• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Keluarga 1. Persepsi a. Pengertian - GITA TRI HARIANAS BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Keluarga 1. Persepsi a. Pengertian - GITA TRI HARIANAS BAB II"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Keluarga

1. Persepsi

a. Pengertian

Persepsi adalah proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau yang disebut dengan proses sensoris. Proses persepsi itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2010). Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

(2)

sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicu, serta ada kejadian yang membuka. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitar (Waidi, 2006).

Jadi persepsi adalah suatu pengalaman yang menyatakan suatu peristiwa yang diawali dengan proses penginderaan untuk menyampaikan pengetahuan yang kita miliki ke orang laian ataupun masyarakat.

b. Syarat Terjadi Persepsi

Syarat-syarat terjadi persepsi menurut Sunaryo (2004) adalah sebagai berikut : 1) Adanya objek yang dipersepsi; 2) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi; 3) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; 4) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

(3)

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 3) Perhatian

Perhatian diperlukan untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi. Perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Siagian (2005) yaitu :

1) Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapan.

(4)

3) Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.

4) Pengalaman, dalam hal ini pengalaman sangat berpengaruh

terhadap persepsi karena berdasarkan pengalaman yang di alami akan muncul berbagai perbedaan persepsi.

5) Pengetahuan, yang berpengaruh terhadap persepsi adalah setiap pengeahuan didapatkan dari banyak pengalaman.

d. Macam-macam Persepsi

Macam-macam persepsi menurut Siagian (2005), dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1) External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu.

2) Self Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam individu.

e. Aspek-aspek Persepsi

(5)

1) Komponen kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.

2) Komponen Afektif

Yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi bersifat evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimiliki. 3) Komponen Konatif

Yaitu komponen kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikap.

(6)

f. Proses Persepsi

Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan ditangkap melalui indera. Proses persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Proses fisik atau kealaman

Adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera atau reseptor.

2) Proses fisiologis

Adalah stimulus yang diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak.

3) Proses psikologis

Adalah proses yang terjadi dalam otak sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya (Walgito, 2010). Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari objek yang menimbulkan stimulus kemudian stimulus itu mengenai alat indera, kemudian dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak stimulus itu diproses sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu.

(7)

Menurut Siagian (2005) menggambarkan proses pembentukan persepsi pada skema di bawah ini :

Skema 2.1 . Proses terjadinya persepsi (Siagian, 2005)

Proses pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan rangsangan dari berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap rangsang lain. Setelah diterima rangsangan atau data yang ada di seleksi. Untuk menghemat perhatian yang digunakan rangsangan-rangsangan yang telah diterima diseleksi lagi untuk diproses pada tahapan yang lebih lanjut. Setelah diseleksi rangsangan diorganisasikan berdasarkan bentuk sesuai dengan rangsangan yang telah diterima. Setelah data diterima dan diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data yang diterima

Persep si

Pengalaman

Pengetahuan Sasaran Persepsi

Faktor Situasi Diri yang

(8)

dengan berbagai cara. Dikatakan telah terjadi persepsi data atau rangsang tersebut berhasil ditafsirkan.

Persepsi dikatakan mempengaruhi terapi kejang listrik karena setiap pandangan/ pemikiran pasien dan keluarga berbeda-beda terhadap terapi kejang listrik. Perberbeda-bedaan pandangan/ pemikiran dikarenakan banyak faktor-faktor misalnya seperti pengetauan, pengalaman dll.

2. Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antara anak dan orang tuanya. Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling mempertahankan, dan saling menyerahkan diri (Shochib, 2010). Sedangkan menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.

(9)

berinteraksi. Interaksi yang baik antara anak dan orang tua merupakan hal penting dalam masa perkembangan anak. Interaksi yang baik ditentukan oleh kualitas pemahaman dari anak dan orang tua untuk mencapai kebutuhan keluarga (Soetjiningsih, 2012). Orang tua memiliki peran yang penting dalam memberikan pendidikan informal selama di lingkungan rumah. Orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya baik dalam pendidikan maupun kebutuhan pribadi dari anaknya (Ahmad, 2010). Keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa di poli dan rawat inap IPKJT RSUD Banyumas.

b. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2010), ada lima yaitu : 1) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama ntuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini berguna untuk pemenuhan fungsi psikososial.

(10)

3) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan meningkatkan sumber daya manusia.

4) Fungsi ekonomi adalah fungsi dimana untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarganya seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.

5) Fungsi pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahan kesehatan anggota tubuh setiap keluarga.

c. Karakteristik Keluarga

Macam – macam karakteristik keluarga antara lain :

1) Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi.

2) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran sosial (Friedman, 2010).

3) Anggota keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu atap rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah , mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

(11)

Jadi persepsi keluarga adalah pendapat atau pemikiran keluarga pada suatu objek yang menyatakan suatu peristiwa untuk menyampaikan pengetahuan, perasaan, sikap dan pengalaman yang dimiliki terhadap orang lain.

B. Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)

1. Pengertian

Terapi kejang listrik adalah suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang dipasang pada pelipis. Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik dapat tercapai (Taufik, 2010). Terapi kejang listrik merupakan salah satu pengobatan yang sudah digunakan sejak lama untuk mengobati berbagai gangguan jiwa dan masih terus digunakan hingga saat ini (Saddock, 2007). Saat ini prosedur tindakan terapi kejang listrik telah banyak berbeda, meskipun masih menimbulkan risiko efek samping (Dawkins, 2012).

(12)

seminggu (Wijayanto, 2012). Aktivitas kejang ini diyakini membawa perubahan biokimia tertentu yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala (Mankad, 2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi kejang listrik merupakan suatu pengobatan menggunakan aliran listrik pada kepala seseorang untuk menghasilkan kejang tonik – klonik umum yang bertujuan untuk mengobati gangguan jiwa tertentu.

2. Jenis-jenis

Jenis terapi kejang listrik menurut Kaplan & Sadock (2006), ada dua yaitu:

a. Terapi kejang listrik konvensional

ECT konvensional ini menyebabkan timbulnya kejang pada pasien sehingga tampak tidak manusiawi.Terapi konvensional ini di lakukan tanpa menggunakan obat-obatan anastesi seperti pada ECT premedikasi.

b. Terapi kejang listrik pre-medikasi

(13)

3. Frekuensi dan Jumlah

Frekuensi dan jumlah pemberian terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), tergantung pada keadaan pasien terapi kejang listrik dapat diberi sebagai berikut :

a. Secara block : 2 – 4 hari bertutur – turut 1 – 2 kali sehari. b. 2 – 3 kali seminggu.

c. Terapi kejang listrik maintenance : sekali tiap 2 – 4 minggu.

d. Sebelum ada obat psikotropik, terapi kejang listrik diberi paling sedikit 12 kali, bila perlu sampai 20 kali, tetapi sekarang apabila diberi obat psikotropik maka terapi kejang listrik dihentikan setelah pasien menunjukan perbaikan yang jelas (tidak perlu lagi sampai 12 kali) dan dilanjutkan dengan obat saja.

4. Persiapan Alat

(14)

Gambar 2.1. Alat Terapi Kejang Listrik

5. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi Kejang Listrik

Persiapan dan cara melakukan terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), antara lain :

a. Sebelum pemberian terapi kejang listrik pasien diperiksa badannya dengan teliti, terutama jantung dan paru-paru. Tulang punggung perlu mendapatkan perhatian yang istimewa.

b. Pasien harus berpuasa agar jangan sampai muntah dan tersedak waktu tidak sadar.

c. Kandung seni dan rektum perlu dikosongkan supaya pasien tidak mengotori dirinya dan tempat tidur bila tejadi inkotinensia.

d. Gigi palsu yang dapat dilepaskan harus dikeluarkan, juga benda-benda lain yang ada di dalam mulut (permen dan sebagainya). e. Pasien berbaring terlentang lurus diatas permukaan yang datar dan

(15)

f. Bagian kepala yang akan ditempelkan elektroda dibersihkan (misalnya dengan alkohol) supaya minyak kulit hilang sehingga tidak terlalu menahan aliran listrik. Tempat untuk elektroda pada daerah antara os frontalis dan os temporalis dengan tulang tengkorak yang tipis dan tidak terdapat banyak rambut daerah ini kemudian dibasahi dengan bahan pengantar aliran listrik (misalnya air garam atau pasta khusus).

g. Diantara rahang atas dan bawah di tempat gigi – gigi yan masih kuat (biasanya diantara morales) diberi bahan yang lunak (misalnya sepotong kain yang dilipat – lipat) untuk digigit oleh pasien. Harus diperhatikan bahwa bibir atau pipi tidak terjepit.

h. Dagu tidak perlu ditahan. Perhatikan bagian lengan pasien yang dapat memukul karena tiba – tiba terjadi flexi pada permulaan fase tonik. Ekstremitas dapat dipegang, tetapi tidak boleh terlalu keras seperti hendak menahan konvulsi (bahaya robekan otot, fraktur dan luxasio.

i. Elektroda ditekan dengan kekuatan yang sedang pada tempatnya, sedapat mungkin rambut tebal dikesampingkan.

6. Posisi elektroda dalam terapi kejang listrik (ECT)

(16)

bifrontal dan unilateral. Posisi penempatan elektroda dalam terapi kejang listrik (Electro Convulsive Therapy) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Posisi elektroda dalam terapi kejang listrik

7. Reaksi Pasien

(17)

– 10 menit kesadaran akan timbul kembali. Banyak pasien tidur

sesudah konvulsi, jika tidak diganggu mungkin sekitar 1 jam. Beberapa pasien akan menjadi sangat bingung sesudahnya (kebingungan pasca konvulsi). Mereka harus dijaga baik – baik jangan sampai mereka jatuh dan melukai dirinya.

8. Komplikasi

Komplikasi yang biasanya terjadi pada terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), antara lain :

a. Paling sering ialah luaxio pada rahang atau fraktur kompresi pada vertebra. Luxasio rahang direposisi sesudah konvulsi berhenti, waktu otot – otot masih lemas dan pasien belum sadar.

b. Biasanya terjadi apnea, ini berlangsung agak lama dan bibir dan muka kelihatan biru (sianosis), maka dapat dilakukan pernafasan buatan.

c. Tidak jarang timbul sakit kepala sesudah terapi kejang listrik, tetapi ini tidak berat dan berlangsung kira – kira setengah hari. Bila perlu dapat diberi analgetik.

d. Selalu terjadi amnesia antegrade dan tidak jarang juga amnesia retrograde sesudah terapi kejang listrik, tetapi pasien baik kembali sesudah satu atau beberapa hari.

(18)

diawasi oleh beberapa orang dan biasanya sesudah beberapa menit atau paling lama 10 menit pasien sudah tenang kembali.

f. Mudah lupa, hal ini akan menjadi baik kembali sesudah beberapa minggu atau beberapa buln setelah terapi kejang listrik dihentikan.

9. Kontraindikasi

Kontraindikasi terapi kejang listrik bukanlah terhadap listrik itu sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Kontraindikasi dari terapi kejang listrik menurut Maramis (2010 dalam Wijayanto 2012), antara lain :

a. Kontraindikasi mutlak ialah tumor otak, karena listrik yang masuk mempertinggi permeabilitas kapiler otak sehingga terjadi edema sedikit. Hal ini menjadi fatal pada tumor otak sehingga yang memang menyebabkan edema serebri dan tekanan intracranial yang meninggi, karena terjadinya inkarserario (terjepitnya otak atau bagian otak lain).

b. Umur dan kehamilan bukan merupakan kontraindikasi. Akan tetapi harus diingat, bahwa biarpun tidak terjadi kelahiran sebelum waktunya, anak di dalam rahim dapat saja terganggu apabila ibu tersebut mengalami hypoxia karena apnea sesudah konvulsi.

(19)

mempertimbangkan keadaan setiap penderita masing – masing dengan mengingat beratnya penyakit badan itu.

10.Indikasi

Indikasi terapi kejang listrik mula – mula dipakai untuk skizofrenia. Setelah 4 tahun terlihat bahwa efek yang paling baik diperoleh pada pengobatan depresi, kemudian terapi kejang listrik dipakai juga untuk berbagai macam gangguan jiwa. Indikasi pemakaian terapi kejang listrik menurut Maramis (2010), yaitu : a. Depresi

(20)

b. Mania

Terapi kejang listrik efektif dalam mengobati mania akut, karena efektivitas dari farmakoterapi, terapi kejang listrik sering kali diberikan untuk episode mania akut (Stuart, 2007).

c. Percobaan Bunuh Diri

Pasien dengan bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai efek terapeutik (Stuart, 2007). Pasien bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu antidepresan bekerja sehingga perlu mendapat terapi kejang listrik (Tomb, 2004).

d. Skizofrenia

Terapi kejang listrik dapat efektif sekali dalam pengobatan dengan lama penyakit yang lebih pendek, terutama dengan gejala afektif akut. Pasien psikotik akut (terutama tipe skizoaktif) yang tidak berespon pada medikasi saja mungkin akan membaik jika ditambah terapi kejang listrik (Tomb, 2004).

11. Efek Samping

Efek samping terapi kejang listrik yang terbagi dalam tiga kategori risiko menurut Lawrence (2011), yaitu :

(21)

kardiovaskular, trauma fisik, nyeri, ketidaknyamanan, kejang berkepanjangan dan kematian.

b. Kategori kedua adalah risiko disfungsi kognitif dan memori karena aliran listrik terapi kejang listrik diberikan pada area medial temporal yang berhubungan dengan memori termasuk hipokampus yang merupakan area yang mempunyai ambang kejang rendah. Pasien harus diperingatkan akan risiko amnesia menetap dan kemungkinan gangguan kognitif.

c. Kategori ketiga adalah risiko kerusakan pada alat terapi kejang

listrik. Kualitas alat terapi kejang listrik yang digunakan harus memenuhi Standard International Elektrotechnical Commision. Beberapa efek samping dari terapi kejang listrik menurut Syamsir (2009) yaitu : a) Aritma; b) Hilang ingatan sementara; c) Patah tulang vertebra; d) Luksasi mandibular; e) Aspirasi penuomonia; f) Apnea mamanjang; g) Kematian.

C. Gangguan Jiwa

1. Pengertian

(22)

gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan yang secara khas berkaitan denan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi penting manusia (Maslim, 2001). Jadi dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah pola perilaku yang tidak normal yang dialami seseorang sebagai akibat gejala distress dan disabilitas yang menyerang manusia seutuhnya.

2. Etiologi

Faktor – faktor penyebab gangguan jiwa pada ketiga unsur yang terus menerus saling mempengaruhi menurut Yosep (2011), yaitu :

a. Faktor – faktor somatik (somatogenik) atau srganobiologis : neroanatomi, nerofisiologi, nerokimia, tingkat kematangan dan perkembangan organik, dan fakotr – faktor pre dan perinatal. b. Faktor – faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif :

Interaksi ibu – anak, persaingan antara saudara kandung, inteligensi, hubungan dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat, kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi dan rasa malu atau rasa bersalah.

(23)

kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan.

3. Tanda dan Gejala

Tanda umum gangguan jiwa menurut Yosep (2011), adalah sebagai berikut :

a. Gangguan kognisi

Gangguan kognisi meliputi gangguan sensasi dan persepsi. Macam – macam gangguan sensasi dan persepsi yaitu :

1) Gangguan sensasi dapat dibedakan menjadi :

Hiperestesia (peningkatan abnormal dari kepekaan dalam proses penginderaan, baik terasa panas, dingin, nyeri ataupun raba), anesthesia (suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama sekali perasaan pada penginderaan), hipekinestesia (peningkatan kepekaan yang berlebihan terhadap perasaan gerak tubuh, hipokinestesia (penurunan kepekaan terhadap gerak perasaan tubuh).

2) Gangguan persepsi dapat dibedakan menjadi :

(24)

b. Gangguan perhatian

Beberapa bentuk gangguan perhatian yaitu distraktibility (perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti), aproseksia (ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi tanpa memandang pentingnya masalah tersebut) dan hiperproseksia (terjadinya pemusatan perhatian yang berlebihan).

c. Gangguan ingatan

Beberapa bentuk gangguan ingatan antara lain amnesia atau ketidakmampuan mengingat kembali pengalaman yang ada, hipernemsia yaitu keadaan dimana seseorang dapat menggambarkan kembali kejadian yang lalu dengan sangat teliti, paramnesia yaitu gangguan penyimpangan terhadap ingatan lama yang dikenal dengan baik.

d. Gangguan pikiran

(25)

e. Gangguan kesadaran

Beberapa bentuk gangguan kesadaran yakni sebagai berikut:

1) Kesadaran kuantitatif dapat dibedakan menajdi dua, yaitu

kesadaran yang menurun (kesadaran dengan kemampuan persepsi, perhatian, dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan) dan kesadaran yag meninggi (keadaan reaksi yang meningkat terhadap suatu rangsang).

2) Kesadaran kualitatif (terjadi perubahan dalam kualitas

kesadaran, dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik dan psikogen).

f. Gangguan kemauan

Beberapa bentuk gangguan kemauan yaitu abulia atau ketidaksanggupan membuat keputusan maupun memulai suatu tingkah laku, negativism yaitu ketidaksanggupan dalam bertindak/ melakukan sesuatu, kelakuan atau ketidakmampuan memiliki keleluasan dalam memutuskan untuk mengubah suatu tingkah laku dan kompulsi yaitu seseorang yang merasa didorong untuk melakukan suatu tindakan.

g. Gangguan emosi dan afek

(26)

menunjukan adanya gangguan), afek yang kaku (rasa hati tetap dipertahankan sehingga menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan), emosi labil (ketidakstabilan yang berlebihan), cemas dan depresi (gejala yang terlhat dari ekspresi muka atau tingkah laku) serta emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak ada sama sekal tanda – tanda ekspresi afektif).

4. Klasifikasi

Klasifikasi gangguan jiwadaat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

a. Skizofrenia

Skizofrenia yaitu suatu penyakit yang mempengaruhi otak sehingga penderita akan mengalami gangguan kognitif, persepsi, emosi, dan perilaku. Gejala yang ditimbulkan meliputi gejala positif dan negatif yan dapat dibedakan dari tingkah laku penderita. Gejala inilah yang menentukan apakah penderita mudah kambuh atau tidak, dimana gejala positif bisa disembuhkan dengan obat antipsikosis, sedangkan gejala negatif dapat menghambat pemulihan (Stuart, 2007).

b. Gangguan mental organik

(27)

psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun. c. Gangguan perasaan atau mood

Gangguan perasaan atau mood merupakan gangguan yang diakibatkan tidak normalnya fungsi sistem limbik hipotalamus, dan ganglia basalis yang berfungsi membentuk emosi manusia. Gangguan perasaan dikategorikan menjadi dua, yaitu gangguan perasaan unipolar yang menunjukan gejala depresi pada penderitanya dan gangguan perasaan bipolar yan menyebabkan penderita mengalami depresi atau mania berlebihan pada suatu kondisi (Videbeck, 2008).

d. Gangguan neurotik

Gangguan neurotik merupakan gangguan yang ditandai dengan ansietas karena adanya situasi yang sebenarnya tidak membahayakan penderita. Gangguan ini disebabkan karena neurotransmitter norepinefrin dan serotonin. Macam – macam gangguan neurotik meliputi gangguan ansietas, gangguan panik, gangguan cemas menyeluruh dan gangguan penyesuaian (Mansjoer, 2001).

e. Gangguan kepribadian

(28)

abnormal yang berlangsung lama, sikap dan perilaku yang tidak serasi, kecenderungan menyimpan dendam, sensitive, dan harga diri rendah (Videbeck, 2008).

f. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis

dan faktor fisik

Gangguan ini mencakup gangguan makan, tidur dan disfungsi seksual yang bukan diakibatkan faktor organobiologis. Selain itu gangguan ini juga meliputi gangguan perilaku yang berhubungan dengan masa nifas yang tidak diklasifikasikan ditempat lain.

g. Retardasi mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya gangguan keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Mansjoer, 2001).

5. Penanganan

(29)

a. Terapi Psikofarmaka

Psikofarmaka atau obat psikotropika adalah obat yag bekerja secara selektif pada sistem saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku yang digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik dan berpengaruh terhadap taraf kualitas hidup klien. Obat psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain antipsikosis, antri depresan, anti mania, anti ansietas, anti insomnia, anti panik, dan anti obsesif-kompulsif (Hawari, 2001). b. Terapi Somatik

(30)

dimana efeknya sama denan obat anti depresan (Townsend, 2006).

c. Terapi Modalitas

Terapi modalitas adalah suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang bervariasi yang bertujuan untuk mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Pencapaian tujuan terapi mordalitas tergantung pada kondisi kesehatan klien. Dan tingkat dukungan yang tersedia. Terdapat beberapa jenis terapi mordalitas, antara lain terapi individual, terapi perilaku, terapi lingkungan, terapi kognitif, terapi kelompok, terapi bermain, dan terapi keluarga.

D. RSUD Banyumas

RSUD Banyumas didirikan pada tanggal 1 Januari 1924. Pada waktu berdiri diberi nama “ Burgerziekenhais te Banyumas “, yang

lengkapnya bernama “ Juliana Burgerziekenhais “ atau lebih dikenal pada

(31)

pemerintah RI pada tahun 1950 dibawah Departemen Kesehatan (Pemerintah Pusat). Tahun 1953 rumah sakit tersebut diserahkan pengelolaannya pada Pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Banyumas.

(32)

Gambar 2.3 Kerangka Teori

Modifikasi Sumber : (Maramis, 2010), (Stuart, 2006), (Stuart, 2013), (Yosep, 2011).

Etiologi : faktor somatik, faktor psikologis, faktor sosio budaya. (Yosep, 2011)

Karakteristik keluarga :

Merupakan kumpulan individu dalam masyarakat yang memiliki ikatan darah yang hidup bersama.

Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy) adalah terapi yang menggunakan aliran listrik yang menghasilkan kejang grandmal melalui elektroda yang ditempelkan pada satu atau dua pelipis. (Stuart, 2013)

PERSEPSI

Peran serta keluarga dalam proses penyembuhan pasien:

1. Peran serta keluarga selama perawatan pasien di rumah sakit. 2. Peran serta keluarga pada persiapan pulang

Peran serta keluarga dalam perawatan pasien depresi berat yang dilakukan ECT : 1. Pre ECT (memantau kondisi pasien, mengawasi untuk puasa tengah malam) 2. Post ECT ( menjaga pasien di tempat tidur agar tidak cedera atau jatuh,

memberikan asupan nutrisi )

Persepsi Keluarga Terhadap Tindakan Terapi Kejang Listrik Pada Pasien Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah pola perilaku tidak normal yang dialami seseorang sebagai akibat gejala distress dan disabilitas yang menyerang manusia seutuhnya. (Wijayanto,2012)

Penanganan gangguan jiwa (Stuart, 2006) : Indikasi ECT (Maramis,

2010): 1. Depresi 2. Mania

(33)

F. Kerangka Konsep

Persepsi keluarga terhadap tindakan terapi kejang listrik pada pasien gangguan jiwa yang di rawat di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas

Persepsi positif

Persepsi negatif

Fakor yang mempengaruhi persepsi : 1. Faktor Eksternal

Faktor eksternalnya yaitu fisiologis, perhatian, sesuatu yang terjadi dan sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak.

2. Faktor Internal

Gambar

Gambar 2.1. Alat Terapi Kejang Listrik
Gambar 2.2 Posisi elektroda dalam terapi kejang listrik
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

The materials were taken from authentic materials (movie clips, songs, comic strips or recording materials of native speeches) and were presented in various activities and tasks to

kesetaraan gender dalam pemikiran pendidikan Hamka berikut didasari oleh suatu pemikiran bahwa semua manusia, laki-laki dan perempuan diciptakan seimbang dan serasi

Variabel debt to equity ratio, earning per share, sales growth ratio, current ratio dan acid test ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang

Berbagai penelitian telah dilakukan dalam rangka untuk menurunkan tahanan tarik pembajakan dengan bajak subsoil; salah satu cara untuk menurunkan tahanan tarik tanah saat

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 320 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,

Sistem Informasi Geografis berbasis web atau WebGIS Zona Nilai Tanah untuk desa Kota Gajah Timur, Kecamatan Kota Gajah, memiliki tiga tampilan web yaitu tampilan

Bentuk manajemen wakaf produktif yang diinginkan baik secara konsep, harta maupun tujuan, hendaknya dapat merealisasikan tujuan yang pertama melalui terbentuknya yayasan

Jika nilai b3 yang merupakan koefisien regresi dari Personal Selling sebesar 0.237 yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen mempunyai arti bahwa