PROBLEMATIKA PROSES BELAJAR MENGAJAR TAHFIDZ
AL QUR’AN DI SD PLUS TAHFI
ZHUL
QUR’AN AN NIDA
SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
BOB ZEUSSA
NIM: 111 09 152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
MOTTO
ِسانلِل ْمُهُعَفْنَأ ِسانلا ُرْيَخ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad,
PERSEMBAHAN
Setelah berjuang mencapai kesuksesan dalam belajar, dengan segenap cinta dan
ketulusan hati, skripsi ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah
mendorong untuk selalu memperjuangkan mimpinya:
1. Bapak Bambang Supriyanto & Ibu Karyatun selaku orangtuaku tercinta
Jazakumullah bi akhsanil jaza’ atas semua yang telah diberikan selama ini,
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah swt yang memuliakan kita dengan risalah mulia
Dinul Haq, sebuah risalah yang memberikan jaminan kemuliaan bagi siapa saja yang
mengamalkannya secara kaffah. Sholawat & salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad saw sang pembawa risalah yang mulia ini, sahabat dan
orang-orang yang tetap istiqomah menegakkan agama ini.
Tak ada kesulitan diiringi kemudahan, tak ada keberhasilan diiringi dengna
usaha, sebuah proses merupakan pelajaran yang berguna bagi diri sendiri dan orang
lain. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa dorongan, motivasi, bantuan dari orang-orang terdekat.
Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan dalam ilmu Tarbiyah IAIN Salatiga. Dengan terselesaikannya skripsi
initidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Ulfah Susilawati, M.SI selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas
mencurahkan pikiran dan tenaganya serta telah berkenan meluangkan waktunya
dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi
yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.
6. Bapak, Ibu, kakak, adik, dan seluruh keluargaku di rumah yang telah
mendo’akan.
7. Mahasiswa STAIN Salatiga, PAI kelas E tahun 2009.
8. Dewan guru dan orang tua siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga,
yang telah bersedia sebagai objek penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya.
Salatiga, 15 September 2016
Penulis
ABSTRAK
Zeussa, Bob. 2016. Problematika Proses Belajar Mengajar Tahfidz Al Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Ulfah Susilawati, M.SI
Kata kunci: problematika, tahfidz Al Qur’an.
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa dalam pendidikan secara operasional menjadi kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memelihara Al- Qur’an, salah satunya ialah dengan menghafalkannya. Namun pada kenyataannya masih sedikit orang Islam yang mau menghafalkan Al-Qur’an. SD PTQ An-Nida Salatiga mempunyai perhatian khusus terhadap pembelajaran Tahfidzul Qur’an. akan tetapi dalam pembelajaran tahfizhul Qur’an pastinya akan ditemui berbagai kendala. Berdasarkan kenyataan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An nida? 2) Bagaimana problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An nida? 3) Apa solusi yang bisa dilakukan terhadap problematika (permasalahan) pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An nida?. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan deskriptif menggunakan
purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara,
dokumentasi dan observasi. Analisis data bersifat deskriptif kualitatif dan menggunakan cara pentahapan secara berurutan serta interaksionis. Hasil penelitian ini berupa problematika pembelajaran Tahfidzul Qur’an dan solusinya di SD PTQ An-Nida, yaitu : : a) Faktor peserta didik: Usia yang belum matang untuk dimasukkan ke sekolah dasar, daya tangkap masing-masing siswa yang berbeda-beda, faktor kemauan dari anak yang kurang, belum bisa baca tulis Al Qur’an atau kurang lancar
dalam membaca Al Qur’an, bahkan ada yang masih tahap membaca buku Iqro’, sifat
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
LEMBAR PENGESAHAN………... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. iv
MOTTO……… v
PERSEMBAHAN……… vi
KATA PENGANTAR………. vii
ABSTRAK………... ix
DAFTAR ISI……… x
BAB I. PENDAHULUAN………....……… 1
A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Rumusan Masalah...……….……... 3
C. Tujuan Penelitian………... 3
D. Manfaat Penelitian………...…... 4
E. Penegasan Istilah………... 5
F. Metode Penelitian………... 7
G. Sistematika Penulisan Skripsi……… 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA………... 13
A. Pembelajaran ………... 13
1. Pengertian Proses Pembelajaran….………... 13
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran……… 17
B. Metode……….……… 19
1. Pengertian Metode………. 19
2. Metode Menghafal Al Qur’an……… 20
C. Tahfidz Al Qur’an……… 27
1. Definisi Al Qur’an………... 27
2. Definisi Menghafal Al Qur’an………... 27
3. Hukum Menghafal Al Qur’an……….... 28
4. Faedah Terpenting dari Menghafal Al Qur’an……… 28
5. Kesiapan Dasar Menghafal Al Qur’an……… 30
6. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al Qur’an……… 31
D. Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an dan Solusinya……….. 32
BAB III. PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN………. 34
A. Gambaran Umum Lingkungan Sekolah……… 34
1. Letak Geografis………... 34
2. Sejarah………. 35
3. Visi dan Misi….……….. 37
4. Struktur Organisasi……….. 38
5. Keadaan Guru dan Karyawan….………. 39
6. Keadaan Siswa……….... 41
9. Model Pembelajaran……… 44
10.Ekstrakurikuler……… 44
11.Sarana dan Prasarana………... 45
12.Kegiatan Pembelajaran……… 48
B. Profil Responden……….………... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...... 51
A. Pelaksanaan Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD Plus Tahfizhul Qur’an An -Nida Salatiga …...………...……….. 52
1. Waktu Belajar………. 52
2. Tujuan Pembelajaran tahfizhul Qur’an………... 53
3. Metode Pembelajaran tahfizul Qur’an………... 54
4. Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD PTQ An-Nida…. 57 B. Analisis Data…...……….. 59
1. Problematika Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SD PTQ An-Nida….. 59
2. Solusi Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an di SD PTQ An-Nida Salatiga………. 63
BAB V. PENUTUP…...……….. 68
A. Kesimpulan... 68
B. Saran... ……. 69
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana terbaik untuk mencipatakan suatu generasi
yang baik. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas
pendidiknya. H. M. Arifin mendefinisikan pendidikan sebagai usaha orang dewasa
secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian, serta kemampuan
dasar anak didik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal. Dengan
pendidikan, seorang dapat menguasai dunia dan tidak terikat lagi oleh batas-batas
uang membatasi dirinya. Seperti yang diungkap oleh Muhammad Abduh, tokoh
pembaharu Muslim, bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan
manusia dan dapat mengubah segala sesuatu.
Jika kita melihat kepada realitas pendidikan masyarakat Indonesia saat ini,
banyak diantara masyarakat kita belum dekat dengan akhlak mulia. Ini merupakan
usaha serius bagi bangsa untuk membenahi kekurangan dalam pendidikan, salah
satunya yaitu melalui pembelajaran dan menghafal ayat suci Al Qur’an sejak dini. Ini
diharapkan mampu memperbaiki kualitas pendidikan dan terwujud manusia yang
berakhlak. Adalah sebuah keutamaan dimana seorang muslim dapat mengahafalkan
ayat-ayat Al Qur’an kemudian dapat mengetahui artinya serta mampu mengamalkan
*
عِبَّتاَف ُهَنآرُق
اذِإَف ُهانأَرَق
*
َّنِإ انيَلَع ُهَعمَج ُهَنآرُق َو
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kami lah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya(17). Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu”(18).
Sekiranya hal tersebut yang dimaksudkan dalam pengamalan ayat Al-Qur’an
diatas.
Anak-anak adalah bahan baku yang baik untuk membangun dan
memperkokoh bangsa dengan nilai-nilai Qur’ani dan Sunatullah. Pada masa-masa
emas tersebut, alangkah baiknya jika orang tua juga berperan aktif memimbing dan
membentuk karakter para putra-putrinya dengan mencintai Al Qur’an. Saat ini para
orang tua telah terbantu dengan adanya sekolah-sekolah yang mempunyai nilai plus
dengan program tahfidz Al Qur’an nya. Sekolah-sekolah tersebut tetap membekali
anak-anak dengan materi-materi akademis, akan tetapi mengutamakan pembentukan
akhlaq islami lewat menghafal atau tahfidz Al Qur’an. Dengan ini, diharapkan akan
tumbuh generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas, dengan hafalan Al Qur’an
yang kuat dan pengamalan yang baik, serta muncul manusia-manusia berakhlaqul
karimah.
Tentunya dalam proses pembelajaran tahfidz Al Quran sering ditemui banyak
problematika. Permasalahan bisa muncul dari banyak aspek; seperti aspek psikologis
meningkatkan kualitas hafalan Al Qur’an; dimana ini dipandang oleh anak-anak
sebagai hal yang sulit. Dari hal-hal itulah yang menginisiasi penulis untuk
mengadakan penelitian dengan judul “PROBLEMATIKA PROSES BELAJAR
MENGAJAR TAHFIDZ AL QUR’AN DI SD PLUS TAHFIZUL QUR’AN AN
NIDA SALATIGA”. Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan ditemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi proses tahfidz Al Qur’an sehingga muncul
solusi untuk metode pembelajaran yang efektif untuk anak-anak menghafal Al-Quran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dengan hal tersebut dapat diambil rumusan masalah untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut;
1. Bagaimana proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz
Al-Qur’an An Nida?
2. Bagaimana problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses
pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida?
3. Apa solusi yang bisa dilakukan terhadap problematika (permasalahan)
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa fokus permasalahan penelitian diatas dapat penulis
simpulkan, bahwasannya dapat dirumuskan tentang tujuan penelitian diantaranya:
1. Mengetahui proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al
-Qur’an An Nida.
2. Mengetahui problematika (permasalahan) yang terjadi dalam proses
pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida.
3. Mengetahui solusi-solusi apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi
problematika (permasalahan) proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SD
Plus Tahfidz Al-Qur’an An Nida.
D. Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian diatas diharapkan hasil dari penelitian ini mampu
memberikan manfaat yang berarti kepada semua pihak yang terkait dalam penelitian
tersebut. Adapun manfaat yang dapat diberikan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu;
1. Manfaat Teoritis
a. Memperkaya khasanah pemikiran dan memberikan pengetahuan tentang
problematika yang terjadi pada proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk usaha
peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran, serta mampu
memberikan wawasan dan pengalaman khususnya berkenaan dengan
proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an kepada para pembaca.
b. Penelitian ini dapat memberikan arahan yang baik untuk dapat
melaksanakan kegiatan belajar tahfidz Al-Qur’an dalam mencapai tujuan
dari proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an.
c. Penelitian ini mampu memberikan solusi secara langsung dalam
menghadapi permasalahan yang terdapat dalam proses pembelajaran
tahfidz Al-Qur’an di dalam kelas.
d. Dapat memberikan dorongan serta motivasi kepada guru pengajar dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an dengan
baik.
E. Penegasan Istilah 1. Problematika
Problematika bermakna sesuatu yang masih menimbulkan masalah; masih
belum dapat terpecahkan; permasalahan. Sedangkan masalah dapat diartikan
sebagai ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang
2. Proses
Proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah runtunan perubahan
(peristiwa) dalam perkembangan sesuatu yang dilakukan secara
terus-menerus. Definisi proses yang lain adalah urutan pelaksanaan atau kejadian
yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang,
keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil.
3. Belajar
Belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
4. Mengajar
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari
komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin
dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan
peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang
dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia
(Hasibuan, Moedjiono 1986:3).
5. Tahfidz
Dalam bahasa Arab tahfidz berasal dari kata khafidza, yahfadzu, khifdzon
dengan menghafal Al Qur’an adalah kegiatan mencamkan ayat-ayat Al
Qur’an dengan sengaja dan dikehendaki dengan sadar dan sungguh-sungguh.
6. Al Qur’-an
Al Qur’an asalnya sama dengan qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari
qara’a, qira’atan waqur’anan. Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan
menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata yang
teratur.
F. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk
memecahkan suatu masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.
1. Jenis Penelitian
Menurut jenisnya penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research).
Yaitu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam mengenai suatu unit
sosial sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan
baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut. Dimana penelitian ini dilakukan di
SD Plus Tahfidz An Nida Salatiga.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
ilmu jiwa. Penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni
mendiskripsikan dengan memahami makna dan gejala pada suatu peristiwa yang akan
diteliti.
3. Metode Penentuan Subyek
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh,
sehingga subyek penelitian dapat berarti orang atau apa saja yang menjadi sumber
penelitian. Sebagai penelitian kualitatif, sumber data penelitian ini adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Adapun yang menjadi subjek penelitian dan sumber informasi penelitian
adalah:
a. Guru SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida
Peneliti akan melakukan interview dengan beberapa guru guna memperoleh
data-data yang diperlukan dalam proses pembelajaran Tahfidz Al Qur’an.
Jumlah guru yang akan penulis wawancarai yaitu 3 orang.
b. Orang tua siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida
Penulis akan mengambil data dari orang tua siswa yang mengikuti Tahfidz Al
Qur’an, dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang hambatan yang
dihadapi siswa ketika dalam metode pembelajaran. Jumlah guru yang akan
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui metode pengumpulan, maka penulits tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini ada beberapa metode
yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini peneliti
terlibat langsung dengan kegiatan dan mengamati subyek sebagai sumber data
penelitian. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang tampak. Metode ini juga digunakan untuk
mengamati obyek penelitian yaitu lokasi SD Plus Tahfidz An Nida.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi anatara dua orang, melibatkan
seseorang yang memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara
dapat diartikan sebagai metode yang digunakan untuk interview dengan
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Hal tersebut dikarenakan sebagian
besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bentuk dokumentasi. Metode ini
digunakan untuk melengkapi dan memperkuat data-data yang telah ada.
Penulis mengambil dokumen-dokumen untuk mengetahui jumlah para guru
dan para siswa yang mengikuti pembelajaran Tahfidz Al Qur’an, sarana
prasarana yang mendukung serta dokumen lainnya yang mendukung
penelitian serta untuk mengetahui letak geografis.
5. Uji Keabsahan Data
Agar data yang disajikan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid, maka
untuk menguji validasi data tersebut penulis menggunakan teknik
trianggulasi. Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
untuk keperluan pengukuran kevalidan data, atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut. Trianggulasi ini dapat ditempuh dengan jalan sebagai
berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang.
6. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Data
yang terkumpul berupa catatan lapangan, komentar peneliti, dokumen berupa
laporan-laporan yang berkaitan dengan subjek yang diteliti, foto-foto, dan
biografi responden. Setelah data terkumpul, maka penulis akan membaca,
menganalisis data secara cermat sehingga penulis dapat mengambil
kesimpulan dari penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menmbagi menjadi lima bab yang terdiri
dari:
Pada bab ini berisi latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II Kajian pustaka
Pada bab ini akan diuraikan berbagai pembahasan kajian pustaka yang
menjadi landasan teoristik penelitian, meliputi teori-teori tentang:
Pengertian proses pembelajaran, metode pembelajaran tahfizhul
Qur’an, dan problematika pembelajaran tahfizhul Qur’an dan
solusinya.
BAB III Gambaran Umum SD PTQ An-Nida Salatiga
Pada bab ini akan dilaporkan berbagai hal mengenai gambaran umum/
profil SD Plus Tahfizhul Qur’an An-Nida Salatiga yang meliputi: latar
belakang historis berdirinya, visi dan misi, tujuan pendidikan, struktur
kepengurusan, keadaan guru dan murid, sarana dan prasarana.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis data hasil wawancara dan
interpretasi data mengenai problematika yang dihadapi dan solusinya.
BAB V Penutup
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
1. Pengertian Proses Pembelajaran
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin processus yang berarti
“berjalan ke depan”. Kata ini merupakan konotasi urutan langkah atau kemajuan yang
mengaran pada suatu sasaran atau tujuan (Syah, 2008:113). Sedangkan pembelajaran
(kegiatan belajar mengajar) merupakan sebuah interaksi edukatif antara peserta didik
dengan guru, peserta didik dengan lingkungan sekolah, dan peserta didik-guru dengan
lingkungan sekolah.
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut PBM (proses belajar
mengajar) ialah sbeuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai
pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar
(Syah, 2008:237). Dalam setiap proses belajar mengajar, sekurang-kurangnya
terdapat unsur tujuan yang akan dicapai, bahan pelajaran yang menjadi isi proses,
peserta didik yang aktif belajar, dan situasi belajar. Pembelajaran sebagai suatu
sistem menuntut agar semua unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain atau
dengan kata lain tidak ada satu unsur yang dapat ditinggalkan agar tidak
Tidak dapat dipungkiri bahawa seorang guru berperan besar dalam proses
pembelajaran. Guru menurut Muhammad Ali merupakan “pemegang peranan sentral
proses belajar-mengajar”. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, guru
dihadapkan pada siswa yang memiliki berbagai macam karakteristik dan juga
dihadapkan pada problem pembelajaran yang terjadi. Seorang guru harus mau dan
berusaha mencari penyelesaian berbagai kesulitan itu (Daradjat, 2001:99).
2. Pendekatan Sistem dalam Proses Pembelajaran
Pendekatan sistem (system approach) dapat digunakan untuk mencari
pemecahan yang tepat dalam proses pembelajaran. Proses dari pendekatan sistem
tersebut dapat dilakukan dengan mengenali masalah-masalah yang timbul (indentify
problem), melakukan percobaan-percobaan, membuat semacam hipotesis, dan
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab hipotesis yang dibuat.
Seperti diungkapkan oleh Gerlach dan Ely bahwa konsep pendekatan sistem
dalam perencanaan pembelajaran terdiri dari 10 komponen atau sub-bab sistem yang
saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Kesepuluh komponen itu
adalah:
1. Spesifikasi pokok bahasan (Spesification of content)
Dilakukan agar pembelajaran mengarah pada satu pokok bahasan dengan
memfokuskan pada suatu topik tertentu yang lebih kecil dari pokok bidang
dipilih pokok bahasan yang lebih spesifik untuk membatasi ruang lingkup
bahasan agar apa yang akan disampaikan tersebut akan lebih jelas dan mudah.
2. Spesifikasi tujuan pembelajaran (Spesification of objective)
Tujuan pembelajaran menjadi pedoman bagi gutu untuk menentukan sasaran
pembelajaran sehingga setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang
diajarkan, mereka dapat memiliki kemampuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Tujuan harus dibuat secara operasional artinya tidak
mengambang/ tidak terlalu luas dan efektif mempunyai kekhususan tertentu.
3. Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa (Assessment of entering
behaviours). Hal ini dapat dilakukan dengan:
a. Memberikan prates untuk mengetahui student achievement (apa yang
belum atau telah dimiliki siswa terhadap pokok bahasan yang akan
diberikan).
b. Mengumpulkan data pribadi siswa untuk mengetahui potensi siswa.
c. Mengetahui latar belakang pendidikan, sosio-budaya, dan lain-lain
sehingga gutu dapat menentukan dan merencanakan pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi siswa.
4. Penentuan pendekatan (Strategy) dan teknik/ metode (Determination of
strategy)
Istilah stategi lebih luas pengertiannya dari metode atau teknik, dengan kata
dibicatakan mengenai pendekatan dalam penyampaian informasi, memilih
sumber belajar, penunjang pembelajaran, dan menentukan peranan siswa.
Pemilihan cara yang ditempuh dan sarana penunjang pembelajaran dilakukan
agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara tepat sesuai karakteristik
siswa.
5. Pengelompokan siswa (Organization of groups)
Penentuan pengelompokan siswa harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan mempertimbangkan gaya, cara, atau kebiasaan belajar
siswa. Hal ini bergantung pada metode, waktu, ruangan, dan pemilihan
sumber penunjang belajar.
6. Penyediaan waktu (Location of time)
Penentuan waktu pembelajaran bergantung pada bobit suatu bidang studi baik
menyangkut pokok bahasan, tujuan, tersedianya ruangan, serta kemampuan
dan minat siswa. Waktu yang tersedia tersbut biasanya digunakan untuk
pendahuluan, penyajian materi, dan kesimpulan/penutup.
7. Pengaturan ruangan (Allocation of space)
Pengaturan ruangan yang telah mentradisi di sekolah dimana papan tulis
terletak didepan (tengah), bangku siswa dijejer menghadap papan tulis, dan
meja guru di sebelah kiri papan tulis dapat dilakukan perubahan. Sebagai
meja guru sehingga siswa dapat bertatapan langsung dengan guru atau antar
siswa.
8. Pemilihan media (Allocation of resources)
Memilih media dengan mempertimbangakn tujuan, tingkat kemampuan siswa,
ketersediaan sumber belajar/ saran apendudkung pembelajaran, biaya, dan
kesesuainnya dengan metode.
9. Evaluasi (Evaluation of performance)
Yang dimaksud evaluasi disini adalah evaluasi tentang proses pembelajaran
dimana guru berinteraksi dengan siswa. Evaluasi performance artinya
penilaian yang berkaitan dengan seluruh kegiatan yang dilakukan baik
mengajar maupun belajar.
10.Analisis umpan balik (Analysis of feedback)
Bila diteliti secara detail, evaluasi tidak hanya sekedar menilai hasil belajar
siswa tetapi mengandung arti yang lebih luas yaitu berupa kegiatan
pengumpulan data tentang materi dan kemampuan siswa, memantau proses
pembelajaran, dan mengatur pencapaian tujuan. Hasil analisis tersebut dapat
dijadikan umpan balik untuk merevisi hal-hal/ kelemahan yang menjadi
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Faktor pengajaran dalam proses kegiatan belajar-mengajar memang sangat
berpengaruh sekali terhadap motivasi pembelajaran, meski memang ada juga siswa
yang mandiri, yang tidak terpengaruh terhdapat faktor pengajar karena dia mau
belajar sendiri. Akan tetapi, dalam sebuah pembelajaran, secara umum ada 2 faktor
yang mempengaruhi:
1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani
dan rohani siswa. Faktor internal siswa terdiri dari dua aspek, yaitu:
a. Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah), kondisi umum jasmani dan
tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Apalagi kondisi tubuh lemah dan disertai pusing,
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang
dipelajari pun kurang atau bahkan tidak membekas. Selain organ tubuh,
tingkat kondisi kesehatan indera pendengar dan penglihatan juga bisa
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan
pengetahuan, khususnya yang diberikan di kelas.
b. Aspek Psikologis, yang meliputi: tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa,
2) Faktor Eksternal terdiri dari dua aspek:
a. Lingkungan sosial, yaitu lingkungan sekolah seperti guru, staf, atau
teman-teman sekelas, masyarakat, dan tetangga serta teman-teman
sepermainan diluar sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
b. Lingkungan non-sosial, yang meliputi gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca
sewaktu belajar dan alokasi waktu yang digunakan.
B. Metode
1. Pengertian Metode
Metode dalam bahasa arab dikenal dengan istilah thuqiruh yang berarti
langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila
dihubungkan dengan pendidikan, maka strategi tersebut haruslah diwujudkan dalam
proses pendidikan, dalam rangka pengembangan sikap mental dan kepribadian agar
peserta didik menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan
baik.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, alat itu mempunyai fungsi ganda
yakni yang bersifat polipagmatis dan monopagmatis. Polipagmatis bilamana sebuah
tujuan penggunaan mengandung implikasi yang bersifat konsisten, sistematis dan
kebermanaan menurut kondisi sasarannya.
Metode sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar. Dengan
metode yang tepat maka dengan mudah tujuan yang telah dicanangkan akan tercapai.
Berdasarkan pengertian menurut Oemar Hamalik, metode yaitu cara kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan dan berfungsi
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Dalam buku Ramayulis (2008:3), para ahli mendefinisikan metode sebagai
berikut:
a. Hasan Langgulung, mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
b. Abd. Al-Rahman Ghunaimah, berpendapat bahwa metode adalah cara-cara
yang praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran.
c. Al-Ahrasy, berpendapat bahwa metode adalah jalan yang kita ikuti untuk
memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam metode
dalam berbagai pelajaran.
Yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya.
Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali,
atau dua puluh kali, atau lebih sehinga proses ini mampu membentuk pola
dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada
ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga
mencapai satu muka. Sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan
akan semakin representatif.
b. Metode Khitabah
Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis
ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas. Kemudian ayat-ayat
tersebut dibacanya hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan penghafal.
Mungkin cukup dengan satu ayat saja, bila ternyata giliran ayat yang harus
dihafalnya itu termasuk kelompok ayat yang panjang. Bisa juga 5 atau sampai
10 ayat, bila ayat-ayat yang akan dihafalnya termasuk ayat-ayat pendek
sebagaimana terdapat pada surat-surat pendek. Metode ini cukup praktis dan
baik, karena disamping membaca dengan lisan aspek visual menulis juga akan
sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dan
bayangannya.
Sima’I artinya mendengar. Metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan
untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang
mempunyai dayat ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau
anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al Qur’an.
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah.
Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni bergungsi untuk
menghafal dan sekaligus bergungsi untuk pemantapan hafalan karena dengan
menulis akan memberikan kesan visual yang mantap.
e. Metode Jama’
Metode ini ialah ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau
bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instrukur membacakan satu
ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudia
instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan
siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan
benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi
sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) sehingga
ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam
bayangannya. Setelah semua hafal, barulan kemudia diteruskan pada ayat
Metode tahfidz Al Qur’an lainnya juga dikemukakan oleh Nawabuddin
(1991:59), yaitu:
a. Metode juz’i, yaitu cara menghafal secara berangsur-angsur atau sebagian
demi sebagian dan menghubungkannya antar bagian yang satu dengan bagian
lainnya dalam satu kesatuan materi yang dihafal. Hal ini dapat dikaji dari
pernyataan berikut ini: “ Dalam membatasi atau memperingan beban materi
yang akan dihafalkan hendaknya dibatasi, umpamanya menghafal sebanyak
tujuh baris, sepuluh baris, satu halaman, atau satu hizb. Apabila telah selesai
satu pelajaran, makan berpindahlah ke pelajaran yang lain kemudian
pelajaran-pelajaran yang telah dihafal tadi satukan dalam ikatan yang terpadu
dalam satu surat. Sebagai contoh seorang murid yang menghafal surat al
Hujurat menjadi dua atau tiga tahap, surat al Kahfi menjadi empat atau lima
tahap.”
Selanjutnya dijelaskan bahwa: “metode ini mempunyai suatu sisi negatif yaitu
murid menemukan kesulitan dalam mengaitkan berbagai kondisi dan tempat
yang berbeda. Untuk bisa menanggulangi hal ini dengan banyak membaca
surat-surat sebagai satu bagian yang terpadu sehingga kesulitan murid akan
berkurang sedikit demi sedikit.
b. Metode kulli, yaitu metode menghafal Al Qur’an dengan cara menghafalkan
secara keseluruhan terhadap materi hafalan yang dihafalkannya, tidak dengan
hafalan yang ada dihafal tanpa memilah-memilahnya, baru kemudian
diulang-ulang terus sampai benar-benar hafal. Penjelasan tersebut berasal dari
pernyataan berikut ini: “Hendaknya seorang penghafal mengulang-ulang apa
yang pernah dihafalkannya meskipun hal itu dirasa sebagai suatu kesatuan
tanpa memilah-memilahnya. Misalnya dalam menghafal surat An Nur, disana
ada tiga hizb,kurang lebih delapan halaman yang dapat dihafalkan oleh siswa
sekaligus dengan cara banyak membaca dan mengulang.
Dalam kaitannya dengan merode menghafal Al Qur’an, Muhammad Zein
membagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a. Metode tahfidz (menghafal), yaitu menghafal materi baru yang belum pernah
dihafalkan. Metode ini adalah mendahulukan proses menghafal dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membaca ayat-ayat yang akan dihafal maksimal tiga kali
2) Membaca sambil dihafal maksimal tiga kali
3) Setelah hafalan lancar, maka ditambah dengan merangkai dengan kalimat
berikutnya sehingga sempurna menjadi satu ayat
4) Menambah materi atau hafalan batu dengan membaca Al Qur’an seperti
langkah perama dan diulang-ulang tanpa melihat Al Qur’an
5) Materi baru dirangkai dengan materi terdahulu dan diulang-ulang sampai
6) Menyetorkan atau memperdengarkan hafalannya kepada ustadz/ah atau
Kiai
7) Pada hari selanjutnya penghafal menyetorkan hafalan baru dengan terlebih
dahulu memperdengarkan materi hari-hari sebelumnya
b. Metode takrir (pengulangan), yaitu upaya mengulang kembali hafalan yang
sudah pernah dihafalkan untuk menjaga dari lupa dan salah. Artinya hafalan
yang sudah diperdengarkan kepada ustadz/ah dan Kiai diulang-ulang terus
dengan dilakukan sendiri ataupun meminta bantuan orang lain until
mendengarkan dan mengoreksi.
c. Metode tartil, yaitu bentuk pengucapan yang baik sesuai dengan aturan tajwid
mengenai penyebutan hurufnya, kalimatnya, berhenti (waqaf) dan yang
lainnya.
Menurut Raghib As-Sirjani (2008:79-82) ada beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam metode muroja’ah, antara lain:
a. Memperbanyak membaca Al Qur’an secara rutin dan berulang-ulang. Ini akan
memindahkan surat-surat yang telah dihafal dari otak kiri ke otak kanan. Otak
kanan dapat menjaga ingatan yang telah dihafal dalam waktu yang cukup
lama. Karena itu membaca sangat efektif dalam rangka mematangkan dan
b. Sering mendengarkan kaset yang berisi ayat-ayat Al Qur’an yang telah
dihafal. Sebab dengan cara ini akan menambah kekuatan dan kematangan
hafalan.
c. Melakukan shalat secara khusyuk dengan membaca ayat-ayat (surat) yang
telah dihafal.
d. Dalam muroja’ah, wajib bagi hafidz untuk melagukan (membaguskan sesuai
kaidah) bacaan. Tujuannya ialah untuk mencegah kebosanan dan
memantapkan hafalan. Selain itu, lisan akan terbiasa dengan suatu senandung
tertentu serta akan diketahui secara langsung adanya kesalahan ketika terjadi
kerancuan pada wazan bacaan dan senandung yang dipakai untuk membaca
ayat Al Qur’an.
e. Mengikuti perlombaan menghafal Al Qur’an merupakan sarana yang paling
efektif untuk menguatkan dan mematangkan hafalan. Pada dasarnya, manusia
akan berusaha lebih sempurna dan lebih baik kalau ada ujian. Ia juga akan
mempercepat hafalan dan bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu jika
pelaksanaan ujian sudah ditentukan.
Jika ditinjau dari beberapa pendapat tentang pengertian dan beberapa metode
dalam pembelajaran tahfizhul Qur’an diatas, maka metode-metode tersebut sangat
cocok untuk dipraktikkan oleh para pendidik ataupun para penghafal. Terlebih lagi
sangat cocok bagi anak-anak usia dini. Maka boleh disimpulkan, jika unsur-unsur
C. Tahfidz Al Qur’an 1. Definisi Al Qur’an
Menurut Al Qathan (2006:16) Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan
menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan
lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al Qur’an asalnya sama dengan
qira’ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan waqur’anan. Allah
menjelaskan dalam surat Al Qiyamah ayat 17-18:
Artinya, “Sesungguhnya atas tanggungankamilah mengumpulkannya (didadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya
Maka ikutilah bacaannya itu.”
2. Definisi Menghafal Al Qur’an
Dalam bahasa Arab menghafal yang berasal dari kata khafidz, yahfadzu,
khifdzon yang berarti menjaga, memelihara, melindungi. Sedang yang dimaksud
menghafal Al Qur’an adalah aktifitas mencamkan dengan sengaja dan dikehendaki
dengan sadar dan sungguh-sungguh.
3. Hukum Menghafal Al Qur’an
Menghafal Al Qur’an hukumnya adalah fardu kifayah. Ini berarti bahwa
tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap
ayat-ayat suci Al Qur’an. Jika kewajiban ini telah terpenuhi oleh sejumlah orang (yang
mencapai tingkat mutawatir) maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya.
Sebaliknya jika kewajiban ini tidak terpenuhi maka semua umat Islam akan
menanggung dosanya.
Hal ini ditegaskan oleh Imam Abdul Abbas pada kitabnya As Syafi dalam
menafsirkan firman Allah: surat Al Qamar ayat 17
Artinya, “Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, Maka
adakah orang yang mengambil pelajaran.”
4. Faedah Terpenting dari Menghafal Al Quran a. Kebahagiaan di dunia dan akhirat
b. Sakinah (tenteram jiwanya)
c. Tajam ingatan dan bersih intuisinya
Firman Allah SWT: surat Al Isra’ 82
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar
d. Bahtera ilmu
Khazanah ulumul Qur’an (ilmu-ilmu Al Qur’an) dan kandungannya akan
banyak sekali terekam dan melekat dengan kuat ke dalam benak orang yang
menghafalkannya.
e. Memiliki identitas yang baik dan berperilaku jujur
Seorang yang hafal Al Qur’an sudah selayaknya bahkan menjadi suatu
kewajiban untuk berperilaku jujur dan berjiwa Qur’ani. Identitas demikian
akan selalu terpelihara karena jiwanya selalu mendapat peringatan dan
teguran dari ayat-ayat Al Qur’an yang selalu dibacanya.
f. Fasih dalam berbicara
Orang yang banyak membaca atau menghafal Al Qur’an akan membentuk
ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan fonetik Arab pada landasannya
secara alami.
g. Memiliki doa yang mustajab
5. Kesiapan Dasar Menghafal Al Qur’an
Problematika yang dihadapi oleh para penghafal Al Qur’an itu secara garis
besarnya dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Menghafal itu susah
d. Gangguan-gangguan kejiwaan
e. Gangguan-gangguan lingkungan
f. Banyaknya kesibukan, dan lain-lain
6. Syarat-Syarat Menghafal Al Qur’an
a. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan
permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya
b. Niat yang ikhlas
c. Memiliki keteguhan dan kesabaran
d. Istiqamah
e. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela
f. Izin orang tau, wali atau suami
g. Mampu membaca dengan baik
7. Faktor-Faktor Pendukung Menghafal Al Qur’an a. Usia yang ideal
b. Manajemen waktu
c. Tempat menghafal
Untuk mempermudah ingatan dalam menghafal ayat-ayat Al Qur’an maka
diperlukan strategi menghafal yang baik, sebagai berikut:
1) Strategi pengulangan ganda
2) Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal
benar-benar hafal
3) Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah
setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya
4) Menggunakan satu jenis mushaf
5) Memahami (pengertian) ayat-ayat yang dihafalnya
6) Memperhatikan ayat-ayat yang serupa
7) Disetorkan pada seorang pengampu
e. Membuat target hafalan
f. Pelekatan hafalan
Diantara beberapa kendala yang menyebabkan hancurnya hafalan itu antara
lain ialah:
1) Karena pelekatan hafalan itu belum mencapai kemapanan
2) Masuknya hafalan-hafalan lain yang serupa, atau informasi-informasi lain
dalam banyak hal melepaskan berbagai hafalan yang telah dimiliki
3) Perasaan tertentu yang terkristal dalam jiwa, seperti rasa takut, skpetis,
guncangan jiwa atau sakit syaraf yang semuanya akan mengubah persepsi
4) Kesibukan yang terus-menerus, tenaga dan waktu sehingga tanpa disadari
telah mengabaikan upaya untuk memelihara hafalannya
5) Malas yang tak berasalan, yang justru sering menghinggapi jiwa seseorang
D. Problematika Pembelajaran Tahfizhul Qur’an dan Solusinya
Menghafal Al Qur’an sudah semestinya melewati sebuah ujian dan cobaan
yang akan membedakan pencapaian satu orang dengan yang lainnya dan menentukan
hasil akhir yang diraih oleh masing-masing dari anak didik. Jika mereka mampu
melewati hambatan ini, maka kesuksesan menjadi haknya. Dan belaku sebaliknya,
mereka akan mengalami kegagalan jika tidak mampu melewatinya.
Menurut Abdul Hafidz Abdul Qadir (2009:69-72), ada tiga hambatan atau
problem yang sering terjadi dirasakan oleh para penghadal Al Qur’an:
1. Malas, tidak sabar dan putus asa.
Jika kemasalan adalah hal yang sulit untuk dihindari bagi seorang penghafal
maka dia harus segera menyadari hal itu dan berusaha untuk
meminimalisirnya. Jika rasa malas muncul, maka dia harus segera ingat akan
keadaan buruk yang akan menimpanya dan berdoa mohon kepada Allah agar
dihilangkan rasa malas tersebut. Kemudian mencari momen terdekat dan
tercepat untuk memulai rutinitasnya lagi dan meninggalkan kemalasan dalam
2. Tidak bisa mengatur waktu.
Dalam sehari semalam ada 24 jam. Jumlah ini berlaku untuk semua orang.
Mau tidak mau setiap orang harus menjalaninya selama itu. Dalam segala hal,
terkhusus jika kaitannya dengan menghafal Al Qur’an, waktu yang telah
ditentukan tersebut harus dioptimalkan. Seorang penghafal Al Qur’an dituntut
untuk lebih pandai mengatur waktu dalam menggunakannya.
3. Sering lupa
Untuk mengatasi hal ini, hal yang terpenting adalah bagaimana kita terus
berusaha menjaga hafalan tersebut. Tidak ada cara lain kecuali dengan banyak
muroja’ah. Sedikit yang perlu dibenahi adalah bagaimana cara seseorang
dalam menghafal. Apakah sudah bersungguh-sungguh atau belum? Apakah
sudah mencurahkan seluruh kemampuannya? Introspeksi diri mempunyai
BAB III
GAMBARAN UMUM SD PTQ AN NIDA SALATIGA
A. Gambaran Umum SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida 1. Letak Geografis
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu faktor penting yang mendukung
perkembangan pendidikan dan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah lokasi
atau tempat yang strategis. Lokasi SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida terletak di Jl.
Jenderal Sudirman no 239, Ledok, Argomulyo, Salatiga. Selain mendirikan SD plus
tahfizhul Qur’an, Yayasan An Nida juga menyelenggarakan taman pendidikan kanak
-kanak/ RA An Nida. Dua lembaga pendidikan ini berlokasi ditempat yang sama.
Murid-murid yang bersekolah di SD Plus Tahfizhul Qur’an dan RA An Nida
tidak hanya berasal dari desa sekitar, tapi tersebar dari beberapa wilayah yang ada di
kota Salatiga. SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida berbatasan dengan:
a. Sebelah barat : jalan utama (Jl. Jenderal Sudirman)
b. Sebelah utara : perumahan warga
c. Sebelah timur : perumahan warga
2. Sejarah Singkat SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida
Lembaga Pendidikan Islam di mana pun berada selalu berupaya untuk
berbenah dan mengembangkan program maupun kelembagaan. Perubahan tersebut
diharapkan dapat memberikan pencerahan dan warna baru yang dapat memberikan
kontribusi bagi masyarakat luas. Berbekal dengan semangat untuk men-syiar-kan
Islam dan menjadikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin serta mencetak genarasi
muda yang Islami, qurani dan mandiri.
Semangat perubahan ini menjadi penting untuk menjadi spirit gerakan
dakwah dan lembaga Islam di manapun berada. Mengingat masih banyaknya stigma
negatif terhadap pendidikan Islam khususnya di pesantren. Untuk menjawab
kehawatiran, ketakutan,, kegelisahan dan kecurigaan sebagian masyarakat, maka
diperlukan sebuah upaya komunikasi yang komprehensif dan menjawab masalah
tersebut dengan tindakan nyata. Salah satu upaya untuk menjawab kegamangan
tersebut adalah dengan melahirkan sistem dan branding kelembagaan yang integratif,
komunikatif dan solutif.
Pondok Pesantren An Nida yang berdiri sejak 1 Juni 1979 ini telah mengukir
sejarah keemasannya tersendiri. Tidak heran di masa dekade tertentu ketika kita
bicara tentang pondok pesantren di kota Salatiga, maka kita sedang membicarakan
Pondok Pesantren An Nida. Ponpes yang diprakarsai oleh KH. Ali As’ad (alm) dan
para kyai-kyai (alumni ma’ahid Kudus) ini telah melahirkan banyak alumni dari
untuk mengalirkan sumber kehidupan (agama) di kota Salatiga, KH. Ali As’ad (Alm)
dengan dana pribadi dan bantuan para dermawan, mendirikan Ponpes An Nida.
Berlandaskan sekilas histori tersebut, maka perlu diupayakan agar keadaan
Ponpes An Nida yang sedang mengalami fase transisi ini dapat di-up grade kembali
menjadi sebuah lembaga yang jauh lebih baik dan menjadi inspirasi banyak orang.
Dengan dukungan berbagai pihak, baik pengurus yayasan, alumni dan masyarakat
yang peduli dengan Ponpes An Nida, maka pada tanggal 01 Februari 2013 di sepakati
tentang pembenahan struktur kelembagaan dan pendirian embrio Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Quran (SD PTQ) An Nida dengan branding Qurani – Terampil - Mandiri dan motto “ Building Future Quranic Generation”.
Sekolah Dasar Plus Tahfizhul Quran yang disingkat (SD PTQ) An Nida ini didesain dengan sistem boarding (pondok pesantren). Dimana peserta didik yang
masuk di dalamnya diwajibkan untuk tinggal di pesantren. Model ini diadaptasi dari
beberapa lembaga sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang berbasis Al-Quran
(tahfizhul Quran) dari berbagai daerah. Diharapkan dengan berdirinya sekolah
tersebut dapat memberikan tambahan pilihan masyarakat dalam memilih lembaga
pendidikan yang unik, memiliki nilai plus dan berbasis Al Quran bagi anak mereka.
Di samping tujuan utamanya adalah untuk mengembalikan kebesaran dan khittoh
Ponpes An Nida sebagai pengalir sumber kehidupan (agama) sebagaimana spirit yang
dibawa oleh KH. Ali As’ad (Alm). Adapun visi dan misi SD PTQ An Nida, sebagai
3. Visi dan Misi Visi
Menjadi role model Sekolah Dasar Plus Tahfidzul Qur’an dalam melahirkan
huffadz Al Qur’an anak-anak yang berjiwa qur’ani, terampil, dan mandiri.
Misi
a) Melahirkan huffadz Al Qur’an anak-anak yang berkepribadian Qur’ani,
terampil, dan mandiri.
b) Menciptakan suasana Qur’ani baik lingkungan sekolah pesantren maupun
rumah.
c) Membina kemandirian dan ketrampilan siswa sesuai potensinya
masing-masing.
d) Menjalin hubungan yang sinergi antara lembaga dengan orang tua dan
stakeholder pendidikan.
e) Mengelola potensi siswa dan orang tua serta guru dalam menyiapkan generasi
Qur’ani yang rabbani dan mandiri.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah profil SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida
Salatiga:
Nama sekolah : SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida
NSS : -
Akreditasi : -
Tahun didirikan : 2013
Tahun beroperasi : 2013
Alamat sekolah : Jl. Jenderal Sudirman No. 239
Desa/ kelurahan : Ledok
Kecamatan : Argomulyo
Kabupaten/ kota : Salatiga
Kode Pos : 50732
Provinsi : Jawa Tengah
Kepemilikan tanah : Hak guna pakai
Luas tanah : -
Luas bangunan : -
4. Struktur Organisasi Sekolah
Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan
diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah badan yang
mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan keerjasama dalam
organisasi. Adapun struktur organisasi SD Plus Tahfizhul Qur’an Annida Salatiga
Struktur Kepengurusan Pimpinan dan Staff
SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
Tahun Ajaran 2015/2016
1. Ketua Yayasan : M. Syarifudin
2. Konsultan pendidikan : Imam Mas Arum, M.Pd.
3. Ketua komite : M. Unang Eko. Y
4. Kepala sekolah : Aswad Aduali Humad Alhalim, SE. SY. Al Hafidz
5. Wakasarpras : Fariul Ibnu Huda, S. Sy
6. Waka kurikulum : Anik Yulianti, S.Pd.
7. Waka kesiswaan : Nur Hasanah, S.Pd.I.
8. KTU : Fitri Nur A., S.Pd.I.
9. Bendahara : Nur Hidayah, S.Pd.I.
5. Keadaan Guru dan Karyawan
Keadaan guru dan karyawan di SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga
berjumlah 18 orang, terdiri dari 1 kepala sekolah, 14 tenaga pendidik yakni 6 guru
mapel sekaligus wali kelas, 6 guru tahfidz, 1 guru olahraga, 1 guru PAI. 2 staf
administrasi yakni 1 ketua TU dan 1 bendahara. Kemudian ada 1 karyawan yang
bertugas menjadi staf kebersihan di SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga.
Tabel 3.1 data guru, staf, dan karywan SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida
Salatiga
No Guru/ Jabatan Jumlah Keterangan
1. Aswad A. H. A, SE. SY. Al Hafidz 1 Kepala Sekolah
9. Wiga Serliati, S.Pd.I Guru Tahfidz 1B
10. Nurul Hikmah, S.Pd.I Guru Tahfidz 2A
11. Anam Guru Tahfidz 2B
12. Mir’atul Azizah Guru Tahfidz 3
13. M. Anas Muttaqin, S.Pd.I Guru Tahfidz 4
14. Yeni Purnamasari, S.Pd.I 1 Guru PAI
15. Miftahuddin 1 Guru Olahraga
17. Nur Hidayah, S.Pd.I. 1 Bendahara
18. Joko 1 Karyawan
Jumlah total 18
6. Keadaan Siswa a. Jumlah Siswa
Dari tahun 2013 hingga sekarang, SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga
mempunyai 138 siswa yang terbagi dalam 4 kelas.
Tabel 3.2 data statistik siswa SD Plus Tahfidzul Qur’an Annida Salatiga
Kelas Jumlah Keterangan
Laki-laki Perempuan
I 53 24 29
II 44 24 20
III 23 14 9
IV 18 8 10
Jumlah 138 70 68
Jumlah siswa kelas satu adalah 53 siswa, terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 29
laki-laki dan 20 siswa perempuan. Jumlah siswa kelas tiga adalah 23 siswa, terdiri dari 14
siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Jumlah siswa kelas empat adalah 18 siswa,
terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.
b. Prestasi siswa SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
Sebagai wujud kerja keras para penyelenggara pendidikan pada SD Plus
Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga, dapat diukur antara lain melalui berbagai
keberhasilan dalam berbagai kegiatan perlombaan seperti lomba tahfidz, lomba
tilawah, dan juga lomba pidato. Prestasi yang ditorehkan oleh siswa-siswi SD Plus
Tahfizhul Qur’an An Nida juga sudah cukup membanggakan. Berikut beberapa daftar
prestasi siswa-siswi SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida:
1. Juara 1 Lomba Tahfidz Juz 30 Festival Anak Sholeh Indonesia
2. Juara 1 Lomba Tartil tingkat SD/MI Putri MTQ Pelajar dan Umum Kota
Salatiga
3. Juara 3 Lomba Tartil tingkat SD/MI Putri MTQ Pelajar dan Umum Kota
Salatiga
4. Juara 1 Lomba Tahfidz Pentas PAI Tingkat Kota Salatiga
7. Program Unggulan Sekolah
SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga mempunyai beberapa program
unggulan yang mungkin tidak ditemui di sekolah dasar yang lain. Dan ini yang
a. Tahsin, tadarus, menghafal dan khataman Al-Qur’an.
b. Menghafal hadits dan do’a-do’a pendek.
c. Praktikum ibadah (shalat, haji, dsb.)
d. Kunjungan RKS (Religi-Keilmuwan-Sosial).
e. Pembiasaan praktik 4 bahasa (Indonesia, Jawa, Inggris, dan Arab).
f. Tidak ada PR (Pekerjaan Rumah) untuk siswa.
g. Closing Pembelajaran setiap akhir pembelajaran kelas.
h. Buku rekam prestasi dan pembelajaran harian dari guru untuk orangtua/
pengasuh
8. Out-put (Target Pendidikan)
Dari program-program unggulan yang sudah disebutkan diatas, diharapkan
bisa memberikan output yang baik. Beberapa output yang ditargetkan dari
program-program unggulan diatas adalah:
a. Siswa memiliki kepribadian Qur’ani, Terampil, dan Mandiri.
b. Siswa memiliki hafalan Al-Qur’an 5-10 juz sampai lulus.
c. Siswa memiliki hafalan 100 hadits pilihan.
d. Siswa meiliki keterampilan bahasa pasif-aktif (bahasa Indonesia, Jawa,
Inggris, Arab)
e. Siswa memiliki keterampilan soft-skill sesuai potensinya.
9. Model Pembelajaran
Proses pembelajaran didesain dengan model pembelajaran berbasis Quantum
Teaching dan Multiple Intelligence. Quantum teaching adalah pendekatan proses
belajar yang dapat memunculkan kemampuan dan bakat alamiah siswa dalam
membangun proses pembelajaran yang efektif (Porter, 2005:3). Model pembelajaran
Quantum teaching menekankan pada teknik meningkatkan kemampuan diri dan
proses penyadaran akan potensi yang dimiliki. Sedangkan multiple intelligence
adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu kecerdasan yang memiliki arti
“kecerdasan ganda” atau “kecerdasan majemuk”. Teori ini ditemukan dan
dikembangkan oleh Howard Gardner.
Selain itu, siswa diwajibkan tinggal di pesantren. Akan tetapi masih terdapat
pengecualian untuk peraturan ini. Di tahun pertama-kedua siswa diberi kesempatan
untuk tidak tinggal di pondok apabila kondisi siswa belum memungkinkan dan akan
diberikan jadwal khusus untuk pendalaman dan penguasaan Al-Qur’an dan
menghafal. Untuk sekarangini , siswa-siswa kelas 4 yang menjadi kelas tertinggi di
SD PTQ An Nida Salatiga sudah tinggal di asrama untuk melaksanakan pembelajaran
yang lebih efektif.
10.Ekstrakurikuler
SD PTQ An Nida Salatiga selain menekankan pada pembelajaran Al Qur’an
juga tetap memafasilitasi kegiatan yang bersifat bakat minat. Beberapa kegiatan
a. Renang
b. Bela diri(Wushu)
c. Qiro’ah (tilawatil qur’an)
d. Outing class
e. Khitobah (pidato)
f. Sepatu roda.
Selain itu Ada aktivitas wajib bagi siswa dan siswi SD Plus Tahfidzul An
Nida Salatiga yang mungkin belum banyak dari sekolah-sekolah lain lakukan
sebelum pelajaran umum dimulai, yaitu Shalat Dhuha bersama. Shalat Dhuha
bersama dilaksanakan pertama setiap hari sebelum pelajaran lainnya dimulai.
Diharapkan dengan diawalinya setiap hari dengan shalat dhuha, ilmu yang akan
dipelajari menjadi lebih berkah dan bermanfaat. Dalam kegiatan shalat ini diharapkan
bisa menjadi sarana muroja'ah hafalan-hafalan yang telah ada. Bukan hanya di
sekolah saja, harapannya murid-murid pun terbiasa melaksakan rutinitas dhuha
tersebut di rumahnya masing-masing.
11.Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangatlah mutlak diperlukan dalam proses belajar
mengajar untuk menunjang pembelajaran. Karena sarana dan prasarana banyak
membantu dan memperlancar jalannya pendidikan serta meningkatkan mutu dan
Sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki dalam konteks ini adalah
segala sesuatu yang tersedia sebagai pelengkap aktivitas pendidikan di SD Plus
Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. Sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Sarana dan prasarana di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
No Sarana dan prasarana Jumlah
1 Ruang Kepala Sekolah 1 ruang
2 Ruang Guru 1 ruang
3 Ruang Teori/Kelas 6 ruang
4 Ruang Bimbingan Konseling 1 ruang
5 Perpustakaan 1 ruang
6 Kamar mandi/WC Guru Laki-laki 1 ruang 7 Kamar mandi/WC Guru Perempuan 1 ruang 8 Kamar mandi/WC Siswa Laki-laki 2 ruang 9 Kamar mandi/WC Siswa Perempuan 2 ruang
10 Aula 1 ruang
11 Ruang Praktik Kerja 1 ruang
12 Ruang TU 1 ruang
13 Gudang 1 ruang
14 Ruang Ibadah 1 ruang
Sarana dan prasarana perlengkapan sekolah antara lain ditampilkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga
No Jenis Barang Jumlah
1 Komputer TU 2 unit
2 Printer TU 1 unit
3 Scanner 1 unit
4 Digital Camera 1 unit
5 Server 1 unit
6 Filling Cabinet 1 unit
7 Meja TU 3 unit
8 Kursi TU 3 unit
9 Meja Guru 6 unit
10 Kursi Guru 6 unit
11 Papan Tulis 6 unit
12 LCD 1 unit
13 Meja Siswa 150 unit
12.Kegiatan Pembelajaran
SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga berdiri pada tahun 2013, hingga
saat ini belum meluluskan angkatan pertama karena kelas tertinggi pada SD ini
adalah kelas 4. SD PTQ An Nida menggunakan konsep full day school, dengan
pembagian kegiatan belajar sebagai berikut:
a. Pembelajaran di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga bersistem full
day school. Sehingga dilaksanakan pada pagi hari, yaitu dimulai dari pukul
07.00 pagi sampai dengan pukul 16.00 wib.
b. Waktu belajar selama 5 (lima) hari dalam seminggu (Senin s/d Jum’at),
kecuali hari libur Nasional dan atau hari libur khusus yang ditentukan sekolah.
c. Untuk pelajaran Tahfizhul Qur’an mulai diajarkan dari kelas I hingga kelas IV
dan masing-masing mempunyai porsi 2 jam pelajaran setiap harinya. Setiap
akan dimulai pembelajaran selalu dimulai dengan muroja’ah ayat-ayat Al
Quran baru kemudian diselingi pelajaran tematik, setelah itu akan ada
pelajaran tahfizhul Qur’an lagi.
d. Setiap siswa wajib menyapa/memberi salam saat bertemu Kepala Sekolah,
Guru, Pegawai dan siswa lain di dalam dan diluar lingkungan sekolah.
e. Siswa yang berhalangan hadir wajib memberi surat ijin dari orang tua/wali
f. Selama jam istirahat siswa harus berada di lingkungan sekolah, dan segera
masuk kelas bila bel masuk dibunyikan.
g. Ikut menjaga sarana prasarana sekolah, kebersihan, keindahan,
ketertiban keamanan, kesehatan, dan kekeluargaan.
h. Melapor kepada kepala sekolah, guru, guru piket, atau petugas keamanan
sekolah apabila merasa atau mengetahui ada gejala/peristiwa permusuhan,
perkelahian, perusakan, pencemaran nama baik, serta gangguan keamanan
dan ketertiban lainnya
i. Setelah bel pulang berbunyi, siswa diwajibkan langsung pulang ke rumah
masing-masing, kecuali mengikuti kegiatan ekstrakurikuler atau
melaksanakan piket kebersihan atau ada kegiatan lain dari sekolah dengan
sepengetahuan orang tua, guru atau petugas sekolah.
B. Profil Responden
Berikut adalah profil singkat para responden yang membantu penulis dalam
mengumpulkan informasi sebanyak-banyak terkait problematika proses pembelajaran
tahfizhul Qur’an di SD PTQ An Nida Salatiga.
Dari guru:
a. Rosi Diana Ma’rufah (RDM)
Salah satu guru tahfidz di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. beliau
mengampu kelas 1A. beliau adalah guru wiyata bakti yang baru 3 bulan
b. Nurul Hikmah, S.Pd.I (NH)
Beliau juga guru tahfidz di SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga.
beliau mengampu kelas 2A. beliau mengajar di SD ini dari tahun 2014.
c. M. Anas Muttaqin, S.Pd.I
Beliau guru tahfidz SD Plus Tahfizhul Qur’an An Nida Salatiga. beliau
mengampu kelas 4. Kelas tertinggi di sekolah ini. Beliau adalah salah satu
guru yang sudah mengajar dari sejak SD ini berdiri.
Dari orang tua:
a. Tri Joko (TJ)
Beliau adalah orang tua dari Athar, yakni siswa kelas 4 yang berasal dari
Suruh, Kab. Semarang. Athar adalah salah satu dari beberapa anak yang
dulunya pindahan dari SD Negeri pada saat kelas 3.
b. Imam Fauzi (IF)
Beliau adalah orang tua dari Anas, yang juga siswa kelas 4 yang berasal dari
Tegalwaton. Anas salah satu anak yang berprestasi hingga tingkat provinsi di