1
Pengaruh Struktur Kepemilikan, Komite Audit Dan Ukuran KAP Terhadap
Biaya Keagenan
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011)
by
Zahratur Raisya
1, Popi Fauziati
1, Herawati
1 1Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Padang
1
Email:
z_raisya@ymail.com
Abstract
This study purposed to determine the effect of ownership structure, audit committee and the size of the accounting firm agency costs. In this study a sample of 11 companies are state-owned. Type of data used is obtained through the secondary and of Indonesian Capital Market Directory and www.idx.co.id. The study period is from 2007 to 2011. In this study used two variables category. The first dependent variable consisted of government ownership, institutional ownership, foreign ownership, audit committees and the size of the firm. The second dependent variable is the cost of agency. The analytical method used is quantitative analysis through multiple regression model and t-test. Based on the results of hypothesis testing found that government ownership, institutional ownership, foreign ownership, audit committees and the size of the firm individually significant effect on agency costs.
Keyword
Ownership Structure, Audit Committee, Size Of Public Accounting Officer,
Agency Cost
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pada saat ini peta persaingan bisnis
untuk mempertahankan kelangsungan hidup
sangat ketat, hal tersebut terjadi karena banyak
pesaing baik yang berada didalam satu industri
maupun didalam kelompok industri lain.
Fenomena ini membuat manajemen berfikir
keras untuk mengembangkan berbagai strategi
untuk mempertahankan eksistensi, tapi dari
berbagai macam cara yang dikembangkan oleh
manajemen berbagai perusahaan, manajemen
laba adalah salah satu yang kerap dilakukan
oleh pihak internal untuk menjaga eksistensi
perusahaan. Kegiatan tersebut ditandai dengan
meningkatnya biaya keagenan.
Menurut Decow (2005) biaya keagenan
menunjukan
tidak
terjadinya
pemerataan
informasi
didalam
manajemen
sehingga
membutuhkan sejumlah aliran biaya untuk
mendapatkan
sumber
informasi
yang
terpercaya. Dari pernyataan tersebut adalah
untuk memperoleh informasi yang tepat dan
akurat seorang investor harus mengeluarkan
biaya yang tinggi, hal tersebut terjadi karena
informasi yang dibutuhkan dimiliki oleh pihak
internal. Kondisi ini membuat pihak internal
2
untuk leluasa memainkan kelebihan informasi
yang mereka miliki untuk melakukan sejumlah
kecurangan
yang
berhubungan
dengan
keuangan
perusahaan,
sedangkan
disisi
stakeholders
lain seperti investor, masyarakat,
pemerintah dan berbagai pihak lainnya harus
mengeluarkan sejumlah biaya untuk dapat
dengan cepat memperoleh informasi dari
berbagai sumber (
agency
).
Tingginya biaya keagenan terjadi pada
beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Peningkatan biaya keagenan
tentu merugikan bagi perusahaan karena tidak
menciptakan efisiensi dan efektifitas dalam
dalam melakukan pengelolaan sumber dana
didalam perusahaan. Tingginya biaya keagenan
dapat
mengakibatkan
berkurangnya
pemanfatan
assets
.
Menurut Ross (2005) biaya keagenan
akan meningkat ketika didalam perusahaan
terjadi asimetris informasi. Kondisi tersebut
menunjukan adanya ketimpangan informasi
yang dimiliki pihak internal dan eksternal, yang
tentunya menguntungkan pihak internal dan
merugikan pihak eksternal. Keadaan ini
membuat
stakeholders
mencari solusi untuk
memperkecil biaya keagenan dengan cara
menjalankan
fungsi
pengawasan.
Untuk
memperkecil
biaya
keagenan
perusahaan
melaksanakan
mekanisme
corporate
governance
.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan kepada latar belakang
masalah, maka dapat diajukan beberapa
pertanyaan yang dapat dirumuskan yaitu:
1.
Apakah
kepemilikan
pemerintah
berpengaruh terhadap biaya keagenan ?
2.
Apakah
kepemilikan
institusional
berpengaruh terhadap biaya keagenan ?
3.
Apakah kepemilikan asing berpengaruh
terhadap biaya keagenan ?
4.
Apakah komite audit berpengaruh
terhadap biaya keagenan ?
5.
Apakah ukuran KAP berpengaruh
terhadap biaya keagenan ?
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.3.1
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah,
secara umum tujuan dilaksanakannya penelitian
ini adalah untuk membuktikan pengaruh:
1.
Kepemilikan pemerintah terhadap biaya
keagenan
2.
Kepemilikan
institusional
terhadap
biaya keagenan
3.
Kepemilikan asing terhadap biaya
keagenan
4.
Komite audit terhadap biaya keagenan
5.
Ukuran KAP terhadap biaya keagenan
II
LANDASAN TEORI
2.1
Biaya Keagenan
Menurut Decow (2005) biaya keagenan
adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan sejumlah informasi yang berasal
3
dari pihak internal, informasi tersebut memiliki
peran penting didalam proses pengambilan
keputusan dalam berinvestasi. Biaya keagenan
terjadi karena adanya ketimpangan didalam
pengumpulan informasi. Dalam hal ini arus
informasi lebih cepat didapatkan oleh pihak
internal, sedangkan pihak eksternal seperti
investor dan pelaku pasar lainnya memiliki
informasi yang tidak selengkap pihak internal.
Tingginya
biaya
keagenan
mendorong
terjadinya
berbagai
kecurangan
didalam
organisasi seperti kegiatan manajemen laba
atau pun berbagai bentuk kecurangan lainnya.
Menurut Ross (2005) biaya keagenan
merupakan
sejumlah
aliran
biaya
yang
dikeluarkan oleh investor untuk mendapatkan
sejumlah informasi yang berasal dari agen,
kebutuhan informasi sangat penting untuk
proses pengambilan keputusan. Tingginya
biaya keagenan tentu membuat investor
menjadi berat untuk mengeluarkan sejumlah
biaya untuk mendapatkan informasi, sehingga
mereka lebih memilih menunggu. Kondisi ini
tentu menguntungkan pihak internal, dan
memberikan
peluang
yang
tinggi
bagi
manajemen
untuk
melakukan
sejumlah
kecurangan
seperti
melakukan
kegiatan
manajemen laba.
2.2
Mekanisme
Good
Corporate
Governance
Di dalam sebuah perusahaan yang
berskala besar kebutuhan informasi merupakan
dimensi yang sangat penting, fenomena yang
sering terjadi di dalam perusahaan adalah
terjadi
asismetris
informasi
yang
mengakibatkan pihak manajerial memiliki
kelengkapan informasi yang lebih baik dari
pihak
luar
perusahaan
dan
memiliki
kepentingan dengan perusahaan, akibatnya
stakeholders
yang berasal dari luar perusahaan
merasa dirugikan kepentingannya. Menyadari
kondisi tersebut pihak akuntan sepakat untuk
penyelenggaraan sebuah program yang disebut
dengan GCG yang bertujuan melakukan
pengawasan terhadap aktifitas yang dilakukan
manajer (Soemarso 2007).
2.2.1 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah jumlah
kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari
seluruh
modal
saham
perusahaan
yang
dikelola.Kepemilikan
manajerial
dihitung
dengan menggunakan persentase saham yang
dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan
yang secara aktif ikut serta dalam pengambilan
keputusan perusahaan (Komisaris dan Direksi)
(Riyanto, 2004)
Kepemilikan Manajerial menunjukkan
kepemilikan manajer atas saham di dalam
sebuah perusahaan.Ini berarti seorang manajer
akan berkedudukan ganda, tidak hanya sebagai
seorang manajer saja tetapi juga merupakan
pemegang saham. Untuk itu diharapkan dengan
posisinya
ini,
manajer
bisa
mengambil
keputusan yang tepat bagi pihak manajemen
dan pemegang saham karena tentu saja ia tidak
menginginkan keputusan yang akan diambilnya
4
tersebut merugikan posisinya, baik sebagai
manajer maupun sebagai pemegang saham.
Dengan demikian, konflik kepentingan antar
pemilik dapat terjadi (Widyastuti, 2009).
2.2.2
Kepemilikan Institusional
Menurut Ross (2005) kepemilikan
institusional adalah pengelompokan struktur
hak yang dimiliki secara institusi atau bersifat
berkelompok.
Kepemilikan
institusional
memperlihatkan adanya kepemilikan yang
bersifat komperatif. Semakin banyak nilai
investasi yang diberikan ke dalam sebuah
organisasi,
tentu
akan
membuat
sistem
monitoring di dalam organisasi semakin tinggi.
Di dalam prakteknya kepemilikan institusional
tentu memiliki fungsi monitoring yang lebih
efektif dibandingkan struktur kepemilikan
managerial.
Menurut Phalipu (2005) kepemilikan
institusional
merupakan
pengelompokan
kepemilikan yang dimiliki secara berkelompok
atau dimiliki secara bersama oleh
individu-individu di dalam sebuah organisasi. Di dalam
menjalankan
fungsinya
kepemilikan
institusional lebih memiliki peran yang lebih
baik di dalam pelaksanaan pengawasan secara
individual.
2.2.3
Kepemilikan Keluarga
Menurut Ross (2005) kepemilikan
keluarga
merupakan
struktur
hak
dan
kewajiban seorang individu yang memiliki
sejumlah saham atas nama keluarga atau
sekelompok individu. Kepemilikan keluarga
pada
umumnya
adalah
mereka
yang
berhubungan langsung dengan
owners
atau
pemilik perusahaan. Kepemilikan keluarga
biasanya terjadi pada perusahaan dengan status
limited sedangkan porsi kepemilikan keluarga
pada perusahaan yang berstatus
go public
atau
terbuka relatif kecil atau jarang ditemukan
karena sifatnya yang telah di komersilkan.
2.2.4 Kepemilikan Publik
Menurut Ross
(2005) kepemiikan
publik adalah sejumlah hak dan kewajiban
masyarakat didalam sebuah perusahaan yang
telah melakukan penjualan sahamnya secara
bebas. Kepemilikan pablik dapat dilakukan
pada perusahaan yang telah melakukan proses
go public
dan menawarkan sahamnya secara
bebas kepada masyarakat.
2.2.5 Kepemilikan Pemerintah
Mennurut Phalipu (2005) kepemilikan
pemerintah menunjukan besarnya kepemilikam
pemerintah
didalam
sebuah
perusahaan.
Kepemilikan pemerintah pada dasarnya lebih
ditujukan pada unit usaha atau instansi yang
mempengaruhi kepentingan orang banyak, atau
unit usaha yang melayani masyarakat banyak.
Kepemilikan
pemerintah
pada
umumnya
sepenuhnya dikuasai oleh negara dan hanya
sedikit porsi untuk struktur kepemilikan
lainnya.
5
2.2.6
Kepemilikan Asing
Menurut
Phalipu
(2005)
mengungkapkan kepemilikan asing adalah
investor individual yang berasal dari luar batas
negara. Pada umumnya kepemilikan asing
memiliki porsi kepemilikan yang relatif lebih
rendah, dan memiliki peranan yang kurang kuat
didalam sebuah organisasi. Salah satu faktor
yang mendorong kondisi tersebut terjadi adalah
komunikasi yang sangat sulit dilakukan,
sehingga peran investor lebih rendah.
2.2.7 Komite Audit
Salah satu implikasi dari pelaksanaan
GCG adalah dibentuknya komite audit.
Menurut Soemarso (2007) komite audit adalah
sebuah komite yang beranggotakan minimal 3
orang dimana dua diantaranya memiliki
kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan.
Komite audit bertugas untuk melakukan
pengawasan terhadap aktifitas manajerial yang
dilakukan manajer.
Komite
audit
merupakan
team
independen yang bersumber dari kumpulan
individu yang berasal dari luar perusahaan.
Komite audit bersifat independen dalam
bertugas. Komite audit bertanggung jawab
kepada para
stakeholder
yang dipublikasikan di
dalam rapat umum pemegang saham yang
dilakukan satu kali dalam setahun. Berdasarkan
uraian ringkas tersebut dapat disimpulkan
bahwa komite audit merupakan alat yang
bersifat independen yang bertugas untuk
mengawasi aktifitas manajerial yang dilakukan
oleh manajer atau pun pihak-pihak tertentu di
dalam organisasi.
2.2.8 Kegiatan Komite Audit
Soemarso (2007) kegiatan utama dari
anggota komite audit adalah melakukan
pengawasan dan mengendalian aktifitas yang
dilakukan oleh manager perusahaan, kegiatan
tersebut menunjukan fungsi dari anggota
komite audit sebagai alat untuk mengawasi
aktifitas manager. Berjalan dengan baiknya
kegiatan yang dilakukan komite audit akan
mendorong bersihnya kegiatan operasional dan
tentunya mendorong meningkatnya kinerja
organisasi.
2.4
Ukuran KA
Rachmawati (2008) mengungkapkan
ukuran kantor akuntan berhubungan dengan
reputasi dari kantor akuntan publik yang
menjadi
tempat
auditor
bekerja.
Untuk
Indonesia ukuran KAP dikelompokan menjadi
dua yaitu Kantor Akuntan Publik yang dikelola
oleh 4 kelompok yang memiliki reputasi yang
tinggi, atau disebut dengan KAP
Big Fourth
sedangkan auditor yang berada diluar
Big
Fourth
adalah akuntan publik yang bekerja
sendiri dan belum terlalu dikenal atau memiliki
reputasi yang tidak terlalu dikenal oleh
stakeholders.
Lee (2012) mengungkapkan bahwa
ukuran KAP adalah pengolompokan akuntan
publik berdasarkan reputasi yang mereka
miliki. Untuk Indonesia terdapat dua kategori
6
KAP yaitu
Big Fourth
dan
Non Big Fourth
.
KAP
Big Fourth
adalah kantor akuntan publik
yang dikelola oleh 4 kelompok auditor yang
paling dikenal sedangkan
Non Big Fourth
adalah kelompok akuntan publik yang bekerja
secara individual atau memiliki kelompok
dengan nama dan reputasi yang tidak terlalu
dikenal.
H1 Kepemilikan pemerintah berpengaruh signifikan terhadap biaya keagenan
H2 Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap biaya keagenan
H
3Kepemilikan asing berpengaruh signifikan
terhadap biaya keagenan
H
4Komite Audit berpengaruh signifikan
terhadap biaya keagenan
H
5Ukuran KAP berpengaruh signifikan
terhadap biaya keagenan
METODE PENELITIAN
3.1
Populasi dan Sampel
Menurut Sekaran (2006) populasi
merupakan kesatuan item yang saling bekerja
sama untuk mencapai satu tujuan. Pada
penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh perusahaan yang listed di Bursa Efek
Indonesia. Karena jumlah perusahaan yang
listed di Bursa Efek Indonesia relatif banyak,
sehingga
membuat
peneliti
memerlukan
pengambilan sampel.
Menurut Sekaran (2006) sampel adalah
bagian dari populasi yang dianggap mewakili.
Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah
beberapa perusahaan manufaktur yang listed di
Bursa Efek Indonesia. Untuk menentukan
ukuran sampel yang dapat mewakili populasi
maka dilakukan pemilihan sampel dengan
menggunakan metode
purposive sampling
.
Pada
metode
tersebut
sampel
diambil
berdasarkan kriteria khusus yang terdapat pada
populasi. Secara umum kriteria yang digunakan
meliputi:
1.
Perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan secara lengkap dari tahun
2007 – 2011
2.
Perusahaan manufaktur yang berstatus
BUMN yang terlihat dari label atau
besarnya
struktur
kepemilikan
pemerintah didalam perusahaan.
3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran
Variabel
Secara umum variabel penelitian yang
digunakan
didalam
penelitian
ini
dapat
dikelompokan sebagai berikut:
3.3.1 Variabel Dependen
Biaya Keagenan
Menurut Ross (2005) biaya keagenan
adalah sejumlah biaya yang dipertentangkan
oleh manajer sebagai pihak internal dengan
investor atau pemegang saham sebagai pihak
eksternal. Pada penelitian ini untuk mengukur
biaya
keagenan
digunakan
total
assets
turnover
. Untuk mengukur
total assets turnover
maka digunakan perbandingan antara total
pendapatan operasional dengan rata-rata total
7
assets yang dimiliki perusahaan. Untuk
mengukur
total assets turnover
dapat dicari
dengan menggunakan rumus:
Assets Total Average venue Operating Total Turnover Assets Total Re
3.3.2 Variabel Independen
Secara umum didalam penelitian ini
variabel independen yang digunakan dapat
dikelompokan sebagai berikut:
1.
Kepemilikan Pemerintah
Menurut Decow (2005) kepemilikan
pemerintah didefinisikan sebagai sejumlah hak
dan kewajiban yang dimiliki oleh instansi atau
lembaga
pemerintahan
didalam
sebuah
perusahaan. Untuk mengukur kepemilikan
pemerintah
digunakan
persentase
dari
kepemilikan pemerintah didalam perusahaan
BUMN di Bursa Efek Indonesia.
2.
Kepemilikan Institusional
Menurut Ross (2005) kepemilikan
institusional
adalah
sejumlah
hak
dan
kewajiban
yang
dimiliki
investor
yang
mengatasnamakan institusi atau perusahaan.
Untuk mengukur kepemilikan institusional
maka digunakan persentase kepemilikan yang
terdapat didalam laporan keuangan tahunan.
3.
Kepemilikan Asing
Menurut
Damodaran
(2007)
kepemilikan asing adalah sejumlah hak dan
kewajiban yang dimiliki investor yang berasal
dari luar negara perusahaan asal. Untuk
mengukur kepemilikan asing maka digunakan
nilai persentase kepemilikan asing yang
terdapat didalam perusahaan.
4.
Komite Audit
Menurut Ross (2005) mengungkapkam
bahwa komite audit merupakan team yang
dibentuk oleh 1 sampai 6 orang yang bertugas
untuk melakanakan pengawasan terhadap
aktifitas manajer didalam sebuah perusahaan.
Untuk mengukur komite audit maka digunakan
pengukuran sebagai berikut:
- Jumlah anggota komite audit ≥ 5 orang 1 - Jumlah anggota komite audit kurang dari 5
orang 0
5.
Ukuran KAP
Ukuran KAP adalah reputasi dari
sebuah kumpulan auditor yang terbentuk
karena
pengalaman
dalam
melaksanakan
kegiatan audit. Untuk mengukur KAP maka
digunakan dua kategori sebagai berikut:
KAP
Big Fourth
1
KAP
Non Big Fourth
0
3.4
Metode Analisis
Untuk menjawab dan membuktikan
kebenaran hipotesis yang digunakan didalam
penelitian
ini
maka
dilakukan
dengan
menggunakan metode analisis kuantitatif.
Didalam metode tersebut tahapan pengolahan
data dilakukan dengan tahapan pengujian
statistik sebagai berikut:
8 IV Alisis Hasil
4.1 Analisis Data
Sesuai dengan perumusan masalah dan hipotesis penelitian ini bertujuan mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan pemerintah, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, komite audit dan ukuran KAP terhadap biaya keagenan. Untuk melakukan tahapan pengolahan data tentu dibutuhkan informasi dan data. Pada penelitian ini perusahaan yang digunakan sebagai sampel adalah perusahaan yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia. Periode observasi data yang digunakan adalah dari tahun 2007 – 2011.
Setelah seluruh data dan informasi yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan maka tahapan pengolahan data dapat segera dilakukan. Tahapan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat dinarasikan statistik deskriptif variabel penelitian yang digunakan didalam penelitian ini seperti terlihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Keterangan Min Maks Rata
Rata Std Deviasi KP 0.51 90,03 42,23 33,62 KI 0,00 27,54 5.06 9,73 KA 0,00 1 0,02 0,13 Komite Audit 0,00 1 0,24 0,43 Ukuran KAP 0,00 1 0,40 0,49 Biaya Keagenan 0,19 4,34 1,09 0,64
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa dengan menggunakan total jumlah observasi sebanyak 55, teridentifikasi nilai kepemilikan pemerintah paling rendah pada salah satu perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar
0,51% sedangkan struktur kepemilikan pemerintah tertinggi yang dimiliki salah satu perusahaan adalah sebesar 90,03%. Pada umumnya perusahaan BUMN yang menjadi sampel rata-rata memiliki kepemilikan pemerintah sebesar 42,23% yang menghasilkan standar deviasi sebesar 33,62.
Selama periode tahun 2007 – 2011 masih terdapat beberapa perusahaan yang dijadikan sampel tidak memiliki struktur kepemilikan institusional, sedangkan nilai kepemilikan institusional tertinggi yang dimiliki salah satu perusahaan adalah sebesar 27,54. Secara keseluruhan rata-rata struktur kepemilikan institusional yang dimiliki perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 5,06 dengan standar deviasi data sebesar 9,73.
Pada penelitian ini yang menjadi variabel ketiga adalah struktur kepemilikan asing, antara periode tahun 2007 – 2011. Untuk mengukur struktur kepemilikan asing maka digunakan ukuran dummy, yaitu nilai 1 untuk perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan asing, sedangkan nilai 0 diberikan pada perusahaan yang tidak memiliki struktur kepemilikan asing. Didalam perusahaan yang dijadikan sampel rata-rata struktur kepemilikan asing yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 0,02 dengan standar deviasi sebesar 0,13. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa hanya sedikit perusahaan BUMN yang memiliki struktur kepemilikan asing didalam manajemennya,
Untuk melakukan kegiatan monitoring maka stakeholders membuat komite audit. Pada penelitian ini untuk mengukur komite audit maka digunakan ukuran dummy, nilai 1 diberikan pada perusahaan yang memiliki komite audit sedangkan nilai 0 diberikan pada perusahaan yang tidak memiliki komite audit. Jika dilihat secara
9
keseluruhan rata-rata skor untuk komite audit yang terdapat didalam perusahaan sampel adalah sebesar 0,24 dengan standar deviasi sebesar 0,43.
Untuk meningkatkan kualitas informasi keuangan yang akan dipublikasikan kepada stakeholders, tentu stakeholders akan memilih menggunakan jasa kantor akuntan publik yang berkualitas. Hal yang sama juga dilakukan oleh perusahaan yang dijadikan sampel. Untuk menentukan ukuran KAP maka digunakan dua kategori yaitu 1 untuk perusahaan yang menggunakan jasa KAP yang tergolong Big 4 sedangkan 0 diberikan pada perusahaan yang tidak menggunakan jasa auditor bukan termasuk dalam Big 4. Jika diamati secara keseluruhan rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel mendapatkan skor untuk ukuran KAP sebesar 0,40 dengan standar deviasi sebesar 0,49.
Pembentukan fungsi monitoring melalui komite audit serta adanya pengelompokan kepemilikan tentu bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan (agency cost). Sepanjang periode penelitian nilai agency cost terendah yang dimiliki salah satu perusahaan adalah sebesar 0,19 sedangkan nilai agency cost tertinggi yang dimiliki salah satu perusahaan BUMN adalah sebesar 4,34. Secara keseluruhan rata rata perusahaan yang dijadikan sampel memiliki tingkat agency cost sebesar 4,34 dengan standar deviasi sebesar 0,64.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik teridentifikasi bahwa seluruh variabel penelitian yang digunakan terbebas dari gejala multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas sehingga tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilaksanakan.
4.3 Pengujian Statistik
Untuk mendapatlkan bukti empiris adanya pengaruh pengaruh kepemilikan pemerintah, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, komite audit dan ukuran KAP terhadap biaya keagenan maka dilakukan tahapan pengujian hipotesis seperti terlihat didalam sub bab dibawah ini:
4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2011) pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan variabel independen dalam memberikan kontribusi untuk mempengaruhi variabel dependen yang diukur dengan persentase. Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summary .346a .120 .030 .62810 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Ukuran KAP, Kepemilikan Asing, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Kepemilikan Pemerintah
a.
Pada Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai R-square yang dihasilkan adalah sebesar 0,120. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa struktur kepemililan pemerintah, struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan asing, komite audit dan ukuran KAP mampu memberikan kontribusi dalam mempengaruhi agency cost sebesar 12% sedangkan 88% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan didalam penelitian saat ini.
10 4.3.2 Pengujian F-statistik
Menurut Ghozali (2011) pengujian F-statistik bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama sama. Pengujian F-statistik juga disebut sebagai uji kelayakan model. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Pengujian F-statistik
ANOVAb 2.637 5 .527 2.337 .054a 19.331 49 .395 21.968 54 Regression Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Ukuran KAP, Kepemilikan Asing, Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Kepemilikan Pemerintah
a.
Dependent Variable: Biaya Keagenan b.
Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa hasil pengujian F-statistik diperoleh nilai signifikan sebesar 0,054. Didalam tahapan pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signfikan sebesar 0,054 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan pemerintah, struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan asing, komite audit dan ukuran KAP secara bersama sama tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost.
4.4 Analisis Model Regresi Berganda
Untuk mengetahui arah pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen maka dilakukan pembentukan model regresi linear berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 4.9 dibawah ini:
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Penelitian Koefisien Regresi Sig (Constanta 0,756 - KP 0,004 0,299 KI 0,002 0,873 KA -0,751 0,289 Komite Audit 0,222 0,351 Ukuran KAP 0,338 0,093
Pada tabel terlihat bahwa masing masing variabel penelitian yang digunakan memiliki koefisien regresi dapat dibuat kedalam sebuah model persamaan regresi linear berganda seperti terlihat dibawah ini:
Y = 0,756 + 0,004x1 + 0,002x2 – 0,751x3 + 0,222x4
+ 0,338x5
Pada perssamaan yang terbentuk teridentifikasi bahwa masing-masing variabel penelitian yang digunakan memiliki koefisien regresi dengan arah yang relatif berbeda. Secara umum analisis dan pembahasan dari masing-masing koefisien regresi yang dimiliki masing-masing variabel terlihat pada sub bab dibawah ini:
4.4.1 Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Terhadap Agency cost
Sesuai dengan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif yaitu sebesar 0,004 dengan nilai signifikan sebesar 0,299. Tahapan pengolahan data konsisten dilakukan dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian data menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,229 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap
11 agency cost pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia.
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa struktur kepemilikan yang dikuasai pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost, hasil tersebut tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan. Keadaan tersebut terjadi bahwa besarnya struktur kepemilikan yang dimikiki pemerintah tidak dapat dijadikan alat untuk mengetahui peningkatan atau penurunan agency cost didalam perusahaan. Hal tersebut terjadi karena masih banyak ruang didalam organisasi yang tidak terawasi oleh pemerintah, celah tersebut tentu dapat dijadikan alat bagi pihak-pihak tertentu untuk meningkatkan biaya keagenan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Walaupun struktur kepemilikan di dominasi pemerintah akan tetapi karena pengawasan tidak dilakukan dengan ketat mendorong tidak terjadi perubahan yang signifikan terhadap agency cost. Keadaan ini tentu memaksa stakeholders untuk mengamati sejumlah variabel lain yang diperkirakan lebih mempengaruhi peningkatan atau penurunan agency cost seperti keberadaan dewan komisaris, team audit independen dan sebagainya.
4.4.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Agency cost
Berdasarkan pembentukan model regresi linear berganda teridentifikasi variabel kepemilikan institusional memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,002 dengan nilai signifikan sebesar 0,873. Pada tahapan pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,873 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa kepemilikan institusional tidak mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan atau penurunan agency cost pada perusahaan manufaktur yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia. Temuan yang diperoleh tidak sejalan dengan hipotesis yang diajukan. Keadaan tersebut disebabkan karena fungsi pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional tidak efektif, karena dilakukan tidak dengan kesepakatan bersama akan tetapi bersifat individual, sehingga membuat aktifitas pengawasan tidak dapat mendeteksi berbagai kecurangan didalam perusahaan salah satunya dilakukan dalam bentuk peningkatan atau penurunan biaya keagenan. Selama periode observasi penurunan atau peningkatan biaya keagenan lebih disebabkan oleh adanya penerapan fungsi pengawasan yang dilakukan dengan terencana dengan baik seperti melalui pembentukan dewan komisaris atau menunjukan auditor independen untuk mencatat aktifitas keuangan yang dilakukan oleh manajer perusahaan.
4.4.3 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap
Agency cost
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan asing terhadap agency cost, diperoleh hasil yang menunjukan bahwa variabel kepemilikan asing memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar -0,751 dengan nilai signifikan sebesar 0,289. Pada tahapan pengolahan data digunakan
12
tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,289 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa struktur kepemilikan asing tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan atau penurunan agency cost pada perusahaan manufaktur yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia, keadaan tersebut terjadi karena pada umumnya investor asing memiliki kendala dalam melakukan berbagai fungsi pengawasan, hal tersebut terjadi karena pada umumnya investor asing memiliki kesulitan didalam berkomunikasi didalam melaksanakan pengawasan didalam perusahaan, akibatnya peran dari investor asing tidak terlihat dan berkontribusi untuk meningkatkan atau menurunkan agency cost didalam perusahaan manufaktur yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
4.4.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap
Agency cost
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap agency cost diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,222.dengan nilai signifikan sebesar 0,351. Pada tahapan pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan yang dihasilkan 0,351 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
Hasil yang diperoleh didalam tahapan pengujian hipotesis menunjukan bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan atau penurunan agency cost pada perusahaan manufaktur yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia. Kondisi tersebut terjadi karena kegiatan yang dilakukan oleh komite audit belum maksimal, hal tersebut terjadi karena kordinasi antara anggota didalam melakukan kegiatan pengawasan tidak terjalin dengan baik, akibatnya kekompakan sebagai team untuk melakukan kegiatan monitoring sangat sulit dilakukan dan tidak memberikan dampak terhadap penurunan agency cost didalam perusahaan.
4.4.5 Pengaruh Ukuran KAP Terhadap
Agency cost
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran KAP terhadap agency cost diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,093. Pada tahapan pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,093 > alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur yang berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa bahwa ukuran KAP bukanlah
13
variabel yang mempengaruhi agency cost. Temuan yang dihasilkan dalam pengujian juga menunjukan bahwa ukuran KAP yang digunakan didalam melaksanakan audit tidak memberikan kontribusi untuk menaikan atau meningkatkan agency cost, dalam hal ini masih adanya celah didalam perusahaan yang tidak terdeteksi oleh stakeholders tentu tetap memberikan peluang bagi manajer untuk melakukan kecurangan salah satu kecurangan tersebut adalah terjadinya peningkatan biaya keagenan.
PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diajukan beberapa kesimpulan penting yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas didalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukan bahwa kepemilikan pemerintah (government) tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa kepemilikan institusinal tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia. 3. Hasil pengujian hipotesis ketiga
menunjukan bahwa kepemilikan asing tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
4. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukan bahwa komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
5. Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap agency cost pada perusahaan manufaktur berstatus BUMN di Bursa Efek Indonesia.
5.3 Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka dapat diajukan beberapa saran yang dapat memberikan kontribusi positif bagi:
1. Peneliti dimasa mendatang disarankan untuk mencoba mengganti metode pengambilan sampel, serta memperpanjang periode observasi penelitian dan mencoba menambahkan satu variabel penelitian lagi yang belum digunakan didalam penelitian ini seperti ukuran dewan komisaris, kepemilikan managerial dan sebagainya. 2. Perusahaan disarankan untuk dapat
melaksanakan kegiatan corporate governance dengan tepat, melalui pembentukan dewan komisaris, komite audit dan pengelompokan struktur kepemilikan, karena dengan adanya pembentukan lembaga monitoring dan berjalannya fungsi masing-masing lembaga tentu akan dapat dijadikan alat untuk menurunkan agency cost.
3. Perusahaan juga harus lebih transparan untuk menyediakan aliran informasi kepada stakeholders, melalui keterbukaan didalam pengelolaan perusahaan akan mendorong menurunnya agency cost didalam perusahaan.
14