• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I BASKORO ISTIARTO PBSI'11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - BAB I BASKORO ISTIARTO PBSI'11"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan salah satu cabang seni yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun yang lalu. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi dan emosi, tetapi telah dianggap salah satu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi emosi. Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah manusia dan kemanusiaan, dan menaruh minat terhadap dunia realitas yang berlangsung sepanjang hari sepanjang zaman (Semi, 1993 : 1).

Sastra secara fundamental adalah sesuatu yang membuat kita merasa terhibur secara sukarela atau spontan, tidak soal apakah kita sebagai produsen atau konsumen karena ia bagian dari kehidupan manusia. Jadi sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993 : 8).

(2)

alat ucap manusia (Chaer, 2003 : 30). Bahasa merupakan alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud dan gagasan, wujud performansi, bahasa sebagai manivestasi ungkapan jiwa, yang bisa diungkapkan melalui gaya bahasa (keraf, 2006 : 1).

Menurut Nurgiyantoro (2010 : 272), gaya bahasa memegang peranan penting dalam karya sastra. Peranan gaya bahasa dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung ”nilai lebih” dari bahan itu sendiri. Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra, lebih dari sekedar deretan kata, namun unsur kelebihannya itu pun, hanya dapat diungkap dan ditafsirkan melalui bahasa. Jika sastra ingin mendialogkan sesuatu, sesuatu tersebut hanya dapat dikomunikasikan lewat sarana bahasa. Bahasa dalam sastra pun mengemban fungsi utamanya yaitu fungsi komunikatif.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan simbol yang pertama, dan sastra menjadi sistem simbol yang kedua. Bahasa merupakan ujaran yang bersistem, arbitrer, manusiawi, berupa percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun, yang digunakan oleh anggota masyarakat sebagai alat komunikasi.

(3)

Dalam penelitian ini peneliti tertarik meneliti novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho. Alasan peneliti memilih novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho sebagai objek penelitian karena novel tersebut terdapat daya tarik tersendiri, yaitu banyak menggunakan pemajasan. Pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada kata-kata yang mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat (Nurgiyantoro, 2010 : 296-297). Dengan demikian, pemajasan merupakan gaya bahasa yang memanfaatkan bahasa kiasan. Bahasa kiasan merupakan salah satu cara pengarang dalam menyiasati bahasa sebagai sarana mengungkapkan gagasannya. Dalam karya sastra, bahasa kiasan digunakan untuk memperoleh efek estesis. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal lain supaya gambaran semakin jelas, lebih menarik, dan hidup (Pradopo, 1997 : 62).

Untuk mengetahui pengguanaan gaya bahasa dalam karya sastra dapat dilakukan dengan sebuah pengkajian stilistika. Kajian stilistika mengungkapkan bagaimana cara pemanfaatan bahasa dan bagaimana efeknya dalam karya sastra.

(4)

sastra. Mereka bahkan berpendapat bahwa bahasa dalam karya sastra itu sangatlah sulit untuk dipahami. Itu semua dikarenakan mereka kurang berminat mempelajari tentang gaya bahasa kiasan sehingga kosa kata mereka pada saat guru memberikan tugas membuat suatu narasi pasti para siswa merasa sangat kesulitan.

Berkaitan dengan dunia pendidikan terutama dalam pembelajaran sastra di SMA, analisis karya sastra akan sangat bermanfaat. Hal tersebut dikarenakan fungsi karya sastra itu sendiri antara lain menambah pengetahuan tentang kehidupan manusia, memperluas wawasan dan mempertajam pandangan serta menumbuhkan kreativitas siswa. Pengajaran sastra sangat bermanfaat dalam menunjang kemampuan berbahasa siswa dan mengembangkan kepekaan pikiran serta perasaan siswa. Selain itu pengajaran sastra juga bermanfaat untuk memperkaya pandangan hidup serta kepribadian siswa.

Berdasarkan uraian yang telah peneliti kemukakan tersebut, maka peneliti terdorong untuk melakukan pengkajian stilistika yang difokuskan pada gaya bahasa kiasan yang terdapat pada novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

1. Gaya bahasa kiasan apa sajakah yang terdapat dalam novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho?

(5)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian haruslah jelas, mengingat penelitan harus mempunyai arah dan sasaran yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho.

2. Untuk memaparkan gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho dalam pembelajaran sastra di SMA.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah penelitian kesusastraan indonesia dalam memahami gaya bahasa kiasan dalam pembelajaran sastra di SMA.

b. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca.

c. Sebagai alat motivasi, setelah dilakukan penelitian ini muncul penelitian-penelitian baru sehingga dapat menimbulkan inovasi dalam kesusastraan Indonesia.

2. Manfaat Teoretis

(6)

E. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi yang berjudul Gaya Bahasa Kiasan Dalam Novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho dan Saran Penerapannya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA ini terdiri atas lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I, berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah berisi tentang masalah yang akan dikaji. Perumusan masalah menjelaskan tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian. Tujuan penelitian berisi tentang sesuatu hal yang akan dicapai dan diperoleh dalam penelitian ini. Manfaat penelitian menjelaskan bagaimana manfaat yang diperoleh bagi orang lain setelah membaca penelitian ini dan sistematika penulisan menjelaskan tentang susunan penulisan yang digunakan dengan menguraikan ulasan dari setiap babnya.

BAB II, adalah landasan teori berfungsi untuk memecahkan masalah atau membahas masalah yang ada di dalam penelitian ini. Pada landasan teori dilaskan tentang penelitian yang relevan, pengertian gaya bahsa, jenis gaya bahasa, gaya bahasa kiasan, dan pengajaran sastra di SMA.

(7)

BAB IV berisi tentang hasil analisis dan pembahasan yang menyajikan gaya bahasa kiasan pada novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho dan saran penerapannya dalam pembelajaran sastra di SMA.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

[r]

FAKTJ'-TAS PtrTERNAI'{N UNIVERSITAS

Pada pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi diperoleh data bahwa: (1) Penjelasan materi sangat cepat sehingga kurang dimengerti siswa,

Penelitian ini bertujuan mendapatkan kondisi optimum fermentasi molase oleh S cerevisiae yang meliputi parameter pH dan konsentrasi molase pada suhu 31ºC.. Penelitian ini

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat