• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD - Test Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB

RISALATUL MU’AWANAH

KARYA SAYYID

ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

ATIK ZAKIYAH

NIM: 111 11 116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTASTARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

▸ Baca selengkapnya: silsilah habib muhammad bin alwi al haddad

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan,

belajar

dengan

penuh

keikhlasan,

istiqomah dalam menghadapi cobaan

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada-Mu ya Robb, maka skripsi yang penulis susun ini di persembahkan kepada:

 Allah SWT dan Rasullah SAW, sebagai sedikit bukti pengabdian hamba

kepada agama-Mu yakni al Din al Islam.

 Mamak dan Bapakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat,

nasehat, dukungan serta doa. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

 Adek-adekku (dek Rani, dek Nova, dek Aziz, dek Ririn, dek Azzam) yang

telah dan selalu memberi semangat, motivasi sampai penulis menyusun skripsi ini.

 Syaikh Murobbi Rukhina Romo Kyai As‟ad Haris Nasution Fatkurrohman,

Ibunda Nyai Fatikhah Ulfah Imam Fauzi dan Ibunda Nyai Chusnul Chalimah beserta seluruh ahlul bait beliau yang senantiasa dengan tulus ikhlas mendidik kerohanianku dan motivasi spiritual hingga sekarang.

 Teman-temanku pondok pesantren putri Al-Manar (Mbk khoir, Mbk Umi,

Mbk Nur, Mbk Rif‟a, Mbk Dita, Mbk Latifah, Mbk Wiwik, Mbk Ummah,

Mbk Navisah ) yang tidak pernah henti-hentinya mendukung aku sampai skripsi ini terselesaikan.

 Kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa belajar dan berusaha meraih

(8)

viii

skripsi ini. Seluruh makhluk hidup didunia ini yang ikut menjadi inspirasi penulis.

 Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempat diri ini menimba Ilmu. Sekolah

ku dari SD, MTS, hingga MA yang telah memberiku lahan ilmu dan wawasan.

 Teruntuk calon imamku, terima kasih telah mendukung dan menunggu

(9)

ix

KATA PENGANTAR

ميحّرلا نحمّرلا الله مسب

َرئاصب َرّصبو ،َينِّقتملِل ِةداعّسلا َجهنم َلّهسو ،َينِبلاّطلل َقيرّطلا َحضوأ يِذّلا ِلله ُدملحا

ِناسحلإا َراونأو ِنايملإا َرارسأ مهَحنمو ،ِنيِّدلا في ِماكحلأاو ِمكلحا ِرئاسب َينِقّدصلدا

ّنأ ُدهشأو ،ُينبلدا ُّقلحا ُكللدا ُول َكيرش لّ هَدحو ُالله ّلّإ ولإ لآ ْنأ ُدهشأو ،ِينقيلاو

ِفي ُوْهِّقَفُ ي اًرْ يَخ ِوِب ُالله ِدِرُي ْنَم ُلئاقلا ،ُينملّا ُدعولا ُقداّصلا وُلوسرو هُدبع اًدممح ناَدّيس

ِنيّدلا ِموي َإإ ٍناسح ملذ ،َينِعباّتلاو وِباح أو وِل َلعو ِويلع ُالله ّل ،ِنْيِّدلا

.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Sang Raja alam semesta (Allah

„Azza wa Jalla). atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana dan jauh dari sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para umatnya (nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak, Ibuku dan seluruh keluargaku yang telah mendo‟akan dan

membantuku dalam menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. 2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku RektorInstitut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

(10)
(11)

xi

ABSTRAK

Atik Zakiyah. 2016. Konsep Menuntut Ilmu Dalam Kitab Risalatul Mu’awanah

Karya Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad.Skripsi. JurusanPendidikan Agama Islam.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.

Kata kunci: Konsep Menuntut Ilmu

Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah seorang tokoh tasawuf yang terkenal. Salah satu kitabnya adalah Risalatul Mu’awanah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibagaimanapendidikan menuntut ilmub menurut Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Mu’awanah. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul

Mu’awanah? (2) Bagaimanakah konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab Risalatul Mu’awanah? (3) Bagaimanakah relevansi konsep Menuntut Ilmu kitab Risalatul Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library research). Sumber data primer adalah kitab Risalatul Mu’awanah, sumber sekundernya adalah terjemahannya dan sumber tersiernya adalah kitab-kitabdanbuku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian.Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analitis, content analysis dan

reflektif thinking.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO IAIN ... ii

NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 5 A. RiwayatHidupSayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad ... 11

B. Pemerintah Masa Kehidupan Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ... 18

C. Madzhab Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ... 19

(13)

xiii

E. Karya-karyaSayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ... 24

F. Bidang Ilmu Kitab Risalatul Mua’awanah ... 30

G. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad ... 32

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD TENTANG KONSEP MENUNTUT ILMU A. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddad Tentang Konsep Menuntut Ilmu di Dalam Kitab Risalatul Mua’wanah ... 48

1. Ilmu Terhadap Allah SWT ... 49

2. Ilmu Terhadap Diri Sendiri ... 51

3. Ilmu Terhadap Lingkungan ... 55

B. PengertianKonsep Dalam Menuntut Ilmu ... 59

C. Bentuk-Bentuk Konsep Menuntut Ilmu ... 60

D. Pengertian Menuntut Ilmu... 62

E. Etika Atau Cara Menuntut Ilmu ... 63

F. Manfaat Menuntut Ilmu ... 67

G. Tujuan Menuntut Ilmu ... 68

BAB IV ANALISIS RELEVANSI KONSEP MENUNTUT ILMU KITAB RISALATUL MU’AWANAH DALAM KONTEKS KEHIDUPAN SEHARI-HARI A. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalatul Mu’awanah ... 70

B. Metode yang Digunakan Dalam Menuntut Ilmu ... 73

(14)

xiv

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbekal dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib, sunnah dan haram.Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana cara menjahui keharamaan. Karena begitu besar peran ilmu, maka diwajibkan menurut dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau dapat memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. Ilmu yang wajib dituntut oleh setiap muslim, yaitu ilmu yang menjelaskan tentang ketentuan yang diwajibkan oleh Allah SWT. dan keharaman yang diharamkan-Nya. (Al-Haddad, 2007:83).

(16)

2

buruk, dan bukan tidak mungkin mereka juga akan menjadi terbiasa untuk melakukan perbuatan yang buruk.

Sesungguhnya manusia mereka yang masih janin, bayi, kanak-kanak, remaja dan lain-lain. Itu nantinya sudah tentu mereka akan menjadi dewasa, menjadi manusia besar yang akan merupakan generasi baru untuk menggantikan para orangtua sekarang yang sudah tua-tua. Orangtua pun secara pasti akan meninggalkan hidup mereka di alam fana ini, melanjudkan perjuangan dan pengkhidmatan pendahulunya terhadap bangsa, negara, juga agama. (Al-Ghalayaini, 2000: 313).

Oleh karena itu, orangtua harus lebih memperhatikan anak-anaknya dalam soal pendidikan, terutama pendidikan tentang menuntut ilmu. Supaya mereka tidak mudah terpengaruh dengan keadaan lingkungan yang buruk seperti saat ini. Pada masa yang akan datang kelak, mereka akan menjadi pilar-pilar penerus perjuangan yang memiliki ilmu yang baik dan berguna, menjadi penerus bangsa negara, dan juga agama.

(17)

3

Dengan bekal menuntut ilmu, seseorang dapat mengetahui batas mana yang baik dan mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya. Orang yang berilmu dapat memperoleh irsyad, taufik, dan

hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat. Kebahagian hidup oleh setiap orang selalu didambakan kehadirannya di dalam lubuk hati. Hidup bahagia merupakan hidup sejahtera dan mendapat ridha dari Allah SWT dan selalu disenangi oleh sesama makhluk. (FIP-UPI, 2007: 18).

Salah seorang ulama‟ yang mengkaji dan memberikan ilmu secara

mendalam adalah Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad. Dia adalah seorang guru besar dalam bidang menuntut ilmu, baik ilmudhahir (lahir) maupun

bathin (batin).

Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan Rasulullah SAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya :“Menuntutilmuituwajibatassemua orang Islam”. (HR. BaihaqidariAnas).

(18)

4

( http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-bin-alwi-al.html).

Selain dikenal sebagai seorang yang ahli dalam mendidik ilmu, Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad juga dikenal sebagai seorang yang produktif dalam karya tulis. (Musthofa, 1994: 163). Karya-karya dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad banyak sekali, salah satu karyanya yang ada di Indonesia, yang banyak dikaji oleh majlis-majlis pengkajian ilmu adalah kitab Risalatul Mu’awanah. Kitab ini tergolong sangat praktis, di dalamnya

terdapat berbagai ulasan-ulasan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak yang disertai dengan dalil-dalilnya (dasar-dasarnya), yang bisa dijadikan sebagai acuan untuk mempengaruhi dan memformulasikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari para siswa (pelajar).

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menggali konsep menuntut ilmu yang terdapat dalam kitabRisalatul Mu’awanah,yang memuat ulasan-ulasan pemikiran dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tentang tata cara dan langkah-langkah seseorang menempuh jalan kehidupan menuju kebahagiaan dunia akhirat. Untuk itu, maka dalam penelitian ini penulis memberi judul: KONSEP MENUNTUT ILMU DALAM KITAB RISALATUL MU’AWANAH KARYA SAYYID ABDULLAH BIN ALWI

(19)

5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddaddalam kitab Risalatul mu’awanah?

2. Bagaimanakah konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab

Risalatul Mu’awanah?

3. Bagaimanakah relevansi konsep Menuntut Ilmu kitab Risalatul

Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab

Risalatul Mu’awanah.

2. Mengetahui bagaimanakah Konsep Menuntut Ilmu yang terdapat dalam kitab Risalatul Mu’awanah.

3. Mengetahui relevansi Konsep Menuntut Ilmu dalam kitab Risalatul

Mu’awanah dalam konteks kehidupan sehari-hari.

D. KegunaanPenelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

(20)

6 2. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama pendidikan Islam. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga-lembaga pendidikan yang ada di Indonesia.

E. PenegasanIstilah

Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Konsep Menuntut Ilmu

Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memehami hal-hal lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia.2007:588). Selain pengertian tersebut ada juga yang mengartikan bahwa konsep adalah pokok pertama yang mendasari keseluruhan pemikiran. (Ensiklopedi indonesia, 1991:1856). Dengan demikian sebuah konsep akan membingkai atau menyusun sebuah penjelasan tentang suatu hal atau perkara yang di teliti.

Menuntut adalah meminta dengan keras (setengah mengharuskan supaya dipenuhi).(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:589).

(21)

7

sedangkan amal tidak akan di terima kecuali dengan niat yang benar.

(Al-Jaza‟iri, tt: 223).

Dengan demikian menuntut ilmu adalah sesuatu yang dianggap baik untuk diusahakan dalam membimbing dan mengarahkan seseorang supaya mencapai ilmu yang baik dan benar, serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Risalatul Mu’awanah

(22)

8

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif Literer. Yaitu pendekatan yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.Dalam hal ini hendak diuraikan nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Kitab Risalatul Mu’awanah dan relevansinya dengan kehidupan kontemporer.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research (penelitian kepustakaan). Maka peneliti menggunakan teknik yang diperoleh dari perpustakaan dan dokumentasi dikumpulkan dari kitab-kitab dan buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari tiga sumber:

a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkaitan dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab Risalatul Mu’awanah.

b. Sumber Skunder, adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu terjemahan kitab Risalatul

Mu’awanah, buku-buku dan media elektronik seperti internet, yang

mendukung objek penelitian. 3. Teknik Analisis Data

(23)

9 a. Metode Content Analysis

Metode Content Analysis (analisis isi)menurutWeber sebagaimana yang dikutip oleh Soejono dalam bukunya yang berjudul:Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan Penerapan, adalah: “metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur

untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen”. (Soejono, 2005: 13). Dengan teknik analisis ini penulis

akan menganalisis terhadap makna atau pun isi yang terkandung dalam ulasan-ulsan kitab Risalatul Mu’awanah dan kaiatanya dengan nilai-nilai pendidikan akhlak.

b. Metode Reflektif Thinking

Metode Reflektif thinking yaitu berfikir yang prosesnya mondar-mandir antara yang emperi dengan yang abstrak. Emperi yang khusus dapat saja menstimulasi berkembangnya yang abstrak yang luas, dan menjadikan mampu melihat relevansi emperi pertama dengan emperi-emperi yang lain yang termuat dalam abstrak baru yang dibangunnya. (Muhadjir, 1991: 66-67). Metode ini digunakan untuk melihat relevansi antara kitab Risalatul Mu’awanah dan nilai-nilai pendidikan akhlak kontemporer.

G. Sistematika Penulisan

(24)

10

tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab Pertama. Pendahuluan, menguraikan tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Penelitian, Metode Penelitian, dan sistematika Penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami skripsi ini.

Bab Kedua. Biografi dan pemikiran Syaiid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab Risalatul Al mua’wanah menguraikan tentang: Biografi Sayyid Abdullah bin Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual, dan perjalanankarirnya. Selain itu dalam bab ini juga membahas perkembangan intelektualdan karya-karyanya serta pemikiran-pemikirannya dalam kitab Risalatul Almu’awanah.

Bab Ketiga. Deskripsi pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tentang konsep menuntut ilmu.

Bab Keempat. Pembahasan, menguraikan signifikansi pemikiran, relevansi pemikiran, dan implikasi.

(25)

11

BAB II

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD

A. Riwayat Hidup Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad

1. Kelahiran, Keturunan dan Tempat Tinggal

Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dilahirkan pada malam senin tanggal 5 Shafar tahun 1044 H/ 30 Juli tahun 1634 M. di Subair (sebuah perkampungan di pinggiran kota Tarim, Hadlramaut, Yaman). Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah Keturunan dari Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad, yang dikenal sebagai seorang yang shaleh, serta diyakini sudah mencapai derajad Al-Arifin(ma‟rifat) dengan

Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi, yang juga dikenal sebagai seorang wanita yang shalehah. (Al-Badawi, 1994: 39-40).

Nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad bersambung kepada kekasih Allah SWT, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al-Husein RA, putra dari Amirul Mukminin Sayyiduna Ali bin Abi Thalib RA, dan Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA, putri dari Rasulullah SAW.

(26)

12 Sayyiduna Muhammad

SAW

Sayyidatuna Khatijah Al-Kubro RA

Sayyidatuna Fathimah Az-Zahro RA

Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA

Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin

Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir

Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib

Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy

Ubaidillah Alwi Ba‟lawi Shohib Saml

Alwi Muhammad

Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath

Abdurrahman Alwi Al-Faqih Al-Muqaddam

Ahmad Al-Faqih Abdullah

Ahmad Muhammad

Abu Bakar Ahmad Al-Haddad

Muhammad Alwi

Abdullah Ahmad

Sayyid Alwi Muhammad Al-Haddad

Syarifah Salma binti Idrus

(27)

13

Demikianlah runtunan nasab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW melalui jalur Sayyiduna Al-Husain RA.( http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tinggal disebuah tempat bernama Al-Hawi. Al-Hawi adalah sebuah kawasan yang berdekatan dengan Tarim, ia menetap disana (Al-Hawi) pada tahun 1099 H. Sayyid Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri (Sejarawan dari Hadlramaut) berkata: ”Sesungguhnya Sayyid Abdullah Al-Haddad mendirikan Al-Hawi semata-mata untuk mempunyai tapak yang berdiri sendiri untuknya dan ahli keluarganya serta para pengikutnya, dan tidak tertakluk kepada

pentadbiran (pemikiran) Qadli Tarim pada masa itu. Ia merupakan tempat yang strategis untuk mendapatkan segala yang baik daripada Tarim, dan kawasan yang terlindung dari segala fitnah dan kejahatan dari

tempat itu”. Dengan demikian Al-Hawi menjadi kawasan yang selamat

lagi dihormati.

Sayyid Abdullah Al-Haddad membangun rumahnya di Al-Hawi pada tahun 1074 H, lalu berpindah dari Subair kesana pada tahun 1099 H. Ia membangun masjidnya berhampiran dengan rumahnya, dan mengajar di sana selepas salat asar setiap hari, dan pagi hari kamis dan senin, serta hadlrah (rebana) pada setiap malam Jum‟at selepas salat

isya‟. Maka dengan berbagai aktivititas, Al-Hawi menjadi tumpuan

(28)

14

bagi kaum fakir miskin, dan merupakan zona selamat, aman, dan tenteram.

2. Ketekunan Ibadah Sayyid Abdullah binAlwi Al-Haddad

Pada tahun 1079 H, Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad telah berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Setelah sampai di Makkah, ramai penduduk Makkah yang menyambut kedatangannya, dan di sana ia tinggal di rumah Sheikh Husain Ba Fadal. Sayyid Abdullah Al-Haddad menceritakan keberadaannya dirumah Sheikh Husain Ba Fadlal, Sayyid Abdullah berkata:“Sesungguhnya Sheikh Husain berkata: Aku

mempunyai dua lautan di mana aku mengambil dari keduanya, yang pertama: adalah lautan dzahir, yaitu Sheikh Ahmad Al-Qusyasyi, yang kedua: lautan batin, yaitu Sayyid Muhammad bin Alwi As-Seggaf, dan Allah SWT telah mengumpulkan kedua lautan itu padamu untukku”.

(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

Pada tahun itu, wuquf di Arafah jatuh pada hari jum‟at, ramai

penduduk Makkah pada ketika itu yang datang kepadanya.Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad sedang duduk di sebelah Hijir Isma‟il, ia didatangi oleh Syarif Barakaat bin Muhammad, lalu meminta do‟a kepadanya agar

(29)

15

raja di Makkah, dan Allah SWT telah mengabulkan permintaanya”.

Syarif Barakaat di lantik menjadi pemimpin di Hijaz pada tahun 1082 H. (http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

Pada hari Jum‟at 1 Muharram 1080 H, bertepatan dengan

masuknya waktu salat fajar, Sayyid Abdullah Al-Haddad telah di pelawa untuk menjadi imam pada shalat subuh di Masjidil Haram di Makkah. Ia membaca surah As-Sajdah dan surah Al-Insan.

Sayyid Abdullah Al-Haddad melangsungkan perjalanannya menuju kota Madinah Al-Munawwarah. Telah diceritakan bahwa, ia tidak tidur dalam perjalanannya menuju kota Madinah kecuali sedikit sekali, di sebabkan kerinduan yang mendalam di dalam hatinya. Dia mengungkapkan akan kerinduannya itu dalam syairnya:

ىَرَكلا انل ّذلي َلّ ْنأ َانَل ّذلَي

*

ِّ ُْلحا ِلاَخ ْنِم َااَوْرلأا َللاَخ الد

Artinya:”Sungguh kami merasakan kenikmatan dimana kami tidak

meraza nikmat dengan tidur, Ketika kemurnian cinta telah menyatu dengan ruh”.

Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad menghampiri kota Madinah, ia dapat mencium bau wangi serta merasakan adanya cahaya yang

Artinya:”Ketika kami sampai di Thaibah (Madinah), kami mencium bau

(30)

16

manusia.Bersamaan dengan waktu fajar, kami sampai ke Madinah, sungguh indah pagi itu bagi kami dengan kebahagiaan”.

Sejarah menyebutkan bahwa Sayyid Abdullah Al-Haddad tidak tidur di waktu malam untuk beribadah kecuali sedikit saja. Yang demikian itu adalah untuk meneladani amalan RasulullahSAW yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk tidak tidur di waktu malam kecuali sedikit saja. Firman Allah SWT:

 Artinya: “Hai orang yang berselimut (Muhammad)!, bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)”. (Q.S. Al -Muzammil:1-2). (http//www.Al-Quran-digital.com).

Allah SWT juga telah memuji mereka yang menghidupkan malam dengan ibadah kepadaNya. Firman Allah SWT:



Artinya: “Adalah mereka itu sedikit tidur pada malam hari. Dan ketika

waktu sahur mereka meminta ampun (kepada Allah).” (Q.S.

Adz-Dzariyat: 17). (http//www.Al-Quran-digital.com).

Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: "Kami telah melaksanakan segala sunah Nabi SAW, dan tiada satu sunah pun yang kami tinggalkan”. Sebagai membenarkan akan ucapannya itu, beliau

(31)

17

3. Peristiwa Wafat Sayyid Abdullah binAlwi Al-Haddad

Sayyid Abdullah Al-Haddad menghabiskan umurnya untuk menuntut ilmu dan mengajar, berdakwah dan mencontohkannya dalam kehidupan. Hari kamis 27 Ramadhan 1132 H, dia sakit tidak ikut salat asar berjama‟ah di masjid dan pengajian rutin sore. Ia memerintahkan

orang-orang untuk tetap melangsungkan pengajian seperti biasa dan ikut mendengarkan dari dalam rumah. Malam harinya, ia salat isa‟ berjama‟ah

dan tarawih. Keesokan harinya ia tidak bisa menghadiri salat jum'at. Sejak hari itu, penyakitnya semakin parah. Ia sakit selama 40 hari sampai akhirnya pada malam selasa, 7 Dzul-qo‟dah 1132 H / 10 September 1712 M, ia kembali menghadap Yang Kuasa di Al-Hawi, disaksikan anaknya, Hasan. Ia wafat dalam usia 89 tahun. Ia meninggalkan banyak murid, karya dan nama harum di dunia. Di kota tarim, di pemakaman Zanbal ia dimakamkan. (Al-Badawi, 1994: 171-172).

Putranya yang bernama Hasan yang merawatnya ketika sakit. Sayyid Hasan menceritakan bahwa: Sesungguhnya Sayyid Abdullah Al-Haddad dalam sakitnya banyak mengulangi hadis yang terakhir dalam Shahih Al-Bukhari, yaitu:

،ِناَسِّللا َلَع ِناَتَفيِفَخ ِناَتَمِلَ

اَُهُ ،ِنَْحمَّرلا َإِإ ِناَتَ بيِبَح ،ِناَزيِمْلا ِفي ِناَتَليِقَث

ِميِ َعْلا َِّاا َناَحْبُس ،ِهِدْمَِ َو َِّاا َناَحْبُس

.

Artinya: Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, di senangi oleh Yang maha Pengasih yaitu:

ِميِ َعْلا َِّاا َناَحْبُس

,

ِهِدْمَِ َو َِّاا َناَحْبُس

.

(32)

18

kecuali di waktu pagi. Keadaan menjadi sangat memilukan ramai pengikutnya. Berduyun-duyun manusia datang untuk menghadiri pemakamannya.

Sayyid Hasan (putranya) dan Sayyid Umar bin Hamid adalah orang yang menangani pemandiannya. Shalat jenazah diimamkan oleh Sayyid Alwi (putranya), dan di hadiri oleh lebih kurang dua puluh ribu (20.000) orang. Sayyid Abdullah Al-Haddad dimakamkan bersamaan dengan terbenamnya matahari, oleh karena terlalu ramai manusia yang mengahdiri jenazahnya. (Al-Badawi, 1994: 173).

B. Pemerintahan Masa Kehidupan Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad (1044-1132 H/ 1634-1720 M)

Sayyid Abdullah Al-Haddad lahir pada masa Dinasti Turki Usmani, yang dipimpin oleh Sultan Murad IV (1623-1640 M). Yaman yang pada waktu itu di bawah kekuasaan Turki Usmani. Sayyid Abdullah Al-Haddad melewati tujuh periode kepemimpinan kerajaan, mereka adalah:

1. Sultan Murad IV (1623-1640 M). 2. Sultan Ibrahim (1640-1648 M).

(33)

19

Pergantian pemimpin yang cepat dalam beberapa periode ini, menunjukkan bahwa pada masa itu Islam sedang dalam periode kemunduran, keperkasaan pasukan Islam waktu itu sedang mengalami masa stagnan. Pada masanya, Inggris sudah terbiasa berdagang di Yaman, sedang Portugis telah menguasai pulau Socotra, 350 km lepas pantai. Ekspansi Islam pun sudah berhenti. Selain itu, kawasan Hadramaut mengalami periode kehancuran. Ketika Sayyid Abdullah Al-Haddad berusia 25 tahun, Hadramaut ditaklukkan oleh kelompok Qasimi Zaydiyah dari Yaman Utara. Kaum Hadrami mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tahun 1715 Hijriyyah, saat Sayyid Abdullah berusia 81 tahun. (http://anneahira.com/sejarah-kerajaan-turki -usmani.html).

C. Madzhab Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Sayyid Abdullah Al-Haddad dalam sejarah Islam, ia dikenal sebagai salah satu mursyid tarekat (toriqoh ba‟lawi), ia adalah penganut aqidah Sunni

Asy‟ariyah, dan pengikut madzhab Syafi‟i. Sayyid Abdullah sangat

memahami kitab-kitab madzhab Imam Syafi‟i. Sampai-sampai yang dahulu adalah gurunya, kemudian menjadi muridnya. Salah satunya yaitu Sheikh Bajubair, dimana Sayyid Abdullah Al-Haddad dulunya telah berguru kepada Sheikh Bajubair dalam ilmu Fiqh, dan ia telah belajar kitab Al Minhaj (kitab Fiqh madzhab Imam Syafi‟i) dari Sheikh Bajubair.

(34)

20

Sayyid Abdullah Al-Haddad. Hal ini menunjukkan akan keluasan ilmu Sayyid Abdullah yang diberikan oleh Allah SWT. kepadanya.

D. Guru-guru Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad

Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad tumbuh besar dalam lingkungan keluarga yang baik, ia mendapat didikan awal dari ayahandanya Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad dan ibundanya Syarifah Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi. Di masa kecilnya, ia menyibukkan diri untuk menghafal Al-Qur‟an, dan bermujahadah untuk mencari ilmu, sehingga berjaya mendahului rekan-rekannya.

Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya seringkali melakukan perjalanan berkeliling ke berbagai kota di Hadlromaut, menjumpai kaum sholihin (orang-orang yang saleh) untuk menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka. Telah dicatatkan bahwa, jumlah bilangan guru-guru Sayyid Abdullah melebihi 140 guru, ia telah mengambil ilmu dan berkah dari para guru-gurunya itu. Di antara guru-guru dari Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad adalah sebagai berikut:

1. Al-Quthb Anfas Sayyid Umar bin Abdurrahman Al-„Athos bin „Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Asseqaf (wafat: 1072 H),

2. Al-„Allamah Sayyid Abdurrahman bin Syekh Maula „Aidid Ba'Alawy

(wafat: 1068 H),

(35)

21

4. Al-„Allamah Sayyid „Aqil bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin

„Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrahman

Asseqaf,

5. Al-Mukarromah Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaf yang tinggal di Mekkah (1002–1071 H).

6. Syaikh Sayyid Abu Bakar bin Imam Abdurrahman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaf,

7. Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,

8. Sayyid Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,

9. Sayyidi Syaikh Sayyid Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Syaikh Al-‟Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob Husein bin Syaikh Quthb Robbani Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus (1035-1112 H),

10. Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al- Asqo,

11. Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi (wafat 1071 H).

12. Al-„Arifbillah Syaikh Muhammad bin „Alawi as-Saqqaf al-Makki

(36)

22

hakikat, memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi dalam bidang tasawwuf, sampai ia menyusun sebuah Ratib (wirid-wirid perisai diri, keluarga dan harta) yang kini dikenal di seluruh penjuru dunia. Hingga diakhiri memperoleh tingkat Al-Qutub Al-Ghauts (Wali tertinggi yang bisa menjadi wasilah pertolongan). ( http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

(37)

23

Allah ‘Azza wa Jalla

Sayyiduna Muhammad SAW

Sayyiduna Ali bin Abi Tholib RA

Al-Imam Al-Husein Ali Zainal „Abidin

Ja‟far As-Shodiq Muhammad Al-Baqir

Ali Al-Uraydhi Muhammad An-Naqib

Ahmad Al-Muhajir Isa Ar-Rumiy

Ubaidillah Alwi Shohib Saml

Alwi Muhammad

Ali Kholi‟ Qosam Muhammad Sohib Mirbath

Muhammad al Faqih al Muqaddam Ali

Alwi al Ghoyur Ali

Syeikh Abdurrahman As-Seggaf Muhammad Maulah Dawilah

Abdullah Abdurrahman

Salim Ubaidullah

Aqil Abdurrahman

Al-Quthb Anfas Sayyid Umar Al-„Athos

(38)

24

Sayyid Abdullah Al-Haddad adalah seorang da‟i yang menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan sangat mengesankan dan sebagai seorang penulis yang produktif, yang karya-karyanya tetap dipelajari orang sampai saat ini. Banyak dari para penuntut ilmu yang datang untuk berguru kepadanya. Keaktifannya dalam berdakwah menjadikannya digelari Quthbid Dakwah wal Irsyad( Wali Tertinggi yang memimpin dakwah).

Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang Sayyid Abdullah Al-Haddad miliki pada saat usia yang sangat dini, ia dinobatkan oleh Allah SWT dan guru-gurunya sebagai da‟i, yang menjadikan namanya harum di seluruh penjuru wilayah Hadlramaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari Hadlramaut tetapi juga datang dari luar Hadlramaut. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabarrukan

(mencari berkah), memohon do‟a darinya.

(http://darulmurtadza.com/imam-abdullah-bin-alwi-al-haddad/).

E. Karya-karya Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad

(39)

25

yang membaca dan menggemarinya, akan tetapi sebagian ulama‟ pun

menjadikannya sebagai pegangan dalam berdakwah. (Al-Badawi, 1994: 163). Keistimewaan dari karya-karya Sayyid Abdullah adalah mudah difahami oleh semua kalangan, mengikut kefahaman masing-masing. Sehingga buku-bukunya telah dicetak beberapa kali dan sudah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa.

Adapun karya-karya Sayyid Abdullah Al-Haddad diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Risalah Al-Mudzaakarah Ma’a Al-Ikhwan Muhibbin Min Ahl Al-Khair Wa Ad-Din (ٍِّىاو زٍخىا وهأ ٍِ ٍِّثحَىاو ُاىخلإا عٍ جزماذَىا حىاسر)

Berisi tentang definisi takwa, cinta menuju jalan akhirat, zuhud dari dunia, kitab ini sangat cocok untuk menerangkan hati. Kitab ini selesai ditulis oleh Sayyid Abdullah pada hari ahad sebelum waktu dhuhur, akhir bulan Jumadil Awwal tahun 1069 H. (Al-Badawi, 1994: 163).

2. Risalah al-Mu’aawanah wa al-Mudzaaharah wa al-Mu`aazirah li

ar-Raghibin minal Mu’minin fi Suluki Thoriqil Akhirah ( حّواعَىا حىاسر جرساؤَىاو جزهاظَىاو

جزخلأا قٌزط ليس ىف ٍٍِْؤَىا ٍِ ٍِثغازيى جرسؤَىاو )

Kitab ini selesai ditulis pada tahun 1069 H, sewaktu Sayyid Abdullah berusia 26 tahun. Dan ditulis atas permintaan Habib Ahmad bin Hasyim Al-Habsyi. (Al-Badawi, 1994: 165-166).

(40)

26

Tentang kewajiban bagi seorang murid (orang yang mencari Allah dan kehidupan akhirat) meliputi adab dan amal lahir dan batin. Kitab ini selesai penulisannya pada tanggal 7 atau 8 Ramadhan, tahun 1071 H. (Al-Badawi, 1994: 164).

4. Ithaf as-Saail bi Jawaab al-Masaail (وئاسَىا حتىجأت وئاسىا فاحّذا)

Kitab ini selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072 H,

Ketika ituSayyid Abdullah berumur 28 tahun. Kitab ini adalah merupakan kumpulan jawaban atas berbagai persoalan yang diajukan

kepadanya oleh Syaikh „Abdurrahman Ba‟Abbad Asy-Syibaami. Kitab

itu ditulis sewaktu ia berkunjung ke Dau‟an pada tahun 1072 H. Kitab ini

mengandung 15 pertanyaan dengan jawaban dan ulasan yang mendalam

darinya. Selesai ditulis pada hari Jum‟at, 15 Muharram 1072 H.

(Al-Badawi, 1994: 165).

5. An-Nashoih ad-Diniyah wa al-Washoya al-Imaniyah ( اٌاصىىاو حٌٍّْذىا حئاصْىا حٍّّاٌَلإا)

Kitab ini Sayyid Abdullah tulis pada usia 45 tahun. Selesai ditulis pada hari Ahad, 22 Sya‟ban tahun 1089 H. Kitab ini mendapat pujian

dari para ulama‟ karena isinya merupakan suatu ringkasan daripada kitab

Ihya‟. Kata-kata di dalam kitab ini mudah, kalimatnya jelas,

(41)

27

6. Sabil al-Iddikar wa al-I’tibaar bima Yamurru bi al-Insan wa Yanqadhi lahu min al-’A’maar (راَعلأا ٍِ ُاسّلإات ّزٌَ اَت راثرعلااو رامّدلاا وٍثس)

Terdapat perbedaan pendapat mengenai usia Imam Al-Haddad pada saat menulis kitab ini. Ada yang mengatakan pada ketika ia berusia 67 tahun (1110 H). dan ada yang mengatakan kitab ini diselesaikan pada

hari Ahad 29 Sya‟ban 1110 H. Kitab ini membahaskan mengenai fasa

-fasa hidup manusia. (Al-Badawi, 1994: 166).

7. Ad-Da’wah at-Tammah wa at-Tadzkirah al-‘Ammah ( جزمذرىاو حٍارىا جىعذىا حٍاعىا)

Kitab ini diselesaikan oleh Sayyid Abdullah pada saat usianya 70 tahun. Selesai ditulis pada jum‟at pagi 27 atau 28 Muharram tahun 1114

H. (Al-Badawi, 1994: 166).

8. An-Nafais al-‘Uluwiyyah fi al-Masaail as-Shufiyyah ( ًف حٌّىيعىا سئافّْىا حٍّفىّصىا وئاسَىا)

Kitab ini selesai ditulis pada hari kamis, bulan Dzulqo‟dah tahun 1125 H. Usia Sayyid Abdullah pada waktu itu adalah 81 tahun. Kitab ini membahaskan masalah yang berkaitan dengan sufi.

9. Al-Fushul al-‘Ilmiyyah wa al-Ushul al-Hikamiyah ( هىصلأاو حٍَّيعىا هىصفىا حٍَّنحىا)

(42)

28

Selain itu, terdapat pula ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran yang sempat dicatat oleh murid-muridnya dan para pecintanya, diantaranya adalah :

1. Kitab al-Hikam (ٌنحىا بارم)

2. Al-Mukhatabat wa Washoya (اٌاصوو خاثذانَىا)

3. Wasilah al-‘Ibaad ila Zaad al-Ma’aad (داعَىا داس ىىإ داثعىا حيٍسو)

Kitab ini dikumpulkan oleh As-Sayyid Alwi bin Muhammad bin Thohir Al-Haddad.

4. Ad-Durr al-Mundzum li Dzaawil ‘Uqul wa al-Fuhuum ( يوذى ًىظَْىا رّذىا ًىهفىاو هىقعىا)

Kitab ini dikumpulkan oleh muridnya Alwi bin Ahmad bin Hasan bin Abdillah Al-Haddad.

5. Tastbit al- Fuad bi adz-Dzikri Majaalisi al-Quthbi Abdillah Al-Haddad

(داّذحىا الله ذثع ةطقىا سىاجٍ زمذت داؤفىا دٍثثذ)

Dikumpul oleh muridnya Syaikh Ahmad bin Abdul Karim al-Hasawi asy-Syajjar tahun 1981 M. (Al-Badawi, 1994: 169).

6. Ghoyahal-Qosod wa al-Murod (دازَىاو ذصقىا حٌاغ)

Diakui oleh para sufi, bahwa ada ketinggian dan keindahan spiritualitas yang tinggi pada kesufian Sayyid Abdullah. Dapat dilihat dari karya-karyanya tersebut betapa sejuk dan indahnya bertasawwuf. Tasawwuf bagi Sayyid Abdullah adalah ibadah, zuhud, akhlak, dan dzikir, suatu jalan membina dan memperkuat kemandirian menuju kepada Allah SWT.

Selain karya tulis, Sayyid Abdullah juga meninggalkan banyak do‟a

(43)

29

disusun, Ratib Al-Haddad inilah yang paling masyhur di kalangan ummat Islam, khususnya di Indonesia. Ratib ini disusun oleh Sayyid Abdullah pada salah satu malam di bulan Ramadhan tahun 1071 H, untuk memenuhi permintaan salah seorang muridnya yang bernama `Amir dari keluarga Bani Sa`ad yang tinggal di kota Syibam (salah satu kota di propinsi Hadlramaut). Tujuan `Amir meminta Sayyid Abdullah untuk menyusun ratib ini adalah, agar diadakan suatu wirid dan dzikir di kampungnya, supaya mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang ketika itu sedang melanda Hadlramaut. Mulanya ratib ini hanya dibaca di kampung `Amir sendiri, yaitu kota Syibam. Setelah mendapat izin dan ijazah dari Sayyid Abdullah Al-Haddad, ratib ini pun kemudian mulai dibaca di masjid-masjid di kota Tarim.

Pada kebiasaannya, ratib ini dibaca secara berjama‟ah setelah salat Isya`, dan pada bulan Ramadhan, ratib ini dibaca sebelum salat Isya` untuk mengisi kesempitan waktu menunaikan salat tarawih, dan ini adalah waktu yang telah ditartibkan Sayyid Abdullah untuk kawasan-kawasan yang mengamalkan ratib ini. Dengan izin Allah SWT, kawasan-kawasanyang mengamalkan ratib ini pun selamat dan tidak terpengaruh dari ajaran sesat tersebut.

(44)

30

Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan keikhlasan, niscaya dia akan mendapatkan sesuatu yang diluar dugaannya”.

(http://majlismajlas.blogspot.com/2006/08/hikam-al-haddad-3.html)

Ketahuilah bahwa setiap ayat, do‟a, dan nama Allah SWT yang

disebutkan dalam ratib ini dipetik dari Al-Qur`an dan Hadis Nabi SAW.

Bilangan bacaan disetiap do‟a dibuat sebanyak tiga kali, karena itu adalah

bilangan ganjil (witir). Semua ini berdasarkan petunjuk Sayyid Abdullah Al-Haddad sendiri. Ia menyusun dzikir-dzikir yang pendek dan dibaca berulang kali, agar memudahkan pembacanya. Dzikir yang pendek ini jika selalu dibaca secara istiqamah, maka lebih utama dari pada dzikir yang panjang namun tidak dibaca secara istiqamah.

( http://www.darulmurtadza.com/2011/12/riwayat-hidup-imam-abdullah-bin-alwi-al.html).

F. Bidang Ilmuyang Ada dalam Kitab Risalatul Mu’awanah

Kitab ini berisi tentang kewajiban bagi seorang muslim, untuk memenuhi semua kewajiban, kesunahaan, melakukan amalan-amalan yang memiliki keutamaan, berakhlak, menjaga diri dari hal-hal yang bisa merusak ibadah dan keharmonisan dalam bermasyarakat. Serta berisi tentang hal-hal yang ada di akhirat. (Al-Badawi, 1994: 166).

(45)

31

Pokok isi kitab Risalatul Mu‟awanah terdiri dari 38 pembahasan

diantaranya yaitu: 1. Yakin. 2. Niat.

3. Muroqobah (mawas diri). 4. Memanfaatkan Waktu. 5. Zikir.

6. Tafakur.

7. Al-Qur‟an, Hadis, Bid‟ah dan Ulama.

8. Pelurusan Akidah.

9. Ibadah Fardhu dan Sunnah. 10. Menuntut Ilmu.

11. Kebersihan.

12. Aktivitas Sehari-hari.

13. I‟tikaf.

14. Azan,Iqomah dan Salat. 15. Zakat.

16. Puasa. 17. Haji.

18. Salat Istikharah, Nazar, Sumpah dan Saksi.

19. Wara‟.

(46)

32 22. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. 23. Silaturohmi.

24. Cinta dan Benci Karena Allah. 25. Ketulusan Hati.

26. Tobat. 27. Sabar. 28. Bersyukur. 29. Zuhud. 30. Tawakal.

31. Rela Dengan Ketentuan Allah. 32. Wasiat-Wasiat Allah.

Ke-32 bab di atas adalah pokok isi yang ada di dalam kitab Risalatul

Mu’awanah Karya Sayyid Abdullah Al-Haddad. Dilihat dari isin-isinya di

atas dapat disimpulkan bahwa bidang ilmu yang ada dalam kitab Risalatul

Mu’awanah adalah bidang ilmu tasawwuf. Karena dari ke-38 bab di atas

semuanya berhubungan dengan amaliah yang bersifat lahir dan diatur dengan kekuatan batin.

G. Pemikiran-pemikiran Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dalam kitab

Risalatul mua’awanah

1. Keyakinan

(47)

33

keraguan dan praduga tak akan mampu menghampaskannya, hingga akhirnya keduanya hilang tanpa bekas.

Jika keraguan dan praduga itu datangnya dari luar, kedua telinganya tidak mau mendengarkannya sedangkan hatipun tidak mempedulikannya. Setan pun tak kuasa mendekati dan menggoda orang yang memiliki keyakinan seperti ini, bahkan ia lari ketakutan menyelamatkan diri darinya. Manusia yang memiliki ciri-ciri diatas ialah Umar bin Khattab. (Al-Haddad, 2007 : 13).

2. Niat

Wahai saudaraku, hendaklah anda selalu memperbaiki dan menuluskan niat mu sebelum beramal. Karena ia merupakan sendi segala amal. Baik buruknya amal, selalu tergantung pada niatnya.Oleh karena itu janganlah anda sekalian berbicara, bekerja dan berkehendak tanpa di dasari dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah serta senantiasa mengharap pahala-Nya. Dengan demikian Allah SWT pasti memberikan anugerah dan kemuliaan padamu. (Al-Haddad, 2007 : 17).

3. Muraqabah

Hendaknya anda selalu mawas diri kepada Allah SWT, dalam setiap aktivitasmu dan hendaklah anda sadar bahwa allah selalu berada di dekatmu. Ia selalu mengetahui dan mengawasi gerak-gerikmu, bagi-Nya tak ada sesuatu yang rahasia dan samar. Makhluk sekecil apapun yang ada dibumi dan langit tak akan pernah akan lepas dari pengawasan-Nya.

(48)

34

bicarakan baik engkau bersuara keras maupun pelan. Dimana saja engkau berada Dia selalu bersamamu, dan Dialah Yang Maha Kuasa. Hendaklah engkau malu kepada-Nya kerjakanlah perintah-perintah-Nya dan jahui segalalarangan-Nya serta beribadahlah kepada-Nya seakan-akan engkau melihat-Nya. Dan apabila engkau tidak melihat-Nya ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu. (Al-Haddad, 2007 : 23).

4. Mengisi Waktu

Hendaklah engkau mengisi waktumu dengan segala aktivitas ibadah hingga tak ada waktu sedikit pun, baik siang maupun malam kecuali untuk mengabdi kepada Allah. Dengan demikian tampaklah bagimu keberkahan waktu memeperoleh faedah umur dan senantiasa menghadap diri kepada-Nya. Demikian pula sediakan waktu khusus untuk mengerjakan kebiasan sehari-hari seperti makan, minum dan mencari nafkah. Ketahuilah bahwa setiap wirid mempunyai pengaruh dalam menyinari hati dan menguasai anggota lahiriahnya. Namun pengaruh ini hanya bisa di rasakan oleh orang yang selalu bersungguh-sungguh, mengulang-ngulang dan tepat waktu dalam berwirid. (Al-Haddad, 2007 : 29)

5. Zikir

Hendaklah engkau jadikan zdikrullah sebagai wirid dengan waktu dan jumlah yang telah ditentukan dan tak ada salahnya kita gunakan

(49)

35

adalahrukun tariqat, kunci hakikat, senjata murid dan pancaran sinar

kewalia”.(Al-Haddad, 2007: 55).

6. Tafakur

Hendaklah engkau selalu bertafakur (merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT) setiap siang dan malam sesuai dengan waktu yang sudah kau tentukan baik satu jam atau beberapa jam. Waktu yang terbaik untuk bertafakur ialah ditengah malam karena saat itulah saat yang kosong dan bebas dari aktivitas dan mampu membawa dampak positif pada hati kita.Kebaikan hidup di dunia dan keutuhan agama tergantung pada kesempurnaan tafakur. Barang siapa melaksanakannya dengan baik maka akan memperoleh kebaikan yang berlimpah. (Al-Haddad, 2007: 61).

7. Al-Qur‟an, Hadis, Bid‟ah dan Ulama.

a. Al-Qur‟an dan Hadis

(50)

36

b. Bid‟ah

Janganlah engkau menciptakan sesuatu yang baru yang tidak terjadi dizaman Rasululllah dan janganlah engkau ikuti jalan hidup orang-orang diluar islam yang akan memberimu kerugian yang nyata didunia dan di akhirat. Hati-hatilah engkau pada sesuatu yang baru dan tidak sesuai dengan akal.

c. Ulama‟

Ketahuilah bahwa tak seorang pun mampu menyelesaikan segala persoalannya sendiri baik lahir maupun batin sesuai dengan

Al-Qur‟an dan hadis, karena kemampuan tersebut hanya dimiliki

oleh ulama yang ilmunya sudah mendalam.Jika engkau menghadapi suatu masalah yang tak mampu engkau selesaikan sendiri maka kembalikanlah permasalahannya itu pada orang-orang yang dipilih Allah sebagai tempat kembali (ulama). (Al-Haddad, 2007: 73). 8. Pelurusan Akidah

Hendaknya engkau selalu memperbaiki dan memperkuat akidahmu yang sesuai dengan golongan yang selamat yang disebut ahlu sunnah wal jama‟ah. Karena golongan ini selalu berpegang teguh dan

mengikuti jejak Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

(51)

37

Qawaidil „Aqaid pasal pertama dan ketiga dalam kitah Ihya‟ Ulumuddin.

(Al-Haddad, 2007: 79). 9. Ibadah Fardhu dan Sunnah

Hendaknya engkau selalu menjalankan segala kewajiban, menjahui setiap larangan serta mwmperbanyak ibadah sunnah karena Allah semata. Jika itu semua sudah engkau laksanakan, maka engkau akan mencapai tempat yang paling dekat disisi Allah dan engkau pun akan diselimuti dengan selubung mashabah oleh-Nya. Dengan demikian, setiap diam dan gerakmu hanya karena-Nya, inilah selimut para Waliyullah dan Khalifatullah (perwakilan Allah). (Al-Haddad, 2007: 81)

10. Menuntut Ilmu

Ketahuilah bahwa engkau tak dapat menjalankan ketentuan yang difardhukan Allah menjahui kemaksiatan yang diharamkan Allah apalagi ibadah sunnah yang berfungsi mendekatkan diri kepada Allah kecuali dengan Ilmu. Karena itu tuntutlah ilmu.Dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib, sunnah dan haram.

(52)

38 11. Kebersihan

Hendaklah engkau selalu menjaga kebersihan lahir batin, sesungguhnya orang yang sempurna kebersihan jiwa dan hatinya laksna malikat yang berbentuk manusia. (Al-Haddad 2007: 87)

12. Aktivitas Sehari-Hari

Hendaklah dalam mengerjakan aktivitas yang lahir dan batin, adat kebiasaan atau ibadah engkau selalu mengikuti sunnah Rasul, agar menjadi pengikutnya yang sejati. Jika ingin masuk dalam golongan ash Shadiqin, yaitu orang-orang yang tulus ikhlas pada Allah, maka janganlah engkau mengerjakan aktivitas yang bergubungan dengan adat kebiasan dan lebih-lebih ibadah sebelum engkau mengetahui terlebih dahulu. Apakah Rasulullah dan para sahabatnya telah mengerjakannya. Jika tak seorng pun di antara mereka mengerjakannya maka janganlah engkau kerjakan amalan itu, karena mereka para sahabat tak akan meninggalkan suatu pekerjaan kecuali ia telah mengetahui adanya manfaat yang lebih besar dalam meninggalkan amalan tersebut. (Al-Haddad, 2007: 93).

13. I‟tikaf

Hendaklah engkau selalu duduk didalam masjid dengan niat i‟tikaf, karena masjid adalah rumah Allah dan tempat yang paling

(53)

39

engkau berada didalam masjid, maka biasakanlah duduk dengan sopan muliakan masjid dan jangan berbicara yang tak berfaedah apalagi yang diharamkan. Bila engkau ingin membicarakan urusan dunia, keluarlah dari masjid. Janganlah mengerjakan sesuatu didalam masjid selain ibadah. Karena tujuan dibangunya masjid ialah untuk beribadah kepada

Allah ta‟ala. (Al-Haddad, 2007: 109).

14. Azan, Iqomqh dan Salat a. Azan dan Iqamah

Ketika engkau mendengarkan adzan jawablah adzan itu sama yang diucapkan muadzin, kecuali pada kalimat Hayya alash shalah

dan Hayya alla falah, maka jawablah :

ِلله ِباَّلِّإَةَّوُ قَلَّو َلْوَحَلّ

“ Tiadadaya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah”.

Pada shalat subuh, ketika muazin menyeru Ash-shalatu khairumminannaum, maka jawablah dengan :

َنْيِدِى اَّشلا َنِم َكِل َذ َلَع َناَأَو َتْرَرَ بَو َتْق َدَ

Benar dan baguslah ucapanmu dan dalam hal ini aku pun termasuk orang yang menjadi saksi.”

Perbanyaklah do‟a antara adzan dan iqomah, karena do‟a

diantara dua waktu tak akan tertolak. b. Shalat

(54)

40

mampu melakukan hal itu minimal ketika azan diserukan hendaklah sudah siap untuk shalat. (Al-Haddad, 2007: 113).

15. Zakat

Hendaklah engkau bergegas memisahkan harta zakat yang wajib engkau keluarkan dari harta pokok, ketika telah tiba waktunya tanpa ada penundaan. Jika kewajiban ini engkau kerjakan dengan hati yang tulus semata-mata mengharapkan keridhaan Allah maka turunlah keberkahan dan kebaikan yang berlimpah kepadamu dan terhindarlah hartamu dari segala bencana dan mala petaka. (Al-Haddad, 2007: 123).

16. Puasa

Hendaklah engkau selalu memperbanyak amal kebajikan, khususnya dibulan ramandhan. Karena pahala ibadah sunnah dibulan itu sejajar dengan ibadah fardhu di bulan yang lain. Dan dalam bulan ramadhan itu akan diperoleh juga kemudahan dan semangat untuk melakukan amal-amal kebajikan yang jarang ditemukan pada bulan-bulan yang lain. (Al-Haddad, 2007: 127).

15. Haji

(55)

41

16. Salat Istikharah,Nazar,Sumpah dan Saksi a. Salat Istikharah

Hendaklah engkau selalu bermusyawaroh dengan orang yang dapat dipercaya dan seagama denganmu, ketika akan melaksanakan hal-hal yang penting seperti pergi jauh dan menikah dan jika isyaratnya sesuai dengan pikiran dan hatimu, maka shalatlah sunnah dua rekaat dengan niat salat istikharah lalu berdo‟alah dengan do‟a

yang sudah lazim dilakukan pada salat istikharah. b. Nadzar

Hendaklah engkau bernadzar karena Allah seperti shalat, sedekah, dan lain sebagainya. Jika waktu nadzar telah tiba bergegaslah untuk melaksanakannya. Janganlah membiasakan diri untuk bernazar karena kadang-kadang setan menipumu untuk melanggarnya.

c. Sumpah dan Saksi

(56)

42

17. Wara‟

Hendaklah engkau selalu wara‟ yaitu menjauhkan diri dari dosa,

maksiat dan syubhat (perkara yang tidak diketahui halal dan haramnya). Wara‟ merupakan senjata sakti penjunjung agama. Wara‟ inilah yang

menjadi ciri ulama yang mengamalkan ilmunya. Ketehuilah orang yang memperoleh sesuatu yang haram atau syubhat, maka sedikitlah ia mendapatkan tufiq, pertolongan Allah untuk beramal shaleh. Jika ia beramal saleh maka ia tak akan terlepas dari penyakit batin dalam setiap

amaliyah seperti ujub dan riya‟. (Al-Haddad, 2007: 135).

18. Amar Makruf Nahi Mungkar

Hendaklah engkau selalu beramar makruf nahi mungkar yaitu memerintah kearah kebaikan dan mencegah diri dari kemungkaran. Karena hal itu merupakan sandi pokok agama dan karena itu pula Allah menurunkan Al-Qur‟an dan mengutus para Rasul-Nya. Para ulama memutuskan bahwa amar makruf nahi munkar hukumnya wajib. (Al-Haddad, 2007: 143).

19. Adil

(57)

43 20. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Hendaklah engkau selalu berbakti kepada kedua orang tuamu karena hukumnya wajib dan durhaka kepada keduanya tergolong dosa besar. Renungkanlah bagaimana Allah menertakan perintah berbakti kepada kedua orang tua dan bertauhid kepada-Nya, serta bersyukur kepada mereka berdua dengan bersyukur kepada-Nya.

Salah satu sifat kedurhakaan ialah menyakiti keduanya dan tidak memberikan sesuatu yang pada hakikatnya dan engkau kerjakan. Apalagi jika engkau bermuka masam dan membentak mereka. (Al-Haddad, 2007: 153).

21. Silaturahmi

Hendaklah engkau selalu bersilaturahmi kepada keluarga yang paling dekat, kemudian yang lainnya, juga pada tetangga yang paling dekat dengan pintu rumahmu, kemudian kepada yang lainnya. Silaturahmi dan berbuat baik kepada tetangga tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali denngan menahan gangguan terhadap mereka, sabar menerima gangguan mereka dan berbuat baik sekuat tenaga terhadap mereka. (Al-Haddad, 2007: 157).

22. Cinta dan Benci Karena Allah

(58)

44

kemaksiatan yang ia jalani tanpa ada tujuan lain, maka engkau benar-benar termasuk dalam golongan orang yang cinta karena Allah dan benci karena Allah. Sebaliknya, jika di dalam hatimu tidak ada rasa cinta kepada ahli kebajikan karena kebaikan yang mereka kerjakan dan tidak membenci pelaku kemungkaran karena kemungkaran mereka, maka ketahuilah bahwa tingkat keimananmu masih lemah. (Al-Haddad, 2007: 161).

23. Ketulusan Hati

Hendaklah engkau selalu bertulus hati terhadap setiap muslim dengan maksud agar engkau tidak menyembunyikan sesuatu darinya yang dapat menunujukkan jalan kebaikan dan menjauhkannya dari kejelekan. Bersikap tuluslah kamu pada sesama muslim dalam setiap kehadirannya maupun dalam ketidak hadirannya. Janganlah melebihkan rasa tulusmu yang ada pada ucapanmu dengan perasaan sebenarnya yang ada pada hatimu. Jika engkau sedang bermusyawarah dengan sesama saudaramu muslim, kemudian engkau mengetahui bahwa pendapatnya salah, maka katakan kepadanya segala sesuatu yang benar menurut anggapanmu. (Al-Haddad, 2007: 179).

24. Tobat

(59)

45

bertobat. Ketahilah bahwa suatu tobat tak akan sah jika tidak diikuti dengan meninggalkan dosa itu, menyesalinya dan membulatkan tekad untuk tidak mengulangi perbuatan itu selama hidupnya. (Al-Haddad, 2007: 193)

25. Sabar

Hendaklah engkau bersabar, karena sabar adalah sendi dasar yang harus kau miliki selama kamu hidup di dunia ini. Ia pun termasuk akhlak yang mulia dan keutamaan-keutamaan yang agung. Ketahuilah, cita-cita dapat diraih dengan sukses bila ia sering mendekatkan diri kepada Allah. Realisasi pendekatan dapat dilaksanakan dengan mengikuti yang hak dan menjauhi kebatilan selama-lamanya. (Al-Haddad, 2007: 203).

26. Bersyukur

Hendaklah engkau selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepadamu secara lahir dan batin serta yang berhubungan dengan agama dan duniamu. Ingatlah semua nikmat adalah dari Allah SWT. Nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadamu tak akan mampu kau jumlah dan kau hitung, apalagi kau sukuri dengan sempurna. Orang yang fakir atau yang sakit parah seumpamanya mau berfikir, niscaya ia bersyukur dengan menjalani kesabaran bagaimanapun beratnya. (Al-Haddad, 2007: 211).

27. Zuhud

(60)

46

sebagai tanda kewalian. Sebagaimana cinta keduniaan merupakan sumber kesalahan, maka sebaliknya, kebenci kepadanya adalah sumber ketaatan dan kebaikan. Allah SWT, pun telah menegaskan di dalam beberapa ayat Al-Quran bahwa dunia adalah suatu perhiasan yang menipu. Allah menerangkan bahwa dunia ibarat senda gurau dan main-main. Bagi mereka yang mampu menggunakan akal sehatnya tentu mereka tak akan terbuai kecuali orang-oarang yang bodoh dan dungu yang akan terjerumus ke dalamnya. (Al-Haddad, 2007: 215).

28. Tawakal

Hendaklah engkau selalu bertawakal kepada Allah SWT. Karena barang siapa tawakal dan pasrah kepada Allah, maka ia kan akan dicukupi, ditolong dan selalu dikasihaniNya. Tawakal tumbuh dari buah tauhid yang mantap dan sudah mendarah daging dalam hati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi setiap makhluk untuk tidak selalu bertawakal, bahkan Allah pun selalu memerintahkan mereka untuk itu karena Ia sangat mencintai orang-orang yang bertawakal. (Al-Haddad, 2007: 221).

29. Rela dengan Ketentuan Allah

Hendaknya engkau pun selalu rela dengan ketentuan Allah Ta‟ala, karena kerelaan merupakan hasil dari mahabah dan makrifat yang

(61)

47

Oleh karena itu wajib bagi dirimu wahai orang yang beriman untuk mengetahui dan menyakini dengan sungguh-sungguh bahwa hanya Allah yang memberi petunjuk dan kesesatan, kesusahan, kebahagiaan, mendekatkan dan menjauhkan, memberi dan menahan, merendah dan meninggikan, memberi madharat dan manfaat. Bila kesemuanya telah engkau ketahui dan engkau beriman kepadanya maka wajib bagimu untuk tidak menantang Allah secara lahir dan batin atau dengan perkataan yang bersifat memprotes Allah SWT. (Al-Haddad, 2007: 227). 30. Wasiat-wasiat Allah

Allah ta‟ala memberi wahyu kepada Nabi Adam as: empat

(62)

48

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN SAYYID ABDULLAH BIN AWI AL-HADDAD TENTANG KONSEP MENUNTUT ILMU DI DALAM KITAB RISALATUL

AL-MU’AWANAH

A. Pemikiran Sayyid Abdullah Bin Alwi Al-Haddadtentang Konsep Menuntut Ilmudalam Kitab Risalatul Al-Mu’awanah

Salah satu karya monumental Sayyid Abdullah Al-Haddad yang berbicara tentang menuntut ilmu secara mendalam adalahkitab Risalatul

Mu’awanah. Karakteristik pemikiran menuntut ilmu Sayyid Abdullah dalam

kitab tersebut dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan Hadis.

Kecenderungan pemikiran yang menonjol dari Sayyid Abdullah dalam kitab Risalatul Mu’awanah adalah mengetengahkan nilai-nilai etis yang bernafaskan sufistik. Kecenderungan ini dapat terbaca dalam gagasan-gagasannya, misalnya keutamaan menguatkan keyakinan. Menurut Sayyid Abdullah, menguatkan keyakinan hukumnya adalah wajib, karena ilmu yang mulia dapat terwujud jika seseorang itu keyakinannya kuat. Pendapatnya ini juga senada dengan pendapat seorang tokoh akhlak yang dibicarakan di dalam Al-Qur‟an, yaitu Luqman AS. Luqman AS, berkata:

وُلمع ُرصقي لّو ،وِنيقي ِردقب ّلّإ ُدبعلا ُلمعي لّو ،ِينقيلبا ّلّإ ُلمعلا ُعاطتسي لّ

وُنيقي َ قني ّتّح

.

(63)

49

kadar yakinnya dan tidaklah amalnya terkurangi hingga keyakinannya

berkurang”. (Al-Haddad, 2010: 18).

Pemikiran Sayyid Abdullah tentang menuntut ilmu di dalam kitab Risalatul Mu’awanah memang sangat luas. Di dalam kitab ini terdapat

banyak sekali nilai-nilai pendidikan menuntut ilmu yang bisa ditanamkan dan diterapkan kepada para pelajar, agar mereka mengetahui dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan.

Dan dengan ilmu engkau dapat mengetahui sesuatu yang wajib, sunnah dan haram. Dengan ilmu itu pula engkau mengetahui tata cara melaksanakan kewajiban dan hal yang sunnah, serta mengetahui bagaimana cara menjahui yang haram.

Karena begitu besar peran ilmu maka di wajibkan menuntut ilmu dan mengamalkannya. Dengan mengamalkan ilmu engkau dapat memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat. Ketahuilah orang yang beribadah tanpa ilmu akan menimbulkan bermacam-macam bahaya yang akan menimpa dirinya sendiri dan bahayanya jauh lebih besar dari manfaatnya.

Menuntut ilmu yang ada pada kitab Risalatul Mu’awanah dapat penulis kelompokkan menjadi tiga skala besar. Pertama: Menutut Ilmu karena Allah SWT. Kedua: Ilmuterhadap diri sendiri. Ketiga: Ilmu terhadap lingkungan.

1. Ilmu terhadap Allah SWT

Allah adalah kholiq (Pencipta) dan manusia adalah makhluq

(64)

50



Artinya: “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala

sesuatu”. (Q.S. Al-Ikhlas: 2). (http//www.Al-Quran-digital.com).

Sebagai yang Maha Agung dan yang Maha Tinggi Dialah yang wajib disembah dan ditaati oleh segenap manusia. Dalam diri manusia hanya ada kewajiban beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:



Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56). (http//www.Al-Quran-digital.com).

Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmu pada para pelajar tentang ilmu kepada Allah SWT, sikap yang harus ditanamkan antara lain:

a. Cinta kepada Allah SWT

Penanaman rasa cinta kepada Allah SWT adalah prinsip yang harus ditanamkan kepada para pelajar. Mereka harus dibiasakan untuk mencintai AllahSWT dengan diwujudkan dalam bentuk sikap selalu mengikuti perintah-perintahNya, dan menjauhi larangan-laranganNya.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

(65)

51

tidak mencintai sesuatu apapun, kecuali cinta kepadaNya”. (Al

-Haddad, 2010: 146).

b. Rela dengan keputusan Allah SWT

Para pelajar harus dibiasakan untuk selalu rela terhadap apa saja yang menjadi keputusan Allah, karena rela dengan keputusan Allah SWT adalah merupakan buah dari rasa cinta dan ma‟rifat

kepadaNya.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

،ِ رعلداو ِ ّبلمحا ِتارثم ِفرشأ نم ِءا قلبا اَضّرلا ِ،الله ِءا قب اَضّرلبا َكيلعو

c. Berharap dan takut kepada Allah SWT

Para pelajar harus diajari untuk selalu berharap dan takut kepada Allah SWT. Karena kedua sikap itu adalah merupakan buah yakin yang paling mulia.

Dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ِينقيلا ِترثم ِفارشأ ْنِم امّنّإ ، ِفولخاو ِءاجّرلا َنِم ِراث لإبا َكيلعو

Artinya: “dan wajib bagimu memperbanyak berharap dan takut (kepada Allah) karena sesungguhnya keduanya adalah buah yakin

yang paling mulia ”. (Al-Haddad, 2010: 129).

2. Ilmu terhadap diri sendiri

(66)

52

dengan baik, maka derajadnya bisa melebihi makhluk Allah yang tidak pernah membangkang atau bermaksiat padaNya yaitu malikat. Sebaliknya, apabila akalnya kalah dengan nafsunya, maka derajadnya bisa turun di bawah hewan. Oleh sebab itu, setiap individu harus dibekali dengan ilmu yang berhubungan dengan dirinya, meliputi hal-hal yang harus dimiliki dan yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam hubungannya dengan pendidikan menuntut ilmupada para pelajar tentang ilmu kepada diri sendiri, sikap yang harus ditanamkan antara lain:

a. Selalu memperkuat keyakinan

Dengan bekal keyakinan yang kuat, maka seseorang akan merasa tenang, dan selalu bercita-cita untuk taat kepadaNya, serta memaksimalkan segala kemampuannya untuk mendapatkan ridlaNya.

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

َنِم َنّكتم اذإ َينقيلا َّنإ ،وِنيستحو كِنيقي ِ ّيوقتب ُ يبلحا ُخلأا اَهّ يأ َكيلعو

ٌةداهش وّنأ ُ يغلا َرا ِويلع إوتساو ِ لقلا

Artinya: “Wahai saudaraku tercinta, wajib bagimu untuk menguatkan dan memperbaiki keyakinanmu! Karena, jika keyakinan telah kukuh dalam hati, dan ia menguasainya, maka hal yang ghoib

menjadi seperti tampak”. (Al-Haddad, 2010: 16).

b. Selalu bersikap mawas diri

(67)

53

sebab ia selalu merasa diawasi olehNya, dan sikap inilah yang dinamakan maqom(derajad) ihsan.

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

َكيلعو

كِتا ر و كِتا لحو كِتانكسو كِتا رح في إاعت ِالله ِ بقاربم يِخأ إ

كنم وَبرق رعشتساو ،كِتلّاح ِرئاسو كِتادارإوكِتارطخو

Artinya: “Dan wajib bagimu, wahai saudaraku, yaitu mawas diri kepada Allah SWT, baik dalam setiap gerak atau diammu, dalam serentang waktu atau beberapa rentang waktu. Dalam getaran rasa hatimu atau kehendakmu, dan seluruh keberadaanmu senantiasa

merasakan kedekatanmu dengan Allah SWT”. (Al-Haddad, 2010:

22).

c. Selalu bersikap wira‟i.

Sikap ini harus ditanamkan pada para pelajar. Karena dengan selalu bersikap wira‟i, maka berarti mereka tetap dalam naungan

para ulama‟. Mereka akan selalu berhati-hati dalam setiap

langkahnya. Karena wira‟i adalah merupakan sebagian inti dari

agama.

Di dalam kitab Risalatul Mu’awanah dikatakan:

ِويلع يذّلاو ِنيّدلا ُكلام َعرولا ّنإ ، ِتاهبّشلاو ِتامّرلمحا نع ِعرولبا َكيلعو

َينلماعلا ِءاملعلا دنع ُرادلدا

.

Artinya: “Dan wajib bagimu wira‟i (menjauhi) dari hal-hal yang

haram dan syubhat. Karena wira‟i merupakan inti agama, dan orang

-orang yang berada di kawasan itu, adalah -orang yang di antara

bimbingan ulama‟”.(Al-Haddad, 2010: 90).

d. Selalu bertobat atas segala dosa.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu contoh sinkretisme yang diyakini dapat dilihat saat pelaksanaan upacara ritual Ider Bumi yaitu pelaksanaannya tepat pada hari raya Idul Fitri yang

Konstelasi hubungan antar variabel digunakan untuk memberikan gambaran sesuai dengan hipotesis yang diajukan, terdapat hubungan yang signifikan antara Inovasi produk dengan

Guru menyuruh siswa untuk mengambil kertas kosong yang ada di media kotak pembelajaran, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan

Kerusakan pada Driver Masalah yang sering dihadapi kemudian adalah setelah windows telah terinstal, terkadang driver yang ada dalam software windows tidak cocok dengan hardware

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ pengaruh terapi relaksasi pernapasan dalam terhadap penurunan kecemasan anak SD kelas 6 dalam menunggu hasil