• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu cara pembentukan kemampuan manusia menggunakan akal pikiran/ rasional mereka sebagai jawaban dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul dimasa yanag akan datang. Salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kreatifitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang baik, kita akan mudah mengikuti perkembangan zaman.

Sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi kehidupan, akan membawa sikap mental tingkah laku anak didik. Hal ini merupakan proses yang secara alami munculnya suatu permasalahan yang baru dalam dunia pendidikan, sehingga dalam penyampaian materi pelajaran dituntut untuk selalu menyesuaikan dengan kondisi anak sekarang.Perlu diketahui bahwa kondisi pendidikan sekarang dan yang akan datang banyak perubahan

Guru yang selalu menggunakan metode yang monoton artinya dari tahun ketahun tidak pernah mengalami perubahan karena adanya perubahan kondisi, mereka akan mengalami permasalahan yang tidak mereka sadari. Oleh karena itu sebagai seorang pendidik harus mau tahu akan kebutuhan anak didik, terutama dalam pelayanan dan penyampaian materi pelajaran, sehingga sangat perlu bagi pendidik untuk mengadakan variasi metode pembelajaran manakah yang lebih tepat untuk menyampaikan materi supaya hasil proses belajar mengajar dapat berhasil dengan maksimal.

Tujuan pembelajaran matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif (Puskur, 2002). Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang

(2)

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.

Selama ini kita mungkin menerima begitu saja pengajaran matematika di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa atau untuk apa matematika harus diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika cuma bikin pusing siswa (dan juga orang tuanya) bahkan dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh sebagian siswa. Begitu beratnya gelar yang disandang matematika yang membuat kekawatiran pada prestasi belajar matematika siswa. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi rasa bosan pada matematika adalah faktor penyampaian materi atau metode pembelajaran matematika yang monoton dan itu-itu saja.

Cooper dan Harries (2002) melaporkan hasil penelitian terhadap 121 anak-anak usia 11-12 tahun pada akhir tahun pertama mereka masuk di sekolah menengah yang berasal dari dua sekolah menengah di Inggris Utara. Hasilnya menunjukkan ketidakmampuan mereka menggunakan pertimbangan-pertimbangan realistis ketika memecahkan masalah-masalah realistik.

Sementara itu, tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini jelas sangat berakibat buruk bagi perkembangan pendidikan matematika ke depan. Oleh karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus menjadi prioritas utama. Hasil empiris di atas jelas merupakan suatu permasalahan yang merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan pembelajaran matematika sesuai yang diamanatkan dalam kurikulum pendidikan matematika.

Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu dicari suatu pendekatan yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bukan menyeramkan sehingga dapat meningkatkan motivasi sekaligus mempermudah pemahaman siswa dalam belajar matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang saat ini sedang dalam uji coba adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan matematika realistik ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar ke

(3)

paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru ke paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan matematika.

Berdasarkan hasil evaluasi setelah kegiatan pembelajaran matematika pada materi membandingkan dua bilangan di kelas 2 SD Negeri Kenconorejo 02 Kecamatan Tulis Kabupaten Batang semester I tahun 2013/ 2014 menunjukkan hasil yang masih rendah. Dari 13 siswa hanya 6 anak yang mendapat nilai diatas KKM yaitu 6,5

Salah satu faktor penyebab rendahnya pengertian siswa terhadap konsep-konsep matematika adalah pola pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pembelajaran matematika di Indonesia dewasa ini, “dunia nyata” hanya digunakan untuk mengaplikasikan konsep dan kurang mematematisasi “dunia nyata”. Bila dalam pembelajaran di kelas, pengalaman anak sehari-hari dijadikan inspirasi penemuan dan pengkonstruksian konsep (pematematisasian pengalaman sehari-hari) dan mengaplikasikan kembali ke “dunia nyata” maka anak akan mengerti konsep dan dapat melihat manfaat matematika.

Sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya kualitas pendidikan matematika di Sekolah Dasar, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi belajar siswanya.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, pengetahuan matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.

Kebanyakan proses pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam hal ini, proses pembelajaran didominasi oleh guru. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran tersebut perlu segera dirubah.

(4)

Zamroni (2000) mengemukakan bahwa Orientasi pendidikan kita saat ini mempunyai ciri :

1. Cenderung memperlakukan peserta didik berstatus sebagai obyek;

2. Guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner; 3. Materi bersifat subject-oriented; dan

4. Manajemen bersifat sentralistis.

Orientasi pendidikan yang demikian menyebabkan praktik pendidikan kita mengisolir diri dari kehidupan riil yang ada di luar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian.

Ditinjau dari perubahan kurikulum yang saat ini sedang diberlakukan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendekatan matematika realistik (PMR) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan tersebut. Berdasarkan amanah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.

Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa. Matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Oleh karena itu, pembelajarannya harus kontak dengan kehidupan nyata siswa.

Melalui PMR yang pengajarannya berangkat dari persoalan dalam dunia nyata, diharapkan pelajaran tersebut menjadi bermakna bagi siswa. Dengan demikian mereka termotivasi untuk terlibat dalam pelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran.

(5)

Dalam pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya (Dalyana, 2003:17).

Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator, motivator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.

Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul: “ Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dengan Penggunaan Metode Pembelajaran Realistik Pada Siswa Kelas II SD N Kenconorejo 02 Kecamatan Tulis Kabupaten Batang Semester I Tahun Pelajaran 2013/ 2014”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan refleksi yang dilakukan penulis tidak berhasilnya siswa kelas II SD N Kenconorejo 02 pada mata pelajaran matematika materi membandingkan anatar dua bilangan cacah disebabkan karena :

1. Guru kurang menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. 2. Metode/ Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. 3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.

(6)

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan. Apakah dengan menggunakan metode pembelajaran matematika realistik, dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas II SD N Kenconorejo 02 Semester I tahun pelajaran 2013/ 2014?.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran matematik realistik pada siswa kelas II SD N Kenconorejo 02 Kecamatan Tulis kabupaten Batang semester I tahun pelajaran 2013/ 2014.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperbaiki mutu pembelajaran matematika pada siswa kelas II semester I dengan menggunakan metode Pendekatan matematik Realistik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1. Meningkatkan minat, kreatif, dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran;

2. Meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pendekatan matemtik realistik.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai jalan untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam model pendekatan matemtik realistik.

c. Bagi Sekolah

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di SD N Kenconorejo 02;

2. Menjadi sekolah yang lebih inovatifdalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Pada langkah mundur, sisi bagian kiri piston akan m enekan fluida keoutlet ( katup buang ), sedangkan pada sisi bagian kanan piston akan menghisap fluida darisisi inlet

Kebijakan Pemerintah Provinsi Maluku Utara dalam penataan pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terluar sebagaimana dikemukakan di atas, dapat terlaksana dengan baik jika

Jadi dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa special event merupakan suatu peristiwa atau kegiatan khusus di luar kebiasaan sehari hari yang dalam perencanaannya

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar

Perbandingan distribusi severitas antara yang menggunakan KDE dengan yang menggunakan suatu model distribusi tertentu dilakukan untuk melihat secara visual, manakah dari