• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI UMUM WILAYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI UMUM WILAYAH"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

20

IV.

KONDISI UMUM WILAYAH

4.1 Kondisi Gografi

Provinsi Maluku terletak di bagian Timur Indonesia, secara administratif terbagi atas 9 Kabupaten, 2 Kota, 73 Kecamatan, 873 Desa, 33 Kelurahan. Luas wilayah provinsi Maluku secara keseluruhan adalah 581.376 km2 yang terdiri dari luas lautan 527.191 km2 dan luas daratan 54.185 km2 atau dengan kata lain 90 % wilayah Provinsi Maluku adalah lautan. Sehingga Provinsi ini merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 599 buah pulau besar dan kecil.

Berdasarkan letak astronomis Provinsi Maluku terletak antara 2o 30’ – 9o Lintang Selatan dan 124o – 136o Bujur Timur, dengan batasan wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Laut Seram

- Sebelah Selatan : Lautan Indonesia dan Laut Arafura - Sebelah Barat : Pulau Sulawesi/Laut Sulawesi - Sebelah Timur : Pulau Irian/Provinsi Papua

(2)

21

Tabel 4.1.Jumlah Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Kelurahan di Provinsi Maluku

No Kabupaten/Kota Ibukota Jumlah

Kecamatan Desa Kelurahan

1 Maluku Tenggara Barat Saumlaki 9 70 1

2 Maluku Barat Daya Wonreli 8 117 -

3 Maluku Tenggara Langgur 6 86 1

4 Maluku Tengah Masohi 14 167 6

5 Buru Namlea 5 54 -

6 Buru Selatan Namrole 5 55 -

7 Kep. Aru Dobo 7 117 2

8 Seram Bagian Barat Piru 4 89 -

9 Seram Bagian Timur Bula 6 62 -

10 Ambon Ambon 5 30 20

11 Tual Tual 4 26 3

Jumlah 73 875 33

Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2009

4.2 Penduduk dan Tenaga Kerja 4.2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Maluku terus meningkat mulai dari tahun 2000 sampai pada saat tahun 2008. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Provinsi Maluku mencapai 1.200.067 jiwa, naik pada tahun 2007 mencapai 1.420.433 jiwa dan pada tahun 2008 naik menjadi 1.440.014 jiwa.

Laju pertumbuhan penduduk di provinsi ini meningkat dari tahun 2000 sampai 2008 sebesar 3,95 %, dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, dimana Kabupaten Maluku Tengah penyebaran penduduknya mencapai 25,62% sementara Kabupaten Buru Selatan hanya mencapai 3,23 %.

Jumlah penduduk di Provinsi Maluku yang berjumlah 1,4 juta jiwa lebih ini mendiami wilayah seluas 54.185 km2, dengan kepadatan penduduk pada tahun 2008 sekitar 27 orang per km2. Secara umum masih dikatakan sebagai daerah yang jarang penduduknya, namun untuk Kota Ambon angka kepadatan tertinggi yaitu mencapai 746 orang tiap km2 dan kepadatan terendah ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu 9 orang tiap km2.

(3)

22

Tabel4.2. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Provinsi Maluku Tahun 2008 No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Penyebaran Penduduk Kepadatan Penduduk

1 Maluku Tenggara Barat 93.621 6,5 9

2 Maluku Barat Daya 69.612 4,83 15

3 Maluku Tenggara 102.991 7,15 30

4 Maluku Tengah 368.874 25,62 32

5 Buru 94.116 6,90 18

6 Buru Selatan 51.754 3,23 12

7 Kep. Aru 80.140 5,57 13

8 Seram Bagian Barat 158.937 11,04 39

9 Seram Bagian Timur 85.353 5,93 22

10 Ambon 281.293 19,53 746

11 Tual 53.323 3,70 210

Jumlah 1.440.014

Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2009

4.2.2. Tenaga Kerja

Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk mengetahui keadaan ekonomi penduduk adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).Ukuran ini biasanya digunakan untuk mengetahui persediaan tenaga kerja.TPAK di Provinsi Maluku pada tahun 2008 sebesar 62,82 %.

Tabel 4.3. Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK)

1 Maluku Tenggara Barat 93.621 69,64

2 Maluku Barat Daya 69.612 *)

3 Maluku Tenggara 102.991 62,55

4 Maluku Tengah 368.874 59,51

5 Buru 94.116 65,85

6 Buru Selatan 51.754 **)

7 Kep. Aru 80.140 62,62

8 Seram Bagian Barat 158.937 69,89

9 Seram Bagian Timur 85.353 58,76

10 Ambon 281.293 58,83

11 Tual 53.323 ***)

Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2009

Catatan : *) : Termasuk dalam Kabupaten Maluku Tenggara Barat **) : Termasuk dalam Kabupaten Buru

(4)

23 4.3 Sarana dan prasarana Transportasi Laut

Sebagai wilayah kepulauan, perjalanan orang melalui laut di Propinsi Maluku sangatlah dominan. Untuk menjangkau seluruh masyarakat Maluku yang tersebar pada pulau – pulau kecil maupun besar terdapat 8 (delapan) lintasan penyeberangan yang dilayani oleh 8 (delapan) kapal milik PT. ASDP dan 1 (satu) kapal milik swasta, sedangkan untuk transportasi laut dilayani oleh 6 (enam) unit kapal PT. PELNI yang menyinggahi 6 (enam) pelabuhan laut serta 8 (delapan) lintasan pelayanan kapal perintis yang dilayani oleh 8 (delapan) kapal perintis, seperti terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel4.4. Lintasan Penyeberangan Armada Penyeberangan Tahun 2008

Kota/Kabupaten Lintasan Kapal

Ambon Poka - Galala KMP. Gabus

KMP. Mujair Maluku Tengah Tulehu – Haruku – Saparua - Wailey KMP. Cendrawasih

KMP. Terubuk Maluku Tengah Hunimua – Nalahiya - Amahai KMP. Kerapu II

KMP. Danau Rana Pulau Buru Namlea – Ambalau - Wamsisi KMP. Layur Maluku Tengah –

Seram Bagian Barat Hunimua - Waipirit KMP. Samandar Ambon –Pulau Buru Galala - Namlea KMP. Danau Rana Maluku Tenggara –

Kepulauan Aru Tual – Dobo - Benjina KMP. Kormomolin Maluku Tenggara –

Maluku Tenggara Barat Tual – Larat – Saumlaki - Tepa KMP. Kormomolin

(5)

24

Tabel4.5. Jaringan Pelayanan Kapal PELNI, Tahun 2008

No. Nama Kapal PELNI Trayek

1. KM. Lambelu Bitung – Ternate – Namlea – Ambon – Bau-bau - Makassar

2. KM. Ciremai Makassar – Bau-bau – Ambon – Banda – Tual – Fak-fak 3. KM. Bukit Siguntang Makassar – Bau-bau – Ambon – Banda – Tual – Fak-fak 4. KM. Dorolonda Makassar – Ambon – Fak-fak - Sorong

5. KM. Kalimutu Makassar – Bau-bau – Wanci - Ambon – Saumlaki – Tual – Dobo - Timika

6. KM. Pangrango Ambon – Namlea – Kobisadar – Bula – Geser – Tual – Larat – Saumlaki – Tepa – Leti – Kisar – Kupang

Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, 2009

KM. Ciremai KM. Bukit Siguntang KM. Kalimutu KM. Pangrango

(6)

25

Tabel 4.6. Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Maluku, Tahun 2008

Pangkalan Kode

Trayek Armada Jaringan Trayek

Lama/ VOY (hari)

Ambon

R - 23 KM. Cantika Pratama 02 Ambon - Geser 19

R - 24 KM. Manusela Ambon - Piru 21

R - 25 KM. Maloli Ambon - Tual 24

R - 26 KM. Banda Neira Ambon - Amahai 25

Tual R - 27 KM. Alken Permata Tual - Elat 29

R - 28 KM. Abdi Sejahtera Tual - Elat 26

Saumlaki

R - 29 KM. Terun Narnitu Saumlaki - Ambon 25 R - 30 KM. Tanimbar Permai Saumlaki - Tepa 21

Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, 2009

R - 23 R - 24 Ke Sorong R - 25 Ke Upisera, Kupang R - 26

Pangkalan Ambon Pangkalan Tual R - 27 Ke Makassar, Biringkasi R - 28 Ke Kalabahi, Surabaya Pangkalan Saumlaki R - 29 Ke Kalabahi, Surabaya R - 30 Ke Kupang 17 Satker 11 Kanpel 2 ADPEL 30 Pelabuhan Singgah Belum ada Dermaga

(7)

26

Gambar 4.3. Jaringan Kapal Perintis

4.4 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Potensi ekonomi yang menjadi motor penggerak pembangunan suatu wilayah dapat diukur dari kontribusi masing – masing sector terhadap nilai riil Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari hal ini juga dapat dilihat struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor – sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukan dominasi perekonomian suatu daerah. Perkembangan PDRB Provinsi Maluku atas dasar harga konstan dari tahun 2000 – 2007 adalah seperti pada Tabel 4.7 di bawah ini.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2000 – 2001 terjadi pertumbuhan ekonomi yang negatif sebagai akibat dari terjadinya konflik sosial.Namun sejak tahun 2002 – 2005 terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dengan rata – rata pertumbuhan sebesar 4,17%. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pertumbuhan hingga 0,38% yang meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar 7,86%.

Tabel 4.7. PDRB Propinsi Maluku Atas Dasar Harga Konstan 2000(Juta Rupiah)

Sektor 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1. Pertanian 1.011,75 999,91 1.009,75 1.029,45 1.058,27 1.096,73 1.135,54 1.180,10 2. Pertambangan & Penggalian 21,82 23,61 24,38 25,26 26,02 26,95 27,84 25,26 3. Industri Pengolahan 149,73 139,16 139,47 142,17 147,07 152,39 153,89 163,54 4. Listrik dan air

minum 24,23 17,30 14,65 15,95 17,19 18,25 19,46 20,59 5. Bangunan 31,53 33,49 35,38 37,37 39,37 41,65 39,93 42,23 6. Perdagangan,

Hotel & Restoran 634,92 655,22 683,18 719,66 757,10 802,38 776,75 830,28 7. Pengangkutan &

Komunikasi 231,53 210,84 226,10 257,27 288,27 318,85 350,77 376,98

8.

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

143,76 149,88 158,51 168,61 174,65 181,48 115,21 201,98

9. Jasa - jasa 520,00 538,88 556,33 574,74 594,06 620,56 652,10 687,63

PDRB 2.769,26 2.768,29 2.847,74 2.970,46 3.102,00 3.259,24 3.271,47 3.528,58

Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2009

(8)

27 Di lihat dari Tabel 4.7 maka sektor usaha yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB, adalah sektor pertanian dengan rata – rata kontribusi per tahun mencapai 34,8%, dilanjutkan dengan sector usaha perdagangan, hotel dan restoran dengan rata – rata sebesar 23,9% per-tahun. Penyumbang terbesar selanjutnya adalah sektor jasa – jasa dengan kontribusi sebesar 19,3%.

MALUKU TENGGARA BARAT

4.5 Kondisi Geografis dan Administrasi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku yang baru didirikan satu dasawarsa lalu (1999) berdasarkan Undang-Undang nomor 06 tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang-Undang-Undang nomor 46 tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Dalam usianya yang relatif singkat, Kabupaten MTB mengalami pemekaran lagi setelah diterbitkannya Undang-Undang nomor 31 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).

4.5.1 Kondisi Geografis

Letak geografis wilayah merupakan suatu potensi yang cukup strategis untuk mendukung interaksi wilayah Maluku Tenggara Barat dengan wilayah luar, baik dalam skala regional, nasional maupun internasional, terutama jika didukung dengan adanya fasilitas transportasi darat,laut dan udara.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat secara astronomi terletak antara 6º - 8º30, LS dan125º45 - 133º B.T. dengan batas - batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Laut Banda

- Sebelah Selatan : Laut Timor dan Lautan Arafura

- Sebelah Barat : Gugus Pulau Babar Sermata, Kabupaten Maluku Barat Daya

(9)

28 4.5.2 Wilayah Administrasi

Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi kawasan Kepulauan Tanimbar (Gambar 4.4) dan terdiri atas 9 kecamatan, 71 desa, dan 1 kelurahan.

Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah 52.996 Km2, yang terdiri dari luas daratan 10.102,92 Km2 dan luas lautan 42.892,28 Km2, dengan jumlah pulau sebanyak 85 (delapan puluh lima) pulau dan yang berpenghuni sebanyak 57 (lima puluh tujuh) pulau.

Kabupaten MTB berbatasan langsung dengan:

• Sebelah Utara : Laut Banda

• Sebelah Selatan : Laut Timor dan Negara Australia

• Sebelah Barat : Gugus Pulau Babar Sermata (Kab. Maluku Barat Daya)

• Sebelah Timur : Laut Arafura

Tabel 4.8. Jumlah Kecamatan, Desa, Anak Desa dan Kelurahan

No Kecamatan Ibukota Jumlah Desa Induk Anak Desa Kelurahan 1 Tanimbar Selatan Saumlaki 9 3 1 2 Wertamrian Lorulun 8 1 - 3 Wermaktian Seira 8 1 - 4 Selaru Adaut 6 1 - 5 Tanimbar Utara Larat 8 1 - 6 Yaru Romean 6 - - 7 Wuarlabobar Wunlah 12 6 - 8 Nirunmas Tutukembong 5 - -

9 Kormomolin Alusi Kelaan 9 1 -

Jumlah 71 14 1

Sumber: Maluku Tenggara Barat dalam Angka, BPS, 2008.

Berdasarkan letak geografis dan karakteristik wilayah, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dikategorikan sebagai Kawasan Perbatasan, Kawasan Pulau-Pulau Terluar dan Kawasan Tertinggal.

(10)

29

Gambar 4.4. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat

4.5.3 Topografi dan Hidrologi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang 29amper29r datar (0-3%), 29amper/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%) agak curam (15-30%), curam (30-50%) dan sangat curam (>50%).Topografi/bentuk wilayah merupakan salah satu amper penentu dalam penilaian kesesuaian terhadap usaha pertanian.Topografi wilayah terkait dengan 29amper29amper lereng dan ketinggian tempat dari muka laut.Kelas lereng 8-30% (bergelombang sampai berbukit), tidak sesuai untuk tanaman pangan/semusim dan peternakan, hanya sesuai untuk tanaman tahunan.

Jenis tanah yang terdapat pada Gugus Pulau Tanimbar adalah Regosol (Psamments), amperr (Fluvents), Gleisol (Aquents/aquepts), Kambisol (Tropepts), Latisol (Lithic Ortents), Rensina (Rendeoll), Brunizem (Udalfts) dan Podsolik (Udults)

Di Utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau – pulau kecil. Kedua deretan pulau tersebut terpisah oleh selat yang dangkal dengan kedalaman tidak lebih dari 20

(11)

30 (dua puluh ) meter, sehingga apabila terjadi pasang surut, terbentuk daratan kering yang luasnya 30amp mencapai setengah 30amper30re dari tepi pantai Yamdena. Yamdena Utara umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 (lima puluh) meter, sedang daerah perbukitan di bagian selatan tingginya melebihi 200 (dua ratus) meter. Secara keseluruhan morfologi di daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu perbukitan, dataran rendah dan teras. Di daerah perbukitan seperti yang terdapat di Pulau Labobar puncak tertinggi mencapai lebih dari 300 (tiga ratus) meter di atas muka laut. Di pulau – pulau lainnya, ketinggian kurang dari itu.Umumnya berlereng terjal, sungainya pendek – pendek dan berpola aliran memancar. Di Pulau Yamdena Tenggara terdapat perbukitan bergelombang dengan ketinggian mencapai 260 (dua ratus enam puluh) meter, pola aliran di sini 30amper sejajar dengan pantainya terjal. Dataran rendah terdapat di sepanjang sungai Ranormoye.Undak batu gamping terdapat disejumlah pulau kecil seperti Pulau Selaru, Larat dan Vordata. Undak tersebut dibatasi lereng terjal, tetapi puncaknya 30amper datar dengan puncak tertinggi 104 (seratus empat) meter. Gua, liang, langgah dan sungai bawah tanah adalah bentuk yang sangat lazim.

Sungai – sungai besar dan berair sepanjang tahun yang terdapat di Pulau Yamdena adalah Sungai Ranarmoje, Bungat dan Mitak. Selain air permukaan yang diperoleh dan beberapa sungai, kemungkinan air tanahpun dapat diperoleh dari daerah- daerah yang secara geologi batuannya dapat bertindak sebagai lapisan pembawa dan penyimpan air. Berdasarkan peta geologi, Pulau Tanimbar sebagian besar tersusun oleh batuan berumur tersier yang berupa batuan sedimen dan batuan melange yang umumnya kompak serta bersifat relatif rendah hingga kedap air, kecuali pada retakan-retakan batuan. Air tanah pada batuan ini biasanya dijumpai pada lembah – lembah dengan pelapukan yang cukup tebal ataupun pada retakan – retakan batuan. Dengan adanya patahan – patahan yang berkembang pada batuan tersier ini, maka diharapkan dapat ditemukan mata air pada zona – zona patahan tersebut.

Pada daerah yang tersusun oleh batu gamping Kuarter, yang biasanya batu gamping ini bersifat relatif mudah meresapkan dan melarutkan air, sehingga diharapkan pada batuan ini dapat menjadi daerah akumulasi air tanah. Batu gamping

(12)

31 kuarter ini tersebar cukup luas di pantai barat dan utara Pulau Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Larat dan pulau – pulau kecil di sekitar Pulau Yamdena. Selain endapan batu gamping, yang dapat diharapkan sebagai tempat akumulasinya air tanah adalah endapan aluvium, terdiri dari rombakan batuan berukuran kerikil, pasir, lempung, diendapkan sepanjang sungai di dekat pantai. Terdapat di bagian barat Pulau Yamdena dan membentuk dataran rendah.

4.5.4 Klimatologi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh sirkulasi angin musim yang bergerak dan ke arah ekuator. Selama periode januari – Maret, angin pasat timur laut dari lautan Pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan akan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan (westerly wind) menuju bagian selatan ekuator, diantaranya akan melewati laut Banda yang cukup luas. Dalam perjalanannya, angin tersebut banyak mengandung uap air yang akan tercurah sebagai hujan di wilayah Maluku Tenggara Barat. Selama periode ini umumnya curah hujan cukup tinggi terutama pada bulan Desember, januari, januaridan Maret.

Secara klimatologis, pola iklim di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bimodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember/januari dan April/Mei.

4.6 Kependudukan dan Sumberdaya Manusia 4.6.1 Penduduk

Perkembangan jumlah penduduk Maluku Tenggara Barat dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan pada tahun 2001 jumlah penduduk sebesar 152.025 jiwa, tahun 2002 sebesar 153.534 jiwa, tahun 2003 sebesar 156.442 jiwa dan pada tahun 2004 sebesar 158.792 jiwa serta tahun 2005 sebesar 160.062 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,80 %, Kenaikan pertumbuhan penduduk ini disamping karena tingkat kelahiran, juga disebabkan oleh migrasi penduduk dari daerah lain.

(13)

32

Tabel 4.9. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2000 - 2005

No Tahun Jumlah

Penduduk Tingkat Pertumbuhan

1 1990 115.046 1,21 2 2000 151.110 2,73 3 2001 152.025 0,60 4 2002 153.534 0,99 5 2003 156.442 1,89 6 2004 158.792 1,50 7 2005 160.062 0,80

Sumber : Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk 2005

Tabel 4.9 berikut ini menyajikan jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat setelah terjadi pemekaran wilayah. Juga memperlihatkan secara total di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tidak ada perbedan secara signifikan jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan. Tetapi bila dilihat menurut kecamatan, maka nampak ada perbedaan jumlah antara penduduk laki – laki dan perempuan. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebelum pemekaran wilayah menunjukan kecendrungan menurun, yaitu 1,16% pada tahun 2005 menjadi 0,80% pada tahun 2006 dan 2007.

Tabel 4.10. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2007

NO KECAMATAN L P JUMLAH SEX RATIO

1 Tanimbar Selatan 10.654 10.895 21.546 97,81 2 Wertamnan 5.961 6.005 11.966 99,27 3 Wermaktian 4.664 4.733 9.397 98,54 4 Selaru 5.039 5.044 10.083 99,90 5 Tanimbar Utara 6.860 6.879 13.739 99,84 6 Yaru 2.449 2.456 4.905 99,71 7 Wuarlabobar 4.155 3.927 8.082 105,81 8 Nirunmas 2.834 2.964 5.798 72,35 9 Kormomolin 2.832 3.917 7.749 97,83 Jumlah 45.448 46.817 93.265

Sumber: Maluku Tenggara Dalam Angka 2009

Jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada tahun 2008 adalah 103.088 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 50,668 orang (49,15 persen) dan

(14)

33 perempuan sebanyak 52,420 orang (50,85 persen). Secara umum, laju pertumbuhan penduduk MTB rata-rata berkisar antara 0,8-1,2 persen per tahun.

Isu kependudukan bila dikaitkan dengan masalah kesejahteraan penduduk, maka tidak dapat dibatasi hanya pada jumlah semata. Namun yang perlu mendapat perhatian, bagaimana sejumlah penduduk yang ada, memiliki persebaran yang mendekati merata. Atau dengan kata lain, jangan sampai terjadi pemusatan penduduk pada suatu wilayah saja. Karena hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan penduduk yang ada untuk mendukung pelaksanaan pembangunan di wilayahnya. Namun dengan kondisi wilayah yang berupa kepulauan dengan persebaran penduduk yang tidak merata menjadi tantangan tersendiri dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk menata persebaran penduduknya.

Persebaran penduduk di Kecamatan Tanimbar Selatan lebih tinggi dibandingkan Kecamatan lain. Hal ini merupakan konsekuensi dari keberadaan Kota Saumlaki sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat sehingga menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian, sehingga wajar saja jika dijadikan daerah tujuan berbagai lapisan masyarakat baik dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat sendiri maupun dari luar kabupaten.

Bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi Maluku, maka kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tergolong rendah. Walaupun demikian perlu disikapi lebih awal agar tidak terjadi pemusatan penduduk pada suatu wilayah saja sehingga persebaran penduduk dapat mendekati keseimbangan untuk masing – masing wilayah.

4.6.2 Ketenagakerjaan

4.6.2.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang dinyatakan dalam persentase. TPAK biasanya dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, budaya, demografi serta keadaan daerah.

(15)

34 TPAK di Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengalami peningkatan dari 53,76 persen pada tahun 2006 menjadi 67,52 persen pada tahun 2007. Ini berarti keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi untuk menunjang kebutuhan hidup terus mengalami peningkatan. Walau demikian, masih terdapat kesenjangan antara TPAK laki dengan perempuan. Data TPAK di MTB menunjukkan, TPAK laki-laki jauh lebih tinggi, yakni sebesar 80,82 persen jika dibandingkan perempuan yang hanya sebesar 54,16 persen.

4.6.2.2 Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK) adalah perbandingan jumlah pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Data tahun 2007 menunjukkan bahwa TPK Kabupaten MTB adalah sebesar 9,27 persen. Kendatipun data TPK MTB tahun 2008 belum tersedia, namun secara umum dapat diprediksikan angka TPK MTB tahun 2008 cenderung mengalami penurunan. Hal ini sangat beralasan mengingat progress pembangunan Kabupaten MTB terus mengalamii peningkatan dari tahun ke tahun.

4.6.2.3 Lapangan Pekerjaan

Proporsi pekerjaan menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator untuk menilai potensi sektor-sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu, data menyangkut proporsi lapangan pekerjaan penduduk juga berguna untuk memahami struktur perekonomian suatu Daerah/Wilayah.

Sektor-sektor perekonomian yang biasa digunakan sebagai tolak ukur adalah sektor pertanian (A), Industri (M) dan Jasa-jasa (S). Secara umum, sektor pertanian merupakan sector yang paling banyak memberikan sumbangan dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten MTB, yakni sebesar 88,79 persen; diikuti sektor jasa sebesar 10,90 persen, dan sektor industri sebesar 0,31 persen (lihat tabel 2)

(16)

35

Lapangan Usaha 2005 2006 2007

Pertanian 72,86 81,16 88,79

Industri (Pertambangan, Industri, Listrik, Gas & Air,

Bangunan) - 1,7 0,31

Jasa-jasa (Perdagangan, Angkutan, Keuangan, Jasa

Kemasyarakatan) 27,14 19,42 10,9

Sumber: BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat MTB, 2007(Data masih mencakup wilayah Kabupaten MBD)

4.6.2.4 Status dan Jenis Pekerjaan

Pengelompokan status pekerjaan sangat berguna untuk menganalisa sifat pekerjaan pada sektor dan jenis pekerjaan tertentu. Pada umumnya, tenaga kerja keluarga, pengusaha tanpa buruh dan pengusaha dengan bantuan pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar lebih menonjol pada sektor dan jenis pekerjaan yang bersifat tradisional atau sektor informal. Sedangkan pada sektor yang relatif modern (termasuk sektor formal) terdapat lebih banyak buruh/karyawan dan pengusaha dengan buruh tetap.

Jenis pekerjaan sebagian besar penduduk MTB adalah di sektor informal yakni sebesar 91,64 persen, sedangkan sisanya sebesar 8,36 persen bekerja di sektor formal. Tentang status pekerjaan penduduk MTB, data dalam tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk dengan status pekerjaan berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap menempati urutan teratas, yakni sebesar 37,44 persen. Setelah itu, diikuti oleh penduduk yang bekerja sebagai pekerja tak dibayar, yakni sebesar 36,99 persen. Sebaliknya mereka yang berstatus sebagai buruh/karyawan hanya mencapai 7,90 persen.

Tabel 4.12.Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut StatusPekerjaan dan Jenis Kelamin Tahun 2007*

(17)

36

Status Pekerjaan Utama L P L+P

Berusaha Sendiri 23,63 3,96 16,07

Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap 53,04 12,39 37,44

Berusaha dibantu Buruh Tetap 0,73 - 0,46

Buruh/Karyawan 9,16 5,89 7,90

Pekerja Bebas 1,85 - 1,14

Pekerja Tidak Dibayar 11,61 77,76 36,99

Sumber: BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat MTB 2007* Data masih mencakup wilayah Kabupaten MBD

4.7 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kondisi tahun 2008 menunjukkan bahwa seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi adalah di Sektor Pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 51,7%, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi sebesar 26,5% dan Sektor Jasa yang memberikan kontribusi sebesar 5,72 %. Hal ini disebabkan meningkatnya permintaan barang dan jasa, meningkatnya hunian kamar hotel dan naiknya permintaan jasa rumah makan.

Selanjutnya sektor Pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 1,7 persen, sektor ini dinilai belum bisa berkembang dengan baik di kabupaten ini.

Tabel 4.13. PDRB Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Juta Rupiah)

Tahun PDRB atas dasar Harga Berlaku PDRB atas dasar Harga Konstan 2000 2004 294.380 218.467 2005 330.166 226.288 2006 359.023 234.724 2007 398.088 246.695 2008 439.845 257.798

Sumber: Maluku Tenggara Barat Dalam Angka 2009

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Kabupaten MTB, baik berdasarkan Harga Berlaku maupun Harga Konstan terus mengalami kenaikan. PDRB Perkapita Kabupaten MTB tahun 2007 berdasarkan Harga Berlaku tahun 2007 adalah

(18)

37 sebesar Rp. 3.488.148, sedang PDRB perkapita berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 adalah sebesar Rp. 2.140.837.-

Tabel 4.14.Pendapatan Perkapita Tahun 2003-2007 (Rupiah)

Tahun PDRB Per Kapita

(Harga Berlaku)

PDRB Per Kapita (Harga Konstan Tahun 2000)

2004 2.850.170 2.107.956

2005 3.150.903 2.137.752

2006 3.348.981 2.166.669

2007 3.638.093 2.229.678

2008 3.993.430 2.302.869

Sumber :BPS, PDRB Maluku TenggaraBarat, 2007 (diolah), data masih mencakup wilayah Kabupaten MBD.

Tabel 4.15. Potensi Komoditas Unggulan Per Kecamatan No. Kecamatan Sub Sektor Komoditas Unggulan

1 Tanimbar

Selatan

1 Kehutanan 1 Torem

2 Jati

2 Perkebunan 1 Kelapa

3 Perikanan 1 Rumput Laut

4 Pariwisata 1 Wisata

Sejarah,alam,agrowisata

5 Peternakan 1 Sapi

6 Pertanian 1 Sayur-sayuran

No. Kecamatan Sub Sektor Komoditas Unggulan

7 Industri 1 Industri Kelapa Terpadu

2 Wertamrian 1 Pertanian 1 Padi Gogo

2 Pisang

3 Kacang Hijau

2 Pariwisata 1 Wisata

Sejarah,alam,agrowisata

3 Peternakan 1 Kerbau, Sapi

4 Perkebunan 1 Kelapa

5 Industri 1 Kerajinan

3 Wermaktian 1 Perikanan 1 Ikan

2 Rumput Laut

2 Peternakan 1 Sapi

3 Perkebunan 1 Kakao dan Kopi

4 Pertanian 1 Jeruk dan Padi Gogo

5 Industri 1 Industri Pengolahan Pangan

4 Selaru 1 Pertanian 1 Padi Gogo

2 Bawang Merah

(19)

38

2 Perikanan 1 Rumput Laut

3 Perkebunan 1 Kelapa

4 Peternakan 1 Sapi dan Babi

5 Tanimbar Utara 1 Pertanian 1 Padi Gogo

2 Umbi-umbian

3 Kacang-kacangan

2 Perikanan 1 Rumpu Laut

2 Ikan

3 Perkebunan 1 Kelapa

4 Peternakan 1 Sapi

6 Yaru 1 Pertanian 1 Jeruk

2 Pisang

2 Perkebunan 1 Kelapa

3 Perikanan 1 Ikan

2 Industri Pengolahan Ikan

7 Wuarlabobar 1 Perikanan 1 Ikan

2 Rumput Laut

2 Perkebunan 1 Kepala

3 Industri 1 Pengeringan Ikan

4 Pertanian 1 Padi Gogo dan Umbi-umbian

8 Nirunmas 1 Perkebunan 1 Kelapa

2 Jambu Mete

2 Pertanian 1 Umbi-umbian dan Padi Gogo

9 Kormomolin 1 Pertanian 1 Umbi-umbian

2 Bawang Merah

2 Perkebunan 1 Kelapa dan pala

Sumber: Maluku Tenggara Barat Dalam Angka 2009

4.8 Sarana dan Prasarana Wilayah 4.8.1 Perhubungan

Di Pulau Yamdena yakni pulau terbesar di Kabupaten Maluku Tenggara Barat telah dibangun jalan beraspal yang dikenal dengan nama trans-Yamdena. Pembangunan jalan ini baru mencapai 40 persen dari total keseluruhannya. Walau demikian, pembangunan jalan ini telah cukup membantu mobilitas manusia, barang dan jasa baik intra maupun antar daerah. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan PertambanganKabupaten MTB, panjang jalan kabupaten saat ini adalah 584,966 km, terdiri dari jalan tanah sepanjang 176,087 km, jalan lapen sepanjang 159,196 km, jalan telford sepanjang 88,955 km dan jalan hotmix sepanjang 52, 4 km. Sedangkan jumlah jembatan yang direncanakan sebanyak 35 jembatan yang terdiri dari 22 jembatan sudah terbangun dan 13 jembatan belum dibangun.

(20)

39 Kebutuhan transportasi udara, Kabupaten MTB memiliki 2 (dua) bandar udara perintis yaitu Bandar Udara Olilit dan Bandar Udara Larat. Di samping itu, saat ini sedang dibangun bandar udara baru Saumlaki yang lebih modern, yang berlokasi di Desa Lorulung, Kecamatan Wertamrian, dengan panjang dan lebar runway sebesar 1200m x30m.

Untuk transportasi laut dilakukan melalui pelayaran Perintis, Pelni dan pelayaran antarpulau serta dari desa ke desa melalui armada milik masyarakat.Tercatat kabupaten ini dilalui oleh 5 (lima) unit kapal perintis, 2 (dua) unit kapal PELNI, 2 (dua) unit kapal subsidi pemerintah daerah serta 1 (satu) unit kapal penyeberangan.

Sedangkan untuk menangani masalah aksesibilitas, Kabupaten Maluku Tenggara Barat juga memiliki satu buah terminal type C, satu buah dermaga type C berlokasi di Kecamatan Larat dan satu buah dermaga Klas IV yang berlokasi di Kota Saumlaki dan juga memiliki satu buah dermaga feri yang sudah beroperasional dan yang sedang dibangun sebanyak dua buah dermaga feri.

4.8.2 Listrik

Kebutuhan listrik di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dipenuhi olehPT. PLN (Persero) Wilayah IX Cabang Tual. Kapasitas yang tersedia terutama di kota Saumlaki belum dapat memenuhi kebutuhan energi listrik baik untuk rumah tangga, umum, maupun industri; sehingga seringkali terjadi pemadaman secara bergilir. Di wilayah lainnya kondisi pemadaman seringkali terjadi disebabkan terlambatnya pasokan bahan bakar minyak (BBM) maupun juga kerusakan mesin.

4.8.3 Air Bersih

Berdasarkan data tahun 2007, persentase rumah tangga menurut sumber air minum adalah sebagai berikut: ledeng (1,52 persen), pompa (0,52 persen), sumur terlindung dan tidak terlindung (61,27 persen), dan mata air terlindung/tidak terlindung (36,64persen).

(21)

40 Pembangunan sarana dan prasarana telekomunikasi di Kabupaten MTB tercermin dari pemilikkan telepon manual dan otomatis yang hanya berjumlah 1.067 SST. Untuk kelancaran komunikasi di wilayah yang belum terjangkau, pemerintah atapun juga masyarakat mengadakan stasiun-stasiun radio telepon untuk memudahkan komunikasi terutama ke Ibukota Kabupaten.

4.9 Konsep Tata Ruang Propinsi Maluku 4.9.1 Konsep Laut Pulau

Propinsi Maluku yang merupakan kawasan yang terletak di Wilayah Timur Indonesia terdiri dari pulau – pulau besar dan kecil sehingga Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Maluku lebih mengutamakan unsur kepulauan. Hal ini diperlihatkan pada Konsep Laut Pulau yang merupakan kombinasi antara dasar perencanaan wilayah dan pembagian gugus pulau atas dasar kesamaan sifat dan perilaku kepulauan yang selanjutnya menghasilkan konsep kota pertumbuhan yang berupa perencanaan kawasan dan meliputi:

1. Kawasan Laut Seram; termasuk di dalamnya Sorong dan Fak-Fak dengan kota – kota pertumbuhan Ambon, Namlea, Wahai, Gebe, Sorong dan Bula;

2. Kawasan Laut Banda; termasuk di dalamnya Kupang dengan kota – kota pertumbuhan Tual, Saumlaki, Tepa, Wonreli dan Ilwaki;

3. Kawasan Laut Arafura; termasuk di dalamnya Timika dan Merauke dengan kota – kota pertumbuhan Ambon, Tual, Saumlaki dan Dobo.

4.9.2 Konsep Gugus Pulau

Keterkaitan wilayah Provinsi Maluku secara internal diwujudkan dalam pola interaksi antar pusat – pusat pertumbuhan dan permukiman di wilayah yang memiliki hirarki/jenjang sehingga membentuk pola jaringan transportasi wilayah secara regional. Dalam pola interaksi tersebut ditunjukan oleh arah orientasi pelayanan dari tiap orde yaitu dari pusat pelayanan orde rendah kepada orde yang lebih tinggi.

Berdasarkan pertimbangan potensi sumberdaya alam, kondisi wilayah kepulauan, akses antar pulau, kesenjangan ekonomi antar pusat pertumbuhan dengan

(22)

41 daerah belakangnya, fungsi utama kota – kota sebagai simpul jasa dan kondisi sosial budaya maka untuk mewujudkan struktur tata ruang Provinsi Maluku secara internal, wilayah Maluku dibagi atas 12 gugus pulau. Adapun pengelompokan gugus pulau tersebut adalah sebagai berikut:

1) Gugus Pulau I : Pulau Buru dengan Pusat Pelayanan di Kota Namlea; 2) Gugus Pulau II : Seram Barat dengan Pusat Pelayanan di Kota Honipopu; 3) Gugus Pulau III : Seram Utara dengan Pusat Pelayanan di Kota Wahai; 4) Gugus Pulau IV : Seram Timur dengan Pusat Pelayanan di Kota Bula; 5) Gugus Pulai V : Seram Selatan dengan Pusat Pelayanan di Kota Masohi; 6) Gugus Pulau VI : Kepulauan Banda dengan Pusat Pelayanan di Kota

Banda-neira;

7) Gugus Pulau VII : Ambon dan PP Lease dengan Pusat Pelayanan di Kota Ambon;

8) Gugus Pulau VIII : Kepulauan Kei dengan Pusat Pelayanan di Kota Tual; 9) Gugus Pulau IX : Kepulauan Aru dengan Pusat Pelayanan di Kota Dobo;

10) Gugus Pulau X : Kepulauan Tanimbar dengan Pusat Pelayanan di Kota Saumlaki;

11) Gugus Pulau XI : Kepulauan Babar dengan Pusat Pelayanan di Kota Tepa; 12) Gugus Pulau XII : Kepulauan terselatan dengan Pusat Pelayanan di Kota

(23)

42

Gambar 4.5. Peta Gugus Pulau Dalam RTRW Provinsi Maluku

Kebijakan pengembangan Provinsi Maluku dalam kaitanya dengan wilayah eksternal diprioritaskan pada :

1) Pembukaan pintu – pintu keluar yang lebih besar;

2) Pertumbuhan pada pusat – pusat yang sudah ada dan pusat – pusat baru yang memiliki potensi pengembangan tinggi yang didukung oleh keberadaan daerah belakangnya;

3) Pengembangan sistem interaksi oleh pintu – pintu keluar ke pusat – pusat pertumbuhan di wilayah lain;

Gambar

Gambar 4.1.  Peta Provinsi Maluku
Tabel 4.1.Jumlah Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Kelurahan di Provinsi Maluku
Tabel 4.3. Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Gambar 4.2.  Jaringan Pelayanan Kapal PT. PELNI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan estimasi model regresi berganda dengan diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,745; yang artinya hubungan antara variabel independen yaitu

Hasil keragaan aktivitas fagositik (PA) dan indeks fagositik (lP) dari benih ikan kerapu lumpur dengan perlakuan imunostimulan bakterin, terlihat bahwa besamya nilai

Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-inverting

Dimana nilai K merupakan konstanta kerugian lokal, yang diperhitungkan konstan pada setiap peralatan selama aliran tersebut ialah turbulen. Pada tabel-tabel di dalam

protes karena mobilnya diderek petugas, saat diaprkir di Jalan Raya Gading Kirana, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (8/10). Kasie Wasdal Sudin Per- hubungan Jakut, Hengki

Infiltrasi memiliki peranan yang sangat penting di alam dan dalam kehidupan manusia karena mampu menyediakan air untuk pertumbuhan tanaman, mampu menyumbangkan air ke

Berisi tentang kesimpulan dari data–data yang telah dianalisa dan selanjutnya akan diberikan saran dari kesimpulan yang telah didapat terutama bagi pihak