• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING PT. TYFOUNTEX INDONESIA SUKOHARJO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING PT. TYFOUNTEX INDONESIA SUKOHARJO SKRIPSI"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN ANTARA TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT

NADI PADA PEKERJA BAGIAN

WEAVING

PT. TYFOUNTEX INDONESIA

SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sain Terapan

Frischa Puspitasari

R.0207029

PROGRAM D.IV KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)
(3)
(4)

commit to user ABSTRAK

Frischa Puspitasari, 2011. Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Denyut

Nadi Pada Pekerja Bagian Weaving PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Program

Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji hubungan tekanan panas dan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

.

Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research). Menurut pendekatannya, penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sehingga sampel yang menjadi objek penelitian berjumlah 44 orang laki-laki. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Heat Stress Area Monitor merek Questempo10 untuk mengukur tekanan panas dan Tensoval Digital untuk mengukur denyut nadi pekerja. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan program komputer SPSS versi 13.0.

Hasil : Dari hasil analisis dengan uji Korelasi Pearson Product Moment, uji hubungan denyut nadi dan tekanan panas diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05 (p < 0,05).

Kesimpulan : Dari hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan tekanan panas dan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo bahwa semakin tinggi tekanan panas di lingkungan kerja. Semakin cepat pula denyut nadi pekerja. Sebaliknya semakin rendah tekanan panas di tempat kerja semakin lambat denyut nadi pekerja (tekanan panas dan besarnya denyut nadi pekerja berbanding lurus).

(5)

ABSTRACT

Frischa Puspitasari, 2011. Relations Between Pressure Heat with Pulse On Workers' Section Weaving PT. Indonesia Tyfountex Sukoharjo. IV Diploma Course Occupational Health University School of Medicine Eleven March Surakarta.

Objective: This study aims to identify and analyze the relationship of heat and pulse pressure on workers in the weaving section PT. Indonesia Tyfountex Sukoharjo.

Methods: This study used this type of research explanations (explanatory research). According to the approach, this study was cross sectional study. The sampling technique used was purposive sampling so that the sample that became the object of study numbered 44 men. Data collection was performed by using the reaction timer Questempo10 brand to measure heat and pressure to measure pulse Tensoval workers. Processing techniques and data analysis conducted by the statistical test Correlation of Pearson Product Moment by using computer program SPSS version 13.0.

Results: The results of analysis with Pearson Product Moment Correlation test, relationship test pulse and heat stress is known that the value of Sig. of 0.000 or less than 0.05 (p <0.05).

Conclusion: From these results suggest that there is a relationship hot and pulse pressure on workers in the weaving section PT. Indonesia Tyfountex Sukoharjo, that the higher the heat stress in the workplace. The faster the pulse of workers.Conversely the lower the heat stress in the workplace increasingly slow pulse workers (heat pressure and pulse magnitude is proportional workers). Keywords: Pressure Heat, Pulse

(6)

commit to user KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dan nikmat-Nya yang tak terkira berupa kemudahan kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis persembahkan bagi junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW beserta Ahlul Bait-nya, yang telah rela mengorbankan jiwa, raga dan seluruh hidupnya demi menegakkan dinnullah sebagai ajaran yang merupakan penerangan bagi kehidupan manusia di seluruh alam ini.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Tekanan Panas dan Denyut Nadi Pada Pekerja Bagian Weaving PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan di Program Studi D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyelesaian penelitian sampai dengan tersusunnya skripsi ini, dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. H. A.A. Subiyanto, dr., MS, Dr selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Ibu Siti Utari, Cr, Dra., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Tutug Bolet Atmojo, SKM selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Hari Wujoso, dr, MM, Sp.F selaku penguji utama yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.

6. Bapak Kartono, Bsc selaku kepala bagian personalia PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo yang telah membantu dalam penelitian ini.

7. Keluarga saya, terimakasih atas dorongan dan doa restunya.

8. Sahabat-sahabat dan teman-teman saya D.IV Kesehatan Kerja 2007, terimakasih dukungan semangat dan bantuannya (sukses buat semua).

9. Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun material, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu sehingga terselasaikannya Skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

Surakarta, Mei 2011

(7)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 7

B. Kerangka Pemikiran ... 30

C. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32

E. Definisi Operasional Variabel ... 33

F. Definisi Penelitian ... 34

G. Instrumen Penelitian ... 35

H. Cara Kerja ... 35

I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL A. Karakteristik Subjek Penelitian ... 38

B. Tekanan Panas ... 39

C. Denyut Nadi ... 42

D. Analisa Uji Statistik ... 42

BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Univariat ... 48

B. Analisa Bivariat ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN

(8)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1 Standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999. ... 14

Tabel 2 Christensen (1991). Encyclopaedia of Accupational Health and Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka (2004). ... 15

Tabel 3 Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia ... 16

Tabel 4 Nadi kerja menurut tingkat beban kerja ... 21

Tabel 5 Frekuensi Nadi menurut Berbagai Usia ... 22

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur... 38

Tabel 7 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Gizi/IMT ... 39

Tabel 8 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Di Finishing Bagian Weaving .. 40

Tabel 9 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Di Tenun Bagian Weaving... 41

Tabel 10 Korelasi Umur dan Denyut Nadi ... 42

Tabel 11 Korelasi status gizi (IMT) dan Denyut Nadi ... 43

Tabel 12 Normalitas Denyut Nadi ... 44

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 30 Gambar 2 Desain Penelitian ... 34

(10)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Responden.

Lampiran 2 Data Responden Pekerja Bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo

Lampiran 3 Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

Lampiran 4 Hasil Pengukuran Denyut Nadi Pekerja di Bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

Lampiran 5 Uji Normalitas Data Umur dan IMT

Lampiran 6 Nilai-nilai (r) korelasi Pearson Product Moment Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lampiran 8 Foto Penelitian

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya) dan yang menjadi kajian dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut (Notoadmodjo, 2002).

Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusianya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif (Tarwaka, 2004).

(12)

commit to user

Lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut (Wignjosoebroto, 2003). Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas (Suma’mur, 2009).

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan (Wignjosoebroto, 2003).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di PT Tyfountex Indonesia yang berlokasi di daerah Sukoharjo, dimana salah satu bagian produksi di PT ini adalah bagian weaving, peneliti menjumpai banyak pekerja yang bekerja di lingkungan kerja panas yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja pada bagian weaving dengan menggunakan Quest Stemp pada jam 09.00 WIB, diperoleh hasil Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) sebesar 31,8 oC dan juga diperoleh hasil pengukukuran denyut nadi pekerja sebesar 71 kali/menit. Sedangkan saat pengukuran iklim kerja di tempat yang sama dengan pekerja yang sama pada jam 10.30 WIB diperoleh hasil Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) sebesar

(13)

33,6 oC dan juga denyut nadi pekerja yang lebih tinggi 11 kali/menit dari pengukuran denyut nadi pekerja sebelumnya pada jam 09.00 yaitu sebesar 82 kali/menit. Dari hasil pengukuran denyut nadi tersebut didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 76 kali. Salah satu cara untuk mengetahui beban kerja adalah dengan menghitung denyut nadi pekerja per menitnya. Dari hasil survey awal diperoleh rata-rata denyut nadi pekerja sebesar 76 kali/menit. Denyut nadi tersebut termasuk dalam kategori beban kerja ringan (75-100 denyut/menit). Setelah diketahui termasuk kategori apa beban kerja pekerja di tempat tersebut, kemudian hasil beban kerja tersebut dibandingkan dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 tentang NAB tekanan panas, dengan pengaturan waktu kerja 75 % kerja dan 25 % istirahat untuk 7 jam kerja dengan beban kerja ringan yang didasarkan atas pengukuran denyut nadi selama bekerja, maka ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB) untuk iklim kerja di tempat tersebut sebesar 28oC. Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa iklim kerja hasil pengukuran telah melebihi Nilai Ambang Batas yang telah ditetapkan, selain itu juga bisa di katakan bahwa ada perbedaan denyut nadi pekerja pada saat bekerja di jam yang berbeda.

Dari hasil penelitian yg dilakukan oleh Muflichatun (2006) pada pekerja pandai besi di paguyuban Wesi Aji Desa Donorejo Kecamatan Limpung Kabupaten Batang dengan judul Hubungan Antara Tekanan Panas, Denyut Nadi dan Produktivitas Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang, didapat kesimpulan bahwa memang ada hubungan antara

(14)

commit to user

tekanan panas, denyut nadi dan produktivitas pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Donorejo Batang.

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil survei tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Hubungan Antara Tekanan Panas dengan Denyut Nadi Pada Pekerja Bagian Weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: ” Apakah ada hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo ?.”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan mengkaji hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengukur dan menganalisa tekanan panas di bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

b. Untuk mengukur dan menganalisa denyut nadi pada pekerja bagian di bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

(15)

c. Untuk mengetahui dan mengkaji hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoristis

Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah informasi yang dapat digunakan sebagai data pembanding atau dasar pertimbangan bagi peneliti lain tentang hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

b. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam hal merencanakan penelitian, melaksanakan penelitian dan mengetahui hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

c. Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja

Menambah referensi di kepustakaan Program D.IV Kesehatan Kerja khususnya mengenai hubungan antara tekanan panas dengan denyut

(16)

commit to user

nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

d. Bagi PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam kaitannya dengan lingkungan kerja serta tindakan pengendalian, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja, produktivitas dan derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas

a. Definisi Tekanan Panas

Tekanan panas adalah perpaduan dari suhu dan kelembaban udara, kecepatan aliran udara, suhu radiasi dengan panas yang dihasilkan oleh metabolisme tubuh (Siswanto, 1987).

Menurut Santoso (2004), tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia.

Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas (Suma’mur, 2009).

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Panas

1) Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai oleh pengeluaran keringat yang meningkat, denyut jantung menurun dan suhu tubuh menurun. Proses adaptasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Aklimatisasi dapat pula menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak masuk kerja selama seminggu berturut-turut (Santoso, 2004).

(18)

commit to user

Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan penurunan frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk beberapa waktu misalnya 2 jam. Mengingat pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu dalam tubuh. Aklimatisasi panas biasanya tercapai sesudah 2 minggu (WHO, 1969).

2) Umur

Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar keringatnya dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal setelah terpapar panas. Suatu studi menemukan bahwa 70% dari seluruh penderita tusukan panas (heat stroke) mereka yang berusia lebih dari 60 tahun. Denyut nadi maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-angsur menurun sesuai dengan bertambahnya umur (WHO, 1969).

3) Jenis Kelamin

Adanya perbedaan kecil aklimatisasi antara laki-laki dan wanita. Wanita tidak dapat beraklimatisasi dengan baik seperti

(19)

laki-laki. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kardiovaskuler yang lebih kecil (WHO, 1969).

4) Suku Bangsa

Perbedaan aklimatisasi yang ada diantara kelompok suku bangsa adalah kecil. Mungkin hal ini dikarenakan perbedaan ukuran tubuh (WHO, 1969).

5) Ukuran Tubuh

Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami tingkatan tekanan panas yang relatif lebih besar. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kerja maksimal yang lebih kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berat badannya kurang dari 50 Kg selain mempunyai maximal oxigen intake yang rendah tetapi juga kurang toleran terhadap panas daripada mereka yang mempunyai berat badan rata-rata (Siswanto, 1987).

6) Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001).

(20)

commit to user

Seseorang yang status gizinya jelek akan menunjukkan respon yang berlebihan terhadap tekanan panas, hal ini disebabkan karena sistem kardiovaskuler yang tidak stabil (Siswanto, 1987).

Menurut Taufik (2007) cara untuk menentukan status gizi seseorang yang popular di dunia kesehatan yaitu dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) atau BMI (Body Mass Index). Sedangkan rumus IMT adalah sebagai berikut :

IMT = BB (kg) TB2 (m)

Standar Asia Nilai IMT : < 18,5 = Kurus 18,5 – 22,9 = Normal

23 – 27,4 = BB lebih (OW/Over Weight) 27,5 > = Obesitas

c. Indikator Tekanan Panas

Indikator dari tekanan panas menurut Suma’mur (2009) terdiri dari :

1) Suhu Efektif

Suhu efektif yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami oleh seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif ialah tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolisme tubuh. Untuk penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan

(21)

memperhatikan panas radiasi, dibuat Skala Suhu Efektif Dikoreksi (Corected Effektive Temperature Scale). Namun tetap saja ada kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak diperhitungkannya panas hasil metabolisme tubuh.

2) Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb-Globe Temperature Index), yaitu rumus-rumus sebagai berikut:

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering (untuk bekerja dengan sinar matahari).

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (untuk pekerjaan tanpa sinar matahari).

3) Prediksi Kecepatan Keluarnya Keringat Selama 4 Jam

Prediksi kecepatan keluarnya keringat selama 4 jam (Predicted 4 Hour Sweetrate disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4 jam sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan berpakaian dan juga menurut tingkat kegiatan dalam melakukan pekerjaan.

4) Indeks Belding-Hacth

Indeks Belding-Hacth yaitu kemampuan berkeringat dari orang standar yaitu orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat

(22)

commit to user

154 pond, dalam keadaan sehat dan memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas.

d. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Pertukaran Panas

Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas menurut Suma’mur (2009) terdiri dari:

1) Konduksi

Konduksi ialah pertukaran panas antara tubuh dengan benda-benda sekitar melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.

2) Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dan lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan besarnya peran dalam pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi atau menambah panas kepada tubuh.

(23)

3) Radiasi

Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang panas. Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas lewat mekanisme radiasi. 4) Penguapan

Manusia dapat berkeringat dengan penguapan di permukaan kulit atau melalui paru-paru tubuh kehilangan panas untuk penguapan.

Untuk mempertahankan suhu tubuh maka, M ± kond ± konv ± R-E = 0

M = Panas dari metabolisme

Kond = Pertukaran panas secara konduksi Konv = Pertukaran panas secara konveksi R = Panas radiasi

E = Panas oleh evaporasi

e. Pengukuran Tekanan Panas

Menurut Hendra (2009), pengukuran tekanan panas menggunakan “Area Heat Stress Monitor” yaitu suatu alat digital untuk mengukur tekanan panas dengan parameter Indek Suhu Bola Basah (ISBB). Alat ini dapat mengukur suhu basah, suhu kering dan suhu radiasi. Pengukuran tekanan panas di lingkungan kerja dilakukan dengan meletakkan alat pada ketinggian 1,2 m (3,3 kaki) bagi tenaga

(24)

commit to user

kerja yang berdiri dan 0,6 m (2 kaki) bila tenaga kerja duduk dalam melakukan pekerjaan. Pada saat pengukuran reservoir (tandon) termometer suhu basah diisi dengan aquadest dan waktu adaptasi alat 10 menit.

f. Standar Iklim Kerja

Standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 dalam Tarwaka (2004).

Tabel 1. Standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999.

Pengaturan waktu kerja ISBB ° C

Beban Kerja

Waktu kerja Waktu

Istirahat Ringan Sedang Berat Beban kerja terus

menerus (8 jam/hari) 75% 50% 25% - 25% istirahat 50% Istirahat 75% Istirahat 30,0 28,0 29,4 32,2 26,7 28,0 29,4 31,1 25,0 25,9 27,9 30,0 Sumber: Depnakertrans (2007) dalam Tarwaka (2004).

g. Penilaian Beban Kerja Fisik

Menurut Astrand & Rodahl dalam Tarwaka (2004), bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Semakin berat beban kerja akan semakin banyak energi yang

(25)

diperlukan atau dikonsumsi. Meskipun metode dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal. Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung denyut nadi selama bekerja.

Sedangkan menurut Christensen dalam Tarwaka (2004), bahwa kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung.

Tabel 2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu

Sumber : Christensen (1991). Encyclopaedia of Accupational Health and Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka (2004).

h. Respon Tubuh Menghadapi Panas

Menurut James dkk (2008) jika tubuh tidak melepaskan panas, maka temperatur tubuh akan meningkat 1oC setiap jam. Panas tubuh dihasilkan oleh metabolisme sel, mengubah energi kimia dari makanan yang dicerna ke bentuk energi lain, terutama energi panas. Karena proses metabolisme ini berlangsung terus-menerus, walaupun tidak konstan, tubuh harus melepaskan energi panas pada kecepatan tertentu

Kategori Beban Kerja Konsums i Oksigen (l/min) Ventilasi Paru (l/min) Suhu Rektal (oC) Denyut Nadi (denyut/min) Ringan Sedang Berat Sangat Berat Sangat Berat Sekali 0,5 – 1,0 1,0 – 1,5 1,5 – 2,0 2,0 – 2,5 2,5 – 4,0 11 – 20 20 – 31 31 – 43 43 – 56 60 - 100 37,5 37,5, - 38,0 38,0 – 38,5 38,5 – 39,0 > 39 75 – 100 100 – 125 125 – 150 150 – 175 > 175

(26)

commit to user

agar tidak terjadi penumpukan panas yang menyebabkan peningkatan temperatur. Secara keseluruhan, panas yang didapat dari metabolisme dan sumber-sumber lainnya harus setara dengan panas yang dilepaskan oleh permukaan tubuh. Inilah esensi dari homeostatis.

Pelepasan panas dapat terjadi melalui cara-cara berikut:

1. Konveksi (juga kadang radiasi & konduksi) panas terutama dari permukaan kulit yang terbuka dan tidak terinsulasi.

2. Vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah pada kulit, meningkatkan pelepasan panas melalui kulit.

3. Peningkatan penguapan keringat melalui kulit. 4. Penghembusan udara panas dari paru-paru. 5. Pembuangan panas melalui feses dan urin.

i. Efek Panas pada Manusia

Bagi tubuh, panas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan memberikan efek negatif. Menurut Putra (2004), efek-efek panas bagi tubuh manusia akan berdampak pada tingkat kemampuan fisik dan mental (tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia Tingkat temperatur (ºC) Efek terhadap tubuh ± 49 °C

± 30 °C

± 24 °C ± 10 °C

Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental

Aktivitas mental dan daya tangkap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan Kondisi optimum

Kekakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.

(27)

Sumber: Putra (2004).

Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat gangguan tekanan panas , dibagi atas 4 kategori dasar yaitu : millaria rubra, kejang panas, kelelahan panas dan sengatan panas.

1. Millaria Rubra (Heat Rash)

Menurut Depkes RI (2003) dalam Muflichatun (2006), dikatakan bahwa Heat Rash sering dijumpai dikalangan militer atau pekerja fisik lainnya yang tinggal didaerah iklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi sebagai akibat sumbatan kelenjar keringat dan terjadi retensi keringat disertai reaksi peradangan.

Kelainan ini dapat mengganggu tidur sehingga effisiensi fisiologik menurun dan meningkatkan kelelahan kumulatif. Keadaan ini merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya faktor yang lebih serius. Adanya kelainan kulit mengakibatkan proses berkeringat dan evaporasi terhambat, sehingga proses pendinginan tubuh terganggu (Depkes RI, 1990).

2. Kejang Panas (Heat Cramps)

Menurut Depkes RI (2003) dalam Muflichatun (2006), dikatakan bahwa Heat Cramps dapat terjadi sebagai kelainan tersendiri atau bersama dengan kelelahan panas. Kejang otot timbul secara mendadak, terjadi setempat atau menyeluruh, terutama pada otot-otot ekstremitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah

(28)

commit to user

karena defisiensi garam. Kejang otot yang berat dalam udara panas menyebabkan keringat diproduksi banyak. Bersama dengan keluarnya keringat, hilang sejumlah air dan garam.

Heat cramps dialami pada lingkungan yang suhunya tinggi sebagai akibat bertambah banyaknya keluar keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh, sedangkan air yang diminum tidak diberi garam untuk mengganti garam natrium yang hilang. Heat cramps diderita sebagai kejang-kejang otot tubuh dan perut yang dirasakan sangat sakit (Suma’mur, 2009)

3. Kelelahan Panas (Heat Exhaustion)

Menurut Depkes RI (2003) dalam Muflichatun (2006), dikatakan bahwa kelelahan panas timbul sebagai akibat kolaps sirkulasi darah perifer karena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam usaha menurunkan panas, aliran darah perifer bertambah, yang mengakibatkan pula produksi keringat bertambah. Penimbunan darah perifer menyebabkan darah yang dipompa dari jantung keorgan-organ lain yang cukup, sehingga timbul gangguan. Kelelahan panas dapat terjadi pada keadaan dehidrasi atau defisiensi garam tanpa dehidrasi. Kelainan ini dapat dipercepat terjadinya pada orang-orang yang kurang minum, berkeringat banyak, muntah-muntah, diare atau penyebab lain yang mengakibatkan pengeluaran air berlebihan.

(29)

Heat exhaustion biasanya terjadi oleh karena lingkungan yang sangat panas, terutama bagi yang belum beraklimatisasi terhadap iklim (cuaca) panas. Penderita sangat banyak berkeringat, sedangkan temperatur badan normal atau sub-normal. Tekanan darah penderita menurun dan nadi lebih cepat (Suma’mur, 2009) 4. Sengatan Panas (Heat Stroke)

Menurut Depkes RI (2003) dalam Muflichatun (2006), dikatakan bahwa sengatan panas adalah suatu keadaan darurat medik dengan angka kematian yang tinggi. Pada kelelahan panas, mekanisme pengatur suhu bekerja berlebihan tetapi masih berfungsi, sedangkan pada sengatan panas, mekanisme pengatur suhu tubuh sudah tidak berfungsi lagi disertai pula dengan terhambatnya proses evaporasi secara total.

Heat sroke jarang terjadi pada pekerja dalam perusahaan industri, namun bila terjadi biasanya keadaannya sangat parah. Penderita umumnya laki-laki yang pekerjaannya berat dan belum beraklimatisasi terhadap iklim kerja panas. Gejala-gejala atau tanda kelainan saraf pusat dapat timbul. Seperti vertigo, tremor, konvulsi dan delirium. Menurunkan suhu badan dengan kompres atau bselimut kain basah dan dingin adalah pengobatan utama. Penyebab heat stroke adalah pengaruh panas langsung kepada pusat pengatur panas di otak (Suma’mur, 2009).

(30)

commit to user 3. Denyut Nadi

a. Definisi Denyut Nadi

Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu (Depdikbud, 1996).

Siklus jantung terdiri dari periode relaksasi yang dinamakan diastole dan diikuti oleh periode kontraksi yang dinamakan systole. Kekuatan darah masuk ke dalam aorta selama sistolik tidak hanya menggerakkan darah dalam pembuluh darah ke depan tetapi juga menyusun suatu gelombang tekanan sepanjang arteri. Gelombang tekanan mendorong dinding arteri seperti berjalan dan pendorongnya teraba sebagai nadi (Ganong, 1983).

b. Macam-macam Denyut Nadi

Jenis Nadi menurut Depdikbud (1996) yaitu: 1. Nadi Istirahat

Yaitu rata-rata denyut nadi sebelum kerja 2. Nadi Sedang Kerja

Yaitu rata-rata denyut nadi selama kerja 3. Nadi Kerja

Yaitu selisih antara denyut nadi selama kerja dengan denyut nadi sebelum kerja.

(31)

4. Nadi Pemulihan

Yaitu total angka denyutan dari akhir kerja sampai masa pulih tercapai.

c. Nadi Kerja Menurut Tingkat Beban Kerja

Menurut Christense (1991) dalam Tarwaka (2004) kategori beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja dibagi atas beban kerja sangat ringan, ringan, agak berat, berat, sangat berat dan luar biasa berat (tabel 4).

Tabel 4. Nadi kerja menurut tingkat beban kerja

No Beban Kerja Nadi Kerja (per menit)

1 Sangat ringan Kurang dari 75

2 Ringan 75-100

3 Agak berat 100-125

4 Berat 125-150

5 Sangat berat 150-175 6 Luar biasa berat Lebih dari 175

Sumber : Christensen (1991). Encyclopaedia of Accupational Health and Safety. ILO. Geneva dalam Tarwaka (2004).

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi

1. Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya Frekuensi denyut nadi pada berbagai usia, dengan usia antara bayi sampai dengan usia dewasa. Denyut nadi paling

(32)

commit to user

tinggi ada pada bayi kemudian frekuensi denyut nadi menurun seiring dengan pertambahan usia (tabel 5).

Tabel 5. Frekuensi Nadi menurut Berbagai Usia

No Usia Frekuensi Nadi (per menit)

1 < 1 bulan 90 – 170 2 < 1 tahun 80 – 160 3 2 tahun 80 – 120 4 6 tahun 75 – 115 5 10 tahun 70 – 110 6 14 tahun 65 – 100 7 > 14 tahun 60 – 100 Sumber : Pearce (1999)

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya (Pearce, 1999).

2. Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001).

Menurut Taufik (2007) cara untuk menentukan status gizi seseorang yang popular di dunia kesehatan yaitu dengan

(33)

menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) atau BMI (Body Mass Index).

3. Jenis Kelamin

Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum sub maksimum pada wanita lebih tinggi dari pada pria. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Pada kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada wanita 164 denyut per menit (Astrand and Rodahl, 1986).

4. Keadaan Kesehatan

Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi jantung secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit maka frekuensi jantungnya cenderung meningkat menurut Delp & Manning (1994) dalam Mahawati (1999).

5. Riwayat Kesehatan

Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi atau hipotensi akan mempengaruhi kerja jantung. Demikian juga pada penderita anemia (kurang darah) akan mengalami peningkatan kebutuhan oksigen sehingga cardiac output meningkat yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi. Menurut Pusat Diknakes Depkes RI 1996 dalam Mahawati (1999).

(34)

commit to user 6. Rokok dan Kafein

Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut per menit dibanding dengan arang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada variabel metabolik kardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal (Astrand and Rodahl, 1986).

7. Intensitas dan Lama Kerja

Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata nadi selama kerja) mencapai angka 30 denyut per menit dan di atas bilangan nadi istirahat. Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit (Astrand and Rodahl, 1986).

8. Sikap Kerja

Posisi atau sikap kerja juga mempengaruhi tekanan darah. Posisi berdiri mengakibatkan ketegangan sirkulasi lebih besar dibandingkan dengan posisi kerja duduk (Ganong, 1983).

(35)

9. Cuaca Kerja

Cuaca kerja baik cuaca kerja panas atau dingin juga akan mempengaruhi sistem sirkulasi dan denyut nadi. Cuaca kerja panas dapat menyebabkan beban tambahan pada jantung dan sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen kebagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat (Santoso, 2004).

10. Kondisi Psikis

Kondisi psikis dapat mempengaruhi frekuensi jantung. Kemarahan dan kegembiraan dapat mempercepat frekuensi nadi seseorang. Ketakutan, kecemasan, dan kesedihan juga dapat memperlambat frekuensi nadi seseorang (Guyton, 1990).

e. Pengaruh Tekanan Panas Terhadap Denyut Nadi

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2004). Indikator heat strain adalah peningkatan denyut nadi, tekanan

(36)

commit to user

darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat badan (Wignjosoebroto, 2003).

Denyut nadi seseorang akan terus meningkat bila suhu tubuh meningkat kecuali bila pekerja yang bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa menit saja (Siswanto, 1978).

Pemaparan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan, karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Disamping itu darah juga harus membawa panas dari dalam tubuh ke permukaan kulit. Hal demikian itu juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan meningkat pula (Santoso, 2004).

Menurut Grandjean (1988) jika suhu lingkungan meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi adalah:

1) Meningkatkan kelelahan. 2) Peningkatan denyut jantung. 3) Peningkatan tekanan darah.

(37)

5) Peningkatan aliran darah melalui kulit.

6) Meningkatkan produksi keringat, yang menjadi berlebihan jika suhu kulit mencapai 34oC atau lebih.

Menurut Gabriel (1988) pengaruh tekanan panas dapat dibagi tiga yaitu:

1) Fisik

Panas menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami pemuaian ke segala arah.

2) Kimia

Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan peningkatan temperatur. Hal ini terlihat pada reaksi oksidasi akan meningkat dengan peningkatan suhu. Ini sesuai dengan hukum Van Hoff yang menyatakan bahwa permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu. Pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.

3) Biologis

Pengaruh panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta peningkatan tekanan

(38)

commit to user

kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam darah akan meningkat

sedangkan Ph darah akan mengalami penurunan.

f. Pengukuran Denyut Nadi

Tempat meraba denyut nadi menurut (Depdikbud, 1996) adalah :

1. Pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari tangan (Arteri radialis);

2. Di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues (Arteri carolis);

3. Dada sebelah kiri, tepat di apex jantung (Arteri temparalis); 4. Di pelipis.

Metode pengukuran denyut nadi menurut Nurmianto (1996): 1. Metode Palpasi

Metode palpasi dilakukan terhadap subyek dalam keadaan diam atau istirahat. Perabaan untuk menghitung denyut nadi dapat dilakukan dengan meletakkan ujung jari 3 jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) pada pergelangan tangan bagian luar arah ibu jari, atau juga didaerah leher kiri/kanan, dibawah sudut dagu. Arah ketiga jari membentuk garis lurus sesuai dengan panjang sumbu tubuh. Perhitungan menggunakan stopwatch/jam henti. 2. Metode Auskultasi

Metode ini menggunakan stetoskop (alat dengar) untuk mendengarkan denyut jantung. Tinggal menghitung berapa denyut

(39)

dalam waktu 5 detik, 10 detik atau dalam 15 detik. Hasil dikalikan dengan 12, 6,4 seperti diatas sesuai lamanya mendengarkan detikan tadi. Metode ini baik digunakan bila subyek diam tak bergerak. 3. Pulsemeter

Ada 2 jenis pulsemeter yaitu pulsemeter dengan pegas dan pulsemeter digital. Pulsemeter dengan pegas akan menunjukkan simpangan kekiri dan kanan sedangkan pulsemeter digital akan akan langsung menunjukkan pada satu angka.

4. Electrocardiografi (ECG)

ECG merupakan alat rekam jantung sehingga grafik aktifitas listrik jantung dapat terekam. Dari gambar grafik tersebut dapat dihitung berapa denyut jantung/menit. Alat ini mahal dan tidak praktis dilapangan. ECG tidak bisa dipakai untuk subjek yang bergerak dan biasanya dipakai untuk euduasi di bangsal perawatan. 5. ECG nirkabel

ECG nirkabel menggunakan alat sensor yang dipasang di dada, lalu secara telemetri rekaman dapat diterima penerima dan langsung digambar listrik jantungnya. Alat ini dapat digunakan pada subyek yang bergerak aktif tanpa mengganggu aktifitas yang dilakukan.

(40)

commit to user 6. Sport tester

Merupakan alat rekam yang dipasang di dada yang kemudian merekam denyut jantung dan selanjutnya ditampilkan dalam monitor komputer.

Dalam penelitian ini pengukuran denyut nadi menggunakan metode Pulsemeter digital.

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Ada hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.

Tekanan Panas Meningkat > NAB

Beban tambahan pada jantung

Denyut nadi meningkat Suhu Tubuh

Meningkat Faktor eksternal : 1. Kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kopi. 2. Intensitas dan lama kerja 3. Sikap kerja 4. Cuaca kerja Faktor internal : 1. Usia 2. Jenis kelamin. 3. Status gizi. 4. Keadaan kesehatan. 5. Riwayat kesehatan

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan jenis penelitian penjelasan (explanatory research) mengenai hubungan antara variable-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Menurut pendekatannya, penelitian ini adalah penelitian cross sectional, yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan etik dan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( Notoadmodjo, 2002).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Industri Textile bagian weaving PT Tyfountex Indonesia Sukoharjo selama bulan November 2010-Februari 2011.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau objek yang diteliti (Notoadmodjo, 2002). Di dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah pekerja bagian weaving PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo yang berjumlah 120 orang.

(42)

commit to user 2. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah puposive sampling, yang merupakan teknik pengambilan sampel non-probability sampling. Purposive sampling berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi (Sugiono, 2004). Didapatkan sampel sebanyak 44 pekerja.

3. Sampel Penelitian

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria berikut:

Jenis kelamin : Laki-laki. Umur : 20-50 tahun. Status gizi : Normal.

Riwayat penyakit : Tidak menderita penyakit hipertensi, anemia dan jantung.

D. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang dijadikan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2002).

(43)

Variabel dalam penelitian ini diantaranya: 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tekanan panas. 2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah denyut nadi. 3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah:

a Variabel pengganggu terkendali: umur, jenis kelamin, status gizi dan riwayat penyakit.

b Variabel pengganggu tidak terkendali: olah raga, konsumsi kafein, kebiasaan merokok dan konsumsi obat-obatan.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Tekanan Panas

Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerak udara, suhu radiasi yang dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh diukur dengan menggunakan Area Heat Stress Monitor. Alat Ukur : Area Heat Stress Monitor

Merk Alat : Questempo10 Satuan : oCelcius Skala Pengukuran : Interval

(44)

commit to user 2. Tekanan Darah

Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi (diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu yang diukur dengan tensoval digital. Nadi diukur sebelum kerja, selama 1 jam kerja dan 2 jam kerja.

Alat Ukur : Tensoval Merk Alat : Hartmann Satuan : kali/menit Skala Pengukuran : Rasio

F. Desain Penelitian

Gambar 2. Desain Penelitian Populasi Sampel Tekanan Panas > NAB Tekanan Panas < NAB

Korelasi Pearson Product Moment Denyut Nadi Naik Denyut Nadi Naik Denyut Nadi Turun Denyut Nadi Turun Purposive Sampling

(45)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Area Heat Stress Monitor

Area Heat Stress Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan panas. Alat ini dapat mengukur suhu basah, suhu kering dan suhu radiasi.

2. Tensoval

Tensoval yaitu alat untuk mengukur tekanan darah alat ini digital dan juga bisa sekaligus mengukur denyut nadi. Tensoval yang digunakan yaitu Tensoval dengan merk Hartmann.

3. Timbangan berat badan, yaitu alat untuk mengukur berat badan seseorang. 4. Meteran, yaitu alat untuk mengukur tinggi badan.

5. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian.

6. Alat tulis, yaitu untuk mencatat hasil dari pengukuran.

H. Cara Kerja Instrumen Penelitia

1. Area Heat Stress Monitor

a. Menekan tombol power.

b. Menekan tombol oC atau oF untuk menentukan satuan suhu yang digunakan.

(46)

commit to user

c. Menekan tombol globe untuk menentukan suhu bola.

d. Menekan tombol dry bulb untuk mendapatkan suhu bola kering. e. Menekan tombol wet bulb untuk mendapatkan suhu bola basah. f. Menekan tombol Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT) untuk

mendapatkan Indeks Suhu Bola Basah (ISBB). g. Mencatat hasil yang dibaca pada display. h. Menekan tombol power untuk mematikan.

i. Mendiamkan alat selama 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk waktu adaptasi.

j. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999.

2. Tensoval

a. Memasang baterai.

b. Memasang kantong karet/manset yang dapat dikembangkan pada lengan atas.

c. Menekan tombol start.

d. Menunggu sampai terdengar bunyi tanda pengukuran selesai. e. Mencatat hasil yang dibaca pada display.

(47)

I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Korelasi Pearson Product Moment, dengan interpretasi hasil sebagai berikut : 1. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan.

2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. 3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan

(48)

commit to user BAB IV

HASIL

A. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Jenis Kelamin

Keseluruhan subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki sejumlah 60 pekerja.

2. Umur

Hasil penelitian terhadap 60 pekerja laki-laki menunjukkan bahwa distribusi frekuensi subjek pekerja berdasarkan umur sebagai berikut (tabel 6) :

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur

Sumber : hasil pengukuran pada tanggal 7 Februari 2011

Setelah ditinjau dari distribusi umur pekerja dari tiap-tiap kelompok umur diperoleh bahwa umur pekerja dalam penelitian ini terbanyak berada pada rentang umur antara 40-44 tahun yaitu sebesar 25 %. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata umur pekerja adalah 37,09 tahun dengan umur terendah pekerja berada pada rentang umur

20-Umur

Frekuensi

(Jumlah Pekerja) Persentase (%)

20-24 6 10 25-29 11 18 30-34 7 12 35-39 12 20 40-44 15 25 45-49 9 15 Jumlah 60 100

(49)

commit to user

24 tahun dan umur tertinggi pekerja berada pada rentang umur 40-44 tahun. Dan standar deviasinya adalah 7,18.

3. Status Gizi/IMT

Hasil perhitungan status gizi/IMT terhadap 60 pekerja di bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo diperoleh sebaran status gizi/IMT pada tabel 8.

Tabel 7. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Status Gizi/IMT

IMT Frekuensi Persentase (%)

< 18,5 3 5

18,5 – 22,9 44 73

23 – 27,4 9 15

27,5 > 4 7

Jumlah 60 100

Sumber : hasil pengukuran pada tanggal 7 Februari 2011

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata status gizi/IMT subjek penelitian pada penelitian ini adalah 21,17 dengan status gizi/IMT minimal subjek penelitian adalah 16,55 dan status gizi/IMT maksimal subjek penelitian adalah 28,72. Dan standar deviasinya adalah 1,28

Dalam penelitian ini, pekerja yang mempunyai status gizi/IMT subjek yang normal (antara 18,5-22,9) berjumlah 44 pekerja. Sehingga dapat diketahui bahwa dari keseluruhan subjek penelitian yang berjumlah 60 pekerja, hanya 44 pekerja yang bisa dijadikan sampel penelitian. 4. Riwayat Penyakit

Hasil penelitian terhadap 60 pekerja laki-laki di bagian weaving didapatkan 2 pekerja yang menderita hipertensi. Dimana pekerja yang menderita hipertensi tersebut sama dengan pekerja yang menderita status

(50)

commit to user B. Tekanan Panas

Pengukuran tekanan panas dilakukan di dua tempat yang berbeda di bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Hasil pengukuran tekanan panas ada dua, yaitu tekanan panas di finishing bagian weaving dan di tenun bagian weaving.

Hasil pengukuran tekanan panas di finishing bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Hasil Pengukuran Tekanan Panas Di Finishing Bagian Weaving No. Waktu WB (oC) DB (oC) GT (oC) WBGT in (oC) Waktu Bekerja (jam WIB) (waktu ) 1 8 23.5 29.7 31.1 26.7 7 2 9 23.9 29.8 31.1 27 7 3 10 24 29.9 31.1 27.1 7 4 11 23.7 29.9 31.2 26.9 7 5 12 24 30 31.2 27 7 6 13 24.1 30.5 31.2 27.2 7 7 14 24.3 30.6 31.7 27.3 7 8 15 24.3 30.5 31.6 27.3 7 9 16 24.4 29.6 31.3 27.2 7 Rata-rata 24.022 2 30.055 6 31.277 8 27.0777777 8 7

Sumber : hasil pengukuran pada tanggal 7 Februari 2011 Keterangan :

1. WB = Wet Bulb (suhu bola basah)

2. DB =Dry Bulb (suhu bola kering)

3. GT =Globe Temperatur (suhu bola)

4. WBGT in =Wet Bulb Globe Temperature in (indeks suhu basah dan bola di

(51)

commit to user

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata WBGT in pada penelitian ini adalah 27,1oC dengan WBGT in minimal adalah 26,7oC dan WBGT in maksimal adalah 27,3oC.

Di finishing bagian weaving ini tempat kerjanya lebih terbuka dibandingkan dengan tenun bagian weaving. Di bagian finishing memiliki ventilasi terbuka yang cukup banyak, sehingga panas dari tempat tersebut dapat dialirkan ke luar dengan lancar

Hasil pengukuran tekanan panas di tenun bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9. Hasil Pengukuran Tekanan Panas Di Tenun Bagian Weaving No. Waktu WB (oC) DB ( o C) GT (oC) WBGT in (oC) Waktu Bekerja (jam WIB) (jam) 1 8 30.3 34.5 37.2 31.1 7 2 9 29.1 29.6 33.3 31.3 7 3 10 29.1 33.8 36.2 32 7 4 11 31.2 32.6 36.1 32 7 5 12 31.8 32 35.1 32.2 7 6 13 34.6 37.2 42.7 33.4 7 7 14 32.2 29.4 34.7 31.3 7 8 15 31.1 30 35.2 31.3 7 9 16 31.2 28.7 35.4 31.5 7 Rata-rata 31.1778 31.9778 36.2111 31.78888889 7

Sumber : hasil pengukuran pada tanggal 7 Februari 2011

Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata WBGT in pada penelitian ini adalah 31,79oC dengan WBGT in minimal adalah 33.1oC dan WBGT in maksimal adalah 33.4oC.

(52)

commit to user

Pengukuran denyut nadi dilakukan sebelum kerja, setelah 4 jam kerja dan setelah 8 jam kerja. Pengukuran denyut nadi terhadap 44 pekerja diperoleh frekuensi denyut nadi terendah sebesar 61 denyut per menit dan frekuensi denyut nadi tertinggi sebesar 120 denyut per menit (tabel 11).

Hasil pengukuran denyut nadi pada sampel penelitian dapat dilihat pada tabel lampiran 3.

Dari hasil pengukuran denyut nadi subjek penelitian di bagian weaving di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo diperoleh rata-rata denyut nadi pada jam 08.00 WIB sebesar 83 kali/menit, pada jam 12.00 WIB sebesar 97 kali/menit dan pada jam 16.00 WIB sebesar 90 kali/menit. Didapatkan rata-rata denyut nadi sebanyak 90 kali/menit.

D. Analisa Uji Statistik

1. Hubungan Umur dan Denyut Nadi

Hasil uji statistik denyut nadi saat jam 08.00 WIB, 12.00 WIB dan jam 16.WIB dengan tekanan panas menggunakan corelation person product moment dapat dilihat pada tabel tabel 10.

(53)

Tabel 10. Korelasi Umur dan Denyut Nadi

Hasil analisis corelation Pearson data umur dengan denyut nadi menggunakan SPSS 13, diperoleh koefisien korelasi (r) hitung sebesar 0,218. Nilai tersebut kita bandingkan dengan besarnya koefisien relasi (r) tabel pada α 5% dengan n=44, maka diketahui koefisien relasi (r) tabel = 0,297. Sehingga koefisien relasi (r) hitung < koefisien relasi (r) tabel. Maka dapat dikatakan bahwa umur tidak ada hubungan dengan peningkatan denyut nadi. Hal ini berarti denyut nadi yang terjadi bukan karena faktor umur.

2. Hubungan Status Gizi (IMT) dan Denyut Nadi

Hasil uji statistik denyut nadi saat jam 08.00 WIB, 12.00 WIB dan jam 16.WIB dengan status gizi (IMT) menggunakan korelasi person product moment dapat dilihat pada tabel berikut (tabel 11).

umur denyut nadi pekerja UMUR Pearson Correlation 1,000 ,218

Sig. (2-tailed) , ,155

N 44 44

DENYUT

NADI Pearson Correlation ,218 1,000

Sig. (2-tailed) ,155 ,

(54)

commit to user

Tabel 11. Korelasi status gizi (IMT) dan Denyut Nadi

IMT denyut nadi pekerja

IMT Pearson

Correlation 1,000 -0,061

Sig. (2-tailed) , 0,696

N 44 44

DENYUT

NADI Pearson Correlation -0,061 1,000

Sig. (2-tailed) 0,696 ,

N 44 44

Hasil analisis korelasi Pearson Product Moment data status gizi (IMT) dengan denyut nadi menggunakan SPSS 13, diperoleh koefisien korelasi (r) hitung sebesar -0,061. Nilai tersebut kita bandingkan dengan besarnya koefisien relasi (r) tabel pada α 5% dengan n=44, maka diketahui koefisien relasi (r) tabel = 0,297. Sehingga koefisien relasi (r) hitung < koefisien relasi (r) tabel. Dan dapat dikatakan maka dapat dikatakan bahwa status gizi (IMT) tidak ada hubungan dengan peningkatan denyut nadi. Hal ini berarti denyut nadi yang terjadi bukan karena faktor status gizi (IMT). 3. Hubungan Tekanan Panas dan Denyut Nadi

Dari hasil yang sudah disebutkan sebelumnya, normalitas data tekanan darah dengan uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 12.

(55)

Tabel 12. Normalitas Denyut Nadi Denyut nadi jam 08.00 denyut nadi jam 12.00 denyut nadi jam 16.00 N 44 44 44 Normal Parametersa,,b Mean 84.52 99.2 92.32 Std. Deviation 12.14 11.16 9.92 Most Extreme Differences Absolute 0.108 0.131 0.08 Positive 0.108 0.131 0.065 Negative -0.07 -0.076 -0.08 Kolmogorov-Smirnov Z 0.717 0.867 0.532

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.683 0.44 0.94

Dari hasil tersebut di atas, normalitas data denyut nadi dengan uji Kolmogorov-Smirnov nilai Asymp. Sig. saat jam 08.00 WIB adalah 0,683, nilai Asymp. Sig. saat jam 12.00 WIB adalah 0,44 dan dan nilai Asymp. Sig. Saat jam 16.00 adalah 0,94.

Menurut Handoko (2008), jika p>0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Dalam tabel tersebut, ketiga nilai p pada jam 08.00 WIB (p= 0,683), jam 12.00 WIB (p= 0,44) dan jam 16.00 WIB (p=094) semuanya bernilai lebih dari 0,05. Sehingga bisa dikatakan bahwa data tersebut berdistribusi normal.

Hasil uji statistik denyut nadi saat jam 08.00 WIB, 12.00 WIB dan jam 16.WIB dengan corelation person product moment dapat dilihat pada tabel berikut (tabel 13).

(56)

commit to user

Tabel 13. Korelasi Denyut Nadi dan tekanan Panas

tekanan panas (jam 08.00 WIB, 12.00 WIB, 16.00 WIB) denyut nadi pekerja (jam 08.00 WIB, 12.00 WIB, 16.00 WIB) TEKANAN PANAS Pearson Correlation 1,000 0,393** Sig. (2-tailed) , ,000 N 132 132 DENYUT NADI Pearson Correlation 0,393** 1,000 Sig. (2-tailed) ,000 , N 132 132

Hasil analisis corelation Pearson data tekanan panas dengan denyut nadi menggunakan SPSS 13, diperoleh koefisien korelasi (r) hitung sebesar 0,393. Nilai tersebut kita bandingkan dengan besarnya koefisien relasi (r) tabel pada α 5% dengan n=44, maka diketahui koefisien relasi (r) tabel = 0,297. Sehingga koefisien relasi (r) hitung > koefisien relasi (r) tabel. Dan dapat dikatakan maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi.

Sifat korelasi dapat dilihat dari nilai koefisien relasi (r) hitung yang positif, artinya semakin tinggi tekanan panas maka akan semakin cepat denyut nadi pekerja dan sebaliknya semakin rendah tekanan panas maka akan semakin rendah pula denyut nadi pekerja (tekanan panas dan denyut nadi berbanding lurus).

Hasil analisis corelation Pearson data tekanan panas dengan denyut nadi menggunakan SPSS 13, dapat juga diketahui dalam

(57)

perhitungan ini P value = 0,000. Nilai P tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai α = 5%, dimana nilai P < 0,05. Biasanya apabila nilai signifikan (P) < 0,05 maka pada nilai koefisien relasinya (r) terdapat tanda bintang (**), seperti pada nilai diatas dimana pearson correlate 0,393**. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi.

Besarnya kontribusi tekanan panas terhadap denyut nadi dapat diketahui dari harga r = 0,393 yang dikuadratkan menjadi 0,154, kemudian hasil tersebut dirubah menjadi persen, diperoleh hasil sebesar 15%. Artinya tekanan panas mempunyai kontribusi sebesar 15% terhadap denyut nadi.

(58)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

4. Jenis Kelamin

Dari sampel penelitian, keseluruhan pekerja berjenis kelamin laki-laki.

Adanya perbedaan kecil aklimatisasi antara laki-laki dan perempuan. Perempuan tidak dapat beraklimatisasi dengan baik seperti laki-laki. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai kapasitas kardiovaskuler yang lebih kecil (WHO, 1969).

Dikarenakan pekerja yang berjenis kelamin perempuan mempunyai kapasitas kardiovaskuler yang lebih kecil dan tidak dapat beraklimatisasi dengan baik seperti laki-laki maka pada penelitian ini, sampel yang digunakan keseluruhan adalah pekerja dengan jenis kelamin laki-laki. 5. Umur

Seluruh populasi atau subjek penelitian yang dipakai sebagai sampel dalam penelitian ini berusia antara 20-50 tahun. Rata-rata umur subjek penelitian adalah 37,09 tahun. Selain itu diperoleh bahwa rata-rata umur responden berada pada rentang umur 20-24 tahun dan umur tertinggi pekerja berada pada rentang umur 40-44 tahun.

Berdasarkan teori yang ada, frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama pertumbuhan. Pada masa

(59)

remaja, denyut jantung menetap dan iramanya teratur. Pada orang dewasa efek fisiologi usia dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua lagi dari usia dewasa penentuan nadi kurang dapat dipercaya (Pearce, 1999).

Dari hasil uji korelasi Pearson Product Moment didapatkan koefisien korelasi (r) hitung sebesar 0,218, sehingga (r) < 0,297 yang berarti tidak signifikan. Maka dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan denyut nadi pekerja.

Berdasarkan referensi dan hasil uji diatas dapat diketahui bahwa umur tidak mempengaruhi denyut nadi, karena rentang umur yang dipakai sebagai sampel pada penelitian ini adalah antara 20-50 tahun. Umur 20 tahun bias dikatakan usia remaja sehingga denyut jantungnya juga tatap, dan juga pada umur kurang dari 50 tahun penentuan nadinya dianggap masih bisa dipercaya. Selain itu dari hasil uji korelasi diperoleh hasil yang tidak signifikan.

6. Status Gizi/IMT

Seseorang yang status gizinya jelek akan menunjukkan respon yang berlebihan terhadap tekanan panas, hal ini disebabkan karena sistem kardiovaskuler yang tidak stabil (Siswanto, 1987).

Dalam penelitian ini status gizi/IMT subjek penelitian berkisar antara 18,55 - 25,72 dengan rata-rata status gizinya sebesar 21,17.

Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori

Gambar

Gambar 1   Kerangka Pemikiran ................................................................
Tabel  1.  Standar  iklim  di  Indonesia  ditetapkan  berdasarkan  Surat  Keputusan  Menteri  Tenaga  Kerja  Nomor:   Kep-51/MEN/1999
Tabel  2.  Kategori  Beban  Kerja  Berdasarkan  Metabolisme,  Respirasi,  Suhu
Tabel 3. Pengaruh Suhu Lingkungan terhadap Manusia  Tingkat temperatur (ºC)  Efek terhadap tubuh  ± 49 °C
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Hubungan

Hasil dari penelitian ini adalah : 1) Hasil estimasi ECM menunjukkan bahwa spesifikasi modelnya sudah benar (valid) dan dapat memberikan indikasi adanya

As seen in Figure 14, partnerships, business continuity planning, supply chain visibility tools, and employee training/talent management are the top strategies companies currently

1) Debat Bahasa Indonesia siswa SMP Tahun 2018 menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang

JUDUL : CANGKANG TELUR YANG DIJADIKAN OBAT MAAG MEDIA : REPUBLIKA. TANGGAL : 21

Datang dengan keluhan tambahan terbanyak yaitu nyeri tangan sebanyak 66,7%1. dan paling sedikit adalah rasa terseterum pada tangan

menghargai waktu, anak mampu memanajemen waktu sehingga anak akan terbiasa untuk disiplin terhadap waktu dalam hal ini anak tidak akan menyia- nyiakan waktu luang

Masalah keperawatan timbul pada tanggal 22 Desember 2006 dan telah teratasi pada tanggal 26 desember 2006, dan setelah itu intervensi yang berkaitan dengan hal tersebt