• Tidak ada hasil yang ditemukan

Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz Al Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz Al Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga - Test Repository"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEMATIKA PROSES BELAJAR MENGAJAR TAHFIDZ

AL QUR’AN DI SD PLUS TAHFI

ZHUL

QUR’AN AN NIDA

SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

BOB ZEUSSA

NIM: 111 09 152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

ِسانلِل ْمُهُعَفْنَأ ِسانلا ُرْيَخ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad,

(6)

PERSEMBAHAN

Setelah berjuang mencapai kesuksesan dalam belajar, dengan segenap cinta dan

ketulusan hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah

mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpinya:

1. Bapak Bambang Supriyanto & Ibu Karyatun selaku orangtuaku tercinta

Jazakumullah bi akhsanil jaza’ atas semua yang telah diberikan selama ini,

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah swt yang memuliakan kita dengan risalah mulia

Dinul Haq, sebuah risalah yang memberikan jaminan kemuliaan bagi siapa saja yang

mengamalkannya secara kaffah. Sholawat & salam semoga senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad saw sang pembawa risalah yang mulia ini, sahabat dan

orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan agama ini.

Tak ada kesulitan diiringi kemudahan, tak ada keberhasilan diiringi dengna

usaha, sebuah proses merupakan pelajaran yang berguna bagi diri sendiri dan orang

lain. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa dorongan, motivasi, bantuan dari orang-orang terdekat.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah IAIN Salatiga. Dengan terselesaikannya skripsi

initidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

(8)

4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas

mencurahkan pikiran dan tenaganya serta telah berkenan meluangkan waktunya

dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi

yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

6. Bapak, Ibu, kakak, adik, dan seluruh keluargaku di rumah yang telah

mendo’akan.

7. Mahasiswa STAIN Salatiga, PAI kelas E tahun 2009.

8. Dewan guru dan orang tua siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga,

yang telah bersedia sebagai objek penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan

balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini

semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya.

Salatiga, 15 September 2016

Penulis

(9)

ABSTRAK

Zeussa, Bob. 2016. Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz Al Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI

Kata kunci: problematika, tahfidz Al Qur’an.

Latar belakang penelitian ini adalah bahwa dalam pendidikan secara operasional menjadi kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara Al- Qur’an, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun pada kenyataannya masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur’an. SD PTQ An-Nida Salatiga mempunyai perhatian khusus terhadap pembelajaran Tahfidzul Qur’an. akan tetapi dalam pembelajaran tahfizhul Qur’an pastinya akan ditemui berbagai kendala. Berdasarkan kenyataan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An nida? 2) Bagaimana problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An nida? 3) Apa solusi yang bisa dilakukan terhadap problematika (permasalahan) pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An nida?. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan deskriptif menggunakan

purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara,

dokumentasi dan observasi. Analisis data bersifat deskriptif kualitatif dan menggunakan cara pentahapan secara berurutan serta interaksionis. Hasil penelitian ini berupa problematika pembelajaran Tahfidzul Qur’an dan solusinya di SD PTQ An-Nida, yaitu : : a) Faktor peserta didik: Usia yang belum matang untuk dimasukkan ke sekolah dasar, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda, faktor kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar

dalam membaca Al Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca buku Iqro’, sifat

(10)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

LEMBAR PENGESAHAN………... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. iv

MOTTO……… v

PERSEMBAHAN……… vi

KATA PENGANTAR………. vii

ABSTRAK………... ix

DAFTAR ISI……… x

BAB I. PENDAHULUAN………....……… 1

A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Rumusan Masalah...……….……... 3

C. Tujuan Penelitian………... 3

D. Manfaat Penelitian………...…... 4

E. Penegasan Istilah………... 5

F. Metode Penelitian………... 7

G. Sistematika Penulisan Skripsi……… 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA………... 13

A. Pembelajaran ………... 13

1. Pengertian Proses Pembelajaran….………... 13

(11)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran……… 17

B. Metode……….……… 19

1. Pengertian Metode………. 19

2. Metode Menghafal Al Qur’an……… 20

C. Tahfidz Al Qur’an……… 27

1. Definisi Al Qur’an………... 27

2. Definisi Menghafal Al Qur’an………... 27

3. Hukum Menghafal Al Qur’an……….... 28

4. Faedah Terpenting dari Menghafal Al Qur’an……… 28

5. Kesiapan Dasar Menghafal Al Qur’an……… 30

6. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al Qur’an……… 31

D. Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an dan Solusinya……….. 32

BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN………. 34

A. Gambaran Umum Lingkungan Sekolah……… 34

1. Letak Geografis………... 34

2. Sejarah………. 35

3. Visi dan Misi….……….. 37

4. Struktur Organisasi……….. 38

5. Keadaan Guru dan Karyawan….………. 39

6. Keadaan Siswa……….... 41

(12)

9. Model Pembelajaran……… 44

10.Ekstrakurikuler……… 44

11.Sarana dan Prasarana………... 45

12.Kegiatan Pembelajaran……… 48

B. Profil Responden……….………... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...... 51

A. Pelaksanaan Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An -Nida Salatiga …...………...……….. 52

1. Waktu Belajar………. 52

2. Tujuan Pembelajaran tahfizhul Qur’an………... 53

3. Metode Pembelajaran tahfizul Qur’an………... 54

4. Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD PTQ An-Nida…. 57 B. Analisis Data…...……….. 59

1. Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD PTQ An-Nida….. 59

2. Solusi Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD PTQ An-Nida Salatiga………. 63

BAB V. PENUTUP…...……….. 68

A. Kesimpulan... 68

B. Saran... ……. 69

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana terbaik untuk mencipatakan suatu generasi

yang baik. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas

pendidiknya. H. M. Arifin mendefinisikan pendidikan sebagai usaha orang dewasa

secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian, serta kemampuan

dasar anak didik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal. Dengan

pendidikan, seorang dapat menguasai dunia dan tidak terikat lagi oleh batas-batas

uang membatasi dirinya. Seperti yang diungkap oleh Muhammad Abduh, tokoh

pembaharu Muslim, bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan

manusia dan dapat mengubah segala sesuatu.

Jika kita melihat kepada realitas pendidikan masyarakat Indonesia saat ini,

banyak diantara masyarakat kita belum dekat dengan akhlak mulia. Ini merupakan

usaha serius bagi bangsa untuk membenahi kekurangan dalam pendidikan, salah

satunya yaitu melalui pembelajaran dan menghafal ayat suci Al Qur’an sejak dini. Ini

diharapkan mampu memperbaiki kualitas pendidikan dan terwujud manusia yang

berakhlak. Adalah sebuah keutamaan dimana seorang muslim dapat mengahafalkan

ayat-ayat Al Qur’an kemudian dapat mengetahui artinya serta mampu mengamalkan

(14)

*

عِبَّتاَف ُهَنآرُق

اذِإَف ُهانأَرَق

*

َّنِإ انيَلَع ُهَعمَج ُهَنآرُق َو

Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kami lah mengumpulkannya (di

dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya(17). Apabila Kami telah selesai

membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”(18).

Sekiranya hal tersebut yang dimaksudkan dalam pengamalan ayat Al-Qur’an

diatas.

Anak-anak adalah bahan baku yang baik untuk membangun dan

memperkokoh bangsa dengan nilai-nilai Qur’ani dan Sunatullah. Pada masa-masa

emas tersebut, alangkah baiknya jika orang tua juga berperan aktif memimbing dan

membentuk karakter para putra-putrinya dengan mencintai Al Qur’an. Saat ini para

orang tua telah terbantu dengan adanya sekolah-sekolah yang mempunyai nilai plus

dengan program tahfidz Al Qur’an nya. Sekolah-sekolah tersebut tetap membekali

anak-anak dengan materi-materi akademis, akan tetapi mengutamakan pembentukan

akhlaq islami lewat menghafal atau tahfidz Al Qur’an. Dengan ini, diharapkan akan

tumbuh generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas, dengan hafalan Al Qur’an

yang kuat dan pengamalan yang baik, serta muncul manusia-manusia berakhlaqul

karimah.

Tentunya dalam proses pembelajaran tahfidz Al Quran sering ditemui banyak

problematika. Permasalahan bisa muncul dari banyak aspek; seperti aspek psikologis

(15)

meningkatkan kualitas hafalan Al Qur’an; dimana ini dipandang oleh anak-anak

sebagai hal yang sulit. Dari hal-hal itulah yang menginisiasi penulis untuk

mengadakan penelitian dengan judul “PROBLEMATIKA PROSES BELAJAR

MENGAJAR TAHFIDZ AL QUR’AN DI SD PLUS TAHFIZUL QUR’AN AN

NIDA SALATIGA”. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan ditemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi proses tahfidz Al Qur’an sehingga muncul

solusi untuk metode pembelajaran yang efektif untuk anak-anak menghafal Al-Quran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dengan hal tersebut dapat diambil rumusan masalah untuk penelitian ini adalah

sebagai berikut;

1. Bagaimana proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz

Al-Qur’an An Nida?

2. Bagaimana problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses

pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida?

3. Apa solusi yang bisa dilakukan terhadap problematika (permasalahan)

(16)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan beberapa fokus permasalahan penelitian diatas dapat penulis

simpulkan, bahwasannya dapat dirumuskan tentang tujuan penelitian diantaranya:

1. Mengetahui proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al

-Qur’an An Nida.

2. Mengetahui problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses

pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida.

3. Mengetahui solusi-solusi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi

problematika (permasalahan) proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD

Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida.

D. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian diatas diharapkan hasil dari penelitian ini mampu

memberikan manfaat yang berarti kepada semua pihak yang terkait dalam penelitian

tersebut. Adapun manfaat yang dapat diberikan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu;

1. Manfaat Teoritis

a. Memperkaya khasanah pemikiran dan memberikan pengetahuan tentang

problematika yang terjadi pada proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di

(17)

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk usaha

peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran, serta mampu

memberikan wawasan dan pengalaman khususnya berkenaan dengan

proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an kepada para pembaca.

b. Penelitian ini dapat memberikan arahan yang baik untuk dapat

melaksanakan kegiatan belajar tahfidz Al-Qur’an dalam mencapai tujuan

dari proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an.

c. Penelitian ini mampu memberikan solusi secara langsung dalam

menghadapi permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran

tahfidz Al-Qur’an di dalam kelas.

d. Dapat memberikan dorongan serta motivasi kepada guru pengajar dalam

meningkatkan kualitas proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an dengan

baik.

E. Penegasan Istilah 1. Problematika

Problematika bermakna sesuatu yang masih menimbulkan masalah; masih

belum dapat terpecahkan; permasalahan. Sedangkan masalah dapat diartikan

sebagai ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang

(18)

2. Proses

Proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah runtunan perubahan

(peristiwa) dalam perkembangan sesuatu yang dilakukan secara

terus-menerus. Definisi proses yang lain adalah urutan pelaksanaan atau kejadian

yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang,

keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil.

3. Belajar

Belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

4. Mengajar

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan

terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari

komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin

dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan

peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang

dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia

(Hasibuan, Moedjiono 1986:3).

5. Tahfidz

Dalam bahasa Arab tahfidz berasal dari kata khafidza, yahfadzu, khifdzon

(19)

dengan menghafal Al Qur’an adalah kegiatan mencamkan ayat-ayat Al

Qur’an dengan sengaja dan dikehendaki dengan sadar dan sungguh-sungguh.

6. Al Qur’-an

Al Qur’an asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari

qara’a, qira’atan waqur’anan. Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan

menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata yang

teratur.

F. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk

memecahkan suatu masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.

1. Jenis Penelitian

Menurut jenisnya penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).

Yaitu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit

sosial sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan

baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Dimana penelitian ini dilakukan di

SD Plus Tahfidz An Nida Salatiga.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

(20)

ilmu jiwa. Penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni

mendiskripsikan dengan memahami makna dan gejala pada suatu peristiwa yang akan

diteliti.

3. Metode Penentuan Subyek

Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh,

sehingga subyek penelitian dapat berarti orang atau apa saja yang menjadi sumber

penelitian. Sebagai penelitian kualitatif, sumber data penelitian ini adalah kata-kata

dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Adapun yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi penelitian

adalah:

a. Guru SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida

Peneliti akan melakukan interview dengan beberapa guru guna memperoleh

data-data yang diperlukan dalam proses pembelajaran Tahfidz Al Qur’an.

Jumlah guru yang akan penulis wawancarai yaitu 3 orang.

b. Orang tua siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida

Penulis akan mengambil data dari orang tua siswa yang mengikuti Tahfidz Al

Qur’an, dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang hambatan yang

dihadapi siswa ketika dalam metode pembelajaran. Jumlah guru yang akan

(21)

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui metode pengumpulan, maka penulits tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini ada beberapa metode

yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini peneliti

terlibat langsung dengan kegiatan dan mengamati subyek sebagai sumber data

penelitian. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, maka data yang

diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat

makna dari setiap perilaku yang tampak. Metode ini juga digunakan untuk

mengamati obyek penelitian yaitu lokasi SD Plus Tahfidz An Nida.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi anatara dua orang, melibatkan

seseorang yang memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara

dapat diartikan sebagai metode yang digunakan untuk interview dengan

(22)

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menelusuri data historis. Hal tersebut dikarenakan sebagian

besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bentuk dokumentasi. Metode ini

digunakan untuk melengkapi dan memperkuat data-data yang telah ada.

Penulis mengambil dokumen-dokumen untuk mengetahui jumlah para guru

dan para siswa yang mengikuti pembelajaran Tahfidz Al Qur’an, sarana

prasarana yang mendukung serta dokumen lainnya yang mendukung

penelitian serta untuk mengetahui letak geografis.

5. Uji Keabsahan Data

Agar data yang disajikan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid, maka

untuk menguji validasi data tersebut penulis menggunakan teknik

trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data

untuk keperluan pengukuran kevalidan data, atau sebagai pembanding

terhadap data tersebut. Trianggulasi ini dapat ditempuh dengan jalan sebagai

berikut:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

(23)

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang.

6. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Data

yang terkumpul berupa catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen berupa

laporan-laporan yang berkaitan dengan subjek yang diteliti, foto-foto, dan

biografi responden. Setelah data terkumpul, maka penulis akan membaca,

menganalisis data secara cermat sehingga penulis dapat mengambil

kesimpulan dari penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini, penulis menmbagi menjadi lima bab yang terdiri

dari:

(24)

Pada bab ini berisi latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II Kajian pustaka

Pada bab ini akan diuraikan berbagai pembahasan kajian pustaka yang

menjadi landasan teoristik penelitian, meliputi teori-teori tentang:

Pengertian proses pembelajaran, metode pembelajaran tahfizhul

Qur’an, dan problematika pembelajaran tahfizhul Qur’an dan

solusinya.

BAB III Gambaran Umum SD PTQ An-Nida Salatiga

Pada bab ini akan dilaporkan berbagai hal mengenai gambaran umum/

profil SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga yang meliputi: latar

belakang historis berdirinya, visi dan misi, tujuan pendidikan, struktur

kepengurusan, keadaan guru dan murid, sarana dan prasarana.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis data hasil wawancara dan

interpretasi data mengenai problematika yang dihadapi dan solusinya.

BAB V Penutup

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

1. Pengertian Proses Pembelajaran

Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus yang berarti

“berjalan ke depan”. Kata ini merupakan konotasi urutan langkah atau kemajuan yang

mengaran pada suatu sasaran atau tujuan (Syah, 2008:113). Sedangkan pembelajaran

(kegiatan belajar mengajar) merupakan sebuah interaksi edukatif antara peserta didik

dengan guru, peserta didik dengan lingkungan sekolah, dan peserta didik-guru dengan

lingkungan sekolah.

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut PBM (proses belajar

mengajar) ialah sbeuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai

pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar

(Syah, 2008:237). Dalam setiap proses belajar mengajar, sekurang-kurangnya

terdapat unsur tujuan yang akan dicapai, bahan pelajaran yang menjadi isi proses,

peserta didik yang aktif belajar, dan situasi belajar. Pembelajaran sebagai suatu

sistem menuntut agar semua unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain atau

dengan kata lain tidak ada satu unsur yang dapat ditinggalkan agar tidak

(26)

Tidak dapat dipungkiri bahawa seorang guru berperan besar dalam proses

pembelajaran. Guru menurut Muhammad Ali merupakan “pemegang peranan sentral

proses belajar-mengajar”. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, guru

dihadapkan pada siswa yang memiliki berbagai macam karakteristik dan juga

dihadapkan pada problem pembelajaran yang terjadi. Seorang guru harus mau dan

berusaha mencari penyelesaian berbagai kesulitan itu (Daradjat, 2001:99).

2. Pendekatan Sistem dalam Proses Pembelajaran

Pendekatan sistem (system approach) dapat digunakan untuk mencari

pemecahan yang tepat dalam proses pembelajaran. Proses dari pendekatan sistem

tersebut dapat dilakukan dengan mengenali masalah-masalah yang timbul (indentify

problem), melakukan percobaan-percobaan, membuat semacam hipotesis, dan

mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab hipotesis yang dibuat.

Seperti diungkapkan oleh Gerlach dan Ely bahwa konsep pendekatan sistem

dalam perencanaan pembelajaran terdiri dari 10 komponen atau sub-bab sistem yang

saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Kesepuluh komponen itu

adalah:

1. Spesifikasi pokok bahasan (Spesification of content)

Dilakukan agar pembelajaran mengarah pada satu pokok bahasan dengan

memfokuskan pada suatu topik tertentu yang lebih kecil dari pokok bidang

(27)

dipilih pokok bahasan yang lebih spesifik untuk membatasi ruang lingkup

bahasan agar apa yang akan disampaikan tersebut akan lebih jelas dan mudah.

2. Spesifikasi tujuan pembelajaran (Spesification of objective)

Tujuan pembelajaran menjadi pedoman bagi gutu untuk menentukan sasaran

pembelajaran sehingga setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang

diajarkan, mereka dapat memiliki kemampuan yang telah ditentukan

sebelumnya. Tujuan harus dibuat secara operasional artinya tidak

mengambang/ tidak terlalu luas dan efektif mempunyai kekhususan tertentu.

3. Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa (Assessment of entering

behaviours). Hal ini dapat dilakukan dengan:

a. Memberikan prates untuk mengetahui student achievement (apa yang

belum atau telah dimiliki siswa terhadap pokok bahasan yang akan

diberikan).

b. Mengumpulkan data pribadi siswa untuk mengetahui potensi siswa.

c. Mengetahui latar belakang pendidikan, sosio-budaya, dan lain-lain

sehingga gutu dapat menentukan dan merencanakan pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi siswa.

4. Penentuan pendekatan (Strategy) dan teknik/ metode (Determination of

strategy)

Istilah stategi lebih luas pengertiannya dari metode atau teknik, dengan kata

(28)

dibicatakan mengenai pendekatan dalam penyampaian informasi, memilih

sumber belajar, penunjang pembelajaran, dan menentukan peranan siswa.

Pemilihan cara yang ditempuh dan sarana penunjang pembelajaran dilakukan

agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara tepat sesuai karakteristik

siswa.

5. Pengelompokan siswa (Organization of groups)

Penentuan pengelompokan siswa harus disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran dan mempertimbangkan gaya, cara, atau kebiasaan belajar

siswa. Hal ini bergantung pada metode, waktu, ruangan, dan pemilihan

sumber penunjang belajar.

6. Penyediaan waktu (Location of time)

Penentuan waktu pembelajaran bergantung pada bobit suatu bidang studi baik

menyangkut pokok bahasan, tujuan, tersedianya ruangan, serta kemampuan

dan minat siswa. Waktu yang tersedia tersbut biasanya digunakan untuk

pendahuluan, penyajian materi, dan kesimpulan/penutup.

7. Pengaturan ruangan (Allocation of space)

Pengaturan ruangan yang telah mentradisi di sekolah dimana papan tulis

terletak didepan (tengah), bangku siswa dijejer menghadap papan tulis, dan

meja guru di sebelah kiri papan tulis dapat dilakukan perubahan. Sebagai

(29)

meja guru sehingga siswa dapat bertatapan langsung dengan guru atau antar

siswa.

8. Pemilihan media (Allocation of resources)

Memilih media dengan mempertimbangakn tujuan, tingkat kemampuan siswa,

ketersediaan sumber belajar/ saran apendudkung pembelajaran, biaya, dan

kesesuainnya dengan metode.

9. Evaluasi (Evaluation of performance)

Yang dimaksud evaluasi disini adalah evaluasi tentang proses pembelajaran

dimana guru berinteraksi dengan siswa. Evaluasi performance artinya

penilaian yang berkaitan dengan seluruh kegiatan yang dilakukan baik

mengajar maupun belajar.

10.Analisis umpan balik (Analysis of feedback)

Bila diteliti secara detail, evaluasi tidak hanya sekedar menilai hasil belajar

siswa tetapi mengandung arti yang lebih luas yaitu berupa kegiatan

pengumpulan data tentang materi dan kemampuan siswa, memantau proses

pembelajaran, dan mengatur pencapaian tujuan. Hasil analisis tersebut dapat

dijadikan umpan balik untuk merevisi hal-hal/ kelemahan yang menjadi

(30)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Faktor pengajaran dalam proses kegiatan belajar-mengajar memang sangat

berpengaruh sekali terhadap motivasi pembelajaran, meski memang ada juga siswa

yang mandiri, yang tidak terpengaruh terhdapat faktor pengajar karena dia mau

belajar sendiri. Akan tetapi, dalam sebuah pembelajaran, secara umum ada 2 faktor

yang mempengaruhi:

1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani

dan rohani siswa. Faktor internal siswa terdiri dari dua aspek, yaitu:

a. Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah), kondisi umum jasmani dan

tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ

sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam

mengikuti pelajaran. Apalagi kondisi tubuh lemah dan disertai pusing,

dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang

dipelajari pun kurang atau bahkan tidak membekas. Selain organ tubuh,

tingkat kondisi kesehatan indera pendengar dan penglihatan juga bisa

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan

pengetahuan, khususnya yang diberikan di kelas.

b. Aspek Psikologis, yang meliputi: tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa,

(31)

2) Faktor Eksternal terdiri dari dua aspek:

a. Lingkungan sosial, yaitu lingkungan sekolah seperti guru, staf, atau

teman-teman sekelas, masyarakat, dan tetangga serta teman-teman

sepermainan diluar sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.

b. Lingkungan non-sosial, yang meliputi gedung sekolah dan letaknya,

rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca

sewaktu belajar dan alokasi waktu yang digunakan.

B. Metode

1. Pengertian Metode

Metode dalam bahasa arab dikenal dengan istilah thuqiruh yang berarti

langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila

dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam

proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar

peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan

baik.

Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, alat itu mempunyai fungsi ganda

yakni yang bersifat polipagmatis dan monopagmatis. Polipagmatis bilamana sebuah

(32)

tujuan penggunaan mengandung implikasi yang bersifat konsisten, sistematis dan

kebermanaan menurut kondisi sasarannya.

Metode sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan

metode yang tepat maka dengan mudah tujuan yang telah dicanangkan akan tercapai.

Berdasarkan pengertian menurut Oemar Hamalik, metode yaitu cara kerja untuk

dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan dan berfungsi

sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Dalam buku Ramayulis (2008:3), para ahli mendefinisikan metode sebagai

berikut:

a. Hasan Langgulung, mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang

harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Abd. Al-Rahman Ghunaimah, berpendapat bahwa metode adalah cara-cara

yang praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran.

c. Al-Ahrasy, berpendapat bahwa metode adalah jalan yang kita ikuti untuk

memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam metode

dalam berbagai pelajaran.

(33)

Yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya.

Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali,

atau dua puluh kali, atau lebih sehinga proses ini mampu membentuk pola

dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada

ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga

mencapai satu muka. Sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan

akan semakin representatif.

b. Metode Khitabah

Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis

ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas. Kemudian ayat-ayat

tersebut dibacanya hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.

Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan penghafal.

Mungkin cukup dengan satu ayat saja, bila ternyata giliran ayat yang harus

dihafalnya itu termasuk kelompok ayat yang panjang. Bisa juga 5 atau sampai

10 ayat, bila ayat-ayat yang akan dihafalnya termasuk ayat-ayat pendek

sebagaimana terdapat pada surat-surat pendek. Metode ini cukup praktis dan

baik, karena disamping membaca dengan lisan aspek visual menulis juga akan

sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dan

bayangannya.

(34)

Sima’I artinya mendengar. Metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan

untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang

mempunyai dayat ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau

anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al Qur’an.

d. Metode Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah.

Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni bergungsi untuk

menghafal dan sekaligus bergungsi untuk pemantapan hafalan karena dengan

menulis akan memberikan kesan visual yang mantap.

e. Metode Jama’

Metode ini ialah ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau

bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instrukur membacakan satu

ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudia

instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan

siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan

benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi

sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) sehingga

ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam

bayangannya. Setelah semua hafal, barulan kemudia diteruskan pada ayat

(35)

Metode tahfidz Al Qur’an lainnya juga dikemukakan oleh Nawabuddin

(1991:59), yaitu:

a. Metode juz’i, yaitu cara menghafal secara berangsur-angsur atau sebagian

demi sebagian dan menghubungkannya antar bagian yang satu dengan bagian

lainnya dalam satu kesatuan materi yang dihafal. Hal ini dapat dikaji dari

pernyataan berikut ini: “ Dalam membatasi atau memperingan beban materi

yang akan dihafalkan hendaknya dibatasi, umpamanya menghafal sebanyak

tujuh baris, sepuluh baris, satu halaman, atau satu hizb. Apabila telah selesai

satu pelajaran, makan berpindahlah ke pelajaran yang lain kemudian

pelajaran-pelajaran yang telah dihafal tadi satukan dalam ikatan yang terpadu

dalam satu surat. Sebagai contoh seorang murid yang menghafal surat al

Hujurat menjadi dua atau tiga tahap, surat al Kahfi menjadi empat atau lima

tahap.”

Selanjutnya dijelaskan bahwa: “metode ini mempunyai suatu sisi negatif yaitu

murid menemukan kesulitan dalam mengaitkan berbagai kondisi dan tempat

yang berbeda. Untuk bisa menanggulangi hal ini dengan banyak membaca

surat-surat sebagai satu bagian yang terpadu sehingga kesulitan murid akan

berkurang sedikit demi sedikit.

b. Metode kulli, yaitu metode menghafal Al Qur’an dengan cara menghafalkan

secara keseluruhan terhadap materi hafalan yang dihafalkannya, tidak dengan

(36)

hafalan yang ada dihafal tanpa memilah-memilahnya, baru kemudian

diulang-ulang terus sampai benar-benar hafal. Penjelasan tersebut berasal dari

pernyataan berikut ini: “Hendaknya seorang penghafal mengulang-ulang apa

yang pernah dihafalkannya meskipun hal itu dirasa sebagai suatu kesatuan

tanpa memilah-memilahnya. Misalnya dalam menghafal surat An Nur, disana

ada tiga hizb,kurang lebih delapan halaman yang dapat dihafalkan oleh siswa

sekaligus dengan cara banyak membaca dan mengulang.

Dalam kaitannya dengan merode menghafal Al Qur’an, Muhammad Zein

membagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

a. Metode tahfidz (menghafal), yaitu menghafal materi baru yang belum pernah

dihafalkan. Metode ini adalah mendahulukan proses menghafal dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membaca ayat-ayat yang akan dihafal maksimal tiga kali

2) Membaca sambil dihafal maksimal tiga kali

3) Setelah hafalan lancar, maka ditambah dengan merangkai dengan kalimat

berikutnya sehingga sempurna menjadi satu ayat

4) Menambah materi atau hafalan batu dengan membaca Al Qur’an seperti

langkah perama dan diulang-ulang tanpa melihat Al Qur’an

5) Materi baru dirangkai dengan materi terdahulu dan diulang-ulang sampai

(37)

6) Menyetorkan atau memperdengarkan hafalannya kepada ustadz/ah atau

Kiai

7) Pada hari selanjutnya penghafal menyetorkan hafalan baru dengan terlebih

dahulu memperdengarkan materi hari-hari sebelumnya

b. Metode takrir (pengulangan), yaitu upaya mengulang kembali hafalan yang

sudah pernah dihafalkan untuk menjaga dari lupa dan salah. Artinya hafalan

yang sudah diperdengarkan kepada ustadz/ah dan Kiai diulang-ulang terus

dengan dilakukan sendiri ataupun meminta bantuan orang lain until

mendengarkan dan mengoreksi.

c. Metode tartil, yaitu bentuk pengucapan yang baik sesuai dengan aturan tajwid

mengenai penyebutan hurufnya, kalimatnya, berhenti (waqaf) dan yang

lainnya.

Menurut Raghib As-Sirjani (2008:79-82) ada beberapa cara yang dapat

dilakukan dalam metode muroja’ah, antara lain:

a. Memperbanyak membaca Al Qur’an secara rutin dan berulang-ulang. Ini akan

memindahkan surat-surat yang telah dihafal dari otak kiri ke otak kanan. Otak

kanan dapat menjaga ingatan yang telah dihafal dalam waktu yang cukup

lama. Karena itu membaca sangat efektif dalam rangka mematangkan dan

(38)

b. Sering mendengarkan kaset yang berisi ayat-ayat Al Qur’an yang telah

dihafal. Sebab dengan cara ini akan menambah kekuatan dan kematangan

hafalan.

c. Melakukan shalat secara khusyuk dengan membaca ayat-ayat (surat) yang

telah dihafal.

d. Dalam muroja’ah, wajib bagi hafidz untuk melagukan (membaguskan sesuai

kaidah) bacaan. Tujuannya ialah untuk mencegah kebosanan dan

memantapkan hafalan. Selain itu, lisan akan terbiasa dengan suatu senandung

tertentu serta akan diketahui secara langsung adanya kesalahan ketika terjadi

kerancuan pada wazan bacaan dan senandung yang dipakai untuk membaca

ayat Al Qur’an.

e. Mengikuti perlombaan menghafal Al Qur’an merupakan sarana yang paling

efektif untuk menguatkan dan mematangkan hafalan. Pada dasarnya, manusia

akan berusaha lebih sempurna dan lebih baik kalau ada ujian. Ia juga akan

mempercepat hafalan dan bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu jika

pelaksanaan ujian sudah ditentukan.

Jika ditinjau dari beberapa pendapat tentang pengertian dan beberapa metode

dalam pembelajaran tahfizhul Qur’an diatas, maka metode-metode tersebut sangat

cocok untuk dipraktikkan oleh para pendidik ataupun para penghafal. Terlebih lagi

sangat cocok bagi anak-anak usia dini. Maka boleh disimpulkan, jika unsur-unsur

(39)

C. Tahfidz Al Qur’an 1. Definisi Al Qur’an

Menurut Al Qathan (2006:16) Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan

menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan

lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al Qur’an asalnya sama dengan

qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan waqur’anan. Allah

menjelaskan dalam surat Al Qiyamah ayat 17-18:

Artinya, “Sesungguhnya atas tanggungankamilah mengumpulkannya (didadamu) dan

(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya

Maka ikutilah bacaannya itu.”

2. Definisi Menghafal Al Qur’an

Dalam bahasa Arab menghafal yang berasal dari kata khafidz, yahfadzu,

khifdzon yang berarti menjaga, memelihara, melindungi. Sedang yang dimaksud

menghafal Al Qur’an adalah aktifitas mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki

dengan sadar dan sungguh-sungguh.

3. Hukum Menghafal Al Qur’an

Menghafal Al Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah. Ini berarti bahwa

(40)

tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap

ayat-ayat suci Al Qur’an. Jika kewajiban ini telah terpenuhi oleh sejumlah orang (yang

mencapai tingkat mutawatir) maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya.

Sebaliknya jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka semua umat Islam akan

menanggung dosanya.

Hal ini ditegaskan oleh Imam Abdul Abbas pada kitabnya As Syafi dalam

menafsirkan firman Allah: surat Al Qamar ayat 17

Artinya, “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, Maka

adakah orang yang mengambil pelajaran.”

4. Faedah Terpenting dari Menghafal Al Quran a. Kebahagiaan di dunia dan akhirat

b. Sakinah (tenteram jiwanya)

c. Tajam ingatan dan bersih intuisinya

Firman Allah SWT: surat Al Isra’ 82

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar

(41)

d. Bahtera ilmu

Khazanah ulumul Qur’an (ilmu-ilmu Al Qur’an) dan kandungannya akan

banyak sekali terekam dan melekat dengan kuat ke dalam benak orang yang

menghafalkannya.

e. Memiliki identitas yang baik dan berperilaku jujur

Seorang yang hafal Al Qur’an sudah selayaknya bahkan menjadi suatu

kewajiban untuk berperilaku jujur dan berjiwa Qur’ani. Identitas demikian

akan selalu terpelihara karena jiwanya selalu mendapat peringatan dan

teguran dari ayat-ayat Al Qur’an yang selalu dibacanya.

f. Fasih dalam berbicara

Orang yang banyak membaca atau menghafal Al Qur’an akan membentuk

ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan fonetik Arab pada landasannya

secara alami.

g. Memiliki doa yang mustajab

5. Kesiapan Dasar Menghafal Al Qur’an

Problematika yang dihadapi oleh para penghafal Al Qur’an itu secara garis

besarnya dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Menghafal itu susah

(42)

d. Gangguan-gangguan kejiwaan

e. Gangguan-gangguan lingkungan

f. Banyaknya kesibukan, dan lain-lain

6. Syarat-Syarat Menghafal Al Qur’an

a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan

permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya

b. Niat yang ikhlas

c. Memiliki keteguhan dan kesabaran

d. Istiqamah

e. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela

f. Izin orang tau, wali atau suami

g. Mampu membaca dengan baik

7. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al Qur’an a. Usia yang ideal

b. Manajemen waktu

c. Tempat menghafal

(43)

Untuk mempermudah ingatan dalam menghafal ayat-ayat Al Qur’an maka

diperlukan strategi menghafal yang baik, sebagai berikut:

1) Strategi pengulangan ganda

2) Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal

benar-benar hafal

3) Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah

setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya

4) Menggunakan satu jenis mushaf

5) Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya

6) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa

7) Disetorkan pada seorang pengampu

e. Membuat target hafalan

f. Pelekatan hafalan

Diantara beberapa kendala yang menyebabkan hancurnya hafalan itu antara

lain ialah:

1) Karena pelekatan hafalan itu belum mencapai kemapanan

2) Masuknya hafalan-hafalan lain yang serupa, atau informasi-informasi lain

dalam banyak hal melepaskan berbagai hafalan yang telah dimiliki

3) Perasaan tertentu yang terkristal dalam jiwa, seperti rasa takut, skpetis,

guncangan jiwa atau sakit syaraf yang semuanya akan mengubah persepsi

(44)

4) Kesibukan yang terus-menerus, tenaga dan waktu sehingga tanpa disadari

telah mengabaikan upaya untuk memelihara hafalannya

5) Malas yang tak berasalan, yang justru sering menghinggapi jiwa seseorang

D. Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an dan Solusinya

Menghafal Al Qur’an sudah semestinya melewati sebuah ujian dan cobaan

yang akan membedakan pencapaian satu orang dengan yang lainnya dan menentukan

hasil akhir yang diraih oleh masing-masing dari anak didik. Jika mereka mampu

melewati hambatan ini, maka kesuksesan menjadi haknya. Dan belaku sebaliknya,

mereka akan mengalami kegagalan jika tidak mampu melewatinya.

Menurut Abdul Hafidz Abdul Qadir (2009:69-72), ada tiga hambatan atau

problem yang sering terjadi dirasakan oleh para penghadal Al Qur’an:

1. Malas, tidak sabar dan putus asa.

Jika kemasalan adalah hal yang sulit untuk dihindari bagi seorang penghafal

maka dia harus segera menyadari hal itu dan berusaha untuk

meminimalisirnya. Jika rasa malas muncul, maka dia harus segera ingat akan

keadaan buruk yang akan menimpanya dan berdoa mohon kepada Allah agar

dihilangkan rasa malas tersebut. Kemudian mencari momen terdekat dan

tercepat untuk memulai rutinitasnya lagi dan meninggalkan kemalasan dalam

(45)

2. Tidak bisa mengatur waktu.

Dalam sehari semalam ada 24 jam. Jumlah ini berlaku untuk semua orang.

Mau tidak mau setiap orang harus menjalaninya selama itu. Dalam segala hal,

terkhusus jika kaitannya dengan menghafal Al Qur’an, waktu yang telah

ditentukan tersebut harus dioptimalkan. Seorang penghafal Al Qur’an dituntut

untuk lebih pandai mengatur waktu dalam menggunakannya.

3. Sering lupa

Untuk mengatasi hal ini, hal yang terpenting adalah bagaimana kita terus

berusaha menjaga hafalan tersebut. Tidak ada cara lain kecuali dengan banyak

muroja’ah. Sedikit yang perlu dibenahi adalah bagaimana cara seseorang

dalam menghafal. Apakah sudah bersungguh-sungguh atau belum? Apakah

sudah mencurahkan seluruh kemampuannya? Introspeksi diri mempunyai

(46)

BAB III

GAMBARAN UMUM SD PTQ AN NIDA SALATIGA

A. Gambaran Umum SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida 1. Letak Geografis

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu faktor penting yang mendukung

perkembangan pendidikan dan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah lokasi

atau tempat yang strategis. Lokasi SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida terletak di Jl.

Jenderal Sudirman no 239, Ledok, Argomulyo, Salatiga. Selain mendirikan SD plus

tahfizhul Qur’an, Yayasan An Nida juga menyelenggarakan taman pendidikan kanak

-kanak/ RA An Nida. Dua lembaga pendidikan ini berlokasi ditempat yang sama.

Murid-murid yang bersekolah di SD Plus Tahfizhul Qur’an dan RA An Nida

tidak hanya berasal dari desa sekitar, tapi tersebar dari beberapa wilayah yang ada di

kota Salatiga. SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida berbatasan dengan:

a. Sebelah barat : jalan utama (Jl. Jenderal Sudirman)

b. Sebelah utara : perumahan warga

c. Sebelah timur : perumahan warga

(47)

2. Sejarah Singkat SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida

Lembaga Pendidikan Islam di mana pun berada selalu berupaya untuk

berbenah dan mengembangkan program maupun kelembagaan. Perubahan tersebut

diharapkan dapat memberikan pencerahan dan warna baru yang dapat memberikan

kontribusi bagi masyarakat luas. Berbekal dengan semangat untuk men-syiar-kan

Islam dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin serta mencetak genarasi

muda yang Islami, qurani dan mandiri.

Semangat perubahan ini menjadi penting untuk menjadi spirit gerakan

dakwah dan lembaga Islam di manapun berada. Mengingat masih banyaknya stigma

negatif terhadap pendidikan Islam khususnya di pesantren. Untuk menjawab

kehawatiran, ketakutan,, kegelisahan dan kecurigaan sebagian masyarakat, maka

diperlukan sebuah upaya komunikasi yang komprehensif dan menjawab masalah

tersebut dengan tindakan nyata. Salah satu upaya untuk menjawab kegamangan

tersebut adalah dengan melahirkan sistem dan branding kelembagaan yang integratif,

komunikatif dan solutif.

Pondok Pesantren An Nida yang berdiri sejak 1 Juni 1979 ini telah mengukir

sejarah keemasannya tersendiri. Tidak heran di masa dekade tertentu ketika kita

bicara tentang pondok pesantren di kota Salatiga, maka kita sedang membicarakan

Pondok Pesantren An Nida. Ponpes yang diprakarsai oleh KH. Ali As’ad (alm) dan

para kyai-kyai (alumni ma’ahid Kudus) ini telah melahirkan banyak alumni dari

(48)

untuk mengalirkan sumber kehidupan (agama) di kota Salatiga, KH. Ali As’ad (Alm)

dengan dana pribadi dan bantuan para dermawan, mendirikan Ponpes An Nida.

Berlandaskan sekilas histori tersebut, maka perlu diupayakan agar keadaan

Ponpes An Nida yang sedang mengalami fase transisi ini dapat di-up grade kembali

menjadi sebuah lembaga yang jauh lebih baik dan menjadi inspirasi banyak orang.

Dengan dukungan berbagai pihak, baik pengurus yayasan, alumni dan masyarakat

yang peduli dengan Ponpes An Nida, maka pada tanggal 01 Februari 2013 di sepakati

tentang pembenahan struktur kelembagaan dan pendirian embrio Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Quran (SD PTQ) An Nida dengan branding Qurani – Terampil - Mandiri dan motto “ Building Future Quranic Generation”.

Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Quran yang disingkat (SD PTQ) An Nida ini didesain dengan sistem boarding (pondok pesantren). Dimana peserta didik yang

masuk di dalamnya diwajibkan untuk tinggal di pesantren. Model ini diadaptasi dari

beberapa lembaga sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang berbasis Al-Quran

(tahfizhul Quran) dari berbagai daerah. Diharapkan dengan berdirinya sekolah

tersebut dapat memberikan tambahan pilihan masyarakat dalam memilih lembaga

pendidikan yang unik, memiliki nilai plus dan berbasis Al Quran bagi anak mereka.

Di samping tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan kebesaran dan khittoh

Ponpes An Nida sebagai pengalir sumber kehidupan (agama) sebagaimana spirit yang

dibawa oleh KH. Ali As’ad (Alm). Adapun visi dan misi SD PTQ An Nida, sebagai

(49)

3. Visi dan Misi Visi

Menjadi role model Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an dalam melahirkan

huffadz Al Qur’an anak-anak yang berjiwa qur’ani, terampil, dan mandiri.

Misi

a) Melahirkan huffadz Al Qur’an anak-anak yang berkepribadian Qur’ani,

terampil, dan mandiri.

b) Menciptakan suasana Qur’ani baik lingkungan sekolah pesantren maupun

rumah.

c) Membina kemandirian dan ketrampilan siswa sesuai potensinya

masing-masing.

d) Menjalin hubungan yang sinergi antara lembaga dengan orang tua dan

stakeholder pendidikan.

e) Mengelola potensi siswa dan orang tua serta guru dalam menyiapkan generasi

Qur’ani yang rabbani dan mandiri.

Untuk lebih jelasnya, berikut adalah profil SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida

Salatiga:

Nama sekolah : SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida

NSS : -

(50)

Akreditasi : -

Tahun didirikan : 2013

Tahun beroperasi : 2013

Alamat sekolah : Jl. Jenderal Sudirman No. 239

Desa/ kelurahan : Ledok

Kecamatan : Argomulyo

Kabupaten/ kota : Salatiga

Kode Pos : 50732

Provinsi : Jawa Tengah

Kepemilikan tanah : Hak guna pakai

Luas tanah : -

Luas bangunan : -

4. Struktur Organisasi Sekolah

Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan

diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah badan yang

mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan keerjasama dalam

organisasi. Adapun struktur organisasi SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida Salatiga

(51)

Struktur Kepengurusan Pimpinan dan Staff

SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga

Tahun Ajaran 2015/2016

1. Ketua Yayasan : M. Syarifudin

2. Konsultan pendidikan : Imam Mas Arum, M.Pd.

3. Ketua komite : M. Unang Eko. Y

4. Kepala sekolah : Aswad Aduali Humad Alhalim, SE. SY. Al Hafidz

5. Wakasarpras : Fariul Ibnu Huda, S. Sy

6. Waka kurikulum : Anik Yulianti, S.Pd.

7. Waka kesiswaan : Nur Hasanah, S.Pd.I.

8. KTU : Fitri Nur A., S.Pd.I.

9. Bendahara : Nur Hidayah, S.Pd.I.

5. Keadaan Guru dan Karyawan

Keadaan guru dan karyawan di SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga

berjumlah 18 orang, terdiri dari 1 kepala sekolah, 14 tenaga pendidik yakni 6 guru

mapel sekaligus wali kelas, 6 guru tahfidz, 1 guru olahraga, 1 guru PAI. 2 staf

administrasi yakni 1 ketua TU dan 1 bendahara. Kemudian ada 1 karyawan yang

bertugas menjadi staf kebersihan di SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga.

(52)

Tabel 3.1 data guru, staf, dan karywan SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida

Salatiga

No Guru/ Jabatan Jumlah Keterangan

1. Aswad A. H. A, SE. SY. Al Hafidz 1 Kepala Sekolah

9. Wiga Serliati, S.Pd.I Guru Tahfidz 1B

10. Nurul Hikmah, S.Pd.I Guru Tahfidz 2A

11. Anam Guru Tahfidz 2B

12. Mir’atul Azizah Guru Tahfidz 3

13. M. Anas Muttaqin, S.Pd.I Guru Tahfidz 4

14. Yeni Purnamasari, S.Pd.I 1 Guru PAI

15. Miftahuddin 1 Guru Olahraga

(53)

17. Nur Hidayah, S.Pd.I. 1 Bendahara

18. Joko 1 Karyawan

Jumlah total 18

6. Keadaan Siswa a. Jumlah Siswa

Dari tahun 2013 hingga sekarang, SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga

mempunyai 138 siswa yang terbagi dalam 4 kelas.

Tabel 3.2 data statistik siswa SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga

Kelas Jumlah Keterangan

Laki-laki Perempuan

I 53 24 29

II 44 24 20

III 23 14 9

IV 18 8 10

Jumlah 138 70 68

Jumlah siswa kelas satu adalah 53 siswa, terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 29

(54)

laki-laki dan 20 siswa perempuan. Jumlah siswa kelas tiga adalah 23 siswa, terdiri dari 14

siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Jumlah siswa kelas empat adalah 18 siswa,

terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

b. Prestasi siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga

Sebagai wujud kerja keras para penyelenggara pendidikan pada SD Plus

Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga, dapat diukur antara lain melalui berbagai

keberhasilan dalam berbagai kegiatan perlombaan seperti lomba tahfidz, lomba

tilawah, dan juga lomba pidato. Prestasi yang ditorehkan oleh siswa-siswi SD Plus

Tahfizhul Qur’an An Nida juga sudah cukup membanggakan. Berikut beberapa daftar

prestasi siswa-siswi SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida:

1. Juara 1 Lomba Tahfidz Juz 30 Festival Anak Sholeh Indonesia

2. Juara 1 Lomba Tartil tingkat SD/MI Putri MTQ Pelajar dan Umum Kota

Salatiga

3. Juara 3 Lomba Tartil tingkat SD/MI Putri MTQ Pelajar dan Umum Kota

Salatiga

4. Juara 1 Lomba Tahfidz Pentas PAI Tingkat Kota Salatiga

7. Program Unggulan Sekolah

SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga mempunyai beberapa program

unggulan yang mungkin tidak ditemui di sekolah dasar yang lain. Dan ini yang

(55)

a. Tahsin, tadarus, menghafal dan khataman Al-Qur’an.

b. Menghafal hadits dan do’a-do’a pendek.

c. Praktikum ibadah (shalat, haji, dsb.)

d. Kunjungan RKS (Religi-Keilmuwan-Sosial).

e. Pembiasaan praktik 4 bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris, dan Arab).

f. Tidak ada PR (Pekerjaan Rumah) untuk siswa.

g. Closing Pembelajaran setiap akhir pembelajaran kelas.

h. Buku rekam prestasi dan pembelajaran harian dari guru untuk orangtua/

pengasuh

8. Out-put (Target Pendidikan)

Dari program-program unggulan yang sudah disebutkan diatas, diharapkan

bisa memberikan output yang baik. Beberapa output yang ditargetkan dari

program-program unggulan diatas adalah:

a. Siswa memiliki kepribadian Qur’ani, Terampil, dan Mandiri.

b. Siswa memiliki hafalan Al-Qur’an 5-10 juz sampai lulus.

c. Siswa memiliki hafalan 100 hadits pilihan.

d. Siswa meiliki keterampilan bahasa pasif-aktif (bahasa Indonesia, Jawa,

Inggris, Arab)

e. Siswa memiliki keterampilan soft-skill sesuai potensinya.

(56)

9. Model Pembelajaran

Proses pembelajaran didesain dengan model pembelajaran berbasis Quantum

Teaching dan Multiple Intelligence. Quantum teaching adalah pendekatan proses

belajar yang dapat memunculkan kemampuan dan bakat alamiah siswa dalam

membangun proses pembelajaran yang efektif (Porter, 2005:3). Model pembelajaran

Quantum teaching menekankan pada teknik meningkatkan kemampuan diri dan

proses penyadaran akan potensi yang dimiliki. Sedangkan multiple intelligence

adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu kecerdasan yang memiliki arti

“kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini ditemukan dan

dikembangkan oleh Howard Gardner.

Selain itu, siswa diwajibkan tinggal di pesantren. Akan tetapi masih terdapat

pengecualian untuk peraturan ini. Di tahun pertama-kedua siswa diberi kesempatan

untuk tidak tinggal di pondok apabila kondisi siswa belum memungkinkan dan akan

diberikan jadwal khusus untuk pendalaman dan penguasaan Al-Qur’an dan

menghafal. Untuk sekarangini , siswa-siswa kelas 4 yang menjadi kelas tertinggi di

SD PTQ An Nida Salatiga sudah tinggal di asrama untuk melaksanakan pembelajaran

yang lebih efektif.

10.Ekstrakurikuler

SD PTQ An Nida Salatiga selain menekankan pada pembelajaran Al Qur’an

juga tetap memafasilitasi kegiatan yang bersifat bakat minat. Beberapa kegiatan

(57)

a. Renang

b. Bela diri(Wushu)

c. Qiro’ah (tilawatil qur’an)

d. Outing class

e. Khitobah (pidato)

f. Sepatu roda.

Selain itu Ada aktivitas wajib bagi siswa dan siswi SD Plus Tahfidzul An

Nida Salatiga yang mungkin belum banyak dari sekolah-sekolah lain lakukan

sebelum pelajaran umum dimulai, yaitu Shalat Dhuha bersama. Shalat Dhuha

bersama dilaksanakan pertama setiap hari sebelum pelajaran lainnya dimulai.

Diharapkan dengan diawalinya setiap hari dengan shalat dhuha, ilmu yang akan

dipelajari menjadi lebih berkah dan bermanfaat. Dalam kegiatan shalat ini diharapkan

bisa menjadi sarana muroja'ah hafalan-hafalan yang telah ada. Bukan hanya di

sekolah saja, harapannya murid-murid pun terbiasa melaksakan rutinitas dhuha

tersebut di rumahnya masing-masing.

11.Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangatlah mutlak diperlukan dalam proses belajar

mengajar untuk menunjang pembelajaran. Karena sarana dan prasarana banyak

membantu dan memperlancar jalannya pendidikan serta meningkatkan mutu dan

(58)

Sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki dalam konteks ini adalah

segala sesuatu yang tersedia sebagai pelengkap aktivitas pendidikan di SD Plus

Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. Sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Sarana dan prasarana di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga

No Sarana dan prasarana Jumlah

1 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang

2 Ruang Guru 1 ruang

3 Ruang Teori/Kelas 6 ruang

4 Ruang Bimbingan Konseling 1 ruang

5 Perpustakaan 1 ruang

6 Kamar mandi/WC Guru Laki-laki 1 ruang 7 Kamar mandi/WC Guru Perempuan 1 ruang 8 Kamar mandi/WC Siswa Laki-laki 2 ruang 9 Kamar mandi/WC Siswa Perempuan 2 ruang

10 Aula 1 ruang

11 Ruang Praktik Kerja 1 ruang

12 Ruang TU 1 ruang

13 Gudang 1 ruang

14 Ruang Ibadah 1 ruang

(59)

Sarana dan prasarana perlengkapan sekolah antara lain ditampilkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga

No Jenis Barang Jumlah

1 Komputer TU 2 unit

2 Printer TU 1 unit

3 Scanner 1 unit

4 Digital Camera 1 unit

5 Server 1 unit

6 Filling Cabinet 1 unit

7 Meja TU 3 unit

8 Kursi TU 3 unit

9 Meja Guru 6 unit

10 Kursi Guru 6 unit

11 Papan Tulis 6 unit

12 LCD 1 unit

13 Meja Siswa 150 unit

(60)

12.Kegiatan Pembelajaran

SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga berdiri pada tahun 2013, hingga

saat ini belum meluluskan angkatan pertama karena kelas tertinggi pada SD ini

adalah kelas 4. SD PTQ An Nida menggunakan konsep full day school, dengan

pembagian kegiatan belajar sebagai berikut:

a. Pembelajaran di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga bersistem full

day school. Sehingga dilaksanakan pada pagi hari, yaitu dimulai dari pukul

07.00 pagi sampai dengan pukul 16.00 wib.

b. Waktu belajar selama 5 (lima) hari dalam seminggu (Senin s/d Jum’at),

kecuali hari libur Nasional dan atau hari libur khusus yang ditentukan sekolah.

c. Untuk pelajaran Tahfizhul Qur’an mulai diajarkan dari kelas I hingga kelas IV

dan masing-masing mempunyai porsi 2 jam pelajaran setiap harinya. Setiap

akan dimulai pembelajaran selalu dimulai dengan muroja’ah ayat-ayat Al

Quran baru kemudian diselingi pelajaran tematik, setelah itu akan ada

pelajaran tahfizhul Qur’an lagi.

d. Setiap siswa wajib menyapa/memberi salam saat bertemu Kepala Sekolah,

Guru, Pegawai dan siswa lain di dalam dan diluar lingkungan sekolah.

e. Siswa yang berhalangan hadir wajib memberi surat ijin dari orang tua/wali

(61)

f. Selama jam istirahat siswa harus berada di lingkungan sekolah, dan segera

masuk kelas bila bel masuk dibunyikan.

g. Ikut menjaga sarana prasarana sekolah, kebersihan, keindahan,

ketertiban keamanan, kesehatan, dan kekeluargaan.

h. Melapor kepada kepala sekolah, guru, guru piket, atau petugas keamanan

sekolah apabila merasa atau mengetahui ada gejala/peristiwa permusuhan,

perkelahian, perusakan, pencemaran nama baik, serta gangguan keamanan

dan ketertiban lainnya

i. Setelah bel pulang berbunyi, siswa diwajibkan langsung pulang ke rumah

masing-masing, kecuali mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau

melaksanakan piket kebersihan atau ada kegiatan lain dari sekolah dengan

sepengetahuan orang tua, guru atau petugas sekolah.

B. Profil Responden

Berikut adalah profil singkat para responden yang membantu penulis dalam

mengumpulkan informasi sebanyak-banyak terkait problematika proses pembelajaran

tahfizhul Qur’an di SD PTQ An Nida Salatiga.

Dari guru:

a. Rosi Diana Ma’rufah (RDM)

Salah satu guru tahfidz di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. beliau

mengampu kelas 1A. beliau adalah guru wiyata bakti yang baru 3 bulan

(62)

b. Nurul Hikmah, S.Pd.I (NH)

Beliau juga guru tahfidz di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga.

beliau mengampu kelas 2A. beliau mengajar di SD ini dari tahun 2014.

c. M. Anas Muttaqin, S.Pd.I

Beliau guru tahfidz SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. beliau

mengampu kelas 4. Kelas tertinggi di sekolah ini. Beliau adalah salah satu

guru yang sudah mengajar dari sejak SD ini berdiri.

Dari orang tua:

a. Tri Joko (TJ)

Beliau adalah orang tua dari Athar, yakni siswa kelas 4 yang berasal dari

Suruh, Kab. Semarang. Athar adalah salah satu dari beberapa anak yang

dulunya pindahan dari SD Negeri pada saat kelas 3.

b. Imam Fauzi (IF)

Beliau adalah orang tua dari Anas, yang juga siswa kelas 4 yang berasal dari

Tegalwaton. Anas salah satu anak yang berprestasi hingga tingkat provinsi di

Gambar

Tabel 3.1 data guru, staf, dan karywan SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida
Tabel 3.2 data statistik siswa SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga
Tabel 3.2 Sarana dan prasarana di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan dukungan sosial dan ketabahan pada ayah yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autisme (Rxy =

Beberapa manfaat bersepeda disampaikan oleh Oja et al., (2011), diantaranya adalah : 1) Kegiatan mengayuh pada bersepeda menyebabkan tidak tertekannya lutut oleh karena

Negara Exportir utama komoditas krustasea adalah Negara Ekuador dengan total transaksi yang mencapai 255.928.000 juta USD pada tahun 2014 yang meningkat 10,9%

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam

Kecuali apabila ditentukan lain oleh Pengekspor Data, Data Pribadi yang ditransfer berhubungan dengan kategori subjek data berikut: pegawai, kontraktor, mitra bisnis atau

pembelajaran menulis, salah satunya dalam penelitian sebelumnya metode STAD digunakan dalam jurnal berjudul “Penerapan Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada

Kategoriler tartışmaya açıldığında toplumsal cinsiyetin gerçek­ liği de krize girer: Gerçeğin nasıl gerçekdışından aynlacağı belir­ sizleşir. İşte bu

Kehendak soalan : beza tingkah laku / akhlak orang yang berzikir dengan tidak berzikir. Perbezaan orang yang berzikir dengan yang tidak berzikir: Orang yang berzikir Orang yang