• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Simulasi Kebijakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hasil Simulasi Kebijakan"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil Simulasi Kebijakan

Program Magister Studi Pembangunan

Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan ITB

Jl. Ganesha 10 Bandung 40132

Tlp: 022 2511828 Fax 2511828 ext 17

Email:

spitb@melsa.net.id

Jakarta, 20 Maret 2013

Muhammad Tasrif

Ina Juniarti

(2)

Simulasi Kebijakan Energi

Kebijakan energi yang dapat disimulasikan

menggunakan model adalah:

1) kebijakan pemberian insentif/disinsentif;

2) kebijakan harga energi; dan

3) kebijakan insentif multi-benefit.

(3)

Simulasi Kebijakan Energi (1)

Dalam model simulasi kebijakan-kebijakan tersebut

dilakukan dengan mengubah nilai parameter-

parameter berikut ini.

1. Untuk kebijakan insentif/disinsentif

Adjustment time for energy intensity

Time to Perceive Relative Productivity of Energy

Retrofit adjustment time

Retrofit Potential for Energy

2. Untuk kebijakan harga energi

Harga Premium (mewakili harga energi rata-rata)

3. Untuk kebijakan insentif multi-benefit

Incentive_policy_time

Incentive_policy_target

(4)

Simulasi Kebijakan Energi (2)

Kebijakan insentif multi-benefit

Keputusan industri untuk melakukan atau tidak melakukan

upaya-upaya konservasi ditentukan berdasarkan

produktivitas

relatif energi

(rasio penghasilan marjinal energi terhadap

biaya marjinal energi). Bila

produktivitas relatif energi>1

,

tidak ada daya tarik

industri untuk melakukan upaya-upaya

konservasi; bahkan boleh jadi industri justru berperilaku

boros.

Melalui

kebijakan insentif multi-benefit,

hal di atas

diharapkan dapat dihindari karena adanya insentif tersebut.

Industri berupaya untuk menjaga intensitas energi kapital

tetap sama dengan yang ada (intensitas energi yang ada pada

saat itu sudah optimal). Bahkan lebih lanjut bila produktivitas

relatif energi<1, industri akan memilih intensitas energi

kapital yang lebih rendah dari yang ada (

existing

) ketika ada

keputusan untuk melakukan investasi baru (penambahan

kapital) dan terhadap kapital yang ada industri akan

melakukan upaya-upaya retrofit semaksimum mungkin.

Perlu dicatat, peralihan pola keputusan ini akan memerlukan

waktu (akan ada

delay

).

(5)

Mekanisme Keputusan yang berhubungan dengan

Intensitas Energi

(6)

Mekanisme Keputusan

Desired Energy Intensity

(7)

Skenario Simulasi Kebijakan (1)

1. Base Run

2. Skenario 2

,

Upaya menurunkan energy intensity

melalui

percepatan respon pelaku pengguna energi untuk

melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan

konservasi yang ada sampai saat ini) dan respon upaya

retrofit

yang

lebih cepat

dengan

potensi retrofit

yang

lebih

besar

Adjustment Time for Energy Intensity sejak 2015: 2 --> 1

Time to Perceive Rel. Prod Energy Intensity 2015: 0,5 -->0,25

Retrofit Adjustment Time sejak 2015: 5 --> 2

Retrofit Potential for Energy sejak 2015: 0,25 --> 0,5

3. Skenario 3

, Upaya

menurunkan energy intensity

pada

skenario 2 dilengkapi

kenaikan harga energi

secara moderat

mendekati harga keekonomiannya.

Skenario 2 + menaikkan harga premium mulai tahun 2015

menjadi 7000 Rp/liter, kemudian dinaikkan secara berkala

sebesar 3000 Rp/liter setiap 3 tahun sekali

.

(8)

4. Skenario 4

, Upaya

menurunkan energy intensity

pada

skenario 2 dilengkapi

kenaikan harga energi

secara optimis

mendekati harga keekonomiannya.

Skenario 2 + menaikkan harga premium mulai tahun 2015

menjadi 7000 Rp/liter, kemudian dinaikkan secara berkala

sebesar 1500 Rp/liter setiap 1 tahun sekali.

5. Skenario 5

, Skenario

Base Run

dilengkapi upaya

kenaikan

harga energi

mendekati harga keekonomiannya secara

moderat.

Menaikkan harga premium mulai tahun 2015 menjadi

7000 Rp/liter, kemudian dinaikkan secara berkala sebesar

3000 Rp/liter setiap 3 tahun sekali.

6. Skenario 6

, Skenario

Base Run

dilengkapi upaya

kenaikan

harga energi

mendekati harga keekonomiannya secara

optimis.

Menaikkan harga premium mulai tahun 2015 menjadi

7000 Rp/liter, kemudian dinaikkan secara berkala sebesar

1500 Rp/liter setiap 1 tahun sekali.

Skenario Simulasi Kebijakan (2)

(9)

7. Skenario 7

, Upaya

menurunkan energy intensity

pada

skenario 2 dilengkapi dengan penerapan kebijakan insentif

multi benefit

secara moderat.

Skenario 2 + penerapan insentif multi benefit mulai tahun 2015

dengan

delay 5 tahun

.

8. Skenario 8

, Upaya

menurunkan energy intensity

pada

skenario 2 dilengkapi dengan penerapan kebijakan insentif

multi benefit

secara optimis.

Skenario 2 + penerapan insentif multi benefit mulai tahun 2015

dengan

delay 2 tahun

.

9. Skenario 9

, Upaya

menurunkan energy intensity

pada

skenario 2 dilengkapi dengan penerapan kebijakan insentif

multi benefit dan kenaikan harga energi mendekati harga

keekonomiannya secara moderat.

Skenario 2 + penerapan insentif multi benefit mulai tahun 2015

dengan delay 5 tahun + menaikkan harga premium mulai tahun

2015 menjadi 7000 Rp/liter, kemudian dinaikkan secara

berkala sebesar 3000 Rp/liter setiap 3 tahun sekali.

Skenario Simulasi Kebijakan (3)

(10)

10. Skenario 10

, Upaya

menurunkan energy intensity

pada

skenario 2 dilengkapi dengan penerapan kebijakan

insentif multi benefit dan kenaikan harga energi

mendekati harga keekonomiannya secara optimis .

Skenario 2 + penerapan insentif multi benefit mulai tahun

2015 dengan delay 2 tahun + menaikkan harga premium

mulai tahun 2015 menjadi 7000 Rp/liter, kemudian

dinaikkan secara berkala sebesar 1500 Rp/liter setiap 1

tahun sekali.

11. Skenario 11

, Upaya

menurunkan energy intensity

pada

skenario 2 dilengkapi dengan penerapan kebijakan

insentif multi benefit dan kenaikan harga energi

mendekati harga keekonomiannya secara optimis dalam

kondisi pertumbuhan ekonomi optimis mulai tahun

2015.

Skenario 10 + pertumbuhan ekonomi optimis

12. Skenario 12

, skenario 11 dilengkapi dengan kebijakan

pengendalian inflasi.

Skenario Simulasi Kebijakan (4)

(11)
(12)

Simulasi Kebijakan Konservasi Saat ini Efektif vs

Konservasi Efektif+Menaikkan Harga Energi vs

Hanya Menaikkan Harga Energi

Hasil Simulasi Skenario 2, 3 dan 5

Bandingkan kurva 2 dan

kurva 3 (relatif perilakunya

hampir sama).

Artinya kebijakan konservasi

energi saat ini tidak

signifikan dibandingkan

kebijakan menaikkan harga

energi mendekati harga

keekonomiannya.

Kebijakan menaikkan harga

energi mendekati harga

keekonomian lebih dapat

mewujudkan terjadinya

konservasi energi.

Kurva 1: Kebijakan Konservasi Efektif;

Kurva 2: Kebijakan Konservasi Efektif + Harga Energi;

Kurva 3: Kebijakan Harga Energi 12

Kenaikan Harga Energi Moderat Kenaikan Harga Energi Optimis

(13)

Mengapa Intensitas dan Elastisitas Energi Terus

Meningkat

(14)

Simulasi Kebijakan

Konservasi Saat ini Efektif + Insentif Multi Benefit vs

Konservasi Efektif + Menaikkan Harga Energi

Hasil Simulasi Skenario 7 vs 3

Kebijakan menaikkan harga energi

mendekati harga keekonomian

lebih cepat dalam mewujudkan

terjadinya konservasi energi.

Baik kebijakan insentif multi

benefit maupun kebijakan

menaikkan harga energi tidak

mampu menurunkan intensitas

energi 1 % per tahun, bahkan tren

nya terus meningkat karena

momentum sudah terlambat

(harga energi yang relatif tetap

sampai tahun 2015).

Akibatnya elastisitas energi yang

sempat turun kembali naik

sehingga target elastisitas energi

lebih kecil dari 1 (satu) tidak

tercapai.

Kurva 1: Kebijakan Konservasi Efektif + Insentif Multi Benefit;

Kurva 2: Kebijakan Konservasi Efektif + Harga Energi;

14

Kenaikan Harga Energi &

Insentif Multi Benefit Moderat Kenaikan Harga Energi & Insentif Multi Benefit Optimis

Intensitas Energi (S BM/juta Rp konstan 2000) Time E n e rg y _ In te n si ty 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

El astisitas konsumsi energi ()

Time E n e rg y _ el a st ic it y 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 1 2 1 2 12 1 2 1 2 1 Inflasi (%/tahun) Time In fl a ti on 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0 5 10 15 20 25 1 2 12 1 2 1 2 1 2 1

(15)

Simulasi Kebijakan Konservasi Saat ini Efektif + Insentif Multi

Benefit + Menaikkan Harga Energi secara Optimis,

dalam keadaan pertumbuhan BAU vs Ekonomi Optimis vs

Ekonomi Optimis+Pengendalian Inflasi

Hasil Simulasi Skenario 10, 11, 12

Kurva 1: Kebijakan Konservasi Energi Saat ini Efektifntif Multi Benefit + Menaikkan Harga Energi;

Kurva 2:Kurva 1 + Pertumbuhan Ekonomi Ekonomis;

Kurva 3: Kurva 1 + Pertumbuhan Ekonomi Optimis + Pengendalian Inflasi

Dari hasil simulasi dapat diamati bahwa

target konservasi energi sesuai sasaran yang

ditetapkan KEN yakni tercapainya

elastisitas

energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun

2025

yang diselaraskan dengan target

pertumbuhan ekonomi dan tercapainya

penurunan intensitas energi final sebesar 1

(satu) persen per tahun pada tahun 2025,

tidak dapat dicapai,

sekalipun kebijakan

konservasi dan insentif multi benefit efektif,

dan harga energi dinaikkan mendekati harga

keekonomiannya mulai tahun 2015, baik

dalam kondisi pertumbuhan perekonomian

(16)

KESIMPULAN (1)

Konservasi energi merupakan upaya penghematan

energi yang secara teknis dan ekonomi relatif mudah,

namun dalam beberapa hal membutuhkan investasi

sehingga perlu adanya perencanaan strategis yang

melibatkan semua pihak dalam pelaksanaannya.

Untuk itu diperlukan kerjasama dari semua pihak

(Pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat) agar

upaya efisiensi dan konservasi energi dapat terlaksana

secara optimal.

Dari model energi yang telah dibangun menggunakan

pendekatan dinamika sistem (

system dynamics

) ini

dapat disimulasikan berbagai kebijakan yang sedang

berjalan maupun kebijakan baru yang ingin

diimplementasikan.

(17)

KESIMPULAN (2)

KEN menetapkan sasaran tercapainya

elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada

tahun 2025

yang diselaraskan dengan target

pertumbuhan ekonomi dan tercapainya

penurunan intensitas energi final sebesar 1

(satu) persen per tahun pada tahun 2025

.

Melalui model dapat diperlihatkan bahwa

dengan kebijakan konservasi dan efisiensi

yang ada saat ini, target konservasi yang telah

ditetapkan

tidak akan tercapai

, karena harga

energi telah jauh di bawah harga

keekonomiannya.

(18)

KESIMPULAN (3)

Dari model dapat pula diperlihatkan bahwa

kebijakan insentif multi benefit yang bertujuan

menghindari kebijakan menaikkan harga energi,

ternyata tidak berhasil menurunkan intensitas

energi namun hanya mampu menekan laju

kenaikannya. Akibatnya elastisitas energi yang

sempat turun akan kembali naik sehingga target

elastisitas energi di bawah 1 (satu) tidak dapat

dicapai. Hal ini sebagai dampak dari harga energi

yang relatif tetap hingga tahun 2015.

Dari uraian di atas perlu dilakukan:

penyesuaian harga energi

mendekati harga

keekonomiannya

sesegera mungkin

(penundaannya

akan lebih memperburuk keadaan);

penerapan secepatnya

kebijakan insentif multi

benefit

.

(19)

KESIMPULAN (4)

Kebijakan insentif multi-benefit yang diusulkan

meliputi antara lain:

Skema pembiayaan investasi konservasi dari

institusi finansial (Bank)

Skema pembiayaan jasa ESCO dari penghematan

yang berhasil dilakukan

Kebijakan Transfer Teknologi dan Pengalaman

dari ESCO asing kepada ESCO lokal yang menjadi

mitranya

Kebijakan Insentif lainnya (yang tidak langsung

terkait dengan keputusan konservasi energi) yang

lebih menarik.

(20)

REKOMENDASI (1)

Di Indonesia, peraturan konservasi dan efisiensi

energi belum efektif, masih dipandang sebatas

himbauan. Meski kebijakan konservasi energi telah

ada, namun perlu kehadiran lembaga yang

seharusnya bertugas untuk mengawasi dan

mengkoordinasikan pelaksanaan konservasi energi

secara nasional. Untuk itu perlu penguatan institusi

yang menangani konservasi energi.

Selain itu harga energi yang relatif murah karena

adanya subsidi menimbulkan perilaku boros energi

baik di instansi pemerintah, industri hingga rumah

tangga. Peningkatan harga energi menuju

keekonomiannya diperlukan dengan tetap

memperhatikan masyarakat berpendapatan kecil.

(21)

REKOMENDASI (2)

Hal lain yang menghambat upaya konservasi dan

efisiensi energi adalah keterbatasan dana yang dapat

merupakan salah satu kendala terpenting bagi

perusahaan yang ingin menerapkannya.

Kendala pendanaan dalam proyek investasi

konservasi dan efisiensi energi salah satunya adalah

kurang tertariknya pihak perbankan terkait dengan

salah satu kriteria

bankable

,

yaitu jaminan apabila

terjadi kesulitan dalam pengembalian pinjaman.

Umumnya pihak pengusaha lebih suka melaksanakan

konservasi tanpa pengeluaran biaya atau dengan

cara leasing

tetapi menjadi bagian dari biaya

operasional. ESCO sangat berpotensi untuk

menjembatani keinginan ini.

(22)

REKOMENDASI (3)

Agar investasi efisiensi energi dapat berjalan,

pemerintah

perlu

memperkuat koordinasi dengan Bank Indonesia

dan pihak perbankan nasional untuk membahas secara

intensif mengenai pembiayaan proyek investasi efisiensi

energi dan manajemen risikonya, kemudian

merealisasikan konsep

green banking

yang mencakup

pendanaan efisiensi energi di samping energi terbarukan

dan lingkungan hidup, sehingga tersedia dana bergulir

untuk konservasi energi.

Pemerintah perlu juga melibatkan konsultan, dalam hal

ini

Energy Services Company

(

ESCO

), vendor peralatan

hemat energi dan industri penunjangnya sehingga ke

depannya akan berkembang pasar yang berkaitan

dengan bisnis konservasi energi yang dilaksanakan secara

business to business

tanpa ikut campur pemerintah.

Dalam hal ini peran pemerintah hanya sebagai fasilitator

dan pengawas saja.

(23)

Lampiran

(24)

Skenario 1: Base Run

(25)
(26)

Skenario 2

Skenario 2, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan dilengkapi dengan respon upaya retrofit yang lebih cepat dengan potensi retrofit yang lebih besar. (sebagai implementasi kebijakan konservasi yang ada sampai saat ini)

[Adjustment Time for Energy Intensity sejak 2015: 2 --> 1; Time to Perceive Rel Prod Energy Intensity 2015: 0,5 -->0,25; Retrofit Adjustment Time sejak 2015: 5 --> 2 + Retrofit Potential for Energy sejak 2015: 0,25 --> 0,5]

(27)

Skenario 2

Skenario 2, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan dilengkapi dengan respon upaya retrofit yang lebih cepat dengan potensi retrofit yang lebih besar. (sebagai implementasi kebijakan konservasi yang ada sampai saat ini)

[Adjustment Time for Energy Intensity sejak 2015: 2  1 Time to Perceive Rel Prod Energy Intensity 2015: 0,5 -->0,25; Retrofit Adjustment Time sejak 2015: 5 --> 2 + Retrofit Potential for Energy sejak 2015: 0,25 --> 0,5]

(28)

Skenario 3

Skenario 3, Upaya menurunkan energy intensity pada skenario 2 dilengkapi kenaikan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara moderat.

[Skenario 2 + Harga Premium pada tahun 2015; 7000 Rp/liter, kemudian dinaikkan secara bertahap 3000 Rp/liter setiap 3 tahun] Inflasi (%/tahun) Time In fla ti on 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0 5 10 15 20 1 2 3 1 2 3 1 23 1 23 1 2 3 1 PDB (Rp/tahun) - harga konstan 2000

Time G D P 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0 1e15 2e15 3e15 4e15 5e15 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 23 1 23 1

Laju Pertumbuhan PDB (%/tahun)

Time G D P _ g ro w th 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0 2 4 6 8 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

Konsumsi Energi Akhir (S BM/tahun)

Time E n e rg y _ C o ns u m p ti on 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0 2e9 4e9 6e9 8e9 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 23 1

Intensitas Energi (S BM/juta Rp konstan 2000) Time E n e rg y _ In te n si ty 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

Energy Intensi ty of Investment (S BM/tahun/juta RP konstan 2000) Time E n _ In te n si ty _o f_ In v es tm en t 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 23 1 Pertumbuhan Konsumsi Energi (%/tahun)

Time E n e rg y _ co n su m pt io n _ gr o w th 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0 5 10 15 20 25 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 23 1 2 3 1

El astisitas konsumsi energi ()

Time E n e rg y _ el a st is ity 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 1 2 3 1 23 1 2 3 1 23 1 2 3 1

Relati ve Productivity of Energy ()

Time R e la ti v e_ P ro d uc ti vi ty _ of _ E n 2.000 2.005 2.010 2.015 2.020 2.025 0,0 0,4 0,8 1,2 1,6 2,0 2,4 1 2 3 1 2 3 12 3 1 23 1 23 1 2 28

(29)

Skenario 3

Skenario 3, Upaya menurunkan energy intensity pada skenario 2 dilengkapi kenaikan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara moderat.

[Skenario 2 + Harga Premium pada tahun 2015; 7000 Rp/liter, kemudian dinaikkan secara bertahap 3000 Rp/liter setiap 3 tahun]

(30)

Skenario 4

Skenario 4, Upaya menurunkan energy intensity pada skenario 2 dilengkapi kenaikan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis.

[Skenario 2 + Harga Premium pada tahun 2015; 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahap 1500 Rp/liter setiap 1 tahun]

(31)

Skenario 4

Skenario 4, Upaya menurunkan energy intensity pada skenario 2 dilengkapi kenaikan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis.

[Skenario 2 + Harga Premium pada tahun 2015; 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahap 1500 Rp/liter setiap 1 tahun]

(32)

Skenario 5

Skenario 5, Skenario Base Run dilengkapi upaya kenaikan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara moderat.

[Harga Premium pada tahun 2015; 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahap 3000 Rp/liter setiap 3 tahun].

(33)

Skenario 5

Skenario 5, Skenario Base Run dilengkapi upaya kenaikan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara moderat.

[Harga Premium pada tahun 2015; 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahap 3000 Rp/liter setiap 3 tahun].

(34)

Skenario 6

Skenario 6, Skenario Base Run dilengkapi upaya kenaikan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis.

[Harga Premium pada tahun 2015; 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahap 1500 Rp/liter setiap 1 tahun].

(35)

Skenario 6

Skenario 6, Skenario Base Run dilengkapi upaya kenaikan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis

[Harga Premium pada tahun 2015; 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahap 1500 Rp/liter setiap 1 tahun].

(36)

Skenario 7

Skenario 7, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan, sebagai implementasi kebijakan

konservasi saat ini dan penerapan insentif multi benefit, tanpa menaikkan harga energi. [Skenario 2 + insentif multi benefit secara moderat mulai tahun 2015 dengan delay 5 tahun (bertahap dari 0 --> 1)]

(37)

Skenario 7

Skenario 7, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan, sebagai implementasi kebijakan

konservasi saat ini dan penerapan insentif multi benefit, tanpa menaikkan harga energi. [Skenario 2 + insentif multi benefit secara moderat mulai tahun 2015 dengan delay 5 tahun (bertahap dari 0 --> 1)]

(38)

Skenario 8

38

Skenario 8, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan, sebagai implementasi kebijakan

konservasi saat ini dan penerapan insentif multi benefit, tanpa menaikkan harga energi. [Skenario 2 + insentif multi benefit secara optimis mulai tahun 2015 dengan delay 2 tahun (bertahap dari 0 --> 1)]

(39)

Skenario 8

Skenario 8, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan, sebagai implementasi kebijakan

konservasi saat ini dan penerapan insentif multi benefit, tanpa menaikkan harga energi. [Skenario 2 + insentif multi benefit secara optimis mulai tahun 2015 dengan delay 2 tahun (bertahap dari 0 --> 1)]

(40)

Skenario 9

Skenario 9, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk

melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan konservasi dan penerapan insentif multi benefit secara moderat) dengan menaikkan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara moderat.

[Skenario 7 + menaikkan harga energi mulai tahun 2015 menjadi 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahan sebesar 3000 Rp/liter setiap 3 tahun sekali.

(41)

Skenario 9

Skenario 9, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk

melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan konservasi dan penerapan insentif multi benefit secara moderat) dengan menaikkan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara moderat.

[Skenario 7 + menaikkan harga energi mulai tahun 2015 menjadi 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahan sebesar 3000 Rp/liter setiap 3 tahun sekali.

(42)

Skenario 10

Skenario 10, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan

konservasi dan penerapan insentif multi benefit secara optimis) dengan menaikkan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis.

[Skenario 8 + menaikkan harga energi mulai tahun 2015 menjadi 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahan sebesar 1500 Rp/liter setiap 1 tahun sekali.

(43)

Skenario 10

Skenario 10, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan

konservasi dan penerapan insentif multi benefit secara optimis) dengan menaikkan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis.

[Skenario 8 + menaikkan harga energi mulai tahun 2015 menjadi 7000 Rp/liter dengan kenaikan bertahan sebesar 1500 Rp/liter setiap 1 tahun sekali.

(44)

Skenario 11

44 Skenario 11, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan konservasi dan penerapan insentif multi benefit secara optimis) dengan menaikkan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis dalam kondisi ekonomi ekonomis.

(45)

Skenario 11

Skenario 11, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan konservasi dan penerapan insentif multi benefit secara optimis) dengan menaikkan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis dalam kondisi ekonomi ekonomis.

(46)

Skenario 12

46 Skenario 12, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan konservasi dan penerapan insentif multi benefit secara optimis) dengan menaikkan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis dalam kondisi ekonomi ekonomis, dengan kebijakan pengendalian harga.

(47)

Skenario 12

Skenario 12, Upaya menurunkan energy intensity melalui percepatan respon pelaku pengguna energi untuk melakukan penghematan (sebagai implementasi kebijakan konservasi dan penerapan insentif multi benefit secara optimis) dengan menaikkan harga energi mendekati harga keekonomiannya secara optimis dalam kondisi ekonomi ekonomis, dengan kebijakan pengendalian harga.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut penelitian Sarwoko (2011) hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan teman, dukungan keluarga dan dukungan orang yang dianggap penting berpengaruh positif terhadap

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain, variabilitas variabel independen (Debt Equity Ratio, Financial Distress, Growth Opportunity, Liquidity, dan Firm Size)

Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tercantum bahwa Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,

Menurut Storman (2015), peranan wanita dalam filem seram merupakan isu perbalahan sama ada di kalangan sarjana malah dalam industri perfileman itu sendiri. Wanita

RCCP menentukan kebutuhan kapasitas untuk mengimplementasikan MPS, menguji kelayakan dari MPS, dan memberikan umpan-balik kepada perencana atau penyusun jadwal produksi induk

Di dalam sistem pendaftaran mahasiswa baru pada Universitas Terbuka Pacitan terdapat beberapa kendala dalam proses pengelolaan dan pengolahan data calon mahasiswa baru, salah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kredibilitas pendamping (keahlian, kepercayaan dan dinamisme) dalam penyuluhan dan bimbingan sosial anak jalanan di kota Bandung,

Hal ini menunjukkan ke dalam interval berkategori sangat baik, artinya bahwa tanggapan responden mengenai Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dari 13 pertanyaan