomi di Indonesia [1975-2004] - USD Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi

Oleh:

YUSUP HERPIN NURHAYADI NIM: 011324018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii Oleh:

YUSUP HERPIN NURHAYADI NIM: 011324018

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si Tanggal, 12 Oktober 2006

Pembimbing II

(3)

iii

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Yusup Herpin Nurhayadi

NIM: 011324018

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 24 Januari 2007

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R ... Sekretaris Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si ... Anggota Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si ... Anggota Drs. P. A. Rubiyanto ... Anggota Dra. Widanarto.P, S.Pd., M.Si ...

Yogyakarta, 24 Januari 2007

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

Tetapi bangunlah dari mimpi dan Bekerjalah membangun harapan

Menjadikan angan-angan menjadi kenyataan.

Oleh : Yusup Herpin

Perjalanan kehidupan didunia Seperti orang yang tidur dalam mimpi

Tetapi ketika bangun dari tidurnya

Orang baru menyadari perjalanannya masih panjang

Oleh : Yusup Herpin

Ketika satu pintu tertutup pintu lain terbuka namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga

kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.

Oleh : Alexeder Graham Bell.

Sesuatu hasil pekerjaan jangan dianggap sia-sia Karena orang yang menganggap sia-sia berarti Tidak mesyukuri karya karunia yang dberikan Tuhan

Oleh : Yusup Herpin

Lukis dan goreskanlah kenginan dalam setiap langkah Hidupmu karena setiap goresan-goresan akan memberi

Makna dalam lebaran kehidupanmu

Oleh : Yusup Herpin.

Berguna bagi diri sendiri dan orang lain

(5)

v

Menjadikan awal di pagi hari Menyelimuti kesejukan hati

Indahnya dunia

Mempercantik alam semesta Adanya cakrawala

Merupakan saksi adanya manusia

Gemerciknya air sungai Meramaikan suasana tirani Hamparan pasir dipantai Menggambarkan sisi insani

Udara dingin

Berhembus diantara kegelapan Menunggu suara-suara pengertian Tentang kebijaksaan dan kebenaraan

By: Yusup Herpin.

Aku persembahkan karya sederhana ini dengan penuh cinta dan

kasih kepada:

Bunda Maria dan Allah Bapa di surga.

Kedua orang tuaku tersayang: Antonius Mulyadi dan Tukilah terima

kasih atas semua cinta, doa, pengorbanan, dan motivasi yang tiada

terkira.

Kakakku tercinta: Mateus Wiwit Kustiyadi dan Dwi Pangestu .

Adek Tersayang Rekha Melia Putri Winona.

(6)

vi

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Januari 2007 Penulis

(7)

vii

INDONESIA (1975 – 2004)

Oleh

Yusup Herpin Nyrhayadi Universitas Sanata Dharma

NIM: 011324018

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh pengeluaran pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek, (2) mengetahui pengaruh pengeluaran pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka menengah dan panjang.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang mencoba mengungkap dan menggambarkan fakta mengenai pengaruh dari pengeluaran pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1975 – 2004. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif yang bersifat time series yaitu data pengeluaran pendidikan dan pertumbuhan ekonomi dari tahun 1975 – 2004 yang dikutip dari Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan regresi linieritas.

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa:

1 Pengeluaran pendidikan dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

2 Pengeluaran pendidikan dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

(8)

viii

Sanata Dharma University NIM: 011324018

This research aims to know (1) the effect of education expenditure towards economic growth in Indonesia in a short term and (2) the effect of education expenditure towards growth in Indonesia in middle and long term.

This is a descriptive research that tries to reveal and describe the fact about the effect of education expenditure towards economic growth in Indonesia in 1975 – 2004. Kinds of data which taken in this research are quqntitative time series which cover education expenditure and economic growth from 1975 to 2004. This data taken from Statistic Center Bord. The technique of data analysis is Linear Regression Menthod.

(9)

ix

terselesaikannya penyusunan skripsi dengan judul ”ANALISIS PENGELUARAN PENDIDIKAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (1975 - 2004) Adapun tujuan penulisan skripsi adalah guna memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi.

4. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini. 5. Bapak Drs. P. A. Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

(10)

x

masukan, saran dan dorongan kepada Penulis.

8. Mbak Titin, Mbak Aris, dan Bapak Wawiek selaku Petugas Sekretariat Pendidikan Ekonomi Koperasi terima kasih atas doa, dorongan, dan kesabarannya dalam menghadapi ”keluhan-keluhan” mahasiswa.

9. Keluarga besar “UNIVERSTAS SANATA DHARMA”karyawan dan segenap mahasiswa yang selama ini selalu mendukung penulis, “matur nuwun gih dateng sedayane”.

10. Temen-temen PEK 2001 tetapstay cool oce.

11. Temen-temen senasib gak sepenanggungan: Joyo,Sinto,Hohok,Kaka,Hari,Si Phe,Agung, masih banyak lagi yang gak dapat Saya sebutkan satu per satu.

Thank’s 4 everything ’n keep fight...

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(11)

Tabel 2.3 : Anggaran Pembangunan Pendidikan Per Jenis Sekolah Tahun

1990 - 2004 ... 42

Tabel 2.4 : Anggaran Pembangunan Pendidikan Per jenis Sekolah Tahun 1990 - 2004 ... 43

Tabel 2.5 : Anggaran Pembangunan Pendidikan Per Jenis Sekolah Tahun 1990 -2004 ... ……… 43

Tabel 3.1 : Data Pertumbuhan Ekonomi dan pengeluaran Pendidikan dalam satu tahun untuk waktu jangka pendek tahun 1975 - 2004.. 55

Tabel 3.2 : Data Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran pendidikan dalam satu tahun untuk waktu jangka menengah tahun 1975 -2004... 57

Tabel 3.3 : Data Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran pendidikan dalam satu tahun untuk waktu jangka panjang tahun 1975 -2004 . 58 Tabel 3.4 : Pengukuran Autokorelasi ... 61

Tabel 4.1 : Deskriftif Hipotesis Pertama ... 68

Tabel 4.2 : Koefisien Korelasi Hipotesis Pertama ... 69

Tabel 4.3 : Regresi Sederhana Hipotesis Pertama... 69

Tabel 4.4 : Uji f Hipotesis Pertama ... 70

Tabel 4.5 : Uji t Hipotesis Pertama ... 70

Tabel 4.6 : Deskriftif Hipotesis Kedua... 71

Tabel 4.7 : Koefisien Korelasi Hipotesis Kedua ... 72

Tabel 4.8 : Regresi Sederhana Hipotesis Kedua ... 73

Tabel 4.9 : Uji t Hipotesis kedua ... 74

Tabel 4.10 : Uji t Hipotesis kedua... 74

Tabel 4.11 : Deskriftif Hipotesis ketiga ... 75

Tabel 4.12 : Koefisien Korelasi Hipotesis ketiga... 75

Tabel 4.13 : Regresi Sederhana Hipotesis ketiga... 75

(12)

Tabel 4.17 : Anggaran Pendidikan terhadap APBN ... 83 Tabel 4.18 : Anggaran Yang Dianjurkan UNDP Perjenis Pengeluaran... 85 Tabel 4.19 : Pengalokasian APBN untuk Berbagai Sektor... 87 Tabel 4.20 : Struktur Pengangguran Menurut pendidikan Tertinggi Tahun

2002... 94 Tabel 4.21 : Pertumbuhan Tingkat Sekolah dan Pertumbuhan Lima

Benua di Dunia... 95

(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat dalam ekonomi di dunia tertuju pada cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari semua negara sangat mendambakan dan berusaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi

(economic growth) untuk menghadapi era globalisasi dengan

mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya. Karena pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini.

(15)

Logika konsep investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dan penciptaan modal manusia (human capital) jelas dapat dianalogikan dengan peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya tanah melalui investasi strategis. Artinya pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia mengorbankan atau mengurangi konsumsi mereka pada saat sekarang ini demi memperoleh konsumsi yang lebih baik di kemudian hari, seperti mengorbankan pendapatan yang diperoleh saat ini untuk mengambil pendidikan lanjutan dan bahwasanya pertumbuhan penduduk merupakan faktor positif dalam pembangunan ekonomi.

(16)

Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi intitusional dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 1989 : 210).

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan pengembangan sumber daya manusia yang andal untuk melaksanakan dan mengembangkan berbagai kegiatan pembangunan baik dalam sektor publik maupun sektor swasta, sehingga nasib bangsa dapat diselamatkan Untuk itu perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu pemberian investasi dalam sistem dan penunjang pendidikan agar semakin berkualitas mutu intelektualnya.

(17)

(1/K) maka akan didapat tingkat pertumbuhan dimana pendapatan nasional atau GNP akan naik.

Teori pertumbuhan neoklasik pada awalnya bertumpu pada peningkatan modal dan tenaga kerja sebagai sumber-sumber pertumbuhan ada perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi tingkat penambahan modal dan angkatan kerja disadari bahwa ada unsur lain yang mempengaruhi pertumbuhan perbedaan ini yang merupakan faktor residual dan dinamakan

total factor productivity (TFP) adalah hasil dari penerapan teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) atas dasar itu, berkembanglah konsep mengenai modal manusiahuman capital.

Berbagai teori mencoba menjelaskan keterkaitan antara pengembangan sumber daya alam, aplikasi teknologi dan pertumbuhan ekonomi kaum neoklasik yang diprakarsai oleh Solow berpendapat bahwa teknologi dapat dianggap sebagai faktor yang bersifat eksogen yang datang dari luar sistem ke dalam proses produksi ( Jhingan, 1990 : 350).

Apabila pengetahuan baru dan keterampilan terkandung pada peningkatan teknologi pengetahuan dan cara-cara baru dalam proses produksi maka keberhasilan pembangunan akan ditentukan oleh proses akumulasi dari kualitas sumber daya manusia(SDM) (Becker, Murphy dan Tamura, 1990).

(18)

menemukan adanya sumbangan yang besar dari peningkatan years of schooling terhadap pertumbuhan di AS Barro (1991) serta pendidikan dan investasi yang cukup besar untuk pendidikan pada tahun 60-an merupakan faktor yang penting dalam menjelaskan variasi pertumbuhan negara-negara di dunia selama 30 tahun terakhir ini. Negara maju memperlihatkan bahwa kualitas sumber daya manusia(SDM) menyumbangkan secara cukup berarti bagi pertumbuhan sumbangan itu kira-kira sama dengan sumbangan

physical capital(Jhingan, 2000 : 533).

Pendapat Becker bahkan menunjukan adanya estimasi bahwa sekitar 80 % asset atau kekayaan di Amerika Serikat dan negara-negara maju terdiri atas modal manusia. Untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa yang maju dan mandiri mengharuskan dikembangkan konsep pembangunan yang bertumpu pada manusia dan masyarakatnya dititik beratkan pembangunan di bidang ekonomi seiring dengan kualitas sumber daya manusia ( Jhingan, 2000 : 529).

Dalam perkembangannya akhir-ahkir ini pendidikan bahkan dianggap sebagai sarana ampuh investasi sumber daya manusia (SDM) dalam rangka mempersiapkan masa depan generasi muda ke arah mencapai kemampuan dan daya saing bangsa pada lingkungan global.

(19)

masa ini boleh dikatakan belum memiliki wujud yang jelas, upaya yang sistematis untuk terus mencari bentuk sistem pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh UUD 45 bahwa hanya terdapat satu sistem pendidikan nasional yang diatur oleh undang-undang belum diwujudkan secara tegas, sehingga kebijaksanaan pembangunan sistem pendidikan belum berhasil diwujudkan.

Sebab masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi misalnya, terdapat berbagai gejala rendahnya efesiensi dalam pengelolaan administrasi. Kegiatan administrasi pada tingkat makro dan mikro masih sangat lemah mengakibatkan tidak efisiensi dan belum efektifnya pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Kurangnya efiensinya kegiatan administrasi tersebut antara lain tercermin dari lemahnya infrastruktur yang mencakup kelembagaan, ketenagaan, perlengkapan dan biaya pendukung sehingga dengan adanya peningkatan biaya investasi pendidikan untuk pertumbuhan ekonomi.

(20)

Dalam pembangunan di suatu negara agar dapat berkembang perlu perubahan jangka panjang secara berlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk dikaji dengan pendapatan nasional perkapita. Menurut Buchanan dan Ellis, perkembangan berarti mengembangkan potensi pendapatan nyata negara-negara terbelakang dengan menggunakan investasi yang akan melahirkan berbagai perubahan dan memperbesar sumber-sumber produktif yang pada gilirannya menaikan pendapatan nyata per-orang (Jhingan,1988:2).

Untuk melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian perlu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu dalam proses kenaikan output per kapita jangka panjang. Sebab kenaikan output per kapita selama satu atau dua tahun belum bisa menunjukan kecenderungan yang jelas karena suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka waktu lama ( 10,20, atau 50 tahun, atau bahkan lebih lama lagi mengalami kenaikan output per kapita untuk menunjukan kecenderungan yang jelas menaik.

Maka dikatakan, pertumbuhan terjadi dipengaruhi faktor pendidikan dalam kualitas sumber daya manusianya yang menetukan kenaikan output per kapita jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor tersebut berinteraksi dengan faktor satu sama lain, sehingga terjadi proses pertumbuhan (Budiman,2000:15).

(21)

Sebab tersedianya tenaga-tenaga kerja terampil dan terdidik sebagai syarat penting berlangsungnya pembangunan ekonomi secara berkesinambungan sama sekali tidak di ragukan. Apa yang dapat berfungsi secara baik sehingga nanti paling diperlukan di sini adalah struktur biaya dan rasangan

insentif yang dapat berfungsi baik sehingga nantinya mampu

mengalokasikan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan yang ada ke dalam berbagai segmen perekonomian. Dari uraian diatas penulis melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengeluaran Pendidikan Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1975-2004” dilihat dari segi kebijakan makro.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengajukan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah pengeluaran pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek ?

2. Apakah pengeluaran pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka menengah dan panjang ?

C. Batasan masalah

Dalam pembahasan ini penulis memberikan batasan sebagai berikut : 1. Penelitian ini di fokuskan pada variabel pengeluaran pendidikan sebagai

(22)

2. Karena keterbatasan waktu penelitian ini dilakukanan hanya untuk melihat manfaat pengeluaran pendidikan dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan pengeluaran pendidikan sebagai bentuk campur tangan pemerintah di Indonesia merupakan sesuatu yang harus dilakukan karena akan memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara di era globalisasi ini.

E Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi pihak yang berwenang dalam mengambil keputusan Bapenas

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat.

2. Penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta menjadi bahan perbandingan antara teori-teori yang diperoleh selama masa kuliah dengan praktek nyata.

3. Pemerintah atau Depdiknas

(23)

4. Universitas

(24)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Ekonomi dan SDM

Selama lima puluh tahun terakhir ini, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat pertumbuhan pendapatan nasional para ekonom dan politisi dari semua negara, baik negara kaya maupun miskin yang menganut sistem kapatalis, sosialis maupun campuran semua mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi

economic growth. Pada setiap akhir tahun masing-masing negara selalu mengumpulkan data-data relatifnya dan dengan penuh harapan mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. Pengejaran pertumbuhan merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini. Pemerintahan di negara manapun dapat segera jatuh apabila hanya berdasarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dalam catatan statistik nasional.

(25)

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB atau PNB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak dengan demikian. Meskipun laju pertumbuhan ekonomi atau kenaikan PDB tidak secara otomatis meningkatkan kemakmuran masyarakat namun hal tersebut tetap merupakan unsur penting dalam setiap program pembangunan. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ekonom Bank Dunia telah mencatat peranan penting pertumbuhan ekonomi dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat ( Todaro, 2000 : 211).

(26)

Tabel 2.1

(27)

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Model pertumbuhan neo klasik solow berpegang teguh pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal, jika keduanya di analisis secara bersamaan atau sekaligus kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoritis lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Menurut teori neo klasik, faktor-faktor produksi yang dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan output adalah jumlah tenaga kerja dan kapital (model) kapital bisa dalam bentuk financeatau barang modal (seperti mesin) penambahan jumlah tenaga dan kapital dengan faktor-faktor lain, misalnya tingkat produktifitas dari masing-masing faktor produksi tersebut atau secara keseluruhan tetap menambah output yang dihasilkan.

(28)

pertumbuhan neo klasik tersebut hanya melihat pada satu sumber pertumbuhan saja, yakni kontribusi dari peningkatan jumlah faktor-faktor produksi. Dengan demikian banyak faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model tersebut ternyata sangat menentukan laju pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Salah satunya yang paling penting adalah teknologi, dalam model di atas faktor teknologi dianggap konstan sehingga tidak di masukan ke dalam model.

Pertumbuhan ekonomi dilihat dari sisi As atau produksi dipengaruhi oleh aliran pemikiran, yaitu teori neo klasik dan teori modern (Tambunan, 2001 : 6).

b. Teori modern (Alex Inkeles dan H. Smith) dengan adanya kelemahan pada model di atas maka muncul model pertumbuhan ekonomi modern atauendogenous growth model yang mencakup aspek-aspek

(29)

terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Tambunan, 2001: 9).

(30)

mengubah psikologi seseorang atau nilai-nilai budaya sebuah psikologi yang ada dalam masyarakat (Tambunan, 2001: 14).

c Model teori Kuznests, menurut Kuznests pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Menurut Profesor Kuznets mengemukan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara yang sekarang maju, sebagai berikut :

1) Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.

2) Tingkat kenaikan produktivitas faktor total yang tinggi. 3) Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi. 4) Tingkat trasformasi sosial dan ideologi yang tinggi.

5) Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau sudah ada perekonomian untuk pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.

(31)

Menurut Kuznests, pendapatan total merupakan fungsi dari pekerjaan total dalam suatu negara, semakin besar pendapatan nasional semakin besar volume pekerjaan yang dihasilkannya. Volume pekerjaan tergantung pada permintaan efektif yang terdiri dari permintaan konsumsi dan permintaan investasi . Kenaikan investasi menyebabkan naiknya pendapatan dan karena pendapatan meningkat muncul permintaan yang lebih banyak atas barang konsumsi yang pada gilirannya menyebabkan kenaikan pada pendapatan dan pekerjaan hubungan ini disebut multiplier K oleh Kuznests.

d. Model pertumbuhan (Harrod, Domar), menurut beliau untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal. Pengembangan teori pertumbuhan endogenuntuk meningkatkan perhatian yang lebih besar terhadap pembangunan manusia. Apabila pengetahuan dan cara-cara baru dalam proses produksi maka keberhasilan pembangunan akan ditentukan oleh proses akumulasi dan kualitas sumber daya manusia (Becker, Murphy dan Tamura, 1990 : 56). Inti dari model pertumbuhan Harrod Domar adalah suatu relasi jangka pendek antara peningkatan investasi (pembentukan kapital) dan pertumbuhan ekonomi. Dua variabel inti dari model ini adalah pembentukan kapital

(32)

marginal propensity to saveyakni rasio dari pertumbuhan tabungan (s) terhadap peningkatan pendapatan (y) dan ICOR kedua-duanya konstan (Tambunan, 2001:10). Model Harrod Domar lebih menekankan pada pertumbuhan pendapatan (output) jangka panjang (growth path ) dalam modelnya, laju pertumbuhan keseimbangan yang membuat besarnya tabungan yang direncanakan selalu sama dengan besarnya investasi yang direncanakan. Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis Kuznests mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Kuznests dianggap tidak lengkap karena tidak membicarakan masalah-masalah ekonomi jangka panjang sedangkan teori Harrod-Domar menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang, dengan kata lain teori ini berusaha menunjukan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap steady growth (Arsyad 1999 : 64). Secara sederhana teori Harrod-Domar adalah pada saat ada keseimbangan pada tingkat full emploment income maka untuk memelihara keseimbangan dari tahun ke tahun di butuhkan jumlah pengeluaran karena investasi itu harus cukup untuk menghisap kenaikan output yang ditimbulkan karena adanya penduduk yang bertambah (Irawan dan Suparmoko, 1979 : 50 ).

(33)

1. Sumber daya alam yang tersedia.

Menurut Smith sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan suatu masyarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian, maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang akan memegang peranan dalam pertumbuhan output, tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh.

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk )

Sumber daya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

3. Stok barang modal yang ada

(34)

4 Pertumbuhan penduduk

Menurut Adam Smith jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upahsubsistem

yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Tingkat upah yang berlaku menurut Adam Smith ditentukan oleh tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja, tingkat upah yang tinggi akan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih cepat dari pada penawaran tenaga kerja, sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal dan laju pertumbuhan output (Arsyad, 1999 : 55-57).

(35)

hanya tingkat konsumsi saat ini tetapi juga tabungan untuk kesejahteraan masa depan ( Wiryatnaya.2005 : 314-318).

Semua ahli ekonomi klasik meramalkan timbulnya keadaan stationer

pada akhir proses pemupukan modal. Sekali keuntungan mulai menurun, proses ini akan berlangsung terus sampai menjadi nol, pertumbuhan penduduk dan pemupukan modal berhenti dan tingkat upah mencapai tingkat kebutuhan hidup minimal (Jhingan,1990: 138).

Malthus menunjukan adanya korelasi khusus antara pertumbuhan penduduk dan persediaan makanan. Menurutnya, jika pertumbuhan penduduk dibiarkan tak terkendali maka akan melampui pertumbuhan modal dan juga sarana bagi kebutuhan hidup. Dalam garis besar, teori

klasik pembangunan ekonomi dapat dinyatakan demikian: kenaikkan

(36)

pendapatan, maka diperlukan suntikan investasi dengan dosis besar guna memperoleh tingkat pendapatan dan pekerjaan yang lebih tinggi dalam perekonomian (Jhingan,1990 : 168 ).

Harrod-Domar dalam teorinya lebih menitikberatkan bahwa akumulasi kapital mempunyai peranan ganda, yaitu menimbulkan pendapatan dan menaikkan kapasitas produksi dengan cara memperbesar persediaan kapital. Misalnya ketika ada keseimbangan pada tingkat full employment income maka untuk memelihara keseimbangan setiap tahun dibutuhkan pengeluaran karena investasi harus cukup untuk menaikan output yang timbulkan (Irawan dan Suparmoko,1979 : 51).

Bahwa perekonomian menghadapi suatu persoalan bila tidak cukup investasi hari ini, maka pengangguran akan terjadi sekarang tetapi bila ada investasi pada hari ini, maka besok pagi dibutuhkan investasi yang lebih banyak dari pada hari ini untuk menaikkan permintaan sehingga kapasitas produksi yang bertambah dapat digunakan dan kapasitas menganggur idea capacity yang berlebihan dapat dihindarkan besok pagi. Sebab bila permintaan tidak dicukupi maka akan menyebabkan turunnya investasi dan akan terjadi depresi hari lusa untuk dapat tinggal landas (Irawan dan Suparmoko,1979 : 57).

(37)

tersebut supaya menjadi produktif. Untuk ini dibutuhkan manusia modern dengan ciri-ciri keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan punya kesanggupan merencanakan percaya bahwa manusia bisa mengusai alam dan bukan sebaliknya. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai usia dewasa ( Arief Budiman, 2000: 34).

Menurut Adam Smith bahwa pendidikan adalah paling efektif untuk mengubah manusia, dampak pendidikan tiga kali lebih kuat dibandingkan dengan usaha-usaha lainnya, kemudian pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa merupakan cara kedua yang efektif untuk mendorong proses modernsasi (Arief Budiman, 2000 :35).

3. Sumber Daya Manusia

(38)

Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potensil labor force.

Banyak studi empiris dilakukan untuk melihat kaitan antara kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan. Denison (1962 : 34) misalnya menemukan adanya sumbangan yang besar dari peningkatan years of sechollterhadap pertumbuhan di Amerika Serikat, serta Mankiw Romer dan Weil (1992:68) menyatakan bahwa partisipasi pendidikan dan investasi yang cukup besar untuk pendidikan pada tahun 60-an merupakan faktor penting dalam menjelaskan variasi pertumbuhan negara-negara di dunia selama 30 tahun terakhir ini. Mereka memperlihatkan bahwa kualitas sumber daya manusia menyumbang secara cukup berarti bagi pertumbuhan adalah physical capital.

Kinerja pembangunan amat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sebab salah satu faktor dinamika dalam perkembangan ekonomi jangka panjang berpangkal pada hal ini. Kualitas pendidikan harus diprioritaskan untuk meningkatkan sumber daya manusia serta peningkatan mutu sumber daya manusia pada umumnya. Angkatan kerja pada khususnya dipengaruhi oleh ketrampilan teknis keahlian profesional dan kecerdasan akademis serta hubungan ini, muncul arti paham tentang beban ketergantungan dependency burden yaitu penduduk tergantung dari hasil produksi angkatan kerja ataupun memenuhi kebutuhan hidup bagi penduduk secara menyeluruh sehingga pertumbuhan ekonomi akan berjalan lancar.

(39)

Dalam hubungan dengan permasalahan di atas bidang pendidikan dan pelatihan mengambil peranan kunci perkembangannya selama dua dasawarsa yang lalu menunjukan kemajuan yang pesat terutama dari segi kesempatan yang semakin meluas diselenggarakan di sektor publik.

Menurut Ricardo peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja artinya bisa memperlambat bekerjanya The law of diminishing returns yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal. Menurut (Solow-Swan), tentang pertumbuhan ekonomi berpandangan pada anggapan yang mendasari analisis klasik yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh full

employment dan kapasitas peralatan modal akan tetap separuhnya

digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain sampai dimana perekonomiaan akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk akumulasi kapital. Faktor-faktor yang berpengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat adalah:

a. Akumulasi modal

Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa datang dan investasi di bedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

(40)

jumlah nilai riil bersih dari semua barang-barang modal produktif secara fiskal sehingga pada gilirannya akan memungkinkan negara tersebut lebih besar.

2) Investasi infrastuktur sosial dan ekonomi social overhead capital

yaitu jalan raya dan listrik, yang akan mempermudah dan mengintegrasikan kegiatan ekonomi.

3) Investasi insani Human Huestmant adalah memperbaiki sumber daya manusia dan akan mempunyai pengaruh sama atau bahkan lebih besar terhadap produksi.

Semua jenis investasi di atas menyebabkan terjadinya akumulasi modal, akumulasi itu menyangkut antara konsumsi sekarang dan konsumsi masa akan datang memberikan hasil yang sedikit untuk sekarang tetapi hasilnya akan lebih banyak nantinya.

b. Perkembangan Sumber Daya Manusia

1) Penduduk, Tenaga kerja dan Angkatan kerja.

(41)

2 % dan diperkirakan menjadi 1,7 % dalam tahun 1990-2000. Dengan demikian, penduduk Indonesia diperkirakan bertambah menjadi 222,8 juta tahun 2000.

Tabel 2.2

Penduduk dan Angkatan Kerja Indonesia Tahun 1971-2000

( Dalam juta x 1000)

Tahun Penduduk Tenaga Kerja Angkatan Kerja 1971

(42)

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja Labor Force secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya semakin banyak angkatan kerja berarti semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik. Pertumbuhan penyediaan sumber daya bukan syarat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi jangka pendek, karena pemanfaatan sumber daya menganggur yang ada bisa menaikan tingkat output secara substansial. Namun demikian dalam jangka panjang perbaikan dan peningkatan kualitas sumber daya seperti halnya investasi baru dirancang untuk mempercepat pertumbuhan output nasional.

2) Struktur Umur

(43)

baru masuk pasar kerja dan umumnya belum mempunyai pengalaman kerja. Dengan kata lain sebagaimana dapat disimpulkan bahwa struktur penduduk usia muda :

a) Berarti bahwa hanya sebagian kecil penduduk yang produktif menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan banyak orang dan di pihak lain.

b) Menggambarkan besarnya tuntutan akan penyediaan fasilitas kesehatan.

c) Menggambarkan besarnya tuntutan akan penyediaan fasilitas pendidikan

d) Menggambarkan besarnya tuntutan akan penyediaan kesempatan kerja untuk tenaga muda yang belum berpengalaman.

(44)

Proporsi penduduk dalam kelompok umur lebih dari 50 tahun akan sedikit meningkat, berarti kerucut struktur penduduk dalam tahun 2000 akan nampak lebih tumpul dari pada kerucut struktur penduduk tahun 1980.

B. Pengeluaran Pemerintah Untuk Bidang Pendidikan

Investasi dapat dilakukan bukan saja dalam bidang usaha seperti biasanya, akan tetapi juga di bidang sumber daya manusia yaitu sejumlah dana yang dikeluarkan dan kesempatan memperoleh penghasilan lebih tinggi untuk mampu mencapai tingkat konsumsi lebih tinggi pula, investasi yang demikian dinamakanhuman capital

Pengeluaran pemerintah meliputi semua pengeluaran pemerintah di mana pemerintah secara langsung menerima balas jasanya. Pengeluaran pemerintah ini bersifat eksogen yang tinggi rendahnya ditentukan oleh pemerintah. Tinggi rendahnya tingkat pengeluaran pemerintah tersebut tidak ditentukan oleh besarnya pendapatan nasional namun pengeluaran pemerintah tersebut akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Di banyak negara perkembangan pendidikan formal adalah investasi dan konsumen terbesar anggaran pemerintah bangsa-bangsa yang miskin telah mengivestasikan sejumlah uang yang sangat besar untuk bidang pendidikan.

(45)

dengan demikian meningkatkan produktivitas kerja. Walaupun sistem pendidikan sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, namun baru sejak tahun 1940-an orang mulai sadar akan hubungan pendidikan dan latihan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Di samping adanya kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia man power yakni untuk mendapatkan tenaga-tenaga kerja terdidik berbagai tingkatan dalam rangka menyelenggarakan segenap kegiatan pembangunan para anggota masyarakat sendiri baik yang kaya maupun miskin, telah melakukan tekanan-tekanan, politis yang sangat kuat terhadap pemerintah bagi penyediaan dan perluasan fasilitas sekolah.

Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan ekonomi, sedangkan kegagalan membangunan pendidikan akan melahirkan berbagai problem krusial (Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi: Amich, Kompas 3 Mei 2005).

(46)
(47)

Memasuki abab ke-21, paradigma pembangunan yang merujuk

knowledge-based economy tampak kian dominan paradigma ini menegaskan tiga hal. Pertama, kemajuan teknologi. Kedua, hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid. Ketiga, pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong proses transformasi struktural berjangka panjang. Sebagai ilustrasi. Jepang adalah negara Asia pertama yang menjadi pelopor pembangunan perekonomian berbasis ilmu pengetahuan. Setelah Jepang, menyusul negara-negara Asia Timur lain seperti Singapura, China, Taiwan, Hongkong dan Korea Selatan (Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi : Amich, Kompas , 3 Mei 2005).

(48)

Memasuki dekade 1980-an, pembangunan ekonomi di Korea berlangsung amat intensif dan pesat. Bahkan antara periode 1980 dan 1996 dapat dikatakan sebagai masa keemasan saat negeri ginseng itu mampu melakukan transformasi ekonomi secara fundemental. Pada tahun-tahun itu pertumbuhan ekonomi Korea melesat jauh meninggalkan Kenya dan Zimbabwe (Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi : Amich, Kompas 3 Mei 2005).

Salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi di Korea adalah komitmen kuat dalam membangun pendidikan. Berbagai studi menunjukkan, basis pendidikan di Korea memang amat kokoh, pemerintah Korea mengambil langkah-langkah ekspansif antara 1960-an dan 1990-an guna memperluas akses pendidikan bagi segenap warga negara. Program wajib belajar pendidikan dasar universal basic education sudah dilaksanakan sejak lama dan berhasil ditunjukan tahun 1965, sementara Indonesia baru mulai tahun 1984. Sedangkan wajib belajar jenjang SLTP berhasil dicapai tahun 1980-an dan jenjang SLTA juga hampir bersifat universal pada periode yang sama, yang menakjubkan pada jenjang pendidikan tinggi juga mengalami ekspansi besar-besaran lebih dari setengah anak-anak usia sekolah pada level

ini telah memasuki perguruan tinggi (Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi: Amich, Kompas, 3 Mei 2005).

Komitmen pemerintah Korea terhadap pembangunan pendidikan itu tercermin pada publik exspendinture. Pada tahun 1959, anggaran untuk pendidikan mencapai 15 % dari total belanja negara, guna mendukung

(49)

publik good, tercemin pada social return, maka pemerintah Korea mengalokasikan anggaran untuk pendidikan dasar jauh lebih besar dibandingkan level menengah dan tinggi. (Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi: Amich, 3 mei, 2005).

Bercemin pada pengalaman Korea, pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya membangun pendidikan nasional. Investasi di bidang pendidikan secara nyata berhasil mendorong kemajuan ekonomi menciptakan kesejahteraan sosial (Pendidikan dan Pembangunan Ekonomi: Amich, 3 Mei 2005).

Peran pendidikan bahasa teknisnya modal manusia (human capital ) dalam pertumbuhan ekonomi memang belum terlalu lama dalam literatur teori pertumbuhan ekonomi. Adalah Lucas (1990) serta Mankiw, Romer dan Weil (1992) merevisi teori pertumbuhan neo klasik dari Solow (1956) yang legendaris itu. Dalam studi-studinya, mereka menunjukkan bahwa teori Solow yang standar hanya mampu menjelaskan bagaimana perekonomian sebuah negara bisa tumbuh, tetapi tidak cukup mampu menjelaskan kesenjangan tingkat pendapatan per kapita antar negara di dunia, baru ketika variabel modal manusia diikut sertakan dalam perhitungan sebagian dari kesenjangan itu bisa dijelaskan (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

(50)

negara di dunia yang angka partisipasi sekolah dasarnya mencapai 100% di tahun 1990 menjadi lebih dari separuhnya (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat 18 Maret 2005).

Nyatanya kenaikan drastis dari tingkat pendidikan di negara-negara berkembang tidak menjelaskan kinerja pertumbuhan ekonominya, ambil contoh Africa. Antara tahun 1960 hingga tahun 1985 pertumbuhan tingkat sekolah di benua itu tercatat lebih dari 4 % per tahun. Kenyatanya ekonomi negara-negara Africa hanya tumbuh 0,5% per tahun, itupun karena ada keajaiban ekonomi di Africa yaitu Botswana dan Lesotho (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan: Ari A, Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Kebanyakan negara Africa lain justru mencatat pertumbuhan negative

dalam periode tersebut kasus ekstrim dialami Senegal yang mengalami pertumbuhan angka sekolah hampir 8 % per tahun, tetapi memiliki pertumbuhan ekonomi yang negatif (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan : Ari A Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Dalam periode yang sama negara-negara Asia Timur mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan angka partisipasi sekolah. Namun, perbedaan keduannya tidak sama banyak, hanya 4,2% dibandingkan dengan 2,7%. Artinya, jika pendidikan adalah rahasia untuk pertumbuhan ekonomi, perbedaan itu seharusnya lebih besar (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat 18 Maret 2005).

(51)

kesenjangan dalam pendapatan per kapita. Prithett (2003), menunjukkan terjadinya konvergensi tingkat pendidikan antar negara di dunia. Sepanjang 1960-1995, deviasi standar dalam tingkat pendidikan turun dari 0,94 menjadi 0,56 tetapi disaat yang sama, deviasi standar untuk pendapatan per kapita antar negara meningkat dari 0,93 menjadi 1,13 (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi,dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat 18 Maret 2005).

Asumsi dasar dalam menilai kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kesenjangan adalah pendidikan meningkatkan produktivitas pekerja. Jika produktivitas pekerja meningkat, pertumbuhan ekonomi akan meningkat(Pendidikan Pertumbuhan Ekonomi, dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Di sisi lain kenaikan produktivitas berarti kenaikan penghasilan, selalu di asumsikan bahwa manfaat dari kenaikan pendidikan secara agregat akan lebih besar bagi kelompok miskin. Dengan demikian, jika tingkat pendidikan meningkat, penghasilan kelompok miskin juga akan tumbuh lebih cepat dan pada akhirnya ketimpangan akan mengecil (Pendidikan,Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Masalahnya, asumsi demikian tidak selalu bisa menjadi generalisasi. Manfaat dari pendidikan dalam hal kenaikkan produktivitas dan penghasilan kelompok miskin juga akan lebih cepat dan pada akhirnya ketimpangan akan mengecil. (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pemerataan:Ari A. Perdana, Kompas, Jumat 18 Maret 2005).

(52)

kenaikan tingkat pendidikan belum tentu memberikan manfaat terhadap pertumbuhan dan pemerataan terutama jika kita berbicara mengenai manfaat pendidikan bagi kelompok termiskin (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Studi dari Foster dan Resenzweig (1995) mengenai dampak dari pendidikan terhadap petani di India semasa revolusi hijau bisa memberikan sedikit gambaran. Studi sektor pertanian di negara seperti India (juga Indonesia) sangat relevan dalam wacana pembangunan ekonomi karena mayoritas penduduk, termasuk mereka yang masuk dalam kelompok termiskin ada di sektor ini (Peendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan : Ari A. Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Dalam studi itu petani yang memiliki pendidikan dasar memang jauh lebih produktif daripada yang tidak pernah sekolah. Namun, tak ada perbedaan signifikan antara pendidikan menengah dan hanya pendidikan dasar (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan : Ari A. Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Selain itu, di daerah yang kondisi alam dan geografisnya jelek, seringkali produktivitas lebih ditentukan oleh pengalaman bukan pendidikan. Bagi petani di tempat-tempat seperti ini, pergi ke sekolah selain tidak banyak bermanfaat juga membuat mereka kehilangan sekian tahun pengalaman bekerja di sawah (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan: Ari A, Perdana,, Kompas, Jumat,18 Maret 2005).

(53)

perkembangan lain mobilitas sosial tidak selalu dimungkinkan. Di India kasta adalah salah satu hambatan mobilitas sosial, selain banyak hambatan lain. Di Indonesia korupsi sudah mengakar hingga ke tingkat penerimaan pegawai, bisa jadi alasan lain mengapa mobilitas sosial relatif sulit terjadi (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jum’at, 18 Maret 2005).

Ada banyak hal lain yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, dengan kata lain pendidikan bukanlah mantra ajaib konsekuensinya intervensinya, pemerintah dalam bidang ini juga harus dilakukan secara hati-hati( Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Bentuk kehati-hatian adalah tidak terjebak untuk mengukur peranan pemerintah dari besarnya alokasi anggaran pendidikan. Anggaran memang penting tetapi bukan pada seberapa besar tetapi untuk apa (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan : Ari A. Perdana, Kompas, Jumat, 18 Maret 2005).

Flimer dan Pritchett (1997) menemukan bahwa di beberapa negara, meskipun kebanyakan guru dibayar terlalu murah, tambahan anggaran untuk peralatan dan gedung memberikan hasil lebih besar(Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan : Ari A. Perdana, Kompas, Jumat 18 Maret 2005).

(54)

paling diuntungkan dari boom ekonomi periode itu (Pendidikan, Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan : Ari A. Perdana, Kompas, Jumat 18 Maret 2005).

Selain soal anggaran, tingkat pendidikan di suatu negara mungkin menghadapi masalah lain di luar pendanaan. Di sini di butuhkan intervensi pemerintah yang spesifik untuk mengatasi masalah-masalah itu. Contohnya, di Kenya ditemukan bahwa rendahnya kualitas pendidikan dasar disebabkan oleh kurangnya nutrisi murid sekolah dasar akibat penyakit cacingan. Pembagian obat cacing bagi murid sekolah dasar ternyata lebih efektif dalan meningkatkan kualitas pendidikan di sana (Pendidikan, Pertumbuhaan Ekonomi dan Pemerataan: Ari A. Perdana, Kompas, Jumat 18 Maret 2005).

Oleh sebab itu pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia perlu mengambil langkah-langkah strategis dalam upaya membangun pendidikan nasional, investasi di bidang pendidikan secara nyata berhasil mendorong kemajuan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan sosial.

Untuk itu, investasi didukung pembiayaan memadai untuk menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan memberikan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana, terutama yang diperuntukan bagi penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, mengikuti agenda Millenium Development Goals (MDGs). Tahun 2015 pemerintah Indonesia harus menjamin bahwa seluruh anak usia sekolah dasar akan memperoleh pendidikan dasar bersamaan dengan itu, akses ke pendidikan menengah dan pendidikan tinggi juga harus diperluas, guna mendukung upaya yang menciptakan knowledge society yang menjadi basis

(55)

Tiga dasawarsa terahkir ini tingkat pengeluaran pemerintah di negara -negara berkembang khususnya Indonesia untuk bidang pendidikan melonjak sangat tajam. Angka persentase anggaran pendidikan terhadap pendapatan nasional maupun terhadap anggaran belanja nasional meningkat dengan pesat

Tabel 2.3

Anggaran Pembangunan Pendidikan Per Jenis Sekolah Tahun 1990/1991 – 2004/2005

(Data Dalam Juta Rupiah)

Jenis 90/91 91/92 92/93 93/94 94/95

SD 300.354 600.429 1119.253 1486 765

SMP 2865.378 4405.256 7504.6 7504.6 16046

SMU 2185.837 5281.594 6513.783 6416.97 7480

SMK 3.370 4400 3996.572 7865 11554

D III 93.289 166 205 553 645

Universitas 1924.25 4151.605 3535.892 3931 3931

Jml 10739.106 19004.884 22806.158 22806.158 27756.57

Jml nas 299341 79415551 53538783 1650228 1805443

Sumber Bapenas.2000

Tabel 2.4

Anggaran Pembangunan Pendidikan Per Jenis Sekolah Tahun 1990/1991 – 2004/2005

(Data Dalam Juta Rupiah

Jenis 95/96 96/97 97/98 98/99 99/00

SD 795 850 957 838 1298

SMP 12583 15210 17783 18700 10568

SMU 3110 5690 6291 4932 2990

SMK 9819 9169 10628 7097 5800

D III 2207 1359 1662 1342 1000

Universitas 6488 6900 6950 5459 8954

Jml 35002 39178 44271 38368 30610

Jml nas 919979 1049236 1273230 1082960 790686

(56)

Tabel 2.5

Anggaran Pembangunan Pendidikan Per Jenis Sekolah Tahun 1990/1991 – 2004/2005

(Data Dalam Juta Rupiah)

Jenis 0/01 02/03 03/04 04/05

SD 795 850 957 838

SMP 12583 15210 17783 18700

SMU 3110 5690 6291 4932

SMK 9819 9169 10628 7097

D III - 86 567 79 583 92 788

Universitas 251 134 163 859 123 226 144 463

Jml 289 099 269 415 245 857 385 418

Jml nas 5 813 231 9 132 104 9 820 011 10 251 351

Sumber Bapenas.2000

1. Teori Pengeluaran Pemerintah

(57)

menyediakan sarana dan prasarana. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap diperlukan guna memacu pertumbuhan ekonomi agar dapat lepas landas. Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave rasio investasi total terhadap PDB semakin besar tapi rasio investasi pemerintah terhadap PDB akan mengecil, sementara itu Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjut pembangunan ekonomi terjadi peralihan aktivitas pemerintah dari penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran-pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Rostow dan Musgrave melandasi pendapatan berdasarkan pengamatan terhadap pengalaman pembangunan ekonomi di banyak negara (Dumairy, 1997 : 163 ).

c. Teori Human Capital

Asumsi dasar teori human capital adalah bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilan melalui peningkatan pendidikan, setiap tambahan satu tahun sekolah berarti di satu pihak meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan selama satu tahun dalam sekolah tersebut, disamping penundaan menerima penghasilan tersebut orang yang melanjutkan sekolah harus membayar biaya secara langsung seperti uang sekolah, pembelian buku-buku dan alat-alat sekolah, tambahan biaya transportasi dan lain-lain.

(58)

40 V(t)

Y(sla) =  ... (4.1) t- 0 ( 1+ r )

di mana Y (sla) adalah nilai sekarang atau Net Present Value dari arus penghasilan seumur hidup, V(t) adalah besarnya penghasilan pada tahun t, dan r adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menggambarkan time prefence seseorang atas konsumsi barang saat sekarang dibandingkan dengan satu tahun yang akan datang.

d. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rrate of Return dari melanjutkan sekolah dalam waktu tertentu adalah tingkat diskonto yang mempersamakan hasil dari melanjutkan sekolah tersebut dengan biaya total. Biaya total untuk melanjutkan sekolah adalah jumlah biaya tidak langsung opportunity cost dan biaya langsung, jadi dari persamaan dapat dirumuskan bahwa IRR dari sarjana muda adalah tingkat diskonto yang membuat:

40 V(t) 3 C(t) 40 W(t)

 ____ +  ____ =  ____ ...(4.4) t = 0 (1+ r )¹ t + 0 (1+ r)¹ t = 4 (1 + r )¹

(59)

2. Biaya dan Hasil

Pada beberapa tahun antara 1970-an sampai 1980-an bermunculan serangkaian studi perbandingan komprehensif yang mampu memberikan data-data rinci mengenai ketimpangan penyediaan biaya pendidikan.

Jika jumlah penghasilan rata-rata dijadikan indikator untuk tingkat produktifitas relatif maka besarnya perbedaan atau selisih antara penghasilan relatif dengan biaya relatif atas penyelenggaraan pendidikan tinggi mengisyaratkan bahwa pemerintahan selama ini terlalu menitik beratkan pengembangan pendidikan tinggi dan secara relatif kurang memperhatikan pengembangan pendidikan dasar dan menengah. Investasi yang selama ini dikucurkan oleh pemerintah kurang efesien, namun data komperatif tersebut tidak harus ditafsirkan sebagai isyarat pasti bahwa sekolah dasar harus lebih diutamakan dari pada perguruan tinggi.

(60)

membatasi perluasan jumlah sekolah-sekolah baru untuk meningkatkan sumber daya manusianya.

3. Manfaat Biaya Sosial dan Biaya Individual

Biaya sosial adalah biaya aportunitas yang harus ditanggung oleh masyarakat seluruhnya sebagai akibat dari adanya keinginan atau kesediaan masyarakat tersebut untuk membiayai perluasan pendidikan tinggi yang mahal dengan dana yang mungkin akan menjadi lebih produktif apabila digunakan pada sektor - sektor ekonomi lain. Biaya-biaya pendidikan individual private costs of education yakni yang harus ditanggung oleh si anak didik dan keluarganya sendiri justru akan meningkat secara lebih lambat atau bahkan bisa jadi akan mengalami penurunan

Manfaat individual yang diharapkan dan biaya individual yang aktual dihubungkan dengan waktu yang dihabiskan untuk bersekolah, sebab semakin tinggi pula penghasilan yang diharapkannya untuk memaksimalkan selisih antara pendapatan yang diharapkan dengan biaya-biaya yang diperkirakan akan muncul tingkat pengembalian individual dari investasi pendidikanprivate rate of return to investment in education.

(61)

perhatian individu terus terarah ke pencapaian tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Apa yang diperlukan disini adalah struktur biaya dan rasanganinsentif

yang dapat berfungsi secara baik sehingga nantinya mampu mengalokasikan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan dalam berbagai segmen perekonomiaan.

C. Penelitian Terdahulu

1 Judul : Pengaruh rasio kapital tenaga kerja tingkat pendidikan stok kapital dan pertumbuhan penduduk terhadap tingkat pertumbuhan GDP Indonesia.

Penulis : Neni Pancawati, Universitas Gajah Mada.

Ringkasan: penelitian ini meneliti tentang rasio kapital tenaga kerja yang terdistribusi masing-masing tenaga kerja dalam suatu proses produksi. Pembesaran ini mengindikasikan bahwa proses produksi berjalan ke arah produksi bersifat padat modal. Pada sisi lain, gejala ini menerangkan tentang investasi yang dimaksud dapat berupa meningkatnya pengeluaran untuk membiayai pendidikan dan latihan bagi tenaga kerja. Dengan pemahaman demikian, sangat logis bahwa dalam kurun waktu 30 tahun (1968-1997) peningkatan rasio kapital tenaga kerja yang berlangsung secara konsisten akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang kemudian tampak meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang tampak pada peningkatan GDP setiap tahunnya.

(62)

penduduk yang bertambah dapat diserap pada berbagai satuan pendidikan formal yang akan diperoleh tampaknya tidak signifikan terhadap peningkatan produktivitas. Implikasi yang dapat ditarik dari hasil penelitian tersebut adalah diperlukan upaya untuk merevitalisasi sektor pendidikan formal, sehingga output pendidikan formal memiliki kemampuan yang dapat diandalkan untuk mendorong peningkatan output atau sesuai dengan tuntutan perkembangan ekonomi gejala semacam ini menuntut kehati-hatian dalam menginterprestasikan bahwa hasil regresi tersebut mengandung arti pendidikan tidak berpengaruh terhadap produktivitas, karena masih terdapat variabel lain yang menjembatani pengaruh pendidikan terhadap produktivitas.

2. Judul: Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia

Penulis : Haryo Kuncoro, Mahasiswa program doktor ekonomi PPS UGM.

Dalam penelitian ini penulis mencoba menelusuri aspek teori dan bukti empiris mengenai pertumbuhan dan pemerataan pendapatan .

Dari survey di atas dapat disimpulkan bahwa konvergensi

(63)

economic growth. Secara empiris realisasi konvergensi tersebut masih menghadapi banyak kendala yang substansial.

Amplikasi untuk kasus Indonesia dengan mengambil periode 1983-1999 menunjukkan adanya kencenderungan konvergensi kecepatan konvergensi pendapatan perkapita riil lintas propinsi rata-rata mencapai angka-angka persen pertahun berarti untuk mencapai kemerataan distribusi pendapatan regional diperlukan waktu setidaknya 25 tahun. Itupun jika kondisi-kondisi dan lingkungan perekonomian terus berlanjut seperti yang ada pada masing-masing periode regresi maka the half life of convergence yaitu waktu yang diperlukan untuk menutup setengah dari kesenjangan awal akan semakin berat setidak-tidaknya 25 tahun untuk mencapai konvergensi.

D. Kerangka Berpikir.

(64)

maupun di sektor swasta, sehingga nasib bangsa secara keselurahan akan terancam.

Data-data statistik yang serba mengesankan dan berbagai studi kualitatif mengenai asal mula pertumbuhan ekonomi di negara-negara barat memperlihatkan bahwa bukan pengembangan modal fisik yang telah memacu pertumbuhan ekonomi, melainkan pengembangan sumber daya manusia (faktor residual dalam perhitungan fungsi produksi secara ekonometri) hal itu yang selama ini merupakan motor penggerak kemajuan ekonomi negara-negara maju. Bangsa Indonesia harus berani menginvestasikan dana untuk mencetak dan membangun modal manusia (human capital) secara terencana seperti halnya mengembangan modal fisik infrastruktur untuk menghasilkan kader-kader pimpinan-pimpinan yang cakap guna mengembangkan tugas-tugas besar pembangunan.

(65)

asing dan berbagai lowongan profesi yang lainnya dan (4) tersedianya berbagai program pendidikan dan pelatihan mulai dari yang ditunjukan untuk memberantas buta huruf dan memberikan ketrampilan dasar sampai dengan yang dimaksud untuk membina sikap-sikap modern dan data yang ada membuktikan bahwa pendidikan memang memiliki pengaruh positif terhadap promosi pertumbuhan ekonomi.

Bahwasanya tersedianya tenaga-tenaga kerja terampil dan terdidik sebagai syarat penting berlangsungnya pembangunan ekonomi secara berkesinambungan sama sekali tidak perlu diragukan. Maka diperlukan investasi yang perlu ditanamkan dalam jangka panjang dalam kurung waktu 30 tahun karena investasi pendidikan tidak dapat dimanfaatkan dalam jangka pendek untuk mendukung proses pembangunan karena yang ditekankan sumber daya manusianya. Penilaian apa pun atas peranan pendidikan dalam proses pembangunan ekonomi hendaknya tidak semata-mata didasarkan pada analisis data-data statistik atas pertumbuhanagregat.

E. Hipotesis

(66)

1. Pengeluaran pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek.

(67)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 1. Deskriptif

Yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagai mana adanya sehingga hanya bersifat sekedar mengungkapkan fakta atau suatu penelitian yang bertujuan untuk melukiskan atau memanfaatkan peristiwa dari objek penelitian dengan tidak menambah atau mengurangi hasil penelitian (APTIK, 1990,9).

2. Studi Expost Facto

Yaitu sebuah metode pengumpulan data setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung, data yang diperoleh tidak dapat dimanipulasi (Departemen P & K,1985:14).

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu : 1 Variabel bebas (Independent Variabel)

(68)

2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat atau dependent variabel (y) adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pertumbuhan ekonomi.Yang dimaksud pertumbuhan di sini adalah peningkatan perekonomian. C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data yang diperlukan Data kuantitatif

Yaitu data yang berupa angka-angka serta dapat dihitung dan diselidiki secara langsung dengan model matematika.

2. Sumber data Data sekunder

Yaitu data yang telah diolah menjadi suatu informasi yang bersifat praktis dan disajikan secara sistematis oleh suatu pihak baik itu pihak internal maupun pihak eksternal. Dan dalam penelitian ini diperoleh dari pihak internal dari Badan Pusat Statistik yaitu; data pengeluaran pendidikan tahun 1975-2004 dan data pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1975-2004.

(69)

kecenderungan untuk naik atau turun agar proses pertumbuhan ekonomi diamati dalam jangka panjang. Dalam penelitian, penulis membedakan data menjadi tiga bagian, yaitu data untuk waktu jangka pendek, data untuk waktu jangka menengah dan data untuk waktu jangka panjang sebagai berikut:

Tabel 3.1

Data Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pendidikan dalam satu tahun untuk waktu jangka pendek

Tahun 1975 - 2004 Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(%)

Tahun Pengeluaran pendidikan (Millyar)

1976 1,7 1975 39,4

1977 1,7 1976 106,4

1978 2,7 1977 10,6

1979 2,4 1978 215,8

1980 5,7 1979 318,6

1981 7,8 1980 524,7

1982 2,2 1981 689,0

1983 4,3 1982 679,0

1984 6,1 1983 1003,7

1985 1,9 1984 1021,7

1986 5,9 1985 1314,0

1987 4,9 1986 1365

1988 5,8 1987 1359

1989 7,5 1988 2327

1990 7,1 1989 2683

1991 6,6 1990 2065

1992 6,5 1991 2503

1993 7,3 1992 3002

1994 7,5 1993 3565

1995 8,1 1994 3061

1996 8,0 1995 3359

(70)

1998 -13,7 1997 4677

1999 0,8 1998 8361

2000 3,9 1999 8381

2001 3,3 2000 5397

2002 3,6 2001 9701

2003 4,1 2002 11307

2004 4,6 2003 15058

0 0 2004 15339

Sumber BPS

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa data pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pengeluaran pendidikan dalam satu tahun untuk waktu jangka pendek dari tahun 1975 sampai 2004 yang dikutip dari Badan Pusat Statistik.

Tabel 3.2

Data Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pendidikan dalam satu tahun untuk waktu jangka menengah

Tahun 1975 - 2004 Tahun Pertumbuhan Ekonomi

(%)

Tahun Pengeluaran Pendidikan (Milyar)

1978 2.7 1975 39,4

1981 7.8 1978 215,8

1984 6.1 1981 689,0

1987 4.9 1984 1021,7

1990 7.1 1987 1359

1993 7.3 1990 2065

1996 8.0 1993 3565

1999 0.8 1996 3970

2002 3.6 1999 8381

2005 0 2002 11307

Sumber BPS

(71)

Tabel 3.3

Data Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pendidikan dalam satu tahun untuk waktu jangka panjang

Tahun 1975 - 2004

Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)

Tahun Pengeluaran Pendidikan (Milyar)

1980 5.7 1975 39,4

1985 1.9 1980 524,7

1990 7.1 1985 1314,0

1995 8.1 1990 2065

2000 3.9 1995 3359

2005 0 2000 5397

Sumber BPS

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa data pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pengeluaran pendidikan dalam satu tahun untuk waktu jangka panjang dari tahun 1975 sampai 2004 yang dikutip dari Badan Pusat Statistik.

D. Teknik Pengumpulan Data. Dokumentasi

(72)

E. Teknik Analisis Data. 1. Syarat Regresi.

Data menganalisis data peneliti menggunakan persamaan regresi. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penggunaan regresi antara lain uji normalitas dan uji lineritas.

a) Pengujian Normalitas

Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui apakah skor-skor dalam sampel dapat secara masuk akal dianggap berasal dari suatu populasi dengan distribusi teoritis (Sidney Siegel 1997:59). Dalam pengujian normalitas peneliti menggunakan uji One Smirnovkarena uji ini dapat digunakan pada sampel besar dan kecil. Untuk mengetahui apakah sebaran data tersebut normal atau tidak didasarkan pada ketentuan sebagai berikut :

1) Jika Probabilitas Asymplot > 0,05 berarti sebaran data normal. 2) Jika Probabilitas Asymplot < 0,05 berarti sebaran data tidak normal. b) Uji Linieritas

Uji ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan liner atau tidak dengan variabel terikat.

Adapun rumus linieritas sebagai berikut : Freg= RKreg

(73)

Keterangan :

F reg = harga bilangan F untuk garis regresi RK reg = rerata kuadrat garis reg

RK res = rerata kuadrat residu

Kriteria pengujian linieritas yaitu jika Fhit> Ftabdengan taraf signifkan 5% dengan k lawan n-k-1, maka kedua variebel dinyatakan mempunyai hubungan yang linier.

2 .Asumsi Klasik

Asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah regresi yang tersebut mengalami penyimpangan atau tidak. Ada tiga macam asumsi yang harus dipenuhi antara lain :

a. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah pada persamaan regresi tersebut terjadi heteroskedasitas atau tidak. Heteroskedastisitas maksudnya variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan, jika pengamatan semakin besar akan mengakibatkan residual yang semakin besar pula.

Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier yaitu bahwa variasi ini tidak berlaku lagi, estimasi koefiesien akan menjadi kurang akurat.

(74)

b . Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dipengaruhi oleh data sebelumnya. Jika diterjadi autokorelasi dapat dikatakan bahwa koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat, selain itu t tidak berlaku lagi.

Menurut Ali gafari autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin -Watsondengan kriteria sebagai berikut :

Tabel : 3.4

Pengukuran Autokorelasi.

D -W Kesimpulan

Kurang dari 1,1 Ada autokorelasi 1,2 –1,54 Tidak ada autokorelasi 1,55 – 2,90 Tanpa kesimpulan 2,47 – 2,90 Tanpa kesimpulan Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi

3. Uji Hipotesis.

a. Analisa regresi sederhana

Anaslisa regresi linier sederhana digunakan untuk mengalami pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat adapun langkah langkah sebagai berikut :

b.Menguji Hipotesis

(75)

1.Perumusan Hipotesis

Ho : = 0, pengeluaran pendidikan tidak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Ha : ≠ 0, pengeluaran pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

2. Mencari persamaan regresi linier (Sudjana, 1996 : 315)

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square Method). Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

Y = a + bx Keterangan :

Y = pertumbuhan ekonomi. a = kostanta

b = slopeyaitu koefisien kecondongan garis regresi. x = pengeluaran pendidikan

Dalam penelitian ini, penulis membedakan tiga model regresi yaitu : a) Model regresi untuk jangka pendek

Y = a + b( –1 ) Keterangan :

Y = pertumbuhan ekonomi. a = kostanta

(76)

x = pengeluaran pendidikan

 = tahun

1 = waktu untuk satu tahun dalam pengeluaran pendidikan b) Model regresi untuk jangka menengah

Y = a + b( –3 )

Keterangan :

Y = pertumbuhan ekonomi. a = kostanta

b = slope yaitu koefisien kecondongan garis regresi. x = pengeluaran pendidikan

 = tahun

3 = waktu untuk tiga tahun dalam pengeluaran pendidikan c) Model regresi untuk jangka panjang

Y = a + b( –5 )

Keterangan :

Y = pertumbuhan ekonomi. a = kostanta

b = slopeyaitu koefisien kecondongan garis regresi. x = pengeluaran pendidikan

 = tahun

(77)

Untuk menentukan besarnya koefisien dapat dilakukan rumus sebagai berikut :

a = (Y²  n² ² b = n )

n²-(²

Menentukan koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan teknik koefisien korelasi produk momen dengan menggunakan teknik koefisien korelasi produk momen dengan rumus sebagai berikut :

rx.y = n   √ { n{² - (x)²}{nY²-(ΣY²)} Keterangan :

r = koefisien korelasi x = pengeluaran pendidikan

y = pertumbuhan ekonomi n = jumlah sampel

(78)

t = r√n - 2 √1 - r² Keterangan

t = harga tes yang dicari r = koefisien korelasi n = jumlah sampel

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2Penduduk dan Angkatan Kerja Indonesia
Tabel 2.4Anggaran Pembangunan Pendidikan Per Jenis Sekolah
Tabel 2.5Anggaran Pembangunan Pendidikan Per Jenis Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

penelitian karena dengan analisis inilah, data yang ada akan tampak. manfaatnya, terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan

Hasil belajar siswa khususnya untuk mata pelajaran matematika dengan penerapan Strategi Learning Start With A Question dengan Question Student Have di kelas VIII

Dari waktu yang disediakan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa selama 2 jam ( 09.00 s/d 11.00 Wita ), tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen kualifikasi paket

[r]

Institut Pertanian Bogor (1989) - S2 (lampirkan ijazah) Agriculture, Tropical Agriculture Kyoto University, Japan (1996). - S3 (lampirkan ijazah) Agriculture, Environmental

HASIL : Jumlah total subjek penelitian yang didapat dalam penelitian ini adalah 115 pasien, dengan kanker endometrium merupakan pasien terbanyak yang berobat ke RS H Adam Malik

Berdasarkan data dari informan, dikemukakan bahwa konflik akibat isu SARA yang cukup marak saat Pilkada DKI Jakarta 2017 dalam suatu grup WhatsApp yang tidak dapat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi guru pendidikan jasmani terhadap Elemen Perubahan Kurikulum 2013 dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMA Negeri se-Kabupaten