• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV - DOCRPIJM 1503558852004 BAB IV NEW ARAHAN STRATEGIS NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab IV - DOCRPIJM 1503558852004 BAB IV NEW ARAHAN STRATEGIS NASIONAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Bab

IV

Arahan

Strategis

Nasional

4.1.

KAWASAN

STRATEGIS

NASIONAL

(KSN)

Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN)

adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

a. Pertahanan Dan keamanan

b. pertumbuhan ekonomi

c. sosial dan budaya

d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup

(2)

Dalam penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah memiliki wewenang terhadap KSN, yaitu dalam penetapan kawasan strategis nasional, perencanaan tata ruang kawasan stategis nasional, pemanfaatan ruang serta pengendalian ruang kawasan strategis nasional. Tetapi, dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional dapat dilaksanakan pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan. Kewenangan Pemerintah dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional mencakup aspek yang terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota tetap memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan aspek yang tidak terkait dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis.

Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), KSN menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Di dalam RTRWN ditetapkan kawasan‐kawasan yang menjadi Kawasan Strategis Nasional. Penetapan kawasan strategis pada setiap jenjang wilayah administratif didasarkan pada pengaruh yang sangat penting terhadap kedaulatan negara, pertahanan, keamanan, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk kawasan yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih ditujukan bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.

(3)

Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional Gerbangkertosusila meliputi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.

Adapun Strategi dari kebijakan pengembangan kawasan strategis Nasional Gerbangkertosusilo tersebut yaitu:

1. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan

kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

3. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung

dan daya tampung kawasan;

4. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas

lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

5. Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

6. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

Penetapan kawasan strategis nasional bidang ekonomi pada perencanaan Gerbangkertosusilo memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

2. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi

nasional;

3. Memiliki potensi ekspor;

4. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

5. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

6. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam

rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;

7. Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam

rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau

8. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan GKS

(4)

sekitarnya. Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS mempunyai fungsi sebagai penggerak dan penunjang kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat yang secara hirarki memiliki hubungan fungsional.

Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS terdiri dari rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana. Rencana sistem pusat permukiman ini sendiri terdiri dari pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti dan pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti berada di Kota Surabaya, meliputi:

Pusat pemerintahan provinsi;

Pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional;

Pusat pelayanan pendidikan tinggi;

Pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional;

Pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional;

Pusat kegiatan industri kreatif;

Pusat kegiatan industri manufaktur (terbatas);

Pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan,

perikanan, dan kehutanan (terbatas);

Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang

regional;

Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional;

Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

Pusat kegiatan pariwisata; dan

Pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.

Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan GKS

Pola ruang Kawasan Perkotaan GKS direncanakan bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan sesuai dengan peruntukannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungannya. Kawasan Lindung dikenalkan pengelompokan‐nya berdasarkan fungsi dan lokasinya terdiri dari “(dengan kode)”:

Zona Lindung 1 (Zona L1): kawasan yang memberikan perlindungan

(5)

Zona Lindung 2 (Zona L2): kawasan perlindungan setempat. Ditetapkan

dalam rangka melindungi pantai, sungai, danau/waduk, mata air, dan ruang terbuka hijau kota dari kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kelestarian fungsinya.

Zona Lindung 3 (Zona L3): kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar

budaya.

Zona Lindung 4 (Zona L4): kawasan rawan bencana. Ditetapkan dalam

rangka memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana alam terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya.

Zona Lindung 5 (Zona L5): kawasan lindung geologi. Ditetapkan dalam

rangka memberikan perlindungan maksimal atas kemungkinan bencana alam geologi dan perlindungan terhadap air tanah.

Untuk menjelaskan Kawasan Budidaya, pengelompokan kawasan ini dibagi atas 7 (tujuh) Zona

Zona B1, dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kualitas

daya dukung lingkungan tinggi dan sangat tinggi, kualitas pelayanan

prasarana dan sarana tinggi, dan bangunan gedung dengan intensitas tinggi,

baik vertikal maupun horizontal.

Zona B2, dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kualitas

daya dukung lingkungan tinggi dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana sedang.

Zona B3, dengan karakteristik sebagai kawasan yang mempunyai kualitas

daya dukung lingkungan sedang dan kualitas pelayanan prasarana dan

sarana rendah.

Zona B4, dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya

dukung lingkungan sedang dan mempunyai kesesuaian lingkungan untuk budi daya pertanian.

Zona B5, dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya

dukung lingkungan sedang dan mempunyai kesesuaian lingkungan untuk budi daya pertanian dan mempunyai jaringan irigasi.

Zona B6, zona perairan laut dengan karakteristik sebagai kawasan yang

(6)

Zona B7, dengan karakteristik sebagai kawasan yang memiliki kualitas daya

dukung lingkungan sedang.

Gambar 4.1. Rencana Struktur Ruang Kawasan Gerbangkertosusila

(7)

Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

4.2.

PUSAT

KEGIATAN

STRATEGIS

NASIONAL

(PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada

pasal 15, yaitu sebagai berikut:

a. pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga

b. pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga

c. pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya

d. pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

4.3.

PUSAT

KEGIATAN

STRATEGIS

NASIONAL

(PKSN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut:

e. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan

negaratetangga

f. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang

menghubungkan dengan Negara tetangga

g. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang

menghubungkan wilayah sekitarnya

h. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat

(8)

AdapundaftarlengkapPusatKegiatanStrategisNasional (PKSN) telahdipaparkanpadababsebelumnya.

4.4.

PUSAT

KEGIATAN

NASIONAL

(PKN)

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

kegiatan ekspor‐impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan

industry dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama

transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi

PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.

4.5.

MASTERPLAN

PERCEPATAN

DAN

PERLUASAN

PEMBANGUNAN

EKONOMI

INDONESIA(

MP3EI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐ 2025,Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005‐2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

(9)

yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra‐sentra

produksi di masing‐masing KPI

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak

ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011‐2025 dipaparkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Penetapan Kawasan Lokasi Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan

Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011

NO KORIDOR KPI

(1) (2) (3)

1 Koridor Ekonomi (KE)Sumatera Sei Mangkei, Tapanuli Selatan,

Dairi, Dumai, Tj Api‐Api – Tj

2 Koridor Ekonomi (KE) Jawa Banten, DKI Jakarta, Karawang

Bekasi, Purwakarta, Cilacap Surabaya, Gresik, Lamongan, Pasuruan

3 Koridor Ekonomi (KE) Bali –Nusa Tenggara Badung, Buleleng, Lombok

Tengah, Kupang, Sumbawa Barat, Aegela, Nusa Penida, Sumbawa

4 Koridor Ekonomi (KE) Kalimantan Kutai Kertanegara, Kutai Timur

Rapak dan Ganal, Kotabaru Ketapang, Kotawaringin Barat Kapuas, Pontianak, Bontang anah Bumbu, Sanggau, Penajam Paser Utara

5 Koridor Ekonomi (KE) Sulawesi Makassar, Palopo (Luwu),

(10)

6 Koridor Ekonomi (KE) Papua – Kep. Maluku Merauke (Mifee), Timika, Halmahera, Teluk Bintuni, Morotai, Ambon, Manokwari

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7‐9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing‐ masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

Gambar 4.3. Koridor Ekonomi Indonesia (KEI)

(Sumber;MasterplanPercepatanDanPerluasanPembangunanEkonomiIndonesia2011‐2025)

(11)

Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. PengembanganKoridorEkonomiJawamempunyaitemaPendorongIndustridanJasaNasi onal.Selainitu, strategikhususKoridorEkonomiJawaadalahmengembangkanindustri yang mendukungpelestariandayadukung air danlingkungan.

Secara umum, Koridor Ekonomi Jawa memiliki kondisi yang lebih baik di bidang ekonomi dan sosial, sehingga Koridor Ekonomi Jawa berpotensi untuk berkembang dalam rantai nilai dari ekonomi berbasis manufaktur ke jasa. Koridor ini dapat menjadi benchmark perubahan ekonomi yang telah sukses berkembang dalam rantai nilai dari yang sebelumnya fokus di industri primer menjadi fokus di industri tersier, sebagaimana telah terjadi di Singapura, Shenzen dan Dubai.

Koridor Ekonomi Jawa memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara lain:

Tingginya tingkat kesenjangan PDRB dan kesenjangan kesejahteraan di antara

provinsi di dalam koridor;

Pertumbuhan tidak merata sepanjang rantai nilai, kemajuan sektor manufaktur

tidak diikuti kemajuansektor‐sektor yang lain;

Kurangnya investasi domestik maupun asing;

Kurang memadainya infrastruktur dasar.

(12)
(13)

Gambar 4.5. Peta Investasi Koridor Ekonomi Jawa

(Sumber;MasterplanPercepatanDanPerluasanPembangunanEkonomiIndonesia2011‐2025)

Tabel 4.2. Aglomerasi Indikasi Investasi

(14)

4.6.

KAWASAN

EKONOMI

KHUSUS

(KEK)

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dilaksanakan pembangunan perekonomian nasional berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi, diperlukan keberpihakan politik ekonomi yang lebih memberikan kesempatan dan dukungan pada usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi dan sekaligus memberikan manfaat bagi industri dalam negeri. Berkaitan dengan hal itu, dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) disediakan lokasi bagi UMKM dan koperasi agar dapat mendorong terjadinya keterkaitan dan sinergi hulu hilir dengan perusahaan besar, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung Pelaku Usaha lain.

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Pasal 31 ayat (3) Undang‐Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus diatur dengan Undang‐Undang. Ketentuan tersebut menjadi dasar hukum perlunya diatur kebijakan tersendiri mengenai KEK dalam suatu Undang‐Undang.

(15)

KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.

(16)

Dengan berlakunya Undang‐Undang ini, diharapkan terdapat satu kesatuan pengaturan mengenai kawasan khusus di bidang ekonomi yang ada di Indonesia dengan memberi kesempatan kepada Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang dibentuk berdasarkan Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang‐Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang‐Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang‐Undang Menjadi Undang‐Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4775) untuk diusulkan menjadi KEK, baik dalam jangka waktu maupun setelah berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan. Dengan berlakunya Undang‐Undang ini, tidak terjadi lagi pembentukan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus,Kawasan Ekonomi Khusus atau KEKadalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayahhukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomiandan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian.

(17)

a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;

b. adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah

kabupaten/kota yang bersangkutan;

c. terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau

dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan;

d. mempunyai batas yang jelas.

Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dipaparkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.3. Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan

Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011

NO LOKASI KAWASANEKONOMIKHUSUS

(1) (2) (3)

1 Kabupaten Simalungun,

Sumatera Utara Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke

2 Kabupaten Pandeglang,

Banten Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung

3 Kabupaten Kutai Timur,

Kalimantan Tmur Kawasan Ekonomi Khusus Maloy

Gambar

Gambar 4.1. Rencana Struktur Ruang Kawasan Gerbangkertosusila
Tabel 4.1. Penetapan Kawasan Lokasi Perhatian Investasi (KPI) Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
Gambar 4.3. Koridor Ekonomi Indonesia (KEI)
Gambar 4.4. Kawasan Perhatian Investasi Koridor Jawa MP3EI
+3

Referensi

Dokumen terkait

Laporan ini merupakan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema ‘ Kreativitas Sebagai Salah Satu Bentuk Pembelajaran Tari di SMA N 2 Sukoharjo .” Tujuan dari pelatihan

Daripada analisis ini dapat dibuat rumusan bahawa pelajar tingkatan empat ini mempunyai tahap regulasi diri yang tinggi ketika mempelajari Bahasa Melayu.. Pelajar berpendapat

Dari seluruh komponen PDRB yang mengalami penurunan, komponen PMTDB (Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto), turun paling tinggi dengan pertumbuhan mencapai - 2,40

Pada hasil analisa didapatkan metode terbaik untuk kedua waduk tersebut yaitu IDW dengan power 3 dengan nilai error terkecil yaitu 1,258 untuk Wlingi dan 1,39 untuk

Dari uji mekanik disimpulkan bahwa dibandingkan pada binder poliester, penggunaan binder silicone rubber menghasilkan sifat mekanik yang semakin menurun pada

Program ini ditujukan kepada generasi muda remaja putra dan putri di sekitar daerah sepanjang pantai ekologi hutan mangrove daerah Tanjung Jabung Barat berusia

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran menulis karangan naratif dengan model CTL (Contextual Teaching and Learning) dan meningkatkan

4. Pada dasarnya pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran tercapai. Tujuan akan tercapai jika siswa aktif membangun pengetahuannya dalam