1
ANALISIS KESENJANGAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SD LABORATORIUM
UNDIKSHA
I Putu Ari Pradana Kusuma
1, I Made Tegeh
2, I Gede Margunayasa
3 1,3Jurusan PGSD,
2Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email: putu.arik77@yahoo.com
1, imadetegehderana@yahoo.com
2,
pakgun_pgsd@yahoo.com
3.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kesenjangan antara perencanaan dan pembelajaran Kurikulum 2013 dengan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 di SD Laboratorium Undiksha. Penelitian ini termasuk penelitian evaluatif dengan menggunakan model diskrepansi. Pengukuran efektifitas program dilakukan dengan membandingkan antara kondisi ideal (standar) dengan kondisi riil tentang perencanaan dan pembelajaran Kurikulum 2013 berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 di SD Laboratorium Undiksha. Data dianilisis dengan menggunakan prosedur uji tanda berjenjang Wilcoxon, kemudian dihitung besar beda dengan standar yang telah ditentukan. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) rerata perolehan skor perencanaan pembelajaran (RPP) adalah 88 dengan besar beda -12, besar kesenjangan 12%, dan tergolong dalam kategori (sangat kecil). (2) rerata perolehan skor pelaksanaan pembelajaran adalah 84,38 dengan besar beda -15,62, besar kesenjngan 15,62%, dan tergolong dalam kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan sebesar 12% pada perencanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru di SD Laboratorium Undiksha, dan terdapat kesenjangan sebesar 15,62% pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di SD Laboratorium Undiksha. Oleh karena itu, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013 yang disusun dan dilakukan oleh guru di SD laboratorium Undiksha layak diteruskan dengan adanya perbaikan pada beberapa indikator yang belum sesuai dengan standar acuan (Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014).
Kata kunci: kesenjangan, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014.
Abstract
This research aimed to know the differences between the planning and learning process 2013 Curicculum with Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 in SD Laboratorium Undiksha. This research is evaluative research using model discrepancy. Measurement of the effectiveness of the program is done by comparing the ideal conditions (standard) with the real conditions of the planning and learning 2013 Curriculum based on Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 in SD Laboratorium Undiksha. Data analysis is using Wilcoxon's test procedure tiered pins, then calculated a big difference with a predetermined standard. The results show that (1) the mean gain score of the learning plan (RPP) is 88 -12 with a big difference, a big gap of 12%, and classified in the category (very small). (2) the acquisition mean score of 84.38 with the implementation of learning is a big difference -15.62, great kesenjngan 15.62%, and classified in the category of very small (SK). Based on the results of this study concluded that there is a gap of 12% in the lesson plan (RPP)
2
prepared by teachers in SD Laboratorium Undiksha, and there is a gap of 15.62% on the implementation of learning undertaken by teachers in SD Laboratorium Undiksha. Therefore, the planning and implementation of learning Curriculum 2013 is composed and performed by teachers in primary Undiksha laboratory qualified to deal with an improvement in some indicators are not in accordance with the reference standard (Permendikbud No. 103 of 2014).
Kewords: discrepancy, learning plan, learning implementation, Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014.
PENDAHULUAN
Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia menyangkut kemampuan manusia baik secara individual maupun secara kolektif untuk bertahan hidup di tengah tuntutan kebutuhan dan ancaman persaingan dari individu dan komunitas manusia lainnya. Salah satu aspek dalam pendidikan yang sering disebut sebagai jantungnya pendidikan adalah kurikulum. Berdasarkan hal tersebut maka kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dan
menentukan peningkatan kualitas
pendidikan.
Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia telah beberapa kali diadakan
perubahan dan perbaikan kurikulum.
Kurniasih dan Sani (2014:3)
mengemukakan perubahan kurikulum
tersebut didasari pada kesadaran bahwa perkembangan perubahan yang terjadi
menuntut perlunya perbaikan sistem
pendidikan nasional termasuk
penyempurnaan kurikulum untuk
mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan
perubahan. Dalam perbaikan sistem
pendidikan nasional pemerintah telah
melakukan berbagai upaya yang mencakup
seluruh komponen pembelajaran.
Kurikulum merupakan sektor penting yang menjadi sasaran pemerintah dalam rangka perbaikan sistem pendidikan. Untuk itu,
maka pemerintah merancang sebuah
kurikulum baru yang dikenal dengan Kurikulum 2013. Kurniasih dan Sani (2014:7) mengemukakan bahwa Kurikulum
2013 merupakan serentetan rangkaian penyempurnaan terhadap kurikulum yang telah dirintis tahun 2004 yang berbasis
kompetensi lalu diteruskan dengan
kurikulum 2006 (KTSP).
Penerapan pembelajaran yang
berbasis Kurikulum 2013 tentunya
berpatokan dengan perencanaan
pembelajaran yang berbasis Kurikulum
2013. Kurniasih dan Sani (2014:1)
menyatakan bahwa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) adalah program
perencanaan yang disusun sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk
setiap kali pertemuan. Perencanaan
pembelajaran tersebut kemudian
diimplementasikan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Penerapan kurikulum 2013 tentu dibarengi dengan suatu kebijakan yang digulirkan pemerintah untuk mengatur pelaksanaan kurikulum tersebut. Berbagai
Permendikbud telah diterbitkan untuk
menunjang pelaksanaan Kurikulum 2013.
Salah satu Permendikbud yang
menjelaskan bagaimana pelaksanaan
kurikulum 2013 adalah Permendikbud
Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam peraturan tersebut telah diatur kriteria minimal dalam melaksanakan perencanaan pembelajaran yang bisa dijadikan pedoman bagi guru-guru dalam menyusun RPP Kurikulum 2013. Dalam Permendikbud tersebut telah diatur tata cara dalam menyusun RPP Kurikulum 2013 yang benar. Selain itu, diatur pula
bagaimana pelaksanaan pembelajaran
kuikulum 2013 yang bisa dijadikan patokan oleh guru dalam proses pembelajaran.
3 Dalam hal ini gurulah yang menjadi ujung tombak dalam tahap perencanaan dan proses pembelajaran. Meskipun guru sebagai ujung tombak, namun guru tidak
serta merta dapat beradaptasi dan
mengikuti tuntutan perubahan kurikulum. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 8 Desember 2015 di SD Laboratorium Undiksha, ditemukan beberapa kendala yang dirasakan oleh guru setelah penerapan Kurikulum 2013,
yaitu: (1) guru masih belum bisa
beradaptasi dengan sistem pada Kurikulum 2013 dan begitu pula dengan para siswa
masih memerlukan waktu untuk
beradaptasi, (2) belum semua guru
mengetahui isi dari Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 yang didalamnya berisi
acuan tentang menyusun RPP dan
melaksanakan proses pembelajaran
Kurikulum 2013, (3) beberapa guru dalam
menyususun RPP belum berpatokan
dengan Permendikbud yang baru, yaitu Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, (4) langkah pembelajaran yang disusun dalam
RPP masih kurang sesuai dengan
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. (5) Dalam proses pembelajaran, guru masih belum menerapkan model pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, (6) Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan guru masih kurang sesuai dengan langkah pembelajaran yang tertuang dalam RPP yang disusunnya dan belum mengikuti langkah pembelajaran
yang tercantum dalam Permendikbud
Nomor 103 Tahun 2014.
Berdasarkan hal tersebut, maka
perlu adanya penelitian tentang
implementasi Kurikulum 2013 yang
difokuskan pada perencanaan dan
pembelajaran Kurikulum 2013 berdasarkan standar yang ditetapkan. Penelitian yang dilakukan dapat berupa evaluasi program
untuk mengetahui seberapa besar
perbedaan RPP dan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di SD Laboratorium Undiksha dengan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Arikunto (2008:18) mendefinisikan “evaluasi program adalah
upaya untuk mengetahui tingkat efektifitas keterlaksanakan suatu kebijakan beserta masing-masing komponenya”. Pelaksanaan
evaluasi program bertujuan untuk
mengetahui pencapaian tujuan program
dengan langkah mengetahui
keterlaksanaan kegiatan program.
Bertolak dari uraian diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) untuk menganalisis perbedaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru di SD Laboratorium Undiksha dengan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. (2) untuk menganilis perbedaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru SD Laboratorium Undiksha dengan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
evaluatif yang dilaksanakan di SD
Laboratorium Undiksha pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah subjek penelitian ini adalah sebanyak 12 orang guru kelas. Guru kelas tersebut adalah guru kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VB, VIA, dan VIB. Selain guru di SD Laboratorium Undiksha, subjek lain dalam penelitian ini adalah Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Objek dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru di SD Laboratorium Undiksha dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di SD laboratorium Undiksha.
Penelitian ini termasuk penelitian evaluatif karena berorientasi pada analisis berdasarkan pendekatan evaluasi program yang menganalisis kesenjangan program dengan variabel-variabel dalam acuan
dengan model kesenjangan yang
dikonfirmasikan dengan target sasaran yang merupakan acuan (standar) suatu program. Jika tidak terjadi kesenjangan antara kondisi riil dengan target atau (acuan) maka program tersebut dikatakan sangat efektif. Sebaliknya apabila terjadi kesenjangan yang tinggi anatara kondisi
4 nyata dengan target (acuan) maka program tersebut tidak efektif.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data perencanaan
pembelajaran dan data pelaksanaan
pembelajaran. Untuk mengumpulkan data
perencanaan pembelajaran diggunakan
metode studi dokumentasi dengan
instrumen berupa lembar studi
dokumentasi. Untuk mengumpulkan data
pelaksanaan pembelajaran digunakan
metode observasi dengan instrumen
berupa lembar observasi.
Setelah data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian pangkat bertanda Wilcoxon. Suciptawati (2009) mengemukakan bahwa uji Wilcoxon adalah uji non parametric
untuk menguji signifikansi hipotesis
komparatif 2 sampel berpasangan. Dantes (dalam Sudarma, 2011) mengemukakan
langkah-langkah analisis data dengan menggunakan uji bertanda Wilcoxon adalah sebagai berikut. 1) Tabulasi skor dari setiap variabel, 2) Menghitung rata-rata skor setiap responden, sub komponen, dan setiap variabel, 3) Membandingkan rata-rata skor yang telah diperoleh (Y) dengan besarnya acuan yang ditetapkan (X), 4)
Menghitung arah (tanda beda) dan
besarnya beda acuan (X) dengan rata-rata perolehan skor (Y), (Y-X), 5) Menghitung persentase beda acuan (X) dengan rata-rata perolehan skor (Y), (Y-X)%, 5) Mengonfirmasi tanda beda (+ ; -) dan besarnya beda ke dalam kategori, 6) Jika arah beda bertanda (+) berarti tidak terdapat kesenjangan antara acuan dan pelaksanaan, 7) Jika arah beda bertanda (-)
berarti terdapat kesenjangan amatara
acuan dan pelaksanaan, 8) Menghitung presentase besarnya beda negatif (-), 9)
Mengategorikan tingkat kesenjangan
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tabel 1 Kriteria Acuan Diskrepansi (Kesenjangan)
Besar beda dengan acuan
(Standar) (%) Kategori Kesenjangan
D = 0% Tidak Ada Kesenjangan
0% < D ≤ 20% Sangat Kecil
20% < D ≤ 40% Kecil
40% < D ≤ 60% Cukup Besar
60% < D ≤ 80% Besar
80% < D ≤100% Sangat Besar
(Dantes dalam Sudarma, 2011) 11) Selanjutnya hasil analisis komponen
yang diteliti dimaknai persub komponen, komponen, variabel sehingga diperoleh gambaran perencanaan dan pembelajaran
dengan Kurikulum 2013 berdasarkan
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 di
SD Laboraorium Undiksha, 12)
Penelusuran, pengkonfirmasian, dan
penyimpulan terhadap perencanaan dan
pembelajaran dengan kurikulum 2013
berdasarkan Permendikbud Nomor 103
Tahun 2014 yang dilihat dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, 13) Terakhir dikemukakan rekomendasi
alternatif pemecahan masalah dalam
perencanaan dan pembelajaran dengan Kurikulum 2013 berdasarkan permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 di SD Laboratorium Undiksha.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Data yang telah dikumpulkan
terlebih dahulu dianalisis indikator, sub komponen, dan komponen dari data
perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Hal tersebut
5 dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kesenjangan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran dengan
Kurikulum 2013 berdasarkan
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 di SD Laboratorium Undiksha.
Hasil analisis data kesenjangan pada masing-masing indikator RPP dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Analisis Kesenjangan pada Indikator Perencanaan Pembelajaran yang Disusun Oleh Guru di SD Laboratorium Undiksha
No Indikator Perencanaan Pembelajaran (RPP) Standar (X) Skor (Y) Tanda Beda Besar
Beda Persentase Kategori
1 1 100 100 0 0 0% TK 2 2 100 100 0 0 0% TK 3 3 100 100 0 0 0% TK 4 4 100 100 0 0 0% TK 5 5 100 100 0 0 0% TK 6 6 100 100 0 0 0% TK 7 7 100 80 (-) -20 20% SK 8 8 100 100 0 0 0% TK 9 9 100 75 (-) -25 25% K 10 10 100 80 (-) -20 20% SK 11 11 100 71,70 (-) -28,30 28,30% K 12 12 100 95 (-) -5 5% SK 13 13 100 80 (-) -20 20% SK 14 14 100 71,70 (-) -28,30 28,30% K 15 15 100 71,70 (-) -28,30 28,30% K 16 16 100 100 0 0 0% TK 17 17 100 100 0 0 0% TK 18 18 100 76,67 (-) -23,33 23,33% K 19 19 100 70 (-) -30 30% K 20 20 100 88,33 (-) -11,67 11,67% SK Jumlah 2000 1760 -240 Rerata 100 88 -12 12% SK
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa terdapat 8 indikator yang tidak mengalami
kesenjangan dan 12 indikator yang
mengalami kesenjangan. Indikator yang
tidak mengalami kesenjangan adalah
indikator 1 (mencantumkan nama satuan pendidikan), indikator 2 (mencantumkan
tema dan subtema), indikator 3
(mencantumkan kelas dan semester),
indikator 4 (alokasi waktu sesuai dengan keperluan untuk tercapainya kompetensi dasar dan beban belajar), indikator 5
(mencantumkan kompetensi inti secara utuh dari KI-1 sampai KI-4), indikator 6
(mencantumkan kompetensi dasar),
indikator 8 (mencantumkan Indikator
pencapaian kompetensi dan dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar), indikator
16 (dalam masing-masing kegiatan
pembelajaran dicantumkan alokasi waktu yang sudah direncanakan), dan indikator 17 (mencantumkan teknik penilaian, instrumen penilaian dan pembelajaran remedial dan pengayaan). Indikator yang tadi telah disebutkan memperoleh skor 100. Besar
6 beda dengan standar adalah sebesar 0%.
Hal tersebut berarti tidak terdapat
kesenjangan, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi riil sudah sesuai standar atau kondisi ideal.
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 2 diketahui bahwa ada
beberapa indikator yang mengalami
kesenjangan. Indikator yang mengalami kesenjangan adalah indikator 7 (kompetensi
dasar harus memuat secara utuh
kompetensi dasar sikap spiritual, sosial, pengetahuan, dan ketrampilan), besar kesenjangannya adalah 20% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Indikator 9
(materi pembelajaran memuat fakta,
konsep, prinsip, dan prosedur vang relevan ) juga mengalami kesenjangan, besar kesenjangannya adalah 25% dan tergolong kategori sangat kecil.
Indikator lain yang mengalami
kesenjangan adalah indikator 10 dan 11. Pada indikator 10 (materi pembelajaran ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi) besar kesenjangannya adalah 20% dan tergolong kategori sangat kecil
(SK).Pada indikator 11 (kegiatan
pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan menggunakan
model pembelajaran inovatif) besar
kesenjangannya adalah 28,30% dan
tegolong kategi sangat kecil (SK).
Pada indikator 12 dan 13 juga mengalami kesenjangan. Pada indikator 12 (kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup) besar kesenjangannya adalah 5% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Pada indikator 3 (memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri) besar kesenjangannya adalah 20% dan tergolong kategori sangat kecil (SK).
Indikator lain yang mengalami
kesenjangan adalah indikator 14 dan 15. Pada indikator 14 (kegiatan pembelajaran yang dirancang menjadikan lingkungan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar) besar kesenjangannya adalah 28,30% dan tergolong kategori sangat kecil.
Pada indikator 15 (Memuat rancangan program pemberian umpan balik positif dan penguatan) besar kesenjangannya adalah 28,30% dan tergolong kategori sangat kecil (SK).
Kesenjangan pada jndikator lainnya ditemukan pada indikator 18, 19, dan 20. Pada indikator 18 (mencantumkan media
pembelajaran yang dapat membantu
pendidik dalam menyampaikan materi
pembelajaran) besar kesenjangannya
adalah 23,33% dan tergolong kategori
sangat kecil. Pada indikator 19
(mempertimbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai
dengan situasi dan kondisi) besar
kesenjangannya adalah 30% dan tergolong dalam kategori sangat kecil (SK). Pada indikator 20 (mencantumkan sumber belajar yang dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar dan sumber belajar lain yang relevan) besar kesenjangannya adalah 11,67 % dan tergolong kategori sangat kecil (SK).
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 2, kesenjangan terbesar terdapat pada indikator 9, yaitu sebesar
30%, sedangkan kesenjangan terkecil
terdapat pada indikator 1, 2, 3, 4, 5, 6, 16, dan 17, yaitu sebesar 0%. Rata-rata
kesenjangan pada indikator-indikator
perencanaan pembelajaran adalah 12 %. Kesenjangan tersebut tergolong kategori sangat kecil (SK).
Pada indikator yang tidak mengalami kesenjangan menunjukkan bahwa kondisi riil sudah sesuai dengan standar (kondisi ideal), sedangkan pada indikator yang
mengalami kesenjangan menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara kondisi riil dan standar atau kondisi riil belum sesuai dengan standar (kondisi ideal).
Kesenjangan tidak hanya ditinjau dari segi perencanaan pembelajaran saja namun ditinjau pula dari segi pelaksanaan pembelajaran. Hasil analisis kesenjangan pada masing-masing indikator pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel Tabel 3.
7
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Analisis Kesenjangan pada Indikator Pelaksanaan Pembelajaran No Indikator
Pelaksanaan Pembelajaran Standar
(X)
Skor (Y) Tanda Beda Besar Beda Persentase Kategori 1 1 100 81,67 (-) -18,33 18,33% SK 2 2 100 88,33 (-) -11,67 11,67% SK 3 3 100 80 (-) -20 20% SK 4 4 100 83,33 (-) -16,67 16,67% SK 5 5 100 75 (-) -25 25% K 6 6 100 95 (-) -5 5% SK 7 7 100 100 0 0 0% TK 8 8 100 96,67 (-) -3,33 3,33% SK 9 9 100 68,30 (-) -31,70 31,70% K 10 10 100 60 (-) -40 40% K 11 11 100 93,33 (-) -6,67 6,67% SK 12 12 100 91,67 (-) -8,33 8,33% SK 13 13 100 91,67 (-) -8,33 8,33% SK 14 14 100 83,33 (-) -16,67 16,67% SK 15 15 100 73,33 (-) -26,67 26,67% K 16 16 100 88,30 (-) -11,70 11,70% SK Jumlah 1600 1350 Rerata 100 84,38 -15,62 15,62% SK Berdasarkan data yang terdapat
pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa terdapat 1 indikator yang tidak mengalami
kesenjangan dan 15 indikator yang
mengalami kesenjangan. Indikator yang
tidak mengalami kesenjangan adalah
indikator 7 (Kegiatan inti pembelajaran dapat memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik), indikator 7 memperoleh skor 100. Besar beda dengan standar sebesar 0%.
Hal tersebut berarti tidak terdapat
kesenjangan, sehingga dapat dikatakan kondisi riil sudah sesuai standar atau kondisi ideal.
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa
terdapat beberapa indikator yang
mengalami kesenjangan. Indikator yang mengalami kesenjangan yaitu indikator 1
(mengondisikan suasana belajar agar
peserta didik siap mengikuti pembelajaran) dengan kesenjangan sebesar 18,33% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Indikator lain yang mengalami kesenjangan adalah indikator 2 (memberikan apersepsi terkait dengan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan) dengan
kesenjangan sebesar 11,67% dan
tergolong kategori sangat kecil (SK).
Pada indikator 3 dan 4 juga mengalami kesenjangan. Pada indikator 3 (menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari) besar kesenjangannya adalah 20% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Pada indikator 4 (menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan
yang akan dilakukan) besar
kesenjangannya adalah 11,67% dan
8 Kesenjangan juga ditemukan pada indikator 5 dan 6. Pada indikator 5
(Menyampaikan lingkup dan teknik
penilaian yang akan digunakan) besar kesenjangannya adalah 25% dan tergolong kategori kecil (K). Pada indikator 6 (kegiatan inti pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif) besar kesenjangannya adalah 5% dan tergolong kategori sangat kecil (SK).
Indikator lainnya yang mengalami kesenjangan adalah indikator 8 dan 9. Pada indikator 8 (peserta didik difasilitasi
untuk melakukan proses mengamati,
menanya, mengumpulkan
informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi,
dan mengomunikasikan) besar
kesenjangannya adalah 3,33% dan
tergolong kategori sangat kecil (SK). Pada indikator 9 besar kesenjangannya adalah 31,70% dan tergolong kategori kecil (SK).
Kesenjangan juga ditemukan pada indikator 10 dan 11. Pada indikator 10 (pendidik memberikan penialian terhadap
kompetensi dasar dari KI-4) besar
kesenjangannya adalah 40% dan tergolong kategori kecil (K). Pada indikator 11 (Peserta didik diarahkan untuk membuat
rangkuman/simpulan pelajaran) besar
kesenjangannya adalah 6,67% dan
tergolong kategori sangat kecil (SK).
Pada indikator 12 dan 13 juga ditemukan kesenjangan. Pada indikator 12 (peserta didik diarahkan untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan) besar kesenjangannya
adalah 8,33% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Pada indikator 13 (peserta didik diberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran) besar kesenjangannya adalah 8,33% dan tergolong kategori sangat kecil (SK).
Kesenjangan lainnya terdapat pada indikator 14, 15, dan 16. Pada indikator 14 (pendidik melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa) besar kesenjangannya adalah 16,67% dan tergolong kategori sangat kecil (SK). Pada indikator 15 besar
kesenjangannya adalah 26,67% dan
tergolong kategori kecil(K). Pada indikator
16 (pendidik menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya) besar kesenjangannya adalah 11,67% dan tergolong kategori sangat kecil (SK).
Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 3, kesenjangan terbesar terdapat pada indikator 10, yaitu sebesar 40%, sedangkan kesenjangan terkecil terdapat pada indikator 7 yaitu sebesar 0%. Rata-rata kesenjangan pada indikator-indikator pelaksanaan pembelajaran adalah 15,62 %. Kesenjangan tersebut tergolong kategori sangat kecil (SK).
Indikator yang tidak mengalami kesenjangan menunjukkan bahwa kondisi riil sudah sesuai dengan standar (kondisi ideal),sedangkan indikator yang mengalami kesenjangan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kondisi riil dengan standar atau kondisi riil belum sesuai standar.
Pembahasan
Berdasarkan hasil studi
dokumentasi serta analisis data diperoleh bahwa terjadi kesenjangan sebesar 12% dan tergolong sangat kecil pada komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru di SD Laboratorium Undiksha. Berdasarkan hasil analisis data
tersebut, berarti terdapat beberapa
komponen atau indikator dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
disusun guru belum sesuai dengan
Permendikbud Nomor 103 tahun 2014. Kesenjangan tersebut terletak pada subkomponen kompetensi dasar, yaitu pada indikator 7 (kompetensi dasar harus memuat secara utuh kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan ketrampilan (KD dari KI-4). Kesenjangan pada indikator tersebut terdapat pada RPP yang disusun oleh guru kelas IIA, IIB, IVB, VB, dan VIA. Guru tersebut dalam menyusun RPP mencantumkan kompetensi dasar yang kurang lengkap, yaitu hanya mencantumkan 2 (dua) kompetensi dasar
9
saja. Dua kompetensi dasar yang
dicantumkan tersebut adalah kompetensi dasar pengetahuan (KD dari KI-3) dan kompetensi dasar ketrampilan (KD dari KI-4) saja.
Kesenjangan juga ditemukan pada subkomponen materi pelajaran yaitu pada indikator 9 (materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur vang relevan) dan pada indikator 10 (materi pembelajaran ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator
pencapaian kompetensi). Kesenjangan
pada indikator 9 dan 10 ditemukan pada RPP yang dibuat oleh semua guru di SD
Laboratorium Undiksha. Materi yang
dicantumkan dalam RPP kurang lengkap
dan kurang sesuai dengan amanat
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014.
Kesenjangan lainnya ditemukan
pada subkomponen kegiatan pembelajaran, yaitu pada indikator 11, indikator 12, indikator 14, dan pada indikator 15. Kesenjangan pada indikator 11 (kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik dan menggunakan model pembelajaran inovatif) ditemukan pada RPP yang dirancang oleh semua guru di SD Laboatorium Undiksha. RPP yang
dirangcang guru tersebut kegiatan
pembelajarannya sudah sesuai dengan pendekatan pembelajaran saintifik, namun belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif, hal tersebut tentu kurang sesuai dengan amanat Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Kesenjangan pada indikator 12 (kegiatan pembelajaran terdiri atas kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup) ditemukan pada RPP yang dirancang oleh guru kelas IIA, IIB, dan VIB. RPP yang dirancang oleh guru tersebut kurang jelas dalam merumuskan rincian kegiatan dari kegiatan pendahuluan, inti dan penutup. Hal tersebut tentu kurang sesuai dengan amanat Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Kesenjangan pada indikator 14 (kegiatan pembelajaran yang
dirancang menjadikan lingkungan
lingkungan sekitarnya sebagai sumber
belajar) ditemukan pada RPP yang
dirancang oleh semua guru di SD
Laboratorium Undiksha. RPP yang
dirancang oleh guru tersebut masih kurang dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Kesenjangan pada indikator 15 (memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif dan
penguatan) ditemukan pada RPP yang dirancang oleh guru kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VB, dan VIA.
Kesenjangan lainnya juga
ditemukan pada subkomponen media dan sumber belajar. Pada subkomponen media dan sumber belajar ditemukan beberapa indikator yang mengalami kesenjangan, yaitu indikator 18, indikator 19, dan indikator 20. Kesenjangan pada indikator 18 (mencantumkan media pembelajaran
yang dapat membantu guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran)
ditemukan pada RPP yang dirancang oleh guru semua guru di SD Laboratorium Undiksha. RPP yang dirangcang oleh guru
tersebut kurang lengkap dalam
mencantumkan informasi mengenai media
yang digunakan. Kesenjangan pada
indikator 19 (mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi) ditemukan pada RPP yang
dirancang oleh guru kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVB,VA, VB, dan VIB. RPP yang disusun oleh guru tersebut masih kurang mempertimbangkan penerapan teknologi
informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Kesenjangan pada indikator 20 (mencantumkan sumber belajar yang dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar dan sumber belajar lain yang relevan ) ditemukan pada RPP yang dirancang oleh guru kelas IA, IIA, IIB, IIIA, IIIB, dan IVB. RPP yang dirancang oleh guru tersebut ,informasi penggunaan sumber belajarnya kurang lengkap.
Wujud dari evaluai program adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk
10 Kesenjangan perencanaan pembelajaran oleh guru di SD Laboratorium Undiksha sebesar 12% termasuk kedalam kategori sangat kecil (SK). Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran yang telah disusun oleh guru di SD Laboratorium Undiksha layak untuk diteruskan dalam pembelajaran dengan adanya perbaikan pada beberapa aspek yang belum sesuai dengan standar acuan (Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014).
Berdasarkan hasil observasi
terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di SD Laboratorium Undiksha kemudian data yang diperoleh dianalisis, maka diperoleh data mengenai kesenjangan pelaksanaan pembelajaran. Kesenjangan pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di SD Laboratorium Undiksha sebesar 15,62% dan tergolong kedalam kategori sangat kecil (SK). Berdasarkan hasil analisis data tersebut berarti terdapat beberapa indikator dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di SD Laboratorium Undiksha yang belum sesuai dengan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014.
Kesenjangan terletak pada
subkomponen kegiatan pendahuluan. Pada
subkomponen kegiatan pendahuluan
terdapat beberapa indikator, yaitu pada indikator 1, indikator 2, indikator 3, dan indikator 4. Kesenjangan pada indikator 1
(mengondisikan suasana belajar agar
peserta didik siap mengikuti pembelajaran) ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VB, dan VIB. Guru pada
kelas tersebut memang sudah
mengondisikan suasana belajar agar
peserta didik siap mengikuti pembelajaran, namun masih ada satu hal yang kurang dilakukan yaitu pemberian motivasi kepada peserta didik. Kesenjangan pada indikator 2 (memberikan apersepsi terkait dengan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari
dan dikembangkan) ditemukan pada
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru kelas IA, IB, IIA, IIB, IVB, VA,
VIA. Kesenjangan pada indikator 3
(menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari) ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VB, dan VIB. Guru pada kelas tersebut sudah menyampaikan kompetensi yang akan dicapai, namun kurang lengkap dalam menyampaikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kesenjangan pada indikator 4 (menyampaikan garis besar cakupan materi
dan kegiatan yang akan dilakukan)
ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IA, IB, IIB, IIIA, IIIB, VB, VIA, dan VIB. Guru pada kelas tersebut sudah lengkap dalam menyampaikan garis besar cakupan materi,
namun kurang lengkap dalam
menyampaikan kegiatan yang akan
dilakukan.
Kesenjangan lainnya juga
ditemukan pada subkomponen kegiatan inti
pembelajaran. Pada subkomponen
kegiatan inti pembelajaran ditemukan
kesenjangan pada beberapa indikator, yaitu pada indikator 6, indikator 9, dan pada indikator 10. Kesenjangan pada indikator 6 (kegiatan inti pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif) ditemukan pada
pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru kelas IA, IIA, dan VA. Guru pada kelas tersebut pada kegiatan inti yang dilaksanakan kurang memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif, hal tersebut tentu kurang sesuai dengan amanat Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. Kesenjangan pada
indikator 9 (guru senantiasa
memperhatikan perkembangan sikap
peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2 (antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan, menghargai pendapat) ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh semua guru di SD Laboraorium Undiksha. Guru di
11 SD Laboratorium Undiksha masih kurang dalam memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar KI-1 dan KI-2.
Kesenjangan juga ditemukan pada subkomponen kegiatan penutup. Pada subkomponen kegiatan penutup ditemukan kesenjangan pada beberapa indikator, yaitu indikator 11, indikator 13, indikator 14, indikator 15, dan indikator 16. Kesenjangan pada indikator 11 (peserta didik diarahkan
untuk membuat rangkuman/simpulan
pelajaran) ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IA, IVA, VIA, dan VIB. Guru pada kelas tersebut maasih kurang dalam mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan pelajaran dan belum sepenuhnya mengajak siswa membuat simpulan secara lengkap. Kesenjangan pada indikator 13 (peserta didik diberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran) ditemukan pada
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IIB, IIIB, IVA, VA dan VB.
Guru masih kurang sesuai dalam
memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Kesenjangan pada indikator 14 (guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar
siswa) ditemukan pada pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IA, IB, IIA, IIB, IVA, IVB, VA, VB, dan VIA. Kesenjangan pada indikator 15 (guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik) ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IA, IB, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, IVB, VA, VIA dan VIB. Kesenjangan pada indikator 16 (guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya) ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVB, VB dan VIB. Guru tersebut masih belum lengkap dalam
mennyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya, guru hanya , menyampaikan materi-materi yang akan dipelajari saja. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan waktu.
Wujud dari evaluai program adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk
pengambil keputusan (Arikunto,2008).
Kesenjangan pelaksanaan pembelajaran oleh guru di SD Laboratorium Undiksha
sebesar 15,62% termasuk kedalam
kategori sangat kecil (SK). Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru di SD Laboratorium Undiksha layak untuk diteruskan dengan adanya perbaikan pada beberapa aspek yang belum sesuai dengan standar acuan (Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014). PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, dapat ditarik
beberapa simpulan sebagai berikut : 1)
terdapat kesenjangan perencanaan
pembelajaran yang disusun oleh guru di SD Laboratorium Undiksha sebesar 12% dan tergolong kedalam kategori sangat kecil (SK). 2) terdapat kesenjangan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di
SD Laboratorium Undiksha sebesar
15,62% dan tergolong kedalam kategori sangat kecil (SK).
Untuk menanggulangi kesenjangan perencanaan, dan pembelajaran Kurikulum 2013 dan meningkatkan kesesuaian pelaksanaan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 dalam pembelajaran, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1) Guru hendaknya selalu bersikap
adaptif terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi dalam Kurikulum dan
Peraturan-peraturan atau acuan dan
meningkatkan kemampuannya dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013
dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti pelatihan KKG, dan kegiatan lainnya. 2) Kepala sekolah hendaknya mengevaluasi kinerja guru dalam menyusun RPP dan dalam pelaksanaan pembelajaran, agar ketika ada hal yang kurang sesuai dengan standar bisa dikoreksi. Kepala sekolah juga
12 memiliki inisiatif untuk mengajak para bawahannya mengikuti workshop, diklat atau pelatihan mengenai penyususnan
RPP dan pelaksanaan pembelajaran
Kurikulum 2013 sesuai Permendikbud 103 Tahun 2014. 3) Pemerintah (Pengambil
kebijakan) hendaknya lebih
mengintensifkan sosialisasi terkait
pembelajaran yang sesuai standar kepada guru melalui berbagai kegiatan pelatihan,
workshop, seminar, lokakarya, serta kegiatan lain kepada guru yang difokuskan pada tata cara penyusunan RPP Kurikulum 2013 dan pelaksanaan pembelajaran mulai dari cara melakukan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup yang sesuai dengan Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014. 4)
Peneliti lain hendaknya melakukan
penelitian mengenai evaluasi terhadap implementasi pembelajaran Kurikulum 2013
dan lebih luas cakupan satuan
pendidikannya untuk mengetahui apakah masih terdapat kesenjangan-kesenjangan
dalam implementasi pembelajaran
sehingga dapat dicarikan solusi dan diharapkan dapat meningkatkan kualistas pendidikan demi kemajuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Saifudin Abdul Jabar. 2008. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Fadillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum
2013. Yogyakarta: Az-Ruzz Media Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.
Perancangan Pembelajaran Prosedur Pembuatan RPP yang Sesuai dengan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014.
Sukses Mengimplementasikan
Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Suciptawati, Ni Luh Putu. 2009. Metode
Statistika Nonparametrik. Denpasar: Udayanana University.
Sudarma, I Made. 2011. “Analisis
Diskrepansi Pelaksanaan Standar
Proses Kelompok Mata Pelajran IPTEK Pada SMA Rintisan Bertaraf
Internasional Di Kabupaten
Klungkung Tahun 2010/2011 (Studi
Evaluasi di SMA Negeri 2
Semarapura)” Tesis (tidak diterbitkan)
Program Studi Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.