• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata Kunci: Tuna mata besar, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a, Positif catch, High catch

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata Kunci: Tuna mata besar, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a, Positif catch, High catch"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

vi ABSTRAK

Kadek Bagus Padmaningrat. 1214511033. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali. (Pembimbing: I Wayan Gede Astawa Karang dan Abd. Rahman As-Syakur).

Tuna mata besar merupakan jenis tuna yang dominan tertangkap di wilayah perairan Samudera Hindia dan merupakan spesies dengan nilai ekonomis tinggi. Distribusi tuna mata besar dapat diprediksi melalui suhu permukaan laut dan sebaran klorofil-a yang berhubungan dengan keberadaan ikan pelagis kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar serta memetakan daerah penangkapan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali. Metode yang digunakan adalah analisis regresi polinomial order dua untuk mengetahui pengaruh suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar serta analisis korelasi untuk mengetahui hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar. Hasil analisis menunjukan hubungan yang kuat antara suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar pada kelompok positif catch dan high catch. Untuk kelompok positif catch nilai korelasi 0,75 (suhu < 26,8oC) dan nilai korelasi -0,83 (suhu > 26,8oC). Untuk kelompok high catch nilai korelasi 0,76 (suhu < 26,6oC) dan nilai korelasi -0,73 (suhu > 26,6oC). Hasil analisis menunjukan hubungan yang kuat antara klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar pada kelompok positif catch dan high catch. Untuk kelompok positif catch nilai korelasi 0,86 (klorofil-a < 0,15 mg/m3) dan nilai korelasi -0,51 (klorofil-a > 0,15 mg/m3). Untuk kelompok high catch nilai korelasi 0,79 (klorofil-a < 0,15 mg/m3) dan nilai korelasi -0,69 (klorofil-a > 0,15 mg/3). Daerah penangkapan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali berada pada posisi 12oLS-15oLS dan 106oBT-118oBT.

Kata Kunci: Tuna mata besar, Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a, Positif catch, High catch

(2)

vii ABSTRACT

Kadek Bagus Padmaningrat. 1214511033. Application of Geographic Information Systems (GIS) and Remote Sensing for Mapping Bigeyes Tuna Fishing Area in the South of Java and Bali. (Pembimbing: I Wayan Gede Astawa Karang dan Abd. Rahman As-Syakur).

Bigeye tuna is the dominant species of tuna caught in the territorial waters of the Indian Ocean and is a species with high economic value. Distribution of bigeye tuna can be predicted through the distribution of sea surface temperature and chlorophyll-a is associated with the presence of small pelagic fish. The purpose of this study was to determine the relationship between sea surface temperature and chlorophyll-a by the number of bigeye tuna catches and charted the catching bigeye tuna in the south of Java and Bali. The method used is a second-order polynomial regression analysis to determine the effect of sea surface temperature and chlorophyll-a by the number of bigeye tuna catches as well as correlation analysis to determine the relationship of sea surface temperature and chlorophyll-a by the number of bigeye tuna catches. The results showed a strong relationship between sea surface temperature with a frequency bigeye tuna catch in the positive and high catch. For positive catch correlation value 0,75 (temperature<26,8oC) and correlation values -0,83 (temperature>26,8oC). For high catch correlation value 0,76 (temperature<26,6oC) and correlation values -0,73 (temperature > 26,6oC). The results also showed a strong relationship between chlorophyll-a with frequency bigeye tuna catch in the positive and high catch. To positive catch correlation value of 0,86 (chlorophyll-a<0,15 mg/m3) and correlation values -0,51 (chlorophyll-a>0,15 mg/m3). For high catch correlation value of 0,79 (chlorophyll-a<0,15 mg/m3) and correlation values -0,69 (chlorophyll-a>0,15 mg/m3). Bigeye tuna fishing grounds in the south of Java and Bali are estimated around 12oS-15oS and 106oE-118oE.

Keywords: Bigeye Tuna, Sea Surface Temperature, Chlorophyll-a, Positif catch, High catch

(3)

viii RINGKASAN

Kadek Bagus Padmaningrat. 1214511033. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali. (Pembimbing: I Wayan Gede Astawa Karang dan Abd. Rahman As-Syakur).

Tuna mata besar merupakan jenis tuna yang dominan tertangkap di wilayah perairan Samudera Hindia dan merupakan spesies tropis produktif yang menyumbang lebih dari 10% dari total tangkapan di seluruh dunia. Penangkapan tuna mata besar di perairan Samudera Hindia pada umumnya menggunakan alat tangkap rawai tuna (tuna longline). Alat tangkap ini banyak digunakan karena mampu menjangkau daerah sebaran ikan tuna baik secara verikal maupun horizontal. Distribusi ikan tuna mata besar dapat diprediksi melalui suhu optimum yang berhubungan dengan keberadaan ikan tuna mata besar dan sebaran klorofil-a yang berhubungan dengan keberadaan ikan pelagis kecil. Sebaran suhu permukaan laut dapat menunjukan adanya areal-areal tertentu yang umumnya merupakan daerah konsentrasi penyebaran ikan pelagis seperti di sekitar daerah terjadinya

upwelling. Upwelling mempengaruhi kelimpahan, komposisi, dan distribusi fitoplankton karena adanya kandungan nitrat yang relative tinggi. Sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a dapat diketahui melauli sistem penginderaan jauh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali serta memetakan daerah penangkapan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali.

Lokasi penelitian yaitu di perairan Samudera Hindia Selatan Jawa dan Bali pada kordinat 6o-17oLS dan 106o-118oBT yang merupakan bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) 573. Pengumpulan data hasil tangkapan tuna mata besar diperoleh dari perusahaan penangkapan dan pengolahan tuna di pelabuhan Benoa, Bali. Data yang diperoleh merupakan data hasil tangkapan tuna mata besar disertai dengan titik koordinat daerah tangkapan selama bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2006-2010. Pengumpulan data suhu permukaan laut dan klorofil-a di perairan Selatan Jawa dan Bali merupakan data sekunder yang diperoleh melalui situs www.oceancolor.gsfc.nasa.gov. Metode yang digunakan adalah analisis regresi polinomial order dua untuk mengetahui pengaruh suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar serta analisis korelasi linier untuk mengetahui hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar.

Hasil penelitian menunjukan sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a di perairan Selatan Jawa dan Bali berbeda-beda pada tampilan pebulan dan pertahun. Sebaran suhu permukaan laut bulan Juni 2006 berkisar antara 24-28,5oC, Juni 2007 berkisar antara 24,5-28,5oC, Juni 2008 berkisar antara 24-28,5oC, Juni 2009 berkisar antara 25-30oC, dan Juni 2010 berkisar antara 24,5-29oC. Sebaran suhu permukaan laut di perairan Selatan Jawa dan Bali pada bulan Juli 2006 berkisar antara 24-27,8oC, Juli 2007 berkisar antara 24,5-28oC, Juli 2008 berkisar antara 24-28,5oC, Juli 2009 berkisar antara 24-29oC, dan Juli 2010 berkisar antara 24-28,5oC. Sebaran suhu permukaan laut di perairan Selatan Jawa dan Bali pada bulan Agustus

(4)

ix

2006 berkisar antara 24-27,5oC, Agustus 2007 berkisar antara 24-28,5oC, Agustus 2008 berkisar antara 24-27oC, Agustus 2009 berkisar antara 24-28oC, dan Agustus 2010 berkisar antara 24-28,5oC. Pada Musim Timur 2006-2010 sebaran suhu permukaan laut memiliki nilai yang berbeda di setiap tahunya, suhu permukaan laut pada tahun 2006 berkisar antara 24-27,5oC, tahun 2007 berkisar antara 24-28,5oC, tahun 2008 berkisar antara 24-27,5oC, tahun 2009 berkisar antara 24-28,5oC, dan tahun 2010 berkisar antara 24-29oC.

Sebaran klorofil-a bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2006-2010 memiliki nilai yang berbeda di setiap bulannya. Sebaran klorofil-a pada bulan Juni 2006 berkisar antara 0,05-1 mg/m3, bulan Juni 2007 berkisar antara 0,04-0,8 mg/m3, bulan Juni 2008 berkisar antara 0,05-0,9 mg/m3, bulan Juni 2009 berkisar antara 0,02-0,2 mg/m3, dan bulan Juni 2010 berkisar antara 0,03-0,5 mg/m3. Sebaran klorofil-a bulan Juli 2006 berkisar antara 0,05-0,7 mg/m3, bulan Juli 2007 berkisar antara 0,02-0,8 mg/m3, bulan Juli 2008 berkisar antara 0,03-1 mg/m3, bulan Juli 2009 berkisar antara 0,02-0,6 mg/m3, dan bulan Juli 2010 berkisar antara 0,02-0,5 mg/m3. Sebaran klorofil-a bulan Agustus 2006 berkisar antara 0,05-1 mg/m3, bulan Agustus 2007 berkisar antara 0,05-0,8 mg/m3, bulan Agustus 2008 berkisar antara 0,05-0,9 mg/m3, bulan Agustus 2009 berkisar antara 0,03-0,9 mg/m3, dan bulan Agustus 2010 berkisar antara 0,03-0,4 mg/m3. Pada Musim Timur 2006-2010 sebaran klorofil-a memiliki nilai yang berbeda setiap tahunnya, tahun 2006 sebaran klorofil-a berkisar antara 0,05-1 mg/m3, tahun 2007 sebaran klorofil-a berkisar antara 0,04-0,9 mg/m3, tahun 2008 sebaran klorofil-a berkisar antara 0,05-1 mg/m3, tahun 2009 sebaran klorofil-a berkisar antara 0,03-0,6 mg/m3, dan tahun 2010 sebaran klorofil-a berkisar antara 0,03-0,35 mg/m3.

Suhu permukaan laut dan klorofil-a berhubungan dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali. Hasil analisis korelasi menunjukan hubungan yang kuat antara suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar pada kelompok positif catch dengan nilai korelasi sebesar 0,75 ketika suhu kurang dari suhu optimum 26,8oC dan hubungan sangat kuat dengan nilai korelasi sebesar -0,83 ketika suhu lebih dari suhu optimum 26,8oC. Hubungan yang sangat kuat terlihat pada kelompok high catch dengan nilai korelasi sebesar 0,76 pada suhu kurang dari suhu optimum 26,6oC dan hubungan yang kuat pada suhu lebih dari suhu optimum 26,6 dengan nilai korelasi sebesar -0,73. Hasil analisis korelasi menunjukan hubungan sangat kuat terlihat antara klorofil-a dengan frekuensi tangkapan pada kelompok positif catch dengan nilai korelasi sebesar 0,86 ketika klorofil-a kurang dari klorofil-a optimum 0,15 mg/m3 dan ketika klorofil-a lebih dari klorofil-a optimum 0,15 mg/m3 hubungan yang kuat terlihat dengan nilai korelasi sebesar -0,51. Pada kelompok high catch ketika klorofil-a kurang dari klorofil-a optimum 0,15 mg/m3 terlihat hubungan sangat kuat antara klorofil-a dengan frekuensi tangkapan dengan nilai korelasi sebesar 0,79 dan ketika klorofil-a lebih dari klorofil-a optimum 0,15 mg/m3 terlihat hubungan yang kuat dengan nilai korelasi sebesar -0,69. Dari hasil analisis daerah penangkapan tuna mata besar lebih dominan berada pada posisi 12oLS-15oLS dan 106o BT-118oBT.

(5)

x MOTTO

BUKAN HANYA SATU ATAU DUA RINTANGAN DI DEPANMU, PERCAYA PADA DIRIMU DAN HADAPI !

(6)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya penelitian serta penulisan skripsi dengan judul “Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali” sebagai syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Kelautan di Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik dari segi penulisan maupun penyusunan kalimat. Oleh karena itu masukan, saran, serta kritik yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bukit Jimbaran, Januari 2017

(7)

xii

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas karunia-Nya memberikan kelancaran dan

kemudahan selama masa perkuliahan hingga penulisan tugas akhir ini. 2. Bapak Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kelautan

dan Perikanan Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Gede Astawa Karang, S.Si., M.Si., Ph.D selaku pembimbing

I dan Abd. Rahman As-Syakur, S.P., M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta masukan kepada penulis selama melaksanan penelitian dan penulisan skripsi.

4. Bapak Yulianto Suteja, S.Kel., M.Si selaku penguji I dan Bapak Dr. Eng. I Dewa Nyoman Nurweda Putra, S.Si., M.Si selaku penguji II yang telah memberikan saran dan kritik baik pada saat ujian proposal, ujian tugas akhir, maupun saat proses penulisan skripsi.

5. Kedua orang tua tercinta I Ketut Arya dan Ida Ayu Ketut Murtini yang senantiasa memberikan doa serta semangat tiada hentinya untuk kelancaran perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini.

6. Saudara tercinta Putu Ayu Srikandi Arya beserta Putu Kawipratama Eddyarta yang selalu memberikan doa serta semangat tiada hentinya.

7. Luh Putu Puspita Dewanti yang telah memberikan perhatian, motivasi, serta semangat tiada henti selama proses perkuliahan, penelitian, penyusunan skripsi, hingga ujian akhir.

8. Sad Pandawa : Aditya Karna, Ananda Yudhistira, Adi Bima, Satya Nakula,

dan Satya Sahadewa terima kasih atas segala materi yang diberikan, kesedihan, dan kesenangan yang kita lalui bersama selama masa perkuliahan, penelitian, hingga penulisan skripsi.

9. Seluruh kawan-kawan FKP Angkatan I, IK I, dan Anyelir Foundation terima

kasih atas semua waktu, pengalaman, dan kenangan yang di berikan dari awal hingga akhir perkuliahan.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu serta mendukung dalam menyelesaikan penelitian ini.

(8)

xiii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1994 di Denpasar, Bali. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Ayah I Ketut Arya dan Ibu Ida Ayu Ketut Murtini. Penulis memulai pendidikan di TK Pertiwi pada tahun 1999 hingga tahun 2000, selanjutnya di SD Negeri 31 Dangin Puri pada tahun 2000 dan menyelesaikan pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan di SMP Negeri 3 Denpasar dan lulus tahun 2009, kemudian melanjutkan di SMA PGRI 4 Denpasar hingga lulus tahun 2012. Penulis melanjutkan studi di Universitas Udayana Fakultas Kelautan dan Perikanan program studi Ilmu Kelautan melalui jalur SBMPTN.

Selama perkuliahan Penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan diantaranya pada tahun 2012-2013 menjadi Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kelautan dan Perikanan, tahun 2013-2014 menjadi Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kelautan dan Perikanan periode kedua, tahun 2014-2015 Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Pemerintahan Mahasiswa (BEM PM) Universitas Udayana “Kabinet Udaya Inspiratif”. Penulis juga aktif menjadi relawan di komunitas linkungan dan sosial seperti Earth Hour, menjadi relawan Udayana Mengajar, dan menjadi relawan Komunitas Aku Punya Mimpi.

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Kelautan dan Perikanan penulis menyelesaikan rangkaian tugas akhir yaitu Praktek Kerja Lapangan di Loka Penelitian Perikanan Tuna (LPPT) Benoa pada tahun 2015, Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Nyanglan, Kabupaten Klungkung-Bali pada tahun 2016, serta Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan Tuna Mata Besar di Selatan Jawa dan Bali” pada tahun

(9)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN ... viii

MOTTO ... x

KATA PENGANTAR ... xi

UCAPAN TERIMAKASIH... xii

RIWAYAT HIDUP ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Rumusan Masalah ... 3 1.3.Tujuan ... 3 1.4.Batasan Penelitian ... 3 1.5.Manfaat ... 4 1.6.Kerangka Berpikir ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) ... 6

2.1.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tuna Mata Besar ... 6

2.1.2. Distribusi Tuna Mata Besar ... 7

2.1.3. Musim Pemijahan Tuna Mata Besar ... 9

2.1.4. Potensi Tuna Mata Besar ... 9

2.2.Penginderaan Jauh (Remote Sensing) ... 11

2.3.Satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) 12 2.4.Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 14

2.4.1. Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 15

2.4.2. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG) ... 16

2.5.Suhu Permukaan Laut ... 17

2.6.Klorofil-a ... 18

2.7.Upwelling ... 19

2.8.Suhu Permukaan Laut dan Sebaran Tuna Mata Besar ... 20

2.9.Klorofil-a dan Sebaran Tuna Mata Besar ... 20

2.10. Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) 573 ... 21

BAB III METODOLOGI ... 23

(10)

xv

3.2. Alat dan Data Penelitian ... 23

3.3. Metode Pengumpulan Data... 24

3.4. Metode Pengolahan Data ... 24

3.4.1. Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a ... 24

3.4.2. Data Hasil Tangkapan ... 26

3.5. Analisis Data ... 27

3.5.1. Analisis Deskriptif ... 27

3.5.2. Analisis Statistik ... 27

3.6. Pemetaan Daerah Penangkapan Tuna Mata Besar ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1. Hasil ... 32

4.1.1. Sebaran Spasial Suhu Permukaan Laut ... 32

4.1.2. Sebaran Spasial Klorofil-a ... 40

4.1.3. Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar ... 48

4.1.4. Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Frekuensi Tangkapan Tuna Mata Besar ... 50

4.1.5. Hubungan Klorofil-a dengan Frekuensi Tangkapan Tuna Mata Besar ... 54

4.1.6. Peta Daerah Penangkapan Tuna Mata Besar ... 58

4.2. Pembahasan ... 59

4.2.1. Sebaran Spasial Suhu Permukaan Laut ... 59

4.2.2. Sebaran Spasial Klorofil-a ... 61

4.2.3. Hasil Tangkapan Tuna Mata Besar ... 62

4.2.4. Hubungan Suhu Permukaan Laut dengan Frekuensi Tangkapan Tuna Mata Besar ... 63

4.2.5. Hubungan Klorofil-a dengan Jumlah Frekuensi Tangkapan Tuna Mata Besar ... 64

4.2.6. Peta Daerah Penangkapan Tuna Mata Besar ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Saran ... 68

(11)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Estimasi tingkat pemanfaatan tuna di WPPNRI 571, WPPNRI 572

dan WPPNRI 573 ... 10

2. Komposisi produksi tuna di WPPNRI 571, WPPNRI 572 dan WPPNRI 573 ... 10

3. Panjang gelombang sensor MODIS ... 13

4. Kemampuan kanal-kanal sensor MODIS... 14

5. Daftar alat penelitian ... 23

6. Daftar data penelitian ... 24

(12)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka berpikir penelitian ... 5

2. Tuna mata besar (Thunnus obesus) ... 7

3. Peta sebaran ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) ... 8

4. Proses perekaman obyek di permukaan bumi ... 12

5. Ilustrasi uraian ruang lingkup SIG... 16

6. Proses terjadinya upwelling ... 19

7. Kondisi ekosistem Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia 573 ... 22

8. Peta lokasi penelitian ... 23

9. Diagram alir pemetaan daerah penangkapan tuna mata besar di Selatan Jawa dan Bali ... 30

10. Diagram alir metodologi ... 31

11. Sebaran spasial suhu permukaan laut bulan Juni 2006-2010 ... 33

12. Sebaran spasial suhu permukaan laut bulan Juli 2006-2010 ... 35

13. Sebaran spasial suhu permukaan laut bulan Agustus 2006-2010 37 14. Sebaran spasial suhu permukaan laut Musim Timur 2006-2010 39 15. Sebaran spasial klorofil-a bulan Juni 2006-2010 ... 41

16. Sebaran spasial klorofil-a bulan Juli 2006-2010 ... 43

17. Sebaran spasial klorofil-a bulan Agustus 2006-2010 ... 45

18. Sebaran spasial klorofil-a Musim Timur 2006-2010 ... 47

19. Grafik hasil tangkapan tuna mata besar bulan Juni, Juli, Agustus tahun 2006-2010 ... 48

20. Grafik hasil tangkapan tuna mata besar Musim Timur tahun 2006-2010 ... 50

21. Grafik suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan pada Musim Timur tahun 2006-2010 ... 51

22. Hubungan suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar kelompok null catch ... 52

23. Hubungan suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar kelompok positif catch ... 53

24. Hubungan suhu permukaan laut dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar kelompok high catch ... 54

25. Grafik klorofil-a dengan frekuensi tangkapan Musim Timur (Juni, Juli, Agustus) tahun 2006-2010 ... 55

26. Hubungan klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar kelompok null catch ... 56

27. Hubungan klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar kelompok positif catch ... 57

28. Hubungan klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar kelompok high catch ... 58

29. Peta daerah penangkapan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan Bali ... 59

(13)

1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luas dan dihimpit oleh dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Mahrus, 2012). Luasnya perairan Indonesia menyebabkan tingginya potensi perikanan yang dimiliki dan terbagi dalam beberapa wilayah pengelolaan perikanan. Salah satu wilayah perairan yang memiliki pontensi perikanan yang tinggi adalah perairan selatan Jawa dan Bali. Perairan selatan Jawa dan Bali termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) 573. Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) merupakan wilayah pengelolaan perikanan yang dirancang untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia (KKP, 2013).

Potensi perikanan yang lebih dominan di perairan selatan Jawa dan Bali adalah sektor perikanan tuna. Tuna merupakan sumberdaya perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi serta menjadi perikanan terbesar ketiga di Indonesia setelah udang dan ikan dasar (Tamarol and Wuaten, 2013). Tuna menjadi komoditas paling banyak menyumbang nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai USD 89,41 juta (KKP, 2015). Sejak tahun 1980 hingga awal 1990 hasil tangkapan tuna mata besar mengalami peningkatan mulai dari 40.000 ton hingga 100.000 ton. Pada tahun 1997 sampai tahun 1999 merupakan puncak dari hasil tangkapan tuna mata besar yaitu sekitar 140.000 sampai 150.000 ton. Hasil tangkapan tuna mata besar mengalami penurunan hingga 96.200 sampai 121.700 ton pada tahun 2003-2007 (IOTC, 2013). Hal ini berarti perlu diupayakan agar tangkapan tuna mata besar dapat ditingkatkan secara optimal.

Peningkatan secara optimal tangkapan tuna mata besar dapat dilakukan dengan menentukan daerah tangkapan tuna mata besar. Ketidak pastian mengenai daerah penangkapan tuna mata besar menjadi kendala utama bagi para nelayan dan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan untuk meningkatkan efisiensi operasi penangkapan. Umumnya para nelayan masih menggunakan cara tradisional

(14)

2

dalam menentukan daerah penangkapan tuna mata besar. Para nelayan terlebih dahulu mencari lokasi banyaknya burung berterbangan di atas permukaan air yang menandakan terdapatnya kelompok ikan kecil yang merupakan makanan bagi tuna mata besar. Dalam menentukan daerah tangkapan tuna mata besar masalah yang sering dihadapi yaitu keberadaan tuna yang berpindah-pindah sesuai dengan kondisi oseanografi perairan.

Menurut Laevastu and Hela (1970) in Alimina (2005) distribusi tuna mata besar dapat diprediksi melalui suhu optimum yang berhubungan dengan keberadaan tuna mata besar. Sebaran suhu permukaan laut dapat menunjukan adanya areal-areal tertentu yang umumnya merupakan daerah konsentrasi penyebaran tuna mata besar (Alimina, 2005). Pola sebaran suhu permukaan laut dapat digunakan untuk mengidentifikasi fenomena oseanografi seperti upwelling. Fenomena upwelling ini mempengaruhi kelimpahan, komposisi, dan distribusi fitoplankton karena adanya kandungan nitrat yang relatif tinggi (Sediadi, 2004). Melimpahnya fitoplankton di suatu perairan mengindikasikan tingginya produktivitas perairan dan keberadaan ikan pelagis kecil yang merupakan makanan utama dari tuna mata besar (IOTC, 2015).

Pengukuran sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a dapat dilakukan menggunakan teknologi penginderaan jauh dengan citra satelit MODIS. Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi mengenai objek dan lingkungannya dari jarak jauh tanpa sentuhan fisik (Limbong, 2008). Pemanfaatan sistem penginderaan jauh digunakan untuk menghemat waktu, biaya, tenaga, serta cakupan wilayah yang dapat diteliti sangat luas. Biasanya teknik penginderaan jauh ini menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diinterpretasikan dalam bentuk peta guna menghasilkan data yang bermanfaat (Purbowaseso, 1995). Dalam proses interpretasi data citra satelit dalam bentuk peta, data diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Penentuan daerah penangkapan tuna mata besar dapat dilakukan dengan menganalisis suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan hasil tangkapan tuna mata besar. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara parameter oseanografi dengan keberadaan tuna mata besar di Samudera Hindia (Setyawati et al., 2014, Syamsuddin et al., 2015, dan Gaol et al., 2015). Hasil

(15)

3

penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa keberadaan tuna mata besar berhubungan dengan kondisi oseanografi perairan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daerah penangkapan tuna mata besar serta hubungan suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan jumlah tangkapan tuna mata besar di selatan Jawa dan Bali.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian pendahuluan dapat dirumuskan beberapa masalah untuk dikaji sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Selatan Jawa dan Bali?

2. Bagaimana daerah penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Selatan Jawa dan Bali?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan antara suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan frekuensi tangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Selatan Jawa dan Bali.

2. Memetakan daerah penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Selatan Jawa dan Bali.

1.4. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini dibuat untuk membatasi lingkup kajian penelitian agar terfokus dan mengkaji secara lebih mendalam. Adapun batasan dari penelitian ini adalah :

1. Lokasi penelitian ini dilakukan di perairan Selatan Jawa dan Bali pada kordinat 6oLS – 17oLS dan 106oBT – 118oBT.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, suhu permukaan laut, klorofil-a, dan hasil tangkapan tuna mata besar pada bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2006-2010.

(16)

4

3. Daerah penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) dijelaskan

distribusinya dalam bentuk spasial.

1.5. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya informasi mengenai daerah penangkapan tuna mata besar (Thunnus obesus) berdasarkan kondisi suhu permukaan laut dan sebaran klorofil-a di wilayah Selatan Jawa dan Bali. Sehingga informasi ini dapat dimanfaatkan oleh nelayan, pelaku industri perikanan, dan pemerintah setempat sebagai acuan untuk rencana pengembangan daerah tangkapan perikanan secara berkelanjutan.

1.6. Kerangka Berpikir

Perairan selatan Jawa dan Bali memiliki sumberdaya ikan yang potensial khususnya perikanan tuna. Tuna memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi komoditas paling banyak menyumbang nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai USD 89,41 juta (KKP, 2015). Tingginya potensi perikanan tuna di perairan selatan Jawa dan Bali tidak lepas dari tiga komponen yang mempengaruhi yaitu faktor oseanografi perairan (suhu permukaan laut dan klorofil-a), teknologi (penginderaan jauh dan SIG), dan data tangkapan tuna. Masih kurangnya informasi mengenai hubungan faktor oseanografi (suhu permukaan laut dan klorofil-a) dengan jumlah tangkapan tuna mata besar serta kurangnya informasi mengenai daerah penangkapan menjadi kendala utama bagi para nelayan untuk meningkatkan efisiensi operasi penangkapan.

Pengukuran suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan metode konvesional sangat sulit dilakukan karena wilayah perairan selatan Jawa dan Bali yang sangat luas. Teknologi penginderaan jauh digunakan untuk mempermudah dalam mendapatkan informasi mengenai sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a dikarenakan cakupan wilayah penelitian yang luas, tidak mengeluarkan biaya, serta lebih menghemat waktu. Pengolahan data oseanografi (suhu permukaan laut dan klorofil-a) serta data perikanan tuna mata besar menggunakan Sistem Informasi Geogafis (SIG) dapat memberikan informasi mengenai daerah tangkapan tuna mata besar di selatan Jawa dan Bali. Adapun bagan alur kerangka berpikir dari penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1

(17)

5

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian Peta daerah tangkapan ikan tuna mata besar yang bermanfaat untuk nelayan serta pemerintah sebagai acuan untuk rencana pengembangan daerah tangkap

perikanan secara berkelanjutan.

Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) Suhu Permukaan Laut Klorofil-a Penginderaan Jauh Sistem Informasi Geografis (SIG)

Kurangnya informasi mengenai daerah tangkapan ikan tuna mata besar di perairan Selatan Jawa dan

Bali

Faktor oseanografi Teknologi Data perikanan tuna

Perairan Selatan Jawa dan Bali merupakan wilayah perairan yang memiliki potensi perikanan tuna yang

melimpah

Kurangnya informasi mengenai hubungan faktor oseanografi suhu

permukaan laut dan klorofil-a terhadap jumlah tangkapan ikan

tuna mata besar

Metode konvensional sangat susah dilakukan dalam pengukuran suhu permukaan laut dan klorofil-a langsung di

lapangan

Keunggulan teknologi penginderaan jauh:

Tidak mengeluarkan biaya yang banyak dan waktu yang diperlukan tidak terlalu lama.

Menghemat tenaga dalam penelitiannya

Cakupan wilayah yang dapat diteliti sangat luas dan mampu meneliti wilayah yang sempit.

Perhitungan data sangat rinci dengan seri waktu yang sangat lengkap (harian, mingguan, bulanan, tahunan)

Mengolah data suhu permukaan laut dan klorofil-a untuk mendapatkan nilai sebaran suhu permukaan laut dan konsentrasi

klorofil-a

Mengolah data tangkapan ikan tuna mata besar untuk mendapatkan fluktuasi hasil tangkapan ikan tuna mata besar

Menganalisis serta menghubungkan data suhu permukaan laut dan klorofil-a

dengan hasil tangkapan ikan tuna mata besar

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pernyataan masalah ini, pengkaji cuba melakukan tinjauan semula terhadap kajian- kajian literatur,dan pengkaji mendapati hanya segelintir menunjukkan hasil yang

Bahagian ini penyelidik menggunakan skala likert yang membolehkan responden memilih jawapan berdasarkan lima skala persetujuan. Bahagian ini mengandungi sebanyak 32

signifikan pada partisipan laki-laki dalam kecemburuan menghadapi tipe perselingkuhan emosional dan seksual melalui internet dimana partisipan laki-laki akan lebih

Pada SMP Negeri 3 Bangil tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kebisingan lalu lintas terhadap tingkat kenyamanan saat pembelajaran dimana pengaruh

Dari analisa data yang dilakukan, didapatkan Leq day dengan tingkat kebisingan yang diperoleh untuk lokasi penelitian Jalan Adhyaksa adalah 76.74 dBA yang berarti sudah melewati

Dengan penuh kesadaran yang berlandaskan pada pemahaman kepentingan yang sama diantara debitor dan kreditor, kepailitan bukanlah suatu pilihan yang tepat, sebaliknya

Pemasyarakatan Narkotika yang peningkatan jumlahnya tidak terlalu besar, mungkin dapat dikatakan bahwa proses pemidanaannya sudah efektif. Akan tetapi hal tersebut

Untuk mencegah terjadi kerusakan atau hal yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan potensi wisata hilang, perencanaan pengembangan dermaga yang dirancang dengan tepat