• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. standar deviasi, varian, dan penyajian data dalam bentuk distribusi untuk setiap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. standar deviasi, varian, dan penyajian data dalam bentuk distribusi untuk setiap"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data menjelaskan tentang hasil penelitian mulai dari hasil uji coba instrumen penelitian sampai pada hasil analisis data korelasi dan regresi baik sederhana maupun ganda. Hasil data deskriptif yang berupa median, rerata, standar deviasi, varian, dan penyajian data dalam bentuk distribusi untuk setiap variabel.

1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

a. Hasil uji normalitas sebaran

Dari data-data statistik yang didapat dari hasil manipulasi data menunjukkan bahwa semua data variabel berdistribusi normal karena nilai signikansi lebih dari 0,05, yaitu 0,055 untuk variabel X1,sementara 0,051 untuk variabel X2, dan 0,052 untuk variabel Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berdistribusi normal . Hasil perhitungan SPSS 17.0 dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji validitas

Hasil uji validitas instrumen variabel manajemen pelatihan (X1) dari 25 item pertanyaan ada lima pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 1, 16, 17, 22 dan 25 . Hasil penelitian lengkap dapat dilihat pada lampiran.

(2)

66

Hasil uji validitas instrumen variabel proses pelatihan (X2) dari 20 (dua

puluh) item pertanyaan ada dua pertanyaan yang dinyatakan tidak valid yaitu item nomor 1 dan 20 . Untuk mengetahui hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji validitas instrumen variabel hasil belajar siswa (Y) bahwa semua item soal dari 10 item pertanyaan dinyatakan valid, hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran .

c. Uji reliabilitas

1) Hasil uji reliabilitas pertanyaan variabel manajemen pelatihan (X1)

Hasil perhitungan tabel analisis reliabilitas yang diperoleh dari pengelompokkan skor item pertanyaan ganjil dan genap variabel manajemen pelatihan (X1), sehingga didapat angka kasar skor korelasi

belahan pertama dan kedua adalah 0,62, dan angka reliabilitas instrumen penelitian sebesar 0,76. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat reliabilitas instrumen-instrumen kuisioner variabel (X1) manajemen pelatihan CNC MTU cukup tinggi.

2) Hasil uji reliabilitas variabel proses pelatihan (X2)

Hasil perhitungan tabel analisis reliabilitas yang diperoleh dari pengelompokkan skor item pertanyaan ganjil dan genap variabel proses pelatihan (X2), Sehingga didapat angka kasar skor korelasi belahan

pertama dan kedua adalah 0,87, dan angka reliabilitas instrumen penelitian sebesar 0,93. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat

(3)

67

reliabilitas instrumen kuesioner variabel proses pelatihan (X2), sangat

tinggi.

3) Hasil uji reliabilitas variabel hasil belajar siswa (Y)

Uji reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran, hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan tes terhadap kelompok subjek yang sama (homogen) diperoleh hasil yang sama. Hasil perhitungan variabel hasil belajar siswa (Y), dimana untuk membuat kesimpulan dari apakah instrumen tes yang digunakan reliabel atau tidak dilakukan pengujian dengan menghitung nilai alpha

𝑟11 = 𝑘 𝑘 − 1 1 − 𝜎𝑖2 𝜎𝑡2 𝑟11 = 10 10 − 1 1 − 1,40 2,25 = 0,421

Dari tabel nilai r Product Moment pada N = 40 dengan taraf signifikansi α = 0,05 didapat 0,312, dengan demikain r11>rtabel adalah 0,421>0,312,

artinya bahwa instrumen tes hasil belajar siswa (Y) dinyatakan reliabel. Hasil lengkap uji reliabilitas variabel X1 , X2 dan Y dapat dilihat pada

halaman lampiran.

Dari hasil uji coba instrumen penelitan variabel (X1), (X2), dan (Y), untuk

uji normalitas sebaran, uji validitas, dan uji reabilitas dapat disimpulkan, bahwa variabel (X1) dari 25 item pertanyaan yang direncanakan hanya

digunakan 20 item pertanyaan dengan tingat reliabilitas yang cukup tinggi, variabel (X2) dari 20 item pertanyaan yang direncanakan hanya 18 item

(4)

68

pertanyaan yang digunakan dengan tingkat reliabilitas sangat tinggi, sedangkan untuk variabel (Y) dari 10 item pertanyaan yang direncanakan dapat digunakan semuanya dengan tingat reliabialitas yang cukup tinggi. Secara lengkap hasil pengujian instrumen penelitian dapat dilihat pada lampiran , tabel rekapitulasi hasil uji coba instrumen penelitian.

2. Hasil Uji Persyaratan Analisis

a. Menguji normalitas distribusi data

Apabila dalam suatu penelitian sampel diambil dari suatu populasi yang diasumsikan berdistribusi normal, maka sebelum pengolahan data terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian normalitas sebaran data yang diperoleh dari sampel tersebut. Hal ini merupakan konsekwensi logis dari metode sampling, karena hasil sampling adalah untuk mengestimasi atau menyimpulkan karakteristik populasi. (Tedjo, 2009:41)

1) Uji normalitas variabel manajemen pelatihan (X1)

Data-data yang dikumpulkan dari sampel variabel manajemen pelatihan kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0 seperti dibawah ini:

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Normalitas 240 100.0% 0 .0% 240 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

(5)

69

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .020290 Upper Bound .021500 5% Trimmed Mean .020511 Median .020408 Variance .000 Std. Deviation .0047581 Minimum .0099 Maximum .0476 Range .0377 Interquartile Range .0051 Skewness 1.624 .157 Kurtosis 4.985 .313

Tabel 4.1 Uji normalitas variabel X1

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Normalitas .140 240 .055 .891 240 .421

a. Lilliefors Significance Correction

Dari data-data pengujian normalitas yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% atau = 0,05 dan data statistik untuk variabel manajemen pelatihan (X1) dimana hasil nilai signifikansinya = 0.055 >

0.05 maka disimpulkan sebaran frekwensi manajemen pelatihan mengikuti pola kurva normal.

2) Uji normalitas variabel proses pelatihan (X2)

Data-data yang dikumpulkan dari sampel variabel proses pelatihan kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0 seperti dibawah ini:

Case Processing Summary Cases

(6)

70

N Percent N Percent N Percent

Normalitas 240 100.0% 0 .0% 240 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Normalitas Mean .020916 .0003130

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .020299 Upper Bound .021533 5% Trimmed Mean .020505 Median .020000 Variance .000 Std. Deviation .0048492 Minimum .0145 Maximum .0476 Range .0331 Interquartile Range .0063 Skewness 1.515 .157 Kurtosis 4.204 .313

Tabel 4.2 Uji normalitas Variabel X2

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Normalitas .107 240 .051 .894 240 .142

a. Lilliefors Significance Correction

Dari data-data pengujian normalitas yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% atau = 0,05 dan data statistik untuk variabel proses pelatihan (X2) dimana hasil nilai signifikansinya = 0.051 > 0.05 maka

disimpulkan sebaran frekwensi proses pelatihan mengikuti pola kurva normal.

(7)

71

Data-data yang dikumpulkan dari sampel variabel hasil belajar siswa(Y) kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS 17.0 seperti dibawah ini:

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Normalitas 240 100.0% 0 .0% 240 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Normalitas Mean .0206 .00025

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .0201 Upper Bound .0211 5% Trimmed Mean .0203 Median .0185 Variance .000 Std. Deviation .00380 Minimum .02 Maximum .03 Range .02 Interquartile Range .00 Skewness 1.174 .157 Kurtosis 1.231 .313

Tabel 4.3 Uji normalitas variabel Y Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Normalitas .232 240 .052 .849 240 .423

a. Lilliefors Significance Correction

Dari data-data pengujian normalitas yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% atau = 0,05 dan data statistik untuk variabel hasil belajar siswa (Y) dimana hasil nilai signifikansinya = 0.052 > 0.05 maka

(8)

72

disimpulkan sebaran frekwensi hasil belajar siswa mengikuti pola kurva normal.

Hasil uji normalitas distribusi data hasil penelitian variabel manajemen pelatihan (X1 ), proses pelatihan (X2 ) dan hasil belajar siswa

(Y) dapat dilihat pada lampiran 8. b. Hasil uji linieritas regresi

1) Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X1

Gambar 4.4 Persamaan regresi variabel Y atas X1

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 50.211 2.642 19.007 .000 X1 -.004 .052 -.005 -.072 .943 2 (Constant) 50.025 .521 95.943 .000

(9)

73

Dari out put data seperti tersebut di atas maka dapat dibentuk persamaan regresi untuk variabel Y terhadap X1 adalah:

Y

= 50,21 − 0,04 X1 2) Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 45.036 2.646 17.023 .000

X2 .100 .052 .124 1.923 .056

a. Dependent Variable: Y

Tabel 4.5 Persamaan regresi variabel Y atas X2

Dari out put data seperti tersebut di atas maka dapat dibentuk persamaan regresi untuk variabel Y terhadap X2 adalah:

Y

(10)

74

3) Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X1 dan X2

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 46.836 3.000 15.611 .000

X2 .140 .061 .174 2.304 .022

X1 -.076 .060 -.095 -1.267 .206

a. Dependent Variable: Y

Tabel 4.6 Persamaan regresi variabel Y atas X1dan X2

Dari out put data seperti tersebut di atas maka dapat dibentuk persamaan regresi untuk variabel Y terhadap X1 dan X2 adalah:

Y

= 46,84 − 0,76 X1+ 0,14 X2 3. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

(11)

75

a. Hasil analisis korelasi sederhana

1) Analisis korelasi variabel manajemen pelatihan (X1) terhadap hasil

belajar siswa (Y)

Dari penghitungan koefisien korelasi antara variabel X1 dan Y dengan

menggunakan persamaam korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut:

Tabel 4.7 Koefisien korelasi variabel X1 terhadap Y

Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N X1 50.0000 10.10944 240 Y 50.0250 8.07751 240 Correlations X1 Y X1 Pearson Correlation 1 .520 Sig. (2-tailed) .243 N 240 240 Y Pearson Correlation -.005 1 Sig. (2-tailed) .943 N 240 240

Dari tabel diatas diperoleh nilai 𝑟𝑥1𝑦= 0,520 pada taraf signifikansi adalah 0,243, sehingga dari hasil analisis data penelitian diperoleh pengaruh variabel manajemen pelatihan (X1) terhadap hasil belajar siswa

(Y) tergolong pada katagori sedang, sedangkan untuk menyatakan besarnya kontribusi (sumbangan) variabel X1 terhadap Y atau koefisien

determinannya adalah: r2 x 100% atau 0,5202 x 100% = 27,04% sedangkan sisanya 72,96% dipengaruhi oleh variabel lain.

(12)

76

Dari hasil pengolahan data statistik didapat data-data sebagai berikut: Tabel 4.8 Koefisien korelasi variabel X2 terhadap Y

Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Y 50.0250 8.07751 240 X2 50.0167 10.01671 240 Correlations Y X2 Y Pearson Correlation 1 .624 Sig. (2-tailed) .256 N 240 240 X2 Pearson Correlation .124 1 Sig. (2-tailed) .056 N 240 240

Dari tabel diatas diperoleh nilai 𝑟𝑥2𝑦= 0,624 pada taraf signifikansi

adalah 0,256, sehingga dari hasil analisis data penelitian diperoleh pengaruh variabel proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y)

tergolong pada katagori tinggi, sedangkan untuk menyatakan besarnya kontribusi (sumbangan) variabel X2 terhadap Y atau koefisien

determinannya adalah: r2 x 100% atau 0,6242 x 100% = 38,94% sedangkan sisanya 61,06% dipengaruhi oleh variabel lain.

3) Analisis korelasi variabel X1 dan X2

Tabel 4.9 Koefisien korelasi variabel X1 dan X2

Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N X1 50.0000 10.10944 240 X2 50.0167 10.01671 240 Correlations X1 X2 X1 Pearson Correlation 1 .523** Sig. (2-tailed) .000

(13)

77

N 240 240

X2 Pearson Correlation .523** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 240 240

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel diatas diperoleh nilai 𝑟𝑥12= 0,523 pada taraf signifikansi adalah 0, sehingga dari hasil analisis data penelitian diperoleh pengaruh variabel manajemen pelatihan (X1) terhadap proses pelatihan (X2)

tergolong pada katagori sedang, sedangkan untuk menyatakan besarnya kontribusi (sumbangan) variabel X1 terhadap X2 atau koefisien

determinannya adalah: r2 x 100% atau 0,5232 x 100% = 27,35% sedangkan sisanya 72,65% dipengaruhi oleh variabel lain.

b. Hasil analisis korelasi ganda X1 dan X2 terhadapY

Dari hasil pengolahan data statistik didapat data-data sebagai berikut:

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

X2 50.0167 10.01671 240

X1 50.0000 10.10944 240

Y 50.0250 8.07751 240

Tabel 4.10 Koefisien korelasi variabel X1 dan X2 terhadap Y

Correlations Control Variables X2 X1 Y X2 X1 Correlation 1.000 .528 Significance (2-tailed) . .000 df 0 237 Correlation .528 1.000 Significance (2-tailed) .000 . df 237 0

(14)

78

Dari tabel diatas diperoleh nilai 𝑟𝑥12𝑦= 0,528 pada taraf signifikansi adalah 0, sehingga dari hasil analisis data penelitian diperoleh pengaruh variabel manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) terhadap hasil

belajar siswa (Y) tergolong pada katagori sedang. c. Hasil perhitungan koefisien korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial diguakan untuk mengetahui apakah dalam bentuk regresi yang nyata dalam uji regresi linier ganda, terdapat kontribusi kedua variabel bebas yaitu manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan

(X2) secara nyata, atau hanya salah satu di antaranya saja yang memberikan

kontribusi pada prediksi variabel hasil belajar siswa (Y) secara nyata.

Koefisien korelasi parsial adalah merupakan koefisien korelasi antara sebagian dari sejumlah variabel apabila hubungan dengan sebagian variabel lainnya dianggap tetap, dari ketetapan tersebut untuk menghitung koefisien korelasi parsial anatara variabel hasil belajar siswa (Y) dan variabel manajemen pelatihan (X1) dan variabel proses pelatihan (X2) tetap,

dinyatakan dengan notasi ry1.2, dan korelasi parsial anatara variabel hasil

belajar siswa (Y) dan proses pelatihan (X2) dengan menganggap variabel

manajemen pelatihan (X1) tetap yang dinyatakan dengan notasi ry2.1. Untuk

nilai-nilai koefisien korelasi antara Y dan X1, Y dan X2, serta antara X1 dan

X2 telah dihitung pada analisis korelasi sederhana dengan nilai :

(15)

79

Tabel 4.11 Koefisien korelasi parsial Correlations Control Variables X1 X2 Y -none-a X1 Correlation 1.000 .523 -.005 Significance (2-tailed) . .000 .943 df 0 238 238 X2 Correlation .523 1.000 .124 Significance (2-tailed) .000 . .056 df 238 0 238 Y Correlation -.005 .124 1.000 Significance (2-tailed) .943 .056 . df 238 238 0 Y X1 Correlation 1.000 .528 Significance (2-tailed) . .000 df 0 237 X2 Correlation .528 1.000 Significance (2-tailed) .000 . df 237 0

a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.

Berdasarkan hasil pengolahan data di atas didapat nilai-nilai sebagai berikut:

ry1.2= 0,523 ry2.1= 0,528

Dari data hasil pengolahan di atas, dapat disimpukan bahwa koefisien untuk variabel Manajemen Pelatihan (X1) dan Proses Pelatihan (X2),

sehingga dapat diprediksi bahwa Manajemen Pelatihan (X1) Proses

Pelatihan (X2) memberikan kontribusi yang berarti terhadap Hasil Belajar

Siswa (Y). Perhitungan lengkap secara SPSS 17.0 dapat dilihat pada lampiran 10.

(16)

80

Melakukan interpretasi hasil analilis penelitian yaitu melakukan penafsiran terhadap pengujian hipotesis.

1. Ada pengaruh yang signifikan antara manajemen pelatihan terhadap hasil

belajar siswa

Berdasarkan Tabel 4.7 besarnya pengaruh antara variabel manajemen pelatihan (X1) terhadap hasil belajar siswa (Y) yang dihitung dengan keofisien

korelasi adalah 0,528 atau 𝑟𝑥12𝑦= 0,528 pada taraf signifikansi 0 tergolong pada

katagori sedang. Sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0.00 atau 0, karena probabiltas jauh di bawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara manajemen pelatihan terhadap hasil belajar siswa signifikan.

Berdasarkan tabel 4.2 menggambarkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut: Y = 50,21 − 0,04 X1

Dimana: (X1)= Manajemen pelatihan

(Y) = Hasil belajar siswa

Konstanta sebesar 50,21 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel manajemen pelatihan (X1), maka nilai hasil belajar siswa (Y) adalah

50.21. Koefisien regresi sebesar 0,04 menyatakan bahwa setiap pengurangan (karena tanda -) satu skor manajemen pelatihan akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,04.

2. Ada pengaruh yang signifikan antara proses belajar dengan hasil belajar

siswa

Berdasarkan Tabel 4.7 besarnya pengaruh antara variabel proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa (Y) yang dihitung dengan keofisien korelasi

(17)

81

adalah 1,000 atau 𝑟𝑥12𝑦= 1,000 pada taraf signifikansi 0 tergolong pada katagori kuat. Sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi menghasilkan angka 0.00 atau 0, karena probabilitas jauh di bawah 0,01 atau 0,05 maka pengaruh antara manajemen pelatihan terhadap hasil belajar siswa signifikan.

Berdasarkan tabel 4.2 menggambarkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut: Y =45,04 + 0,10 X2

Dimana: (X2)= Proses pelatihan

(Y) = Hasil belajar siswa

Konstanta sebesar 45,04 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai variabel proses pelatihan (X2), maka nilai hasil belajar siswa (Y) adalah 45,04.

Koefisien regresi sebesar 0,10 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor manajemen pelatihan akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,10.

3. Ada hubungan yang signifikan antara manajemen pelatihan dengan proses

pelatihan

Berdasarkan Tabel 4.8 bahwa besarnya hubungan antara variabel manajemen pelatihan (X1) dengan proses belajar (X2) yang dihitung dengan koefisien korelasi

adalah 0,523 atau (rx1x2 = 0,523). Hal ini menunjukkan pengaruh yang kuat

antara variabel manajemen pelatihan dengan proses belajar siswa. Sedangkan tingkat signifikan koefisien korelasi dua sisi (2-tiled) dari output menghasilkan angka 0,01 jauh di bawah 0,05 maka korelasi antara variabel manajemen pelatihan dengan proses pelatihan adalah signifikan.

(18)

82

4. Ada pengaruh yang signifikan antara manajemen pelatihan dan proses

pelatihan secara simultan terhadap hasil belajar siswa

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .148a .022 .014 8.02211

a. Predictors: (Constant), X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Tabel 4.12 Analisis regresi ganda

Berdasarkan analisis pada Tabel 4.12 di atas terdapat R Square adalah 0,022 (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi 0,148²). R square dapat disebut koefisien diterminasi yang dalam hal ini berarti 22% kontribusi variabel manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar siswa

(Y), sedangkan sisanya 78% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Dapat disimpulkan bahwa manajemen pelatihan (X1) dan proses pelatihan (X2) secara

simultan terhadap hasil belajar siswa (Y) kontribusinya sebesar 22%. Persamaan regresi ganda: Y = 46,84 – 0,76 X1+0,14 X2

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian yang diuraikan di atas, terbukti bahwa manajemen pelatihan dan proses pelatihan berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Uraian lebih lengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Manajemen pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK

binaan BPPTKPK

Pembahasan mengenai manajemen pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa binaan BPPTKPK Dinas Pendidikan Jawa Barat, secara teoritis dapat dijelaskan bahwa tolak ukur dari sebuah kegiatan pelatihan dikatakan

(19)

83

berhasil apabila pelatihan yang dilaksanakan menghasilkan peningkatan terhadap hasil belajar peserta pelatihan. Adanya peningkatan hasil belajar siswa yang dilatih tentunya tidak terlepas dari kontribusi manajemen pelatihan yang dirancang/didisain sedemikian rupa secara efektif dengan melalui kaidah-kaidah teori manajemen yang terarah dan tersusun secara baik. Dalam konteks perannya manajemen pelatihan sangat menentukan tingkat keberhasilan dari sebuah kegiatan pelatihan yang dilaksanakan, menurut Mujiman .H (2009:16) mengatakan bahwa:

”Peran manajemen pelatihan sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah program kerja pelatihan, secara sempit dapat diartikan bahwa manajemen pelatihan adalah pengelolaan program pelatihan, yang menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan disain pelatihan, penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan penetapan tindak lanjut pelatihan.” Secara teoritis dalam konteks yang lebih luas manajemen pelatihan memiliki dimensi tentang bagaimana pengelolaan pelatihan, supaya pelatihan bisa berjalan dengan baik dan berhasil secara efektif dan efisien. Dalam konteks yang lain manajemen pelatihan atau pengelolaan pelatihan identik dengan manajemen proyek atau pada istilah lain sama dengan mengelola proyek. Oleh karena itu daur Managing training dapat digambarkan sebagai berikut:

(20)

84

Gambar di atas menjelaskan bahwa proses manajemen pelatihan dimulai dengan analisis, yaitu analisis kebutuhan (need analysis) terhadap hal-hal yang akan menjadi objek pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan desain program pelatihan. Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan dan penerapan, yaitu proses pelaksanaan dan penerapan program-program pelatihan. Kemudian diakhiri dengan evaluasi yaitu tahap untuk memberikan penilaian dan analisa pengembangan. Pada setiap tahapan tersebut akan ada proses umpan balik, yang bertujuan untuk mengontrol efektivitas pelaksanaan dan proses pelatihan.

Efektivitas sebuah kegiatan pelatihan harus memiliki beberapa dimensi-dimensi penting, sejalan itu Kusriyanto (1991:68-69) mengatakan:

“Program pelatihan yang efektif meliputi: a) Mempunyai sasaran yang jelas, sebagai tolak ukur; b) Diberikan oleh tenaga pengajar (pelatih) yang profesional dan mampu memotivasi; c) Isinya (materi pelatihan) harus mampu mengubah sikap dan meningkatkan potensi peserta; d) Dapat memperhatikan latar belakang teknis, permasalahan daya tangkap peserta; e) Menggunakan metode yang tepat guna; f) Meningkatkan keterlibatan aktif para peserta sehingga mereka bukan hanya pendengar atau pencatat belaka; g) Disertai dengan desain penelitian, sejauh mana sasaran program tercapai demi prestasi dan produktifitas organisasi.”

Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis terhadap manajemen pelatihan bahwa manajemen pelatihan yang dilaksanakan oleh BPPTKPK dalam kenyataannya dilapangan rancangannya dimulai dari tahap persiapan, meliputi: a) Perencanaan design program; b) Koordinasi dengan instalasi terkait; c) Koordinasi internal; d) Koordinasi/sosialisasi dengan Disdik Kab/Kota; e) Koordinasi dengan sekolah binaan; f) Koordinasi dengan tim ahli; g) Pembuatan SK/Surat Tugas personil; h) Menyediakan kelengkapan pelaksanaan seperti modul, mesin, alat dan bahan serta fasilitas penunjang lainnya. Dari pandangan peneliti bahwa

(21)

85

manajemen pelatihan BPPTKPK secara global sudah memenuhi unsur-unsur manajemen dengan baik, namun pada beberapa aspek masih terdapat kekurangan diantaranya; a) Dari sisi administrasi, pemberitahuan kegiatan pelatihan ke SMK sasaran sering terlambat sehingga pihak SMK kesulitan menyiapkan fasilitas pelatihan; b) Dari sisi tata laksana program, evaluasi program kegiatan masih belum dilakukan secara mendalam terhadap SMK sasaran, akibatnya program studi SMK sasaran tidak sesuai dengan kompetensi yang akan diajarkan.

Berkaitan dengan manajemen pelatihan memiliki kontribusi terhadap hasil belajar siswa, bahwa sasaran akhir dari sebuah manajemen pelatihan adalah terjadinya peningkatan hasil belajar siswa atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang setelah mereka melaksanakan aktivitas pelatihan mesin CNC, dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh dimana manajemen pelatihan mampu mendongkrak hasil rata-rata nilai praktek CNC siswa maka dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa manajemen pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa.

2. Proses pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMK

Proses pelatihan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai serta dilatih oleh guru/pelatih yang profesional dan memiliki tingkat kompetensi yang handal dibidangnya. Keberadaan guru/pelatih sebagai ujung tombak yang berperan penting dalam mentransferkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada siswa yang dilatihnya, dikatakan profesional apabila memiliki kemampuan pedagogik dan kemampuan profesional. Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan,

(22)

86

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung. Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan ini yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak. Sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Secara teoritis tentang konsep belajar adalah terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku dari peserta didik, seperti yang disampaikan oleh M. Ngalim Purwanto (2003:85) dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa belajar adalah “Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap”. Selanjutnya konsep pelatihan tercermin pada peningkatan terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap.

(23)

87

Penguasaan atas pengetahuan konseptual sebagai acuan berpikir seorang pelatih, merupakan modal dasar untuk mendisain program pelatihan. Harapan manajemen institusi (terhadap pelatih) bertumpu pada keterampilan pelatih dalam mendisain program pelatihan, berkomunikasi dan mengajar serta kepekaan pelatih akan hal-hal yang menonjol dari tiap peserta agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Program pelatihan dirancang dengan cara yang praktis dan partisipatif melibatkan seluruh peserta dengan studi kasus, kuliah, diskusi kelompok sehingga mampu berkontribusi terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap kegiatan pelatihan mesin CNC yang dilaksanakan oleh BPPTKPK terhadap siswa binaannya menyediakan fasilitas sarana dan prasarana pratik yang lengkap dan memadai yang digunakan pada saat pelatihan berlangsung, seperti: 2 unit mesin bubut CNC, 2 unit mesin frais CNC, alat dan bahan praktik, modul bahan ajar, media alat bantu pembelajaran dan dilatih oleh guru-guru yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi dari dalam dan luar negeri hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kelengkapan fasilitas pembelajaran yang dimiliki akan mempermudah guru/pelatih dalam menyampaikan dan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang diajarkan. Disamping itu, bagi siswa-siswa yang dilatih akan lebih mudah menyerap dan mendemontrasikan ilmu dan keterampilan yang disampaikan oleh guru/pelatih.

Berdasarkan paparan di atas, menurut pandangan peneliti dan juga data empiris penelitian bahwa pelatihan yang dilaksanakan pihak BPPTKPK dengan menggunakan kelengkapan sarana/prasarana praktek yang memadai, dibantu alat

(24)

88

bantu pembelajaran/pelatihan yang lengkap serta dengan didukung oleh tenaga pengajar yang profesional diasumsikan secara umum sudah memenuhi konsep-konsep belajar yang baik, namun pada beberapa aspek masih ditemukan kekurangan diantaranya; a) Belum meratanya skill yang dimiliki oleh pelatih, b) Belum semua pelatih mampu menggunakan alat bantu belajar. Berkaitan dengan proses pelatihan memiliki kontribusi terhadap hasil belajar siswa, bahwa sasaran akhir dari sebuah proses belajar adalah terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku yang terukur dari peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap, dengan demikian dapat disimpulkan pula bahwa proses pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa.

3. Hubungan manajemen pelatihan dengan proses pelatihan

Manajemen pelatihan dibutuhkan dikegiatan pelatihan dengan tujuan agar pelatihan yang diselenggarakan dapat berjalan secara efektif, sementara proses pelatihan dapat terselenggara dengan efektif bila didukung oleh seperangkat manajemen pelatihan yang baik dan terarah. Sebelum kegiatan pelatihan diselenggarakan, pihak penyelenggara kegiatan sudah menyiapkan bahan-bahan serta materi pelatihan yang akan diselenggarakan, termasuk modul, benda kerja, job sheet, serta mesin dan peralatannya. Selanjutnya guru/instruktur menginventarisir seluruh bahan-bahan serta perlengkapan lainnya yang sudah disiapkan oleh pihak manajemen untuk dipakai ketika proses belajar mengajar berlangsung. Kelengkapan fasilitas yang digunakan sangat menentukan terhadap proses pelatihan. Guru/instruktur akan mengalami kesulitan dalam penyampaian materi pelatihan ketika salah satu dari fasilitas tersebut tidak tersedia.

(25)

89

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, keberadaan manajemen pelatihan mesin CNC memiliki hubungan dengan proses pelatihan mesin CNC yang diselenggarakan.

4. Manajemen pelatihan dan proses pelatihan secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap hasil belajar siswa

Untuk mencapai tujuan sebuah kegiatan pelatihan tidak terlepas dari beberapa aspek penting, diantaranya: tindakan perencanaan, tindakan pengorganisasian, tindakan penggerakkan dan tindakan pengawasan. Mengingat proses pelatihan merupakan bagian penting dari tindakan penggerakkan maka signifikansinya sangat erat satu sama lain.

Prestasi belajar dapat dikatakan sama dengan hasil akhir dari suatu kegiatan pelatihan. Hasil belajar siswa adalah hasil maksimal kompetensi pemesinan CNC yang dicapai oleh siswa setelah mereka selesai mengikuti pelatihan mesin CNC. Beberapa hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: peralatan dan mesin, lingkungan belajar seperti keadaan kondisi kelas, minat dan motivasi, nara sumber (guru pengajar), keadaan psikis misalnya kondisi siswa sewaktu mengikuti kegiatan pembelajaran, fasilitas belajar seperti kelengkapan alat dan bahan serta peralatan-peralatan penunjang utama seperti mesin dan peralatannya.

Semua kebutuhan praktek yang akan digunakan untuk kegiatan pelatihan tersebut sudah disediakan oleh pihak manajemen kegiatan dan untuk meningkatkan motivasi siswa belajar, pihak manajemen sudah memberikan/ menyiapkan seluruh fasilitas pelatihan termasuk makan siang dan uang saku bagi setiap siswa.

(26)

90

Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen pelatihan dan proses pelatihan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa.

Di bawah ini dapat dilihat gambar diagram siklus pelatihan yang saling berhubungan satu sama lain:

Gambar 4.2 Siklus Pelatihan

2.Perencanaan Program pelatihan 3.Penyusunan Bahan Pelatihan 4.Pelaksanaan Pelatihan 5.Penilaian Pelatihan 1.Analisis Kebutuhan Pelatihan

(27)

91

Tabel 4.13 Matrik penelitian

Landasan Teori Temuan

Lapangan Pembahasan Kesimpulan Rekomendasi

Tindak Lanjut 1. ”Peran manajemen pelatihan sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah program kerja pelatihan, secara sempit dapat

diartikan bahwa

manajemen pelatihan

adalah pengelolaan

program pelatihan, yang

menyangkut aspek pengidentifikasian kebutuhan pelatihan, perencanaan disain pelatihan, penetapan metodologi pelatihan, penyusunan bahan pelatihan, pelaksanaan pelatihan dan penetapan tindak lanjut pelatihan.”

Haris Mujiman

(2009:16)

Pelatihan merupakan pendidikan formal. Pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta 1. Pelaksanaan analisis kebutuhan pelatihan CNC Mobile Training Unit (MTU), belum dilakukan berdasarkan

pemetaan wilayah

secara optimal.

Adapun yang dimaksud analisis kebutuhan, mencakup;

a.Pemetaan SMK

binaan;b.Penetapan jumlah siswa peserta pelatihan; c. Penetapan guru yang terlibat di SMK; d. Penetapan guru/instruktur dari BPPTKPK; e. Penetapan waktu pelatihan. Masih ada SMK program studi teknik pemesinan di Jawa Barat yang belum memberikan materi CNC di sekolahnya karena belum memiliki mesin CNC, dari 112

1. Manajemen pelatihan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa

Secara teoritis dapat dijelaskan bahwa tolak ukur sebuah kegiatan pelatihan dikatakan berhasil apabila menghasilkan dampak yang positif terhadap peserta pelatihan, hal tersebut dapat diukur dari peningkatan hasil belajar siswa.

2. Proses pelatihan

berkontribusi secara

signifikan terhadap hasil belajar siswa

Proses pelatihan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai serta dilatih oleh

guru/pelatih yang

profesional pelatihan berlangsung, seperti: 2 unit mesin bubut CNC, 2 unit mesin frais CNC, alat dan bahan praktik, modul bahan ajar, media alat bantu

1. Manajemen pelatihan mesin CNC berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar siswa

Besarnya pengaruh

variabel manajemen

pelatihan (X1) terhadap hasil

belajar siswa (Y) adalah

0,520 dan besarnya

kontribusi (sumbangan) variabel (X1) terhadap (Y)

atau koefisien determinan adalah r2 x 100% atau 0,5202

x 100% = 27,04%

sedangkan sisanya 72,96% dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Proses pelatihan

berpengaruh secara

signifikan terhadap hasil belajar siswa

Besarnya pengaruh

variabel proses pelatihan (X2) terhadap hasil belajar

siswa (Y) adalah 0,624 dan

besarnya kontribusi

(sumbangan) variabel (X2)

terhadap (Y) atau koefisien

1. Pimpinan BPTPKPK senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan staf kegiatan dibidang manajemen pelatihan dan juga tenaga pengajar/guru dengan cara memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan, kursus, seminar dan pembuatan modul bahan ajar. 2. Guru/instruktur berupaya untuk menggunakan alat/media pembelajaran seperti: komputer/laptop, LCD/infocus, slide berikut dengan materi bahan ajarnya ketika penyampaian materi pelatihan berlangsung. 3. Pelatihan CNC model

Mobile Training Unit (MTU) ini masih tetap dibutuhkan bagi siswa SMK yang belum

1. Upayakan untuk mengadakan pelatihan, kursus dan seminar bagi staf dan guru.

2. Upayakan menggunakan media pembelajaran. 3. Upayakan agar pelatihan mesin CNC MTU tetap dilanjutkan dimasa yang akan

(28)

92

didik dengan penekanan

pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan. serta pengembangan kepribadian profesional. 2. Proses pelatihan bila

merujuk kepada tuntutan kebutuhan kurikulum SMK saat ini yang

dikenal dengan

Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK),

bahwa pelatihan

berdasarkan kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan

pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang diperlukan ditempat

kerja agar dapat

melakukan pekerjaan dengan kompeten. Untuk menuju kearah yang dimaksud , maka proses pelatihan harus didukung oleh fasilitas sarana/prasarana, tenaga pengajar (SDM) dan kurikulum. SMK yang baru memiliki mesin CNC adalah sekitar 30%. 2. Pelaksanaan pelatihan CNC Mobile Training Unit (MTU), belum dilakukan berdasarkan estimasi kebutuhan jumlah peserta secara optimal. Adapun yang

dimaksud dengan

estimasi kebutuhan, mencakup;

a.Silabus pelatihan;

b.Bahan ajar yang dipersiapkan bagi peserta pelatihan; c. Jumlah alat yang

digunakan.

Estimasi waktu

pelatihan dan evaluasi pelatihan CNC Mobile Training Unit (MTU),

belum dilakukan

berdasarkan

pencapaian kompetensi secara optimal

pembelajaran dan dilatih oleh guru-guru yang telah mendapatkan sertifikat kompetensi dari dalam dan luar negeri hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 3. Manajemen pelatihan

mempunyai hubungan

dengan proses pelatihan Manajemen pelatihan dibutuhkan dikegiatan pelatihan dengan tujuan

agar pelatihan yang

diselenggarakan dapat berjalan secara efektif, sementara proses pelatihan dapat terselenggara dengan efektif bila didukung oleh seperangkat manajemen pelatihan yang baik dan terarah

4. Manajemen pelatihan dan proses pelatihan secara

simultan berpengaruh

signifikan terhadap hasil belajar siswa

Untuk mencapai tujuan sebuah kegiatan pelatihan tidak terlepas dari beberapa aspek penting, diantaranya: tindakan perencanaan,

determinannya adalah r2 x 100% atau 0,6242 x 100% = 38,94% sedangkan sisanya 61,06% dipengaruhi oleh variabel lain. Informasi ini

dapat memberikan

keterangan bahwa variabel

proses pelatihan

memberikan pengaruh kuat terhadap hasil belajar siswa. 3. Manajemen pelatihan mesin CNC berhubungan dengan proses pelatihan

Besarnya hubungan

manajemen pelatihan

dengan proses pelatihan adalah sebesar 0,523. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan/hubungan antara variabel manajemen pelatihan (X1) dengan proses pelatihan (X2), dimana kontribusi (sumbangan) variabel X1

terhadap X2 atau koefisien

determinannya adalah r2 x 100% atau 0,5232 x 100% = 27,35% sedangkan sisanya 72,65% dipengaruhi oleh variabel lain.

4. Besarnya pengaruh secara simultan antara variabel

memiliki mesin CNC.

4. Pihak penyelenggara kegiatan berupaya menyampaikan surat kesiapan sekolah untuk mengikuti kegiatan pelatihan mesin CNC-MTU jauh hari sebelum kegiatan dilaksanakan. 5. Kepala SMK bidang keahlian teknik pemesinan berupaya agar memasukkan mata pelajaran CNC didalam struktur kurikulum sekolahnya. 6. Kepala SMK berupaya menyertakan jumlah peserta pelatihan yang sesuai dengan jumlah kuota yang telah ditentukan agar keefektifan pembelajaran dapat terpenuhi. 7. Pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan berupaya untuk pengadaan mesin CNC bagi SMK yang belum memiliki fasilitas tersebut di wilayahnya masing-datang. 4. Segera sampaikan surat kesiapan mengikuti pelatihan CNC. 5. Masukkan mata pelajaran CNC ke dalam struktur kurikulum. 6. Upayakan jumlah peserta sesuai dengan kuota. 7. Upayakan pengadaan mesin CNC bagi semua SMK.

(29)

93

3. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil (outcome) yang dicapai dari sebuah proses belajar mengajar / pelatihan yang secara

garis besar dapat

menggambarkan mutu / kualitas dari peserta didik, baik itu dengan prediket rendah maupun tinggi.

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: (a)

domain kognitif

(pengetahuan) (b)

domain afektif (sikap) (c)

domain psikomotor

(keterampilan) .

3. Beberapa sekolah SMK yang berada di Propinsi Jawa Barat masih ada yang belum memberikan pelajaran teori maupun praktek kepada siswanya.

Jumlah peserta

pelatihan tidak sesuai dengan jumlah kuota yang ditentukan.

tindakan pengorganisasian, tindakan penggerakkan dan

tindakan pengawasan.

Mengingat proses pelatihan merupakan bagian penting dari tindakan penggerakkan maka signifikansinya sangat erat satu sama lain.

manajemen pelatihan (X1)

dan proses pelatihan (X2)

terhadap hasil belajar siswa (Y) tergolong kepada kategori cukup kuat.

Berdasarkan analisis pada Tabel 4.12 terdapat R Square adalah 0,022 (adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi 0,148²). R square dapat disebut koefisien diterminasi yang dalam hal ini berarti 22% kontribusi

variabel manajemen

pelatihan (X1) dan proses

pelatihan (X2) terhadap hasil

belajar siswa (Y), sedangkan

sisanya 78% dapat

dijelaskan oleh sebab-sebab

yang lain. Dapat

disimpulkan bahwa

manajemen pelatihan (X1)

dan proses pelatihan (X2)

secara simultan terhadap hasil belajar siswa (Y) kontribusinya sebesar 22%. . Sementara itu besar kecilnya hasil belajar siswa dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y =

46,84 − 0,76 X1+ 0,14 X2

masing, hal ini bertujuan agar kesenjangan mutu tamatan dapat teratasi.

Gambar

Tabel 4.1 Uji normalitas variabel X 1
Tabel 4.2 Uji normalitas Variabel X 2
Tabel 4.3 Uji normalitas variabel Y  Tests of Normality
Gambar 4.4 Persamaan regresi variabel Y atas  X 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Antara isu halal yang berlaku di pasaran khususnya dalam produk makanan adalah berkaitan dengan beberapa siri penipuan yang dilakukan oleh peniaga dalam mengaut keuntungan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sifat mekanis yang lebih tinggi dicapai oleh besi tuang nodular dinding tipis dengan temperatur penuangan yang lebih rendah

bahwa Perusahaan telah menetapkan peneraPan rurnaiemen risiko sebagaimana termuat dalam Peraturan Direksi Nomor 13/Per-Dir /WI/2070 tanggal 29 Desember 2010

60% 58% 92%.. LAKIP 2016 | Biro Hukum, Organisasi dan Humas 23 dikarenakan Menteri PAN dan RB berkenan untuk bertemu dengan Kepala BSN secara langsung mengenai tugas pokok

Terdapat faktor yang menyebabkan biospheric dalam penelitian ini menempati urutan ketiga, yang pertama faktor lingkungan siswa yang tidak mendukung untuk

Dati penjelasan di atas bahwa hadis ini merupakan seruan kepada hamba Allah yang saat berpuasa manusia tidak hanya sekedar berpuasa dari makan dan minum saja, “ tapi

Berangkat dari latar belakang diatas untuk mengetahui kecocokan individu dengan organisasi (Person-Organization Fit) serta pengaruhnya terhadap komitmen, kepuasan kerja

Metode penelitian merupakan hal penting dalam pelaksanaan penelitian. Oleh karena itu, baik tidaknya kualitas hasil penelitian sangatlah ditentukan oleh ketepatan