• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Juwani BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Juwani BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan target utama peningkatan mutu pendidikan dan karakter bangsa. Dalam Permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang kurikulum SMA/ MA dikatakan bahwa Kurikulum 2013 dirancang untuk mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual, sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.

Kurikulum 2013 mengisyaratkan sebuah pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran secara lebih intens, kreatif, dan mandiri. Peserta didik dilibatkan langsung di dalam proses pembelajaran. Dalam pendekatan ini, keberhasilan akan tampak jika peserta didik mampu melakukan langkah-langkah saintifik mulai dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan. Langkah-langkah ini merupakan satu kesatuan dan saling mengait.

(2)

bertindak menjadi agen perubahan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Siswa diharapkan mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya.

Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual.

Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.

Dalam kurikulum 2013 ini bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat rendah. Dari studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, hanya lima persen

(3)

pemikiran, sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai pada level menengah, yaitu memecahkan persoalan yang bersifat hafalan.

Pengajaran bahasa Indonesia tidak sekadar bermuara pada kemampuan siswa menggunakan bahasa Indonesia, tetapi perlu juga dipelajari soal makna atau bagaimana memilih kata yang tepat. Selama ini pembelajaran bahasa Indonesia tidak dijadikan sarana pembentuk pikiran padahal teks merupakan satuan bahasa yang memiliki struktur berpikir yang lengkap. Karena itu pembelajaran bahasa Indonesia harus berbasis teks. Melalui teks maka peran bahasa Indonesia sebagai penghela dan pengintegrasi ilmu lain dapat dicapai.

Pada umumnya, guru bahasa Indonesia di sekolah-sekolah belum menyadari pentingnya latihan menulis sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan berbahasa. Selama ini, ada kecenderungan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada segi-segi teori saja sehingga tujuan pengajaran menulis tidak akan tercapai dengan baik.

(4)

itu, keterampilan berbahasa (khususnya keterampilan menulis) menjadi hal mutlak pula yang harus dikuasai agar kita juga menjadi bagian kemajuan zaman.

Piaget (dalam Khoiru, 2011: 49) menjelaskan bahwa seorang anak berkembang melalui empat tahap perkembangan kognitif, yaitu: tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan operasi formal. Pola perilaku atau berpikir yang digunakan anak dan orang dewasa dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi para siswanya.

Teori Piaget (dalam Khoiru, 2011: 50) menegaskan bahwa guru harus mampu menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.

Dalam pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi, biasanya guru menentukan topik karangan sehingga tema tulisan siswa terbatas. Hal tersebut kurang menarik sehingga membuat motivasi siswa untuk menulis rendah dan secara tidak langsung mengakibatkan keterampilan menulis mereka juga rendah. Para siswa biasanya menyukai topik yang bebas.

(5)

pelajaran. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, metode pembelajaran yang tepat juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, dan memudahkan siswa dalam membuat hasil tulisan khususnya teks laporan hasil observasi.

Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil beberapa penelitian terdahulu, motivasi dalam bidang keterampilan menulis khususnya masih rendah. Adanya motivasi yang rendah ini nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini tampak dalam hasil penulisan teks laporan hasil observasi yang banyak kesalahan dan tidak sesuai apa yang diharapkan guru. Mereka lebih terkesan asal-asalan dalam menuliskan tugas yang diberikan oleh guru. Selanjutnya pembelajaran penulisan di sekolah masih kurang diminati oleh siswa dikarenakan pembelajaran menulis membutuhkan daya imajinasi dan konsentrasi yang cukup untuk menuangkan ide-ide kreatif.

Melihat kondisi tersebut guru harus memiliki cara untuk mengurangi atau mengatasi masalah yang telah dipaparkan di atas. Pemerintah sendiri telah mengaturnya dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 standar nasional pendidikan pasal 19 ayat 1 yang berisi “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

(6)

belajar yang baik. Untuk itu bagaimanakah seharusnya tugas guru dalam mengajar agar siswa agar memperoleh hasil yang memuaskan serta memotivasi siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia yang terkesan sangat membosankan khususnya menulis teks laporan hasil observasi.

Perlu diketahui bahwa, kondisi siswa di sekolah dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi penulisan teks laporan hasil observasi perlu ada perhatian. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada materi pembelajaran ini adalah isi laporan, struktur teks, diksi atau pilihan kata, ketepatan kalimat, dan ejaan serta tata tulisnya. Apabila siswa belum memahami aspek-aspek tersebut maka dalam kegiatan belajar mereka bingung untuk memahami pelajaran, kemudian interaksi juga tidak terjadi. Jadi dengan adanya kekurangpahaman siswa tentang aspek-aspek yang ada dalam menulis teks laporan tersebut maka sebagai seorang pendidik harus bisa menggunakan model pembelajaran yang tepat, karena motivasi inilah yang menjadi peletak dasar dalam belajar.

Adanya kekurangpahaman tersebut juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Sudah terbukti pada umumnya, bahwa motivasi belajar dan pemahaman siswa yang rendah maka hasil belajar juga rendah. Hal ini tampak dalam hasil beberapa penelitian penulisan teks laporan hasil observasi yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal dan tidak sesuai apa yang diharapkan guru. Mereka lebih terkesan asal-asalan dalam menuliskan laporan tersebut.

(7)

seakan tidak berpengaruh pada semangat belajar untuk memperoleh nilai yang lebih baik. Jadi memang benar bahwa motivasi dalam belajar sangat diperlukan sebagai pemicu hasil belajar yang baik.

Selain itu, kondisi pembelajaran menulis di sekolah pada saat ini cenderung menggunakan pembelajaran konvensional, pelaksanaan pembelajaran berpusat pada guru, sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Faktor kemauan dan kemampuan guru memegang peranan penting untuk mengubah paradigma pembelajaran konvensional menuju pembelajaran yang inovatif. Untuk menunjang komitmen dan upaya tersebut perlu dipilih model pembelajaran yang berorientasi pada siswa dalam pembelajaran menulis laporan.

(8)

Untuk mengatasi permasalahan menulis teks laporan hasil tersebut maka diperlukan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model pembelajaran tersebut harus dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerja sama dan berinterkasi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan berargumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

(9)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Efektifkah metode group investigastion untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMK Negeri 3 Purbalingga?

2. Efektifkah metode group investigastion untuk meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi pada siswa SMK Negeri 3 Purbalingga?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui:

1. efektivitas metode group investigation dalam meningkatkan motivasi belajar pada siswa SMK Negeri 3 Purbalingga.

2. efektivitas metode pembelajaran group investigastion dalam meningkatkan kemampuan menulis teks laporan hasil observasi pada siswa SMK Negeri 3 Purbalingga.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

(10)

group investigation. Selain itu, juga akan bermanfaat guna menambah

wawasan edukasi bagi penulis, rekan guru yang lain, dan siswa. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Membantu peneliti memperoleh pengetahuan yang baru dan inovatif dalam hal menulis teks laporan hasil observasi di kelas khususnya dengan penggunaan metode group investigation.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memacu kalangan guru untuk terus meningkatkan kemampuan mengembangkan pembelajaran menulis pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode group investigation, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia akan bermakna bagi siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengambil kebijakan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan model yang dianggap relevan dengan siswa dan karakteristik pelajaran salah satunya dengan metode group investigation.

d. Bagi Pemerintah

Referensi

Dokumen terkait

terlibat melakukan transaksi tidak harus bertemu atau berhadapan secara langsung. Bisa saja para pihak yang telah melakukan transaksi tersebut berada pada tempat atau.

Untuk mengevaluasi kinerja suatu simpang bersinyal dapat dilakukan dengan memperhitungkan kapasitas (C) pada tiap pendekatan dengan seperti persamaan 1, arus

[r]

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong

pendidikan 37Yo responden menjawab ingin beke{a dan melanjutkan strata dua. Responden kurang berani untuk mengambil resiko memulai sebuah usaha dengan kendala-kendala