• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK Oleh Hety Ratna Novitasari, Firganefi, Dona Raisa Monica (Email: hetyratnaymail.com) ABSTRAK - ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK Oleh Hety Ratna Novitasari, Firganefi, Dona Raisa Monica (Email: hetyratnaymail.com) ABSTRAK - ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP PENGULANGAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK

Oleh

Hety Ratna Novitasari, Firganefi, Dona Raisa Monica (Email: hetyratna@ymail.com)

ABSTRAK

Penyalahgunaan narkotika oleh anak saat ini menjadi perhatian banyak orang yang terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan, bahkan menjadi perhatian berbagai kalangan. Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan anak merupakan suatu penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum, sangat disayangkan apabila anak telah mengalami pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika bahkan dapat menjadi pecandu. Adapun permasalahan yang menjadi acuan dalam penulisan skripsi ini adalah apakah faktor-faktor penyebab terjadinya pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak dan bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris dengan data primer dan data sekunder dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan di lapangan. Analisis data dideskripsikan dalam bentuk uraian kalimat dan dianalisis secara kualitatif, kemudian untuk selanjutkan ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan: (1) faktor-faktor yang menyebabkan pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah faktor internal yang berasal dari dalam individu dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu. (2) Upaya penanggulangan yang dilakukan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak dilakukan secara preventif dan represif. Sanksi pidana yang diberikan sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan perhitungan pidana yang dijatuhkan kepada anak adalah ½ dari maksimum ancaman pidana bagi orang dewasa.

(2)

CRIMINOLOGICAL ANALYSIS TOWARDS THE REPETITION OF THE CRIME OF NARCOTICS ABUSE BY CHILD

by:

Hety Ratna Novitasari, Firganefi, Dona Raisa Monica (Email: hetyratna@ymail.com)

ABSTRACT

Drug abuse by child is now a concern of many people that continuously discussed and publicized, even it becomes the attention to group of people. Narcotics abuse by child is a behavioral aberration or unlawful act, it is unfortunate when a child has experienced a repetition of the crime of drug abuse, even can become addicted. The problems that became the reference in this paper were, whether the factors that cause a repetition of the crime of drug abuse by child and how the preventive effort to the repetition of the crime of abuse of drugs by children. This research was conducted using an problem approach through normative juridicial approach and empirical jurisdiction with primary data and secondary data, in which each of the data was obtained from the research literature and in the field. The data analysis was described in narrative form sentences and analyzed qualitatively, and then drawn a conclusion. Based on the results of research and discussion, it could be concluded that: (1) the factors that led to the repetition of the crime of drug abuse by child were internal factor that originated from within the individual and external factors that originated from outside the individual. (2) the efforts to overcome the repetition of the crime of narcotic abuse by child could be performed in preventive and repressive. Criminal sanctions given in accordance with applicable law and the sentence were imposed on the calculation of the child is ½ of the maximum criminal penalty for adults.

(3)

I. PENDAHULUAN

Penyalahgunaan narkotika saat ini menjadi perhatian banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Ironisnya, tidak hanya dikalangan dewasa saja narkotika begitu dikenal dan dikonsumsi, tetapi dikalangan remaja dan anak dibawah umur pun juga sudah mengenal barang haram tersebut. Fakta yang disaksikan hampir setiap hari baik melalui media cetak maupun elektronik, ternyata peredaran narkotika telah merebak kemana-mana tanpa pandang usia. Narkotika merupakan bagian dari narkoba yaitu segolongan obat, bahan atau zat yang jika masuk ke dalam tubuh berpengaruh terutama pada fungsi otak (susunan syaraf pusat) dan sering menimbulkan ketergantungan. Terjadi perubahan dalam kesadaran, pikiran, perasaan, dan perilaku pemakainya.1

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada Pasal 1 Ayat (1) bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.

Anak menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak pada Pasal 1 Ayat (3)

menyebutkan bahwa anak yang

1

Ahmadi Sofyan. Narkoba Mengincar Anak Muda. Jakarta. Prestasi Pustaka. 2007. hlm. 12.

berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Anak memerlukan perlindungan dan pemeliharaan khusus dari orang tuanya. Sepeti pada masa sekarang ini telah banyak anak yang mengkonsumsi narkotika, sehingga diperlukan upaya pembinaan dan perlindungan terhadap anak agar anak terhindar dari penyalahgunaan narkotika.

Masa remaja seorang anak dalam suasana atau keadaan peka, karena kehidupan emosionalnya yang sering berganti-ganti. Rasa ingin tahu yang lebih dalam lagi terhadap sesuatu yang baru, kadangkala membawa mereka kepada hal-hal yang bersifat negatif. Penyalahgunaan narkotika yang dilakukan anak merupakan suatu penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum, sangat disayangkan apabila anak telah mengalami pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika bahkan dapat menjadi. Pengulangan tindak pidana, dalam pergaulan sehari-hari, khususnya diantara para penjahat/preman dikenal

dengan “residivis” (seharusnya recidive). Menurut Sudarsono, seseorang yang menderita ketagihan atau ketergantungan pada narkotika akan merugikan dirinya sendiri, juga merusak kehidupan masyarakat. 2

Sebagai contoh yang terjadi di Jayapura, seorang anak berinisial RW (15) tahun alias Aldo alias Amos berhasil ditangkap Tim Satuan Reskrim Narkoba Polres

2

(4)

Jayapura Kota, atas dugaan memiliki

satu karung ganja yang

ditafsir senilai Rp 50 juta. Kapolres Jayapura Kota AKBP Alfred Papare mengatakan, terkuaknya bisnis gelap RW ini berawal ketika aparat kepolisian menerima informasi rumah RW kerap dijadikan transaksi ganja. Alhasil,

anggota langsung melakukan

penggrebekan dan berhasil meringkus RW yang tengah tidur di rumahnya di Argapura Vietnam, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Sabtu (19/1/2013). Kapolres memaparkan, RW ditengarai pernah terlibat kasus narkotika dan pernah diproses Direktorat Reskrim Narkoba Polda Papua. Pengakuan RW, ia sering mengambil ganja dari Papua New Guinea. Tersangka seorang residivis, karena sudah beberapa kali ditangkap karena kasus serupa, namun tak jera. Terkait usia RW yang masih tergolong dibawah umur, pihak kepolisian masih melakukan koordinasi dengan Badan Pengawas Anak (BAPAS) untuk proses pemeriksaan tersangka.3

Contoh kasus nyata lainnya mengenai pengulangan tindak pidana narkotika oleh anak adalah yang terjadi pada Pengadilan Negeri Kotabumi yang berwenang memeriksa perkara kasus anak yang berkonflik dengan hukum dengan terdakwa Johan Saputra Bin Junaidi (17) tahun, didakwa oleh jaksa/penuntut umum Kejaksaan Negeri Kotabumi dengan dakwaan alternatif keempat yang melanggar Pasal 127 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 35

3

Redaksi Bintang Papua. Miliki 1 Karung Ganja, Seorang Residivis Dibekuk. 27 Maret 2014. http://bintangpapua.com. (jam 20.00 WIB)

Tahun 2009 tentang Narkotika dan dengan pidana penjara selama 01 (satu) tahun penjara dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan. Terdakwa ditahan karena terbukti secara sah telah tanpa

hak atau melawan hukum

menyalahgunakan Narkotika Golongan I jenis putaw. Terdakwa menikmati putaw bersama dengan rekan-rekannya disebuah rumah dan terdakwa mengaku bahwa ia merupakan pecandu berat narkotika jenis putaw dengan dosis yang besar antara 2 (dua) hingga 3 (tiga) kali mengkonsumsi narkotika jenis putaw setiap harinya dan menjadikan paket-paket kecil putaw yang dibelinya tersebut untuk memudahkan pada saat mengkonsumsi putaw tersebut dan mengkonsumsi putaw tersebut dengan cara menggunakan alat bantu suntikan yang berisikan cairan bubuk putaw lalu menyuntikkannya ke tangan.

Hakim Anak Pengadilan Negeri Kotabumi berpendapat dalam tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa merupakan permasalahan remaja (anak muda) yang karena lingkungan pergaulan yang negatif dan ternyata terdakwa merupakan pecandu putaw sejak usia 11 (sebelas) tahun serta ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP serta peraturan lain yang bersangkutan. Maka Hakim menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “Penyalahgunaan memakai

(5)

dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan. 4

Adanya kasus-kasus ini maka dapat dilihat faktor penyebab terjadinya pengulangan tindak pidana narkotika oleh anak, seperti faktor lingkungan pergaulan yang negatif, faktor keluarga

dan faktor ekonomi. Upaya

penanggulangan baik secara penal maupun non penal juga telah dilakukan, seperti penyuluhan, rehabilitasi dan pidana penjara. Namun, masih saja kita jumpai kasus pengulangan tindak pidana narkoika oleh anak.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka menimbulkan rasa ingin tahu saya untuk mengkaji lebih lanjut faktor-faktor penyebab terjadinya pengulangan tindak pidana narkotika oleh anak. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan

judul “Analisis Kriminologis Terhadap

Pengulangan Tindak Pidana

Penyalahgunaan Narkotika oleh Anak.”

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : a. Apakah faktor-faktor penyebab

terjadinya pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak

b. Bagaimanakah upaya

penanggulangan terhadap

pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara

4

Putusan Pengadilan Negeri Kotabumi No: 172/Pid.Sus/Anak/2013/PN.KB.

melihat, menelaah hukum serta hal yang bersifat teoritis yang menyangkut

asas-asas hukum, sejarah hukum,

perbandingan hukum, taraf sinkronisasi yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah hukum dalam kenyataan atau berdasarkan fakta yang didapat secara obyektif di lapangan baik berupa data, informasi, dan pendapat yang didasarkan pada identifikasi hukum dan efektifitas hukum, yang didapat melalui wawancara dengan akademisi yang berkompeten terkait dengan masalah yang penulis angkat dalam penelitian ini.

II. PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Penyebab

Terjadinya Pengulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak

Pengulangan tindak pidana

(6)

yang sangat menentukan terhadap timbulnya suatu tindak pidana.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan

pengulangan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika oleh anak, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Abdul Syani5, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu. Faktor-faktor

internal penyebab terjadinya

pengulangan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika oleh anak, yaitu faktor individu, faktor biologis, faktor psikologis.

Berdasarkan wawancara dengan Indra Lesmana Karim6, faktor individu terdiri

dari aspek kepribadian dan

kecemasan/depresi. Aspek kepribadian antara lain kepribadian yang ingin tahu, mudah kecewa, sifat tidak sabar dan rendah diri. Sedangkan yang termasuk dalam kecemasan/depresi adalah karena tidak mampu menyelesaikan kesulitan hidup sehingga melarikan diri dalam penggunaan narkotika.

Penulis berpendapat bahwa, di dalam setiap diri individu khususnya disini seorang anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu hal yang baru. Rasa ingin tahu yang besar inilah yang menimbulkan anak ingin mencoba

5

Abdul Syani. Sosiologis Kriminalitas. Bandung. Remaja Karya. 1987. hlm. 37.

6

Berdasarkan hasil wawancara dengan Indra Lesmana Karim, tanggal 23 Mei 2014 Pukul 08.45

narkotika, setelah anak tersebut mengetahui rasanya menggunakan narkotika dan anak ini merasa nyaman dan ketagihan maka saat itulah sianak

akan mengulangi perbuatannya

menggunakan narkotika.

Menurut dr. Tendry Septa7, faktor biologis itu terkait dengan ciri kepribadian anak tersebut, kemudian dari sisi biologis juga remaja/anak yang menggunakan narkotika kemungkinan untuk menggunakan lagi terkait dengan struktur otaknya jauh lebih besar untuk mengulangi dibandingkan dia memakai narkotika pada saat dewasa. Faktor dari biologis ini diperbaiki pada saat tumbuh kembang anak. Menurut penulis, bahwa pada faktor biologis perkembangan anak merupakan hasil dari interaksi antara biologi dan lingkungan yang dapat menimbulkan ciri kepribadian anak.

Lingkungan dapat merangsang

berkembangnya, mengatur dan

memberikan arah, mempercepat atau memperlambat fungsi-fungsi otak pada diri anak, yang dapat menimbulkan

pengulangan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika oleh anak.

Pada faktor psikologis ada yang namanya egostrength (kemampuan orang menghadapi tekanan) orang yang menghadapi tekanan yang tidak terlalu baik pada saat ditekan dia akan mencari celah untuk mengurangi tekanan

tersebut, dia memindahkan

menggunakan yang lebih sederhana seperti narkotika. Pada saat dia pindah menggunakan lebih sederhana itu disebut displacement karena pada saat seseorang itu merasa ada tekanan maka

7

(7)

ia memilih objek yang lebih mudah sehingga ia memakai narkotika dengan harapan hilang masalahnya. Selain itu ada juga tipe seseorang yang ketika mendapatkan tekanan dia memilih untuk menghadapi saja tekanan tersebut.

Penulis berpendapat, seorang anak yang mendapatkan tekanan atau sedang

menghadapi masalah biasanya

cenderung mencari cara yang mudah untuk keluar dari tekanan tersebut tanpa berfikir apakah itu jalan yang baik atau tidak. Ketika anak tersebut beranggapan dengan memakai narkotika merupakan cara yang mudah untuk ia bisa keluar dari tekanan tersebut maka anak tersebut akan terus mengulangi dengan memakai narkotika pada saat sianak mendapat tekanan.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor berpokok pangkal pada lingkungan diluar dari diri manusia (ekstern), terutama hal-hal yang mempunyai

hubungan dengan timbulnya

kriminalitas. Pengaruh faktor-faktor luar inilah yang menentukan bagi seseorang untuk mengarah kepada tindak pidana, ada beberapa faktor-faktor eksternal penyebab terjadinya pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan, faktor pendidikan, faktor agama, faktor sosial.

Keluarga merupakan kelompok

masyarakat terkecil akan tetapi merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan sosial yang

terdekat untuk membesarkan,

mendewasakan, dan didalamnya anak

mendapatkan pendidikan untuk pertama kali.8 Menurut penulis, seorang anak dapat melakukan pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika karena peranan keluarga sebagai lingkungan terdekat untuk membesarkan dan mendewasakan anak kurang difungsikan dengan baik. Orang tua adalah faktor yang sangat menentukan terhadap baik atau buruknya karakter seorang anak, misal orang tua yang kurang harmonis. Hal ini yang dapat menyebabkan anak menjadi merasa kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, sehingga ia mencari pelarian yaitu dengan menggunakan narkotika.

Anak sebagai anggota masyarakat selalu mendapatkan pengaruh dari keadaan masyarakat dan lingkungannya baik secara langsung atau tidak langsung. Prinsipnya adalah suatu pergaulan tertentu menghasilkan norma-norma tertentu pula dan pengaruh pergaulan di dalam dan di luar rumah adalah bersifat timbale balik. Tidak selamanya pengaruh dari luar keluarga dapat membuat lebih tentram kehidupan keluarga dan kedudukan norma di dalam keluarga itu sendiri.9 Hal ini dibuktikan bahwa terdakwa Johan Saputra (17) tahun tinggal di lingkungan yang sangat mudah untuk mendapatkan narkotika.

Kemudian Pendidikan sekolah adalah media atau perantara bagi pembinaan jiwa anak-anak atau dengan kata lain pendidikan sekolah ikut bertanggung jawab atas pendidikan anak, baik

pendidikan keilmuan maupun

pendidikan tingkah laku. Banyaknya

8

Romli Atmasasmita. Problema Kenakalan Remaja. Bandung. Armico. 1997. hlm.51. 9

(8)

atau bertambahnya kenakalan anak secara tidak langsung menunjukan kurang berhasilnya sistem pendidikan di

sekolah-sekolah.10 Kurangnya

pengetahuan dan pengertian mengenai narkotika serta bahayanya kerap kali menjadi penyebab penyalahgunaan narkotika oleh anak.

Agama merupakan salah satu sosial

kontrol yang utama melalui

organisasinya/organisasi keamanan, agama itu sendiri dapat menentukan tingkah laku manusia sesuai dengan nilai-nilai keagamaannya. Sebaliknya, jika agama itu tidak berfungsi bagi manusia, artinya hanya sekedar lambang saja, maka ia tidak akan berarti sama sekali bahkan iman manusia menjadi lemah dan dengan mudah dapat melakukan hal-hal yang buruk karena sosial kontrolnya tadi tidak kuat. 11

Idhamsyah menyatakan, pemahaman dan pendalaman serta ketaatan terhadap agama yang dianut sangat diperlukan bagi anak. Kenyataan sehari-hari menunjukan bahwa anak-anak yang melakukan suatu tindak pidana cenderung kurang memahami norma-norma agama bahkan mungkin lalai dalam menunaikan perintah agama. Apabila seorang anak mempunyai dasar agama yang baik, maka anak tersebut akan berfikir jika ingin melakukan tindak pidana, khususnya disini pengulangan tindak pidana narkotika karena setiap agama mengajarkan hal-hal yang baik.

Faktor sosial digunakan kriminologi dalam menjelaskan faktor-faktor sebab

10Ibid

. hlm.52. 11

Abdul Syani. Op.cit. hlm. 42.

musabab dan sumber timbulnya tindak pidana berdasarkan interaksi sosial, proses-proses sosial, struktur-struktur sosial dalam masyarakat termasuk unsur-unsur kebudayaan.12 Penulis berpendapat bahwa kehidupan sosial dalam masyarakat merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak. Pada masa pertumbuhan dan perkembangannya seorang anak harus mendapatkan nilai-nilai sosial yang baik untuk kehidupannya agar anak tidak melakukan suatu tindak pidana.

B. Upaya Penanggulangan terhadap Pengulangan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak

Pengulangan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika oleh anak yang sering terjadi menimbulkan banyak keresahan di masyarakat, dimana

pengulangan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika oleh anak tersebut di karenakan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana tersebut. Adanya faktor-faktor tersebut maka harus ada upaya penanggulangan dari faktor-faktor tindak pidana tersebut .

Penerapan hukum pidana dapat juga dikatakan sebagai upaya penal yang menitikberatkan pada tindakan represif (pemberantasan), sedangkan pencegahan tanpa pidana dan mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa disebut juga sebagai upaya non

12

Soerjono Soekanto. Soerjono Soekanto.

(9)

penal yang lebih menitikberatkan pada tindakan preventif (pencegahan).

Upaya penanggulangan pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak dalam konteks kriminologis,

penulis menggunakan teori

penanggulangan tindak pidana, yaitu upaya preventif dan upaya represif.13

1. Upaya preventif

Melalui tindakan yang bersifat preventif (pencegahan) upaya ini meliputi bidang-bidang yang sangat luas diseluruh sektor kebijakan sosial. Penanggulangan secara preventif ini terdapat langkah-langkah baik secara internal dan eksternal. Tujuan utama dari upaya preventif ini adalah memperbaiki kondisi sosial tertentu yang secara tidak langsung mempengaruhi preventif terhadap kejahatan.

Menurut Indra Lesmana Karim, upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah melalui lingkungan yang terkecil terlebih dahulu, yaitu dari lingkungan keluarga dengan cara pengawasan yang diberikan oleh orang tua mengenai dengan siapa anak tersebut bergaul, kemudian ada perhatian juga dari aparat penegak hukumnya, adanya perhatian dari pemerintah untuk melindungi agar anak dapat terhindar dari penggunaan narkotika.

Kemudian berdasarkan wawancara oleh Idhamsyah, upaya yang dilakukan untuk penanggulangan terhadap pengulangan

13

Firganefi dan Deni Achmad. Hukum Kriminologi. Bandar Lampung. PKKPUU FH UNILA.2013. hlm. 34.

tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak dilakukan upaya pencegahan

dengan melakukan

penyuluhan-penyuluhan hukum tentang bahaya dan ancaman pidana penyalahgunaan narkotika kepada anak-anak sekolah, meningkatkan razia di tempat-tempat

yang mungkin terjadinya

penyalahgunaan narkotika. Selain itu, ia menyatakan peran dari orang tua pun tidak kalah penting dalam upaya penanggulangan, membekali anak-anaknya dengan agama, kesehatan, kegiatan-kegiatan positif, memberi motivasi kepada anak, dan memberi contoh yang baik agar si anak dapat terhindar dari narkotika.

Menurut penulis, upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi

pengulangan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika oleh anak dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan secara luas dan rinci kepada anak tentang beberapa aspek yuridis yang relevan dengan perbuatan-perbuatan nakal yang kerap kali mereka lakukan. Dengan demikian anak akan memiliki pemahaman, penghayatan, dan perilaku yang sehat. Usaha untuk mencapai tingkat kesadaran hukum dikalangan anak dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas, akan tetapi yang paling sederhana dan akrab dalam kehidupan anak-anak adalah melalui

penyuluhan hukum yang dapat

divisualisasikan dalam beragam bentuk baik dengan cara konvensional maupun cara modern. Diharapkan dengan ini,

anak dapat lebih mampu

(10)

2. Upaya represif

Upaya represif usaha yang dilakukan untuk menghadapi pelaku kejahatan seperti dengan pemberian hukuman agar pelaku jera, pencegahan serta perlindungan sosial. Upaya represif dalam penanggulangan terhadap

pengulangan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika oleh anak dilakukan dengan cara penerapan pidana terhadap pelaku pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Selain

upaya diatas, bahwa upaya

penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah rehabilitasi yang bertujuan untuk mengobati dan memulihkan kondisi fisik, psikis, mental, moral dan sosial anak bekas korban penyalahgunaan narkotika serta untuk mencegah agar jangan sampai mereka kambuh dan terjerumus kembali kedalam penyalahgunaan narkotika.

Upaya penanggulangan terhadap

pengulangan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika oleh anak

dilakukan juga oleh Lembaga

Pemasyarakatan Anak Kelas IIA Kotabumi. Zahrial Liantana, menyatakan bahwa dalam lembaga pemasyarakatan upaya penanggulangan terhadap tindak pidana disini dikenal sebagai upaya pembinaan, yang bersifat represif. Upaya

pembinaan dilakukan untuk

mengembalikan narapidana kedalam masyarakat agar narapidana tersebut berguna di dalam masyarakat dan dapat diterima. Selain itu, upaya lain yang dilakukan dalam penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak yaitu pembinaan baik rohani maupun jasmani. Pembinaan secara rohani

dilakukan dengan bimbingan keagamaan agar mereka sadar atas perbuatannya terdahulu dan selalu mengingat Allah SWT ketika ingin melakukan tindak pidana dengan harapan tidak akan melakukan tindak pidana yang sama dikemudian hari. Adapun pembinaan jasmani ialah dilakukan dengan tujuan agar narapidana memiliki fisik yang sehat dan tidak ada tekanan kejiwaan (stress) selama menjalani masa hukum di dalam lapas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, penulis berpendapat bahwa upaya represif dengan pemidanaan sudah sepatutnya diberikan karena berdasarkan contoh kasus yang ada anak dalam hal ini telah melakukan pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan upaya rehabilitasi pun telah dilakukan sebelumnya tetapi upaya tersebut tidak juga menimbulkan efek jera terhadap anak.

Upaya diversi yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tidak dapat diterapkan karena pada tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku merupakan pengulangan tindak pidana. Sesuai dengan syarat dapat dilakukannya upaya diversi apabila diancam pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana.

III. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis dapat ditarik simpulan bahwa :

(11)

pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor individu, faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan, faktor keluarga, faktor pendidikan, faktor agama, dan faktor sosial. Faktor lingkungan yang dapat

menyebabkan anak manjadi

melakukan pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika adalah lingkungan tempat tinggal anak merupakan daerah yang banyak terdapat penjual narkotika. Hal ini lah yang menyebabkan anak sangat mudah untuk mendapatkan dan menggunakan narkotika. Faktor

keluarga yang kurang

memperhatikan anak merupakan penyebab anak menjadi bebas bergaul dengan siapa saja bahkan dengan pengguna dan penjual narkotika.

2. Upaya penanggulangan pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak dapat dilakukan melalui upaya preventif dan upaya represif. Upaya preventif dapat dilakukan dengan memberi pengarahan, penyuluhan-penyuluhan yang luas kepada anak tentang bahanya narkotika, dengan demikian anak akan memiliki pemahaman, penghayatan dan perilaku yang baik. Sedangkan upaya represif dengan memberikan sanksi pidana sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan perhitungan pidana yang dijatuhkan kepada anak adalah

½ dari maksimum ancaman pidana bagi orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Atmasasmita, Romli. 1997, Problema

Kenakalan Remaja, Armico:

Bandung.

Firganefi dan Deni Achmad. 2013,

Hukum Kriminologi, PKKPUU FH

UNILA: Bandar Lampung.

Soekanto, Soerjono. 2010, Pengantar

Penelitian Hukum, UI Press:

Jakarta.

Sofyan, Ahmadi. 2007, Narkoba

Mengincar Anak Muda, Prestasi

Pustaka: Jakarta. .

Sudarsono. 1995, Kenakalan Remaja, PT Rineka Cipta: Jakarta.

Syani, Abdul. 1987, Sosiologis

Kriminalitas, Remaja Karya:

Bandung.

B. Perundang-undangan

Tim Fokusmedia. 2009, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, Fokusmedia:

Bandung.

(12)

C. Website

Referensi

Dokumen terkait

Keinginan konsumen untuk membeli Wolio Snack sangat tinggi, karena tempat yang menyediakan dan menawarkan oleh-oleh khas kota Bau-bau hanya sedikit. Tetapi untuk

EMISI GAS GAS GAS GAS BUANG BUANG BUANG BUANG PADA PADA PADA PADA MOTOR MOTOR BENSIN MOTOR MOTOR BENSIN BENSIN BENSIN KARBURATOR KARBURATOR KARBURATOR KARBURATOR SISTEM SISTEM

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tingkat keterampilan proses sains peserta didik yang diajar dan yang tidak diajar dengan model pembelajaran project

Lebih lanjut, Permendagri ini menyatakan bahwa ada mixed- approach sebagai pengejawantahan prinsip-prinsip tersebut, “Orientasi Proses Pendekatan Perencanaan Politik (penjabaran

Adapun komponen kebugaran jasmani meliputi : (1) Daya tahan jantung yaitu kemampuan jantung, paru menyuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama, (2) Kekuatan

Oleh karena itulah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menge- tahui perbedaan hasil kualitas hidup antara berbagai metode manajemen nyeri pada pasien nyeri

sarkan kategori kadar CA 125 dengan nilai titik potong 35 U/ml dan hasil pemeriksaan histopatologi diperoleh hasil 13 penderita tumor ovarium yang mengalami peningkatan CA 125

Berdasarkan hasil pengujian, Aplikasi SOM dapat digunakan untuk mendesain Model Data SOM dan mentransformasikan model data tersebut ke dalam basis data Oracle.. Kata Kunci: