BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Belajar merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan seseorang dengan cara disegaja unntuk memperoleh sebuah perubahan. Menurut
Syah (2011: 63), belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar berkaitan erat dengan kegiatan pembelajarann. Proses pembelajaran dilakukan karena adanya dorongan untuk belajar baik
dorongan dari diri sendiri maupun dari luar. Menurut Sagala (2010: 61), pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi
6
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Menurut Slavin (2009: 4), pembelajaran kooperatif adalah merujuk pada metode pengajaran di mana siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dan mempelajari materi pelajaran. Sedangkan menurut Isjoni, (2011: 16), pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini
banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif tidak menerapkan sistem
kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain tetapi menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Pada
dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran oleh Ibrahim (Isjoni, 2011: 27),
yaitu:
1) Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan
padasiswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Karena siswa kelompok
2) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan
kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, belajar untuk saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan ketiga dalam model pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. c. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Lungdren (Isjoni, 2011: 13) menyatakan unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka bekerja
bersama-sama untuk keberhasilan berbersama-sama.
2) Para siswa harus bertanggung jawab terhadap siswa lain dalam
kelompoknya dan juga terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para
anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan serta memperoleh ketrampilan
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange
(RTE)
Silberman (2014: 103), merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang (Rotating Trio Exchange) merupakan cara terperinci bagi
siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan sebagian teman sekelas mereka. Dalam strategi ini, akan terjadi perputaran atau
pertukaran anggota kelompok sehingga akan terbentuk kelompok-kelompok baru setiap pergantian masalah atau pertanyaan.
Menurut Isjoni (2011: 59), pada model RTE yaitu kelas dibagi
dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok lainnya dikiri dan
dikanannya, berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai berilah nomor untuk setiap anggota
trio tersebut. Contohnya nomor 0, 1, dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam. Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan
mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan kepada setiap trio baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai pertanyaan
yang telah disiapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang untuk memecahkan pertanyaan
yang diberikan oleh guru lalu akan terjadi perputaran atau pertukaran anggota kelompok sehingga akan terbentuk kelompok-kelompok baru
setiap pergantian masalah atau pertanyaan.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating
TrioExchange (RTE)
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipeRTE adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan Kompetensi
Dasar yang akan dicapai
2) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa secara
heterogen dengan kemampuan berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah).
3) Guru mengatur kelompok tersebut di dalam kelas agar
masing-masing bisa melihat dengan jelas kelompok yang disisi kanan dan di sisi kirinya. Formasi kelompok-kelompok secara keseluruhan
bisa berbentuk bundar atau persegi.
4) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap
triosebagai pertanyaan pembuka (pertanyaan sama untuk masing-masing trio) untuk dibahas.
5) Setelah diskusi berjalan, masing-masing siswa diberi simbol 0, 1, 2. 6) Penyajian hasil diskusi oleh kelompok. Anjurkan agar tiap siswa
didalam kelompok mendapat giliran untuk menyajikan hasil
7) Selanjutnya berdasarkan waktu makasiswa yang mempunyai
simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2
berlawanan jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat karena ia adalah anggota tetap dari kelompok trio mereka. Sebaiknya
siswa dengan simbol 0 adalah siswa dengan nilai tertinggi dikelompoknya.
8) Mulailah diskusi memberikan pertanyaan baru yang tingkat
kesulitannya lebih tinggi
9) Rotasikan kembali trio sesuai pertanyaan yang disiapkan.
10) Guru memberikan penghargaan secara kelompok
3. Pemahaman Konsep
Proses pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa
mampu menerima dan memahami konsep dasar yang telah dipahami. Menurut Sardiman (2011: 42), pemahaman (comprehension) dapat
diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat
memahami suatu situasi. Memahami maksud atau menangkap makna adalah tujuan akhir dari setiap belajar.
Pemahaman konsep menurut Heruman (2010: 3) yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua
pengertian: pertama merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua, pembelajaran penanaman konsep
lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya,
disemester atau kelas sebelumnya.
Jadi, konsep sangat penting bagi manusia, karena digunakan dalam
komunikasi dengan orang lain, dalam berpikir, dalam belajar, membaca, dan lain-lain. Tanpa konsep belajar akan sangat terhambat. Pendidikan formal dapat berjalan dengan bantuan konsep. Kemampuan pemahaman
matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa
bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi
yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.
Dalam penelitian ini, pemahaman konsep matematika didefinisikan sebagai kemampuan mengaitkan notasi dan simbol matematika yang relevan dengan ide-ide matematika dan mengkombinasikannya ke dalam
rangkaian penyelesaian masalah. Adapun indikator-indikator pemahaman konsep menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor
506/C/Kep/PP/2004 (Wardhani, 2008: 10) adalah sebagai berikut: a. Menyatakan ulang suatu konsep
Siswa mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang konsep
yang telah dipahami.
Siswa mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut.
c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep
Siswa mampu memberikan contoh dan kontra dari konsep yang
dipelajari.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika
Siswa mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara
serta mengetahui perbedaaan.
e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
Siswa mampu menerapkan konsep secara agoritma.
f. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi
tertentu
Siswa mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur. g. Mengaplikasikan konsep dan algoritma ke pemecahan masalah
Siswa mampu mengembangkan konsep yang dipelajarinya.
4. Materi dalam Penelitian
Penelitian akan dilakukan di kelas VIIA MTs Muhammadiyah 06
Purbalingga semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Materi pada penelitian ini adalah Segitiga dan Segiempat yang terbagi dalam beberapa
sub bahasan:
a. Pengertian, Jenis-jenis, Sifat-sifat Segitiga, Luas daan Keliling Segitiga
b. Pengertian, Jenis-jenis, Sifat-sifat Persegi, Luas daan Keliling Persegi c. Pengertian, Sifat-sifat Persegi Panjang, Luas dan Keliling Persegi
Panjang
e. Pengertian, Sifat-sifat Belah Ketupat, Luas dan Keliling Belah Ketupat
f. Pengertian, Sifat-sifat Layang-layang, Luas dan Keliling Layang-layang g. Pengertian, Sifat-sifat Trapesium, Luas dan Keliling Trapesium
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange (RTE) pernah diteliti oleh I Md Dyatma Dipayana, dkk (2014: 1-10) menyimpulkan bahwa pembelajaran RTE dapat meningkatkan pemahaman
konsep matematika siswa sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe RTE untuk mengajar pemahaman konsep berhasil. Dibuktikan dengan adanya pengaruh terhadap peningkatan rata-rata pada kelas eksperimen. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor indikator
pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran RTE sebesar 73,83 dengan skor maksimum 78 dan skor
minimum 34. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh skor rata-rata indikator pemahaman konsep sebesar 68,64 dari skor maksimum 77 dan skor minimum 39. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata indikator pemahaman konsep matematis siswa untuk kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata indikator pemahaman
konsep untuk kelas kontrol.
Penelitian tentang pemahaman konsep pernah diteliti oleh Murizal, dkk (2012: 19-23) menyimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika
siswa kelas eksperimen yaitu 76,1 dan nilai rata-rata kelas kontrol 63,2. Data ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari
penggunaan model quantum teaching memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa,
sehingga kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model quantum teaching lebih baik dari pada
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan peneliti yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe RTE pada materi Segitiga dan Segiempat. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pemahaman
konsep matematika. Penelitian akan dilaksanakan di kelas VIIA MTs Muhammadiyah 06 Purbalingga.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika baiknya dilaksanakan dengan suasanya yang
mendukung siswa untuk lebih aktif dan tidak membosankan. Guru harus dapat mengembangkan pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa
supaya lebih menarik. Pada kenyataannya masih banyak guru yang masih kurang memfasilitasi siswa untuk belajar lebih aktif terutama dalam pelajaran matematika. Diperoleh data bahwa masih rendahnya pemahaman konsep
matematika siswa kelas VIIA MTs Muhammadiyah 06 Purbalingga, yang disebabkan karena selama ini guru masih menggunakan pembelajaran yang
monoton, hanya menjelaskan materi pelajaran, setelah itu memberi contoh dan siswa mengerjakan latihan soal, siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa cenderung cepat bosan.
untuk belajar sertamembuat siswa lebih mudah memahami konsep matematika. Dari permasalahan di atas peneliti berupaya meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep matematika yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeRotating Trio Exchange (RTE).Uraian
kerangka pikir tersebut digambarkan dalam skema berikut ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir dalam PTK
D. Hipotesis Tindakan
Penggunaan pembelajaran Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange
(RTE) kelas VIIA MTs Muhammadiyah 06 Purbalingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
.
Tindakan
Menggunakan pembelajaran RTE
Evaluasi
Pemahaman konsep matematika siswa meningkat
Pemahaman konsep siswa