• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN A. Perbedaan Penerapan Asas Testimonium de Auditu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN A. Perbedaan Penerapan Asas Testimonium de Auditu"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

32

A. Perbedaan Penerapan Asas Testimonium de Auditu dalam Perkara Perceraian dengan Alasan Pertengkaran Terus Menerus di Pengadilan

Agama dan Pengadilan Negeri

1. Penerapan testimonium de auditu dalam perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus di Pengadilan Agama

Penulis memilih dua contoh putusan Pengadilan Agama yang memuat tentang Penerapan asas testimonium de auditu dalam perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus di Pengadilan Agama, diantaranya putusan Pengadilan Agama Nunukan Nomor 26/Pdt.G/2013/PA.Nnk Majelis Hakim menerima keterangan saksi de auditu dan Putusan Pengadilan Agama Nunukan Nomor 3/Pdt.G/2014/PA.Nnk Majelis Hakim juga menerima keterangan saksi de auditu.

a. Putusan Pengadilan Agama Nunukan Nomor 26/Pdt.G/2013/PA.Nnk Sebelum Penggugat mengajukan alat bukti saksi, Penggugat mengeluarkan alat bukti surat fotokopi duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor -, tanggal -, telah bermeterai cukup dan Majelis Hakim memeriksa dengan aslinya dan ternyata cocok, kemudian diberi tanda (P.1).

Disamping alat bukti tertulis tersebut, Penggugat telah mengajukan dua orang saksi di persidangan yang pada intinya menerangkan sebagai berikut:

1) Saksi I

 Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat, dan saksi adalah sepupu Penggugat;

 Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat tinggal bersama dirumah orang tua Penggugat, kemudian pindah-pindah dan terakhir dirumah di Jalan -, Nunukan;

(2)

 Bahwa Penggugat dan Tergugat telah dikarunia anak 2 orang;  Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat rukun dan

harmonis, namun akhir-akhir ini saksi pernah mendengar cerita dari tetangga sering terjadi pertengkaran;

 Bahwa saksi pernah melihat di pipi Penggugat ada bekas pukulan hingga memar biru;

 Bahwa sejak bulan Desember 2012 Tergugat pergi meninggalkan Penggugat sehingga Penggugat dan Tergugat pisah tempat tinggal bersama hingga sekarang;

 Bahwa selama pisah, Tergugat tidak pernah memberi nafkah kepada Penggugat;

2) Saksi II

 Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat dan saksi adalah bapak kandung Penggugat;

 Bahwa setelah menikah tinggal bersama di rumah saksi dan terakhir di jalan Sei Jepun;

 Bahwa Penggugat dan Tergugat telah mempunyai anak 2 orang;  Bahwa saksi tidak pernah melihat dan mendengar adanya

pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat;

 Bahwa Penggugat pernah mengadu kepada kepada kakak Penggugat bahwa Penggugat dan Tergugat telah bertengkar, kemudian setelah terjadi perdamaian, lalu Penggugat dan Tergugat rukun kembali, namun hanya bertahan 1 minggu, kemudian terjadi pertengkaran lagi dan terakhir Penggugat pergi dari rumah;

 Bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah pisah tempat tinggal bersama sampai sekarang selama 5 bulan;

 Bahwa saksi sudah pernah menasehati Penggugat, akan tetapi tidak berhasil.

(3)

Pihak Tergugat tidak mengajukan saksi dikarenakan ketidakhadiran Tergugat pada persidangan pemeriksaan pokok-pokok perkara dan Tergugat tidak menyampaikan jawaban atas gugatan perceraian Penggugat. Berdasarkan hal tersebut Tergugat dianggap mengakui semua dalil-dalil gugatan Penggugat, akan tetapi karena perkara ini merupakan lex specialis derogate legi generalis (asas penafsiran hukum bersifat khusus mengenyampingkan hukum bersifat umum, maka Majelis Hakim membebankan kepada Penggugat dengan pembuktian). Artinya Penjelasan pasal 27 ayat (4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa meskipun Tergugat atau kuasanya tidak hadir, tetapi yang demikian itu tidak dengan sendirinya merupakan alasan bagi dikabulkannya gugatan perceraian apabila gugatan tersebut tidak didasarkan pada alasan atau alasan-alasan sebagaimana dimaksud Pasal 19 Peraturan Pemerintah ini. Hal ini merupakan peraturan yang bersifat khusus dari apa yang dituliskan dalam HIR/RBG (umum).

Berdasarkan cuplikan keterangan saksi dari penggugat di atas, nyatalah bahwa saksi penggugat memberi keterangan bahwa antara penggugat dan tergugat terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus. Keterangan saksi I dan saksi II Penggugat tersebut di atas merupakan keterangan yang bersumber dari cerita atau keterangan yang disampaikan orang lain kepadanya berkualitas sebagai keterangan atau kesaksian karena mendengar dari orang lain (asas testimonium de auditu).

Hakim dalam pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa:

1) Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana tersebut di atas;

2) Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 49 huruf a beserta penjelasannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

(4)

Peradilan Agama, bahwa Pengadilan Agama bertugas memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan (dalam hal ini gugatan perceraian) oleh karena itu Pengadilan Agama berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara ini;

3) Menimbang, bahwa Tergugat hanya hadir pada persidangan pertama tanggal 4 Maret 2013, akan tetapi pada persidangan selanjutnya Tergugat tidak pernah hadir dan juga tidak menyuruh orang lain sebagai wakil atau kuasanya untuk menghadap, meskipun telah dipanggil secara sah dan patut, sedangkan ternyata ketidakhadiran Tergugat tersebut disebabkan suatu halangan yang sah, sehingga Tergugat tidak dapat di dengar keterangannya dan persidangan dilanjutkan diluar hadirnya Tergugat;

4) Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah memerintahkan kepada kedua belah pihak berperkara untuk melakukan mediasi, hal ini sesuai dengan peraturan Mahkamah Agung I Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan yang berdasarkan laporan hasil mediasi dari mediator tanggal 5 Maret 2013 tidak berhasil; 5) Menimbang, bahwa yang menjadi dalil dan alasan pokok gugatan

perceraian Penggugat adalah terjadinya perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus antara Penggugat dan Tergugat yang disebabkan Tergugat selalu menanyakan nafkah yang telah diberikan kepada Penggugat, padahal sudah dijelaskan Penggugat bahwa nafkah tersebut telah dibelanjakan untuk keperluan rumah tangga, dan apabila terjadi pertengkaran Tergugat sering berkata-kata kasar yang menyakitkan hati Penggugat, sering menendang dan memukul Penggugat yang menyebabkan pisah tempat tinggal bersama sejak bulan September 2012 karena Tergugat mengusir Penggugat, akhirnya Penggugat pergi kerumah orang tua Penggugat hingga sekarang, dan selama pisah tempat tinggal bersama antara

(5)

Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada hubungan layaknya suami istri dan juga tidak pernah memberi nafkah kepada Penggugat; 6) Menimbang, bahwa dengan ketidakhadiran Tergugat pada

persidangan pemeriksaan pokok-pokok perkara, dan juga Tergugat tidak menyampaikan jawaban atas gugatan perceraian Penggugat, oleh karena itu Tergugat dianggap mengakui semua dalil-dalil gugatan Penggugat, akan tetapi karena perkara ini merupakan lex specialis derogate legi generalis (asas penafsiran hukum bersifat khusus mengenyampingkan hukum bersifat umum, maka Majelis Hakim membebankan kepada Penggugat dengan pembuktian); 7) Menimbang, bahwa terhadap alat bukti tertulis berupa fotokopi

duplikat Kutipan Akta Nikah yang diajukan Penggugat (bukti P.1), Majelis Hakim berpendapat alat bukti tersebut telah memenuhi persyaratan formil karena merupakan fotokopi sah dari suatu akta autentik, khusus dibuat sebagai alat bukti telah diberi materai cukup sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 dan telah dinazagelen dan dileges, secara materiil dapat dipertimbangkan karena alat bukti tersebut memuat keterangan yang menguatkan dan relevan dengan dalil gugatan Penggugat sehingga harus dinyatakan secara formil dan materiil alat bukti tersebut dapat diterima;

8) Menimbang, bahwa terhadap bukti (P.1) yang diajukan oleh Penggugat, maka harus dinyatakan terbukti bahwa Penggugat dengan Tergugat telah dan masih terikat dalam perkawinan yang sah sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo.Pasal 7 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, dengan demikian Penggugat dengan Tergugat telah mempunyai hubungan dan kapasitas hukum untuk menjadi pihak dalam perkara ini (persona legal standing in judicio), karenanya Penggugat mempunyai kualitas untuk mengajukan perkara ini;

(6)

9) Menimbang, bahwa oleh karena alasan pokok gugatan perceraian yang diajukan Penggugat didasarkan atas adanya perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus, sehingga untuk mengetahui dengan jelas mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 22 ayat (2) Peraturan pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan Pasal 134 Kompilasi Hukum Islam, maka Majelis Hakim perlu mendengarkan pihak keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami istri tersebut;

10) Menimbang, bahwa Penggugat telah menghadirkan 2 (dua) orang saksi yang memberikan keterangan tentang alasan pokok gugatan perceraian Penggugat yaitu pada beberapa bagian keterangan saksi pertama dan saksi kedua yang memberikan keterangan adanya perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat secara terus menerus dan Tergugat sering memukul Penggugat yang diperoleh saksi pertama dari cerita tetangga Penggugat dan Tergugat, sedangkan keterangan saksi kedua berasal dari kakak Penggugat; 11) Menimbang, bahwa beberapa keterangan saksi-saksi Penggugat

tersebut di atas merupakan keterangan yang bersumber dari cerita atau keterangan yang disampaikan orang lain kepadanya berkualitas sebagai keterangan atau kesaksian karena mendengar dari orang lain (testimonium de auditu);

12) Menimbang, bahwa syarat asas testimonium de auditu dapat diterima sebagai alat bukti adalah :

a) Testimonium de auditu harus memenuhi syarat meteriil suatu alat bukti, dan telah mencapai batas minimal pembuktian tanpa melalui alat bukti lain, serta terdiri dari beberapa orang (Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 239 K/Sip/1973 tanggal 25 November 1975);

b) Testimonium de auditu tidak digunakan sebagai alat bukti langsung tetapi dikonstruksi sebagai alat bukti persangkaan,

(7)

dengan pertimbangan yang objektif dan rasional, (Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 308 K/Pdt/1959 tanggal 11 November 1959);

c) Testimonium de auditu untuk melengkapi batas minimal unus testis nullus testis yang diberikan seorang saksi, (Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 818 K/Sip/1983 tanggal 13 Agustus 1984);

13) Menimbang, bahwa pertimbangan tersebut di atas, maka Testimonium de auditu tersebut dapat diterima sebagai alat bukti dan mendukung dalil pokok gugatan Penggugat;

14) Menimbang, bahwa terhadap alat bukti dua orang saksi yang diajukan Penggugat di persidangan, Majelis berpendapat kedua orang saksi tersebut telah memenuhi persyaratan formil sesuai dengan ketentuan pasal 171-172 RBg, sehingga dapat diterima, dan secara materiil dapat dipertimbangkan karena keterangannya saling bersesuaian dan saling menguatkan serta relevan dengan dalil-dalil gugatan Penggugat;

15) Menimbang, bahwa berdasarkan bukti-bukti tertulis dan saksi-saksi yang dihubungkan dengan dalil-dalil gugatan Penggugat, maka Majelis Hakim menemukan fakta-fakta yuridis yang telah dikonstatir sebagai berikut:

 Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri yang terikat dalam perkawinan yang sah dan belum pernah bercerai;

 Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat tinggal bersama dan telah mempunyai anak 2 (dua) orang;

 Bahwa antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus dan Tergugat sering memukul Penggugat;

 Bahwa sejak bulan Desember 2012 antara Penggugat dan Tergugat telah pisah tempat tinggal sampai sekarang;

(8)

16) Menimbang, bahwa tujuan perkawinan adalah untuk membentuk rumah tangga sakinah yang diliputi suasana mawaddah, warahmah, sebagaimana disebutkan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo.Pasal 2 dan Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam, dan disebutkan pula dalam Al-Qur’an Surat Al Rum ayat 21 yang artinya sebagai berikut:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang”;

17) Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta di persidangan antara Penggugat dan Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun kembali, bahkan telah pisah tempat tinggal bersama selama 5 (lima) bulan, maka rumah tangga tersebut telah terbukti tidak terwujud ikatan lahir dan batin, telah pecah, dan telah rapuh;

18) Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat agar rukun kembali, akan tetapi Penggugat tetap pada pendiriannya utuk bercerai dari Tergugat, hal mana berarti Penggugat tidak mau lagi meneruskan kehidupan bersama dengan Tergugat, dengan demikian rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak mungkin hidup rukun kembali dan sudah tidak bermanfaat untuk dipertahankan lagi;

19) Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Penggugat sebagaimana dalam petitum Penggugat yang mohon agar dijatuhkan talak satu (ba’in sughra) Tergugat terhadap Penggugat, maka untuk melakukan perceraian harus cukup alasan antara suami istri tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri dan harus memenuhi alasan-alasan perceraian dan berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, gugatan Penggugat telah memenuhi alasan perceraian sebagaimana dalam penjelasan Pasal 39 ayat 2 huruf (f) Undang-Undang Nomor 1 Tahun

(9)

1974 Jo.Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam;

20) Menimbang, bahwa karena perkara ini adalah cerai gugat yaitu perceraian atas kehendak Penggugat (istri) dan sebelumnya antara Penggugat dan Tergugat belum pernah bercerai, dan dalam petitum yang menuntut agar dijatuhkan talak satu ba’in shugra Tergugat terhadap Penggugat, dan menurut ketentuan Pasal 119 ayat 2 huruf (c) Kompilasi Hukum Islam, bahwa talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama adalah talak ba’in shugra, oleh karena itu perkara ini dapat dikabulkan dengan jatuh talak ba’in sughra Tergugat terhadap Penggugat;

21) Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 84 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, maka Majelis Hakim secara ex officio memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Nunukan untuk mengirimkan salinan Putusan ini setelah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah (PPN) tempat tinggal Penggugat dan Tergugat, serta Pegawai Pencatat Nikah (PPN) tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat dilangsungkan untuk dicatat dan didaftarkan dalam buku yang disediakan untuk itu;

22) Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Pengadilan Agama, maka biaya perkara ini dibebankan kepada Penggugat;

Berdasarkan pertimbangan hukum diatas, Hakim menerima keterangan saksi de auditu dikarenakan:

a) Testimonium de auditu harus memenuhi syarat meteriil suatu alat bukti, dan telah mencapai batas minimal pembuktian tanpa melalui alat bukti lain, serta terdiri dari beberapa orang (Yurisprudensi

(10)

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 239 K/Sip/1973 tanggal 25 November 1975);

b) Testimonium de auditu tidak digunakan sebagai alat bukti langsung tetapi dikonstruksi sebagai alat bukti persangkaan, dengan pertimbangan yang objektif dan rasional, (Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 308 K/Pdt/1959 tanggal 11 November 1959);

c) Testimonium de auditu untuk melengkapi batas minimal unus testis nullus testis yang diberikan seorang saksi, (Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 818 K/Sip/1983 tanggal 13 Agustus 1984);

Menimbang, bahwa pertimbangan tersebut di atas, maka Testimonium de auditu tersebut dapat diterima sebagai alat bukti dan mendukung dalil pokok gugatan Penggugat;

Menimbang, bahwa terhadap alat bukti dua orang saksi yang diajukan Penggugat di persidangan, Majelis berpendapat kedua orang saksi tersebut telah memenuhi persyaratan formil sesuai dengan ketentuan pasal 171-172 R.Bg., sehingga dapat diterima, dan secara materiil dapat dipertimbangkan karena keterangannya saling bersesuaian dan saling menguatkan serta relevan dengan dalil-dalil gugatan Penggugat;

b. Putusan Pengadilan Agama Nomor 3/Pdt.G/2014/PA.Nnk

Sebelum penggugat mengajukan alat bukti saksi, penggugat mengeluarkan alat bukti surat fotokopi duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor -, yang telah dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan tertanggal-, bukti surat tersebut telah bermaterai cukup telah dicocokkan dengan aslinya yang ternyata sesuai, lalu oleh ketua Majelis diberi tanda (P.1).

Disamping alat bukti tertulis tersebut, Penggugat telah mengajukan dua orang saksi di persidangan yang pada intinya menerangkan sebagai berikut:

(11)

1) Saksi I, Umur 44 tahun, Agama Islam, Pekerjaan Tidak Ada, Tempat kediaman di Kabupaten Nunukan, di bawah sumpahnya memberikan keterangan sebagai berikut:

 Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat karena saksi adalah ibu kandung Penggugat;

 Bahwa tujuan Penggugat ke pengadilan ini karena Penggugat ingin bercerai dengan Tergugat;

 Bahwa antara Penggugat dan Tergugat sudah berhubungan suami istri, namun telah dikaruniai seorang anak bernama -, umur 5 tahun;

 Bahwa terjadinya berpisah tempat tinggal tersebut karena di antara Penggugat dan Tergugat terjadi perselisihan dan pertengkaran yang penyebabnya karena menurut cerita Penggugat, Tergugat bekerja di luar kota hingga sekarang dan Tergugat tidak memperhatikan Penggugat dan anaknya, sehingga hubungan Penggugat dan Tergugat tidak harmonis;

 Bahwa Penggugat dan Tergugat pisah tempat tinggal sampai sekarang sudah sekitar 3 (tiga) tahun;

 Bahwa semenjak berpisah sampai sekarang Tergugat tidak pernah memberi nafkah lahir batin kepada Penggugat;

 Bahwa dari pihak keluarga sudah berusaha untuk mendamaikan Penggugat dan Tergugat, tetapi tidak berhasil, dan saksi sudah tidak sanggup lagi untuk mendamaikannya;

2) Saksi II, Umur 40 tahun, Agama Islam, Pekerjaan Petani, Tempat kediaman di Kabupaten Nunukan, di bawah sumpahnya memberikan keterangan sebagai berikut:

 Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat karena saksi adalah Tante Penggugat;

 Bahwa tujuan Penggugat ke pengadilan ini karena Penggugat ingin bercerai dengan Tergugat;

(12)

 Bahwa antara Penggugat dan Tergugat sudah berhubungan suami istri, namun telah dikaruniai seorang anak bernama -, umur 5 tahun;

 Bahwa terjadinya berpisah tempat tinggal tersebut karena di antara Penggugat dan Tergugat terjadi perselisihan dan pertengkaran yang penyebabnya karena menurut cerita Penggugat, Tergugat bekerja di luar kota hingga sekarang dan Tergugat tidak memperhatikan Penggugat dan anaknya, sehingga hubungan Penggugat dan Tergugat tidak harmonis;

 Bahwa Penggugat dan Tergugat pisah tempat tinggal sampai sekarang sudah sekitar 3 (tiga) tahun;

 Bahwa semenjak berpisah sampai sekarang Tergugat tidak pernah memberi nafkah lahir batin kepada Penggugat;

 Bahwa dari pihak keluarga sudah berusaha untuk mendamaikan Penggugat dan Tergugat, tetapi tidak berhasil, dan saksi sudah tidak sanggup lagi untuk mendamaikannya;

Menimbang, bahwa atas pertanyaan Majelis Hakim Penggugat dalam kesimpulannya menyatakan tidak akan mengajukan sesuatu apa pun lagi dan telah mohon putusan;

Berdasarkan cuplikan keterangan saksi dari penggugat di atas, nyatalah bahwa saksi penggugat memberi keterangan bahwa antara penggugat dan tergugat terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus. Keterangan saksi I dan saksi II Penggugat tersebut di atas merupakan keterangan yang bersumber dari cerita atau keterangan yang disampaikan orang lain kepadanya berkualitas sebagai keterangan atau kesaksian karena mendengar dari orang lain (testimonium de auditu).

Hakim dalam pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa:

1) Menimbang, bahwa tentang jalannya pemeriksaan perkara ini semuanya telah dicatat dalam berita acara sidang, selanjutnya untuk mempersingkat uraian putusan ini Majelis Hakim cukup menunjuk

(13)

kepada berita acara dimaksud yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini;

2) Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan penggugat adalah sebagaimana tersebut di atas;

3) Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan dan menasehati Penggugat agar tidak bercerai, tetapi tidak berhasil; 4) Menimbang, bahwa ternyata Tergugat, meskipun dipanggil secara

resmi dan patut, tidak datang menghadap di muka sidang dan pula tidak ternyata bahwa tidak datangnya itu disebabkan suatu halangan yang sah;

5) Menimbang, bahwa Tergugat yang dipanggil secara resmi dan patut akan tetapi tidak datang menghadap harus dinyatakan tidak hadir dan permohonan tersebut harus diperiksa secara verstek;

6) Menimbang, bahwa oleh karena itu, maka putusan atas perkara ini dapat dijatuhkan tanpa hadirnya Tergugat (verstek);

7) Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 149 ayat (1) RBg yaitu putusan yang dijatuhkan tanpa hadirnya Tergugat dapat dikabulkan sepanjang berdasarkan hukum dan beralasan, oleh karena itu majelis membebani Penggugat untuk membuktikan dalil-dalil gugatannya;

8) Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil angka 1, 4, 5, 6 dan 7, Penggugat telah mengajukan alat bukti surat (P.1) serta 2 (dua) orang saksi;

9) Menimbang, bahwa bukti (P.1) (Fotokopi Kutipan Akta Nikah) yang merupakan akta autentik dan telah bermeterai cukup dan cocok dengan aslinya, isi bukti tersebut menjelaskan mengenai adanya ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat formal dan materiil, serta mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat;

(14)

10) Menimbang, bahwa saksi 1 dan saksi 2 Penggugat, sudah dewasa dan sudah disumpah, sehingga memenuhi syarat formal sebagaimana diatur dalam Pasal 172 ayat (1) angka 4 RBg ;

11) Menimbang, bahwa meskipun keterangan saksi pertama dan kedua mengenai sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat hanya berasal dari cerita Penggugat, namun keterangan saksi-saksi yang bersifat testimonium de auditu tersebut saling bersesuaian antara satu dengan lainnya, oleh karena itu kesaksian tersebut dapat dipertimbangkan sebagai sebuah persangkaan bahwa kondisi rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak rukun dan harmonis lagi;

12) Menimbang, meskipun putusan Mahkamah Agung Nomor 308K/Sip/1959 tanggal 11 November 1959 menyatakan bahwa testimonium de auditu tidak dapat digunakan sebagai alat bukti langsung, namun penggunaannya tidak dilarang sebagai persangkaan (vermoeden);

13) Menimbang meskipun kesaksian tersebut testimoniun de auditu, namun keterangan tersebut diterima saksi-saksi dari tangan pertama (first hand hearsay) yaitu orang yang mengalami langsung, maka dalam Common Law secara eksepsional dan berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 239 K/Sip/1973 tanggal 25 November 1975 keterangan saksi de auditu tersebut bahkan dapat dibenarkan sebagai alat bukti untuk dipertimbangkan lebih lanjut, oleh karena itu secara eksepsional kesaksian tersebut dapat diterima. Karena itu pula penyebab perselisihan dan pertengkaran tersebut dianggap terbukti. Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1, Saksi I dan Saksi II terbukti fakta kejadian sebagai berikut:

a) Bahwa benar Penggugat dan Tergugat telah menikah menurut syari’at Islam pada tanggal -, berdasarkan Kutipan Akta Nikah Nomor -, tanggal 16 Februari 2008, yang di keluarkan oleh

(15)

Kantor Urusan Agama Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan;

b) Bahwa benar rumah tangga Penggugat dengan Tergugat sudah tidak rukun dan harmonis lagi karena terjadi pertengkaran terus menerus antara Penggugat dan Tergugat yang disebabkan karena menurut cerita Penggugat, Tergugat bekerja di luar kota hingga sekarang dan Tergugat tidak memperhatikan Penggugat dan anaknya, sehingga hubungan Penggugat dan Tergugat tidak harmonis;

c) Bahwa Penggugat dan Tergugat pisah tempat tinggal sampai sekarang sudah sekitar 3 (tiga) tahun;

d) Bahwa pihak keluarga sudah berusaha menasehati Penggugat agar bersabar dan mempertahankan rumah tangganya bersama Tergugat namun tidak berhasil;

e) Bahwa Penggugat selama persidangan telah menunjukan sikap dan tekadnya untuk bercerai dengan Tergugat, hal mana berarti Penggugat tidak mau lagi mempertahankan perkawinannya; 14) Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas dapat

disimpulkan fakta hukum sebagai berikut:

a) Bahwa benar Penggugat dan Tergugat telah menikah menurut syari’at Islam pada tanggal 26 Januari 2008 berdasarkan Kutipan Akta Nikah Nomor -, tanggal -, yang di keluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan;

b) Bahwa benar rumah tangga Penggugat dengan Tergugat sudah tidak rukun dan harmonis lagi karena terjadi pertengkaran terus menerus antara Penggugat dan Tergugat yang disebabkan karena menurut cerita Penggugat, Tergugat bekerja di luar kota hingga sekarang dan Tergugat tidak memperhatikan Penggugat dan anaknya, sehingga hubungan Penggugat dan Tergugat tidak harmonis;

(16)

c) Bahwa Penggugat dan Tergugat pisah tempat tinggal sampai sekarang sudah sekitar 3 (tiga) tahun;

15) Menimbang, bahwa fakta hukum tersebut telah memenuhi norma hukum Islam yang terkandung dalam:

a) Bahwa tujuan perkawinan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah sebagaimana dikehendaki oleh Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 :

وﺟﻌﻞ اﻟﻴﻬﺎ ﻟﺘﺴﻜﻨﻮا ازواﺟﺎ اﻧﻔﺴﻜﻢ ﻣﻦ ﻟﻜﻢ ﺧﻠﻖ ﺎ ﻧ اﻳﺘﻪ وﻣﻦ ورﺣﻤﺔ ﻣﻮدة ﺑﻴﻨﻜﻢ ﻳﺘﻔﻜﺮﻮ ﻧ ﻟﻘﻮﻡ ﻳﺖ ﻻ ذاﻟﻚ ﻓﻲ ﺎ ﻧ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

b) kaedah fiqiyyah dan diambil alih oleh Majelis sebagai landasan hukum berbunyi;

اﻟﻤﺻﺎﻟﺢ ﺟﻠﺐ ﻋﻟﻰ ﻣﻘﺪﻢ ﺳﺪ اﻟﻤﻔﺎ دﻔﻊ

Artinya: “Mencegah terjadinya kerusakan didahulukan dari pada mengharap kemashlahatan”

16) Menimbang, bahwa fakta hukum tersebut telah juga memenuhi Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo.Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah 9 Tahun 1975 Jo.Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam;

17) Menimbang, bahwa Majelis sependapat dengan abstrak hukum yang terkandung dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor : 379 K/AG/1995 tanggal 22 Maret 1997 bahwa “Suami isteri yang tidak berdiam serumah lagi, dan tidak ada harapan untuk hidup rukun kembali dalam rumah tangga, maka rumah tangga tersebut telah terbukti retak dan pecah”;

(17)

18) Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka gugatan Penggugat beralasan untuk dikabulkan dengan menjatuhkan talak satu bain shugra Tergugat terhadap Penggugat;

19) Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 84 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Panitera Pengadilan Agama Nunukan, diperintahkan untuk mengirimkan salinan putusan ini setelah berkekuatan hukum kepada Pegawai Pencatat Nikah dimana Penggugat dan Tergugat bertempat tinggal dan kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat dilangsungkan;

20) Menimbang, bahwa karena perkara a quo masuk bidang perkawinan, maka sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, biaya perkara harus dibebankan kepada Penggugat; c. Penerapan asas testimonium de auditu di Pengadilan Agama

Putusan Pengadilan Agama Nunukan Nomor 26/Pdt.G/2013/PA.Nnk dan Putusan Pengadilan Agama Nomor 3/Pdt.G/2014/PA.Nnk, Hakim dalam memutuskan perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus berkeyakinan bahwa unsur yang harus dibuktikan dalam perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus telah terpenuhi. Hakim menilai bahwa dalil gugatan pokok penggugat telah bersesuaian dengan keterangan yang disampaikan oleh saksi. Hakim mempertimbangkan kedua alat bukti yang diajukan saksi yaitu alat bukti surat dan alat bukti saksi. Hakim berpendapat alat bukti surat yang diberi tanda P.1 (Fotokopi Kutipan Akta Nikah) yang merupakan akta otentik dan telah bermeterai cukup dan cocok dengan aslinya, isi bukti tersebut menjelaskan mengenai adanya ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat, sehingga bukti tersebut telah memenuhi syarat formal dan materiil, serta mempunyai

(18)

kekuatan pembuktian yang sempurna dan mengikat serta alat bukti saksi yang diajukan dipertimbangkan.

Pemeriksaan perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus, saksi yang dihadirkan merupakan keluarga dan orang yang dekat dengan suami istri. Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 yang diubah oleh Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua oleh Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama berbunyi “apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq maka untuk mendapatkan putusan perceraian harus didengar keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami istri. Prinsipnya ketentuan ini sama dengan Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 9 tahun 1975 yang mengatur salah satu aspek tata cara mengadili perkara perceraian yang didasarkan atas alasan perselisihan dan pertengkaran terus menerus. Keterangan saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang dekat dengan suami istri sifatnya “wajib” diperiksa lebih dulu sebelum Hakim menjatuhkan putusan, maka jika dilalaikan mengakibatkan pemeriksaan dan putusan batal demi hukum, karena telah dilalaikan tata cara memeriksa dan mengadili perkara menurut tata cara yang ditentukan undang-undang. Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 yang diubah oleh Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua oleh Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama merupakan pengecualian dari apa yang diatur dalam pasal 145 dan pasal 146 HIR. Keberadaan Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 yang diubah oleh Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua oleh Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama merupakan ketentuan khusus dalam perkara perceraian atas alasan pertengkaran terus menerus (lex specialis derogate lex generalis). Ketentuan tersebut hanya berlaku bagi perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus dan tidak berlaku bagi perkara perceraian dengan alasan yang lain.

(19)

Keterlibatan keluarga sangat dibutuhkan untuk menyelesaikannya, pada umumnya keluarga bersikap lebih ingin mempertemukan dan mengutuhkan kembali ikatan perkawinan. Jarang sekali ada yang berkeinginan untuk menghancurkan rumah tangga anak atau adiknya. Keluarga merupakan pihak yang biasanya mengetahui peristiwa yang terjadi dalam kehidupan suami istri. Pihak keluarga yang biasanya dapat mencampuri persoalan suami isteri. Maka sumber utama yang dapat diharapkan hukum memberi kejelasan segala peristiwa yang terjadi dalam perselisihan dan pertengkaran suami istri, sangat tergantung dari pemeriksaan keluarga atau orang yang dekat dengan suami istri. Kedua putusan Pengadilan Agama yaitu putusan Pengadilan Agama Nunukan Nomor 26/Pdt.G/2013/PA.Nnk dan Putusan Pengadilan Agama Nomor 3/Pdt.G/2014/PA.Nnk sudah memenuhi ketentuan bahwa saksi yang dihadirkan dalam pembuktian merupakan saksi yang berasal dari pihak keluarga yaitu sepupu, ayah kandung, ibu kandung dan tante dari Penggugat.

Bahwa kedua saksi yang dihadirkan oleh penggugat merupakan saksi yang mendengar dari orang lain (asas testimonium de auditu). Kebanyakan ahli hukum menyamakan bahkan menyebut kesaksian yang diperoleh dari pendengaran orang lain disebut sebagai testimonium de auditu dengan kesaksian istifadah. Kesaksian istifadah adalah kesaksian yang didasarkan atas pengetahuan yang diperoleh dari berita orang banyak/ketenaran. Menurut Imam asy-Syafi’I, Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian pengikut Imam asy-Syafi’i berpendapat bahwa saksi istifadah/testimonium de auditu dapat dipergunakan dalam hal pernikahan, persetubuhan, nasab, kematian, diangkatnya seseorang menjadi hakim dalam suatu wilayah, memerdekakan budak, perwalian dan tentang hak milik yang dipersengketakan, alasannya adalah karena dalam bidang persoalan-persoalan tersebut terhalang mendapatkan informasi faktual atau karena sebab-sebab lain secara langsung (Manan, 2005:375).

(20)

Ibnul Qoyyim (1977:212) mengatakan bahwa Hakim boleh memutus perkara berdasarkan syahadah al-istifadhah, karena kesaksian tersebut merupakan bukti yang sangat kuat. Kesaksian ini pula sebagai salah satu kiat untuk mendapatkan informasi/fakta yang akurat, sehingga dengan fakta itu dapat menepis kemungkinan adanya tuduhan kecurangan, baik bagi saksi maupun Hakim. Penilaian terhadap syahadah al-istifadhah ini lebih kuat nilainya daripada kesaksian dua orang saksi yang memenuhi syarat formal dan materiil. Beliau juga mengatakan bahwa Hakim dapat menerima kesaksian seorang saksi, yang reputasi kejujuran, keadilan, dan integritas kepribadiannya demikian solid dan masyhur di kalangan masyarakat luas, sehingga kewibawaan dan status sosialnya demikian tinggi dan terpuji. Sebaliknya Hakim dapat menolak kesaksian seorang saksi yang integritas kepribadiannya diragukan, karena sudah demikian masyhur di kalangan masyarakat luas bahwa tingkat kejujuran dan keadilannya sangat rendah. Anshoruddin berpendapat apabila ada perkara kontentius di Pengadilan Agama yang pembuktiannya hanya berdasarkan saksi istifadah, maka dapat diputuskan perkara tersebut berdasarkan saksi istifadah. Imam Abu Hanifah dalam Anshoruddin juga berpendapat, pada perkara kontensius seperti cerai talak, cerai gugat, harta bersama, dan waris, apabila pembuktiannya di pengadilan hanya berdasarkan saksi istifadah telah mencukupi batas minimal suatu pembuktian (Anshoruddin, 2004:90).

Putusan Pengadilan Agama Nomor 3/Pdt.G/2014/PA.Nnk menyatakan keterangan yang disampaikan oleh saksi I dan saksi II penggugat dipersidangan berasal dari cerita penggugat yang merupakan pihak berperkara langsung (pihak pertama). Berdasarkan pertimbangan Hakim meskipun kesaksian tersebut testimoniun de auditu, namun keterangan tersebut diterima saksi-saksi dari tangan pertama (first hand hearsay) yaitu orang yang mengalami langsung, maka dalam Common Law secara eksepsional dan berdasarkan Yurisprudensi MARI No. 239 K/Sip/1973 tanggal 25 November 1975 keterangan saksi de auditu

(21)

tersebut bahkan dapat dibenarkan sebagai alat bukti untuk dipertimbangkan lebih lanjut, oleh karena itu secara eksepsional kesaksian tersebut dapat diterima. Menurut beberapa ahli hukum disebut dengan asy-syahadah ‘alaa asy-syahadah (kesaksian atas kesaksian). Pengetahuan yang didasarkan atas kesaksian orang lain yang dipercaya, atau kesaksian yang didasarkan atas kesaksian para saksi asal. Jadi ada dua tingkat saksi dalam hal ini. Saksi-saksi tingkat kedua ini tidak melihat atau mendengar langsung peristiwa yang diberitakan. Pengetahuan saksi-saksi tingkat kedua ini bersumber dari kesaksian saksi asal. Mereka sendiri tidak melihat atau mendengar secara langsung terjadinya peristiwa itu, yang terpenting adalah apa yang didengarnya itu adalah cukup jelas, tidak ada yang diragukan, yang disebut dengan saksi asal dalam hal ini adalah Penggugat. Asy-syahadah ‘alaa asy-syahadah (kesaksian atas kesaksian) ini menurut pakar hukum islam diperbolehkan penggunaanya didalam persidangan (Zein, 1998:46).

Berdasarkan putusan Pengadilan Agama Nunukan Nomor 26/Pdt.G/2013/PA.Nnk dan Putusan Pengadilan Agama Nomor 3/Pdt.G/2014/PA.Nnk diatas, dalam putusan Pengadilan Agama Nunukan Nomor 26/Pdt.G/2013/PA.Nnk syarat testimonium de auditu dapat diterima sebagai berikut : Testimonium de auditu harus memenuhi syarat meteriil suatu alat bukti, dan telah mencapai batas minimal pembuktian tanpa melalui alat bukti lain, serta terdiri dari beberapa orang (Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 239 K/Sip/1973 tanggal 25 November 1975); Artinya Saksi dalam memberikan keterangan dibawah sumpah dan merupakan alat bukti yang berdiri sendiri mencapai batas minimal pembuktian tanpa memerlukan bantuan alat bukti lain jika saksi de auditu itu terdiri dari beberapa orang. Mereka terdiri dari beberapa orang dan keterangan yang disampaikan langsung mereka dengar dari tergugat atau penggugat untuk melengkapi keterangan saksi lain yang memenuhi syarat formil dan meteriil

(22)

kesaksian sehingga memenuhi batas minimal pembuktian, atau keterangan saksi de auditu dipergunakan untuk menyusun persangkaan.

Testimonium de auditu tidak digunakan sebagai alat bukti langsung tetapi dikonstruksi sebagai alat bukti persangkaan, dengan pertimbangan yang objektif dan rasional (Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 308 K/Pdt/1959 tanggal 11 November 1959). Hakim dalam putusan Pengadilan Agama 26/Pdt.G/2013/PA.Nnk mengkonstruksikan saksi de auditu sebagai persangkaan. Hakim bersumber dan berpedoman pada Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 308 K/Pdt/1959 tanggal 11 November 1959 sebagai tolak ukur diterima atau tidaknya saksi de auditu. Persangkaan merupakan kesimpulan yang oleh undang-undang atau Hakim ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa yang tidak diketahui umum (Pasal 1915 KUHPerdata). Persangkaan-persangkaan karena hal itu merupakan suatu runtutan peristiwa yang merujuk kepada suatu fakta, sehingga persangkaan itu tidak dapat berdiri sendiri. Persangkaan terdiri dari Persangkaan berdasarkan undang-undang dan Persangkaan bukan berdasarkan undang-undang. Persangkaan bukan berdasarkan undang-undang adalah persangkaan bukan berdasarkan undang-undang tertentu, hanya saja harus diperhatikan oleh Hakim waktu menjatuhkan putusan, jika persangkaan itu penting, seksama, tertentu dan satu sama lain bersesuaian (Pasal 173 HIR/Pasal 310 RBg). Persangkaan bukan berdasarkan undang-undang sebagai alat bukti mempunyai kekuatan bukti bebas. Artinya Hakim bebas untuk menyusun Persangkaan tersebut. Kaitannya dengan keterangan saksi testimonium de auditu diatas, Hakim bebas untuk mengkonstruksikan apakah keterangan de auditu tersebut termasuk dalam Persangkaan atau tidak. Putusan Pengadilan Agama Nunukan Nomor 26/Pdt.G/2013/PA.Nnk Hakim mengkonstruksikan keterangan saksi de auditu sebagai Persangkaan dengan pertimbangan bahwa keterangan yang diberikan oleh saksi bersesuaian dengan dalil Penggugat. Saksi I pernah melihat di pipi

(23)

Penggugat ada bekas pukulan hingga memar biru hal tersebut sesuai dengan dalil yang dikemukakan oleh Penggugat bahwa apabila terjadi pertengkaran Tergugat sering berkata-kata kasar yang menyakitkan hati Penggugat, sering menendang dan memukul Penggugat. Bahwa saksi I mengatakan Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah, dalam dalil gugatan Penggugat juga mengatakan bahwa Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah. Oleh karena diketahui bahwa Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal, maka dapat dibuat sebuah persangkaan bahwa telah terjadi pertikaian antara Penggugat dan Tergugat.

Saksi I mengatakan bahwa selama pisah, Tergugat tidak pernah memberi nafkah kepada Penggugat, hal tersebut juga sesuai dengan dalil yang dikemukakan oleh Penggugat bahwa selama pisah tempat tinggal bersama Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada hubungan layaknya suami istri dan juga tidak pernah memberi nafkah kepada Penggugat. Keterangan yang diberikan oleh saksi II mempunyai kesamaan dan saling berksesuaian dengan saksi I.

Testimonium de auditu digunakan untuk melengkapi batas minimal unus testis nullus testis yang diberikan seorang saksi, (Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 818 K/Sip/1983 tanggal 13 Agustus 1984); untuk menjadikan seorang saksi terlepas dari cacat materiil yang digariskan unus testis nullus testis, maka dengan cara menambah atau menyempurnakannya, paling tidak dengan salah satu alat bukti lain:

1) Dengan alat bukti tulisan (akta) 2) Dengan alat bukti persangkaan 3) Dengan pengakuan

4) Dengan sumpah tambahan

bahwa jika hanya ada satu kesaksian, maka tidak boleh diterima sebagai alat bukti, minimal harus ada dua kesaksian. Keterangan seorang saksi itu harus dilengkapi dengan alat bukti lain agar peristiwa itu terbukti dengan sempurna menurut hukum. Keterangan satu orang saksi, kalau

(24)

keterangan itu dapat dipercayai oleh Hakim, barulah dapat menjadi alat bukti sempurna jika dilengkapi alat bukti lain.

Hakim mempertimbangkan kesaksian de auditu karena saksi telah memenuhi persyaratan formil sesuai dengan ketentuan pasal 171-172 RBg, keterangan saksi mendukung dalil pokok gugatan Penggugat dan saling bersesuaian dan saling menguatkan serta relevan dengan dalil-dalil gugatan Penggugat. Putusan Pengadilan Agama Nomor 3/Pdt.G/2014/PA.Nnk Hakim menerima saksi de aditu dengan pertimbangan bahwa meskipun keterangan saksi pertama dan kedua mengenai sebab terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat hanya berasal dari cerita Penggugat, namun keterangan saksi-saksi yang bersifat testimonium de auditu tersebut saling bersesuaian antara satu dengan lainnya, oleh karena itu kesaksian tersebut dapat dipertimbangkan sebagai sebuah persangkaan bahwa kondisi rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak rukun dan harmonis lagi;

Menimbang, meskipun putusan Mahkamah Agung Nomor 308K/Sip/1959 tanggal 11 November 1959 menyatakan bahwa testimonium de auditu tidak dapat digunakan sebagai alat bukti langsung, namun penggunaannya tidak dilarang sebagai persangkaan (vermoeden); artinya Testimonium de auditu tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti langsung. Atas dasar kesaksian itu, maka dapat diterapkan sebagai alat bukti persangkaan dan persangkaan itu dapat dijadikan dasar untuk membuktikan sesuatu. Hakim tidak hanya melihat pada keterangan saksi tetapi juga pada keadaan kondisi rumah tangga para pihak. Kesaksian tersebut merupakan sumber awal petunjuk awal bagi Hakim dalam menyusun persangkaan. Menurut pertimbangan Hakim keterangan yang disampaikan saksi I dan saksi II Penggugat dikonstruksikan sebagai Persangkaan karena saksi I Penggugat mengatakan bahwa Penggugat dan Tergugat pisah tempat tinggal sampai sekarang sudah sekitar 3 (tiga) tahun terhitung sampai pemeriksaan dipersidangan, apa yang

(25)

disampaikan saksi tersebut sesuai dengan dalil Penggugat bahwa Penggugat dan Tergugat telah pisah tempat tinggal sampai sekarang selama 2 tahun 10 bulan (sekitar 3 tahun). Diketahui bahwa Penggugat dan Tergugat telah cukup lama berpisah tempat tinggal yaitu sekitar 3 tahun, dengan adanya pisah tempat tinggal maka dapat dibuat sebuah persangkaan bahwa telah terjadi pertikaian antara Penggugat dan Tergugat. Penggugat mendalilkan bahwa telah terjadi pisah antara Penggugat dan Tergugat tidak pernah ada komunikasi yang baik dan tidak ada hubungan lahir dan batin, dalil Penggugat tersebut diperkuat dengan keterangan para saksi yang mengatakan bahwa semenjak berpisah sampai sekarang Tergugat tidak pernah memberi nafkah lahir batin kepada Penggugat.

Para saksi telah berusaha untuk mendamaikan Penggugat dan Tergugat untuk rukun kembali akan tetapi tidak berhasil dan saksi tidak sanggup lagi untuk mendamaikannya. Majelis Hakim juga telah berusaha mendamaikan dengan memberikan saran dan nasihat kepada Penggugat agar mengurungkan maksudnya bercerai dengan Tergugat, tetapi tidak berhasil, hal tersebut menjadi pertimbangan Hakim bahwa rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat memang telah terjadi keretakan sehingga tidak dapat didamaikan lagi. Apa yang disampaikan oleh saksi II terdapat kesamaan, kesinambungan dan bersesuaian dengan apa yang disampaikan oleh saksi I hal tersebut juga menjadi pertimbangan Hakim untuk menyusun persangkaan-persangkaan. Tidak ada usaha maupun itikad baik dari Tergugat untuk memperbaiki dan mempertahankan rumah tangganya terbukti dengan tidak hadirnya Tergugat selama proses persidangan dari awal sampai dijatuhkannya putusan oleh Hakim.

Menimbang meskipun kesaksian tersebut testimoniun de auditu, namun keterangan tersebut diterima saksi-saksi dari tangan pertama (first hand hearsay) yaitu orang yang mengalami langsung, maka dalam Common Law secara eksepsional dan berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 239 K/Sip/1973 tanggal 25 November

(26)

1975. Pertimbangan putusan MA Nomor 239 K/Sip/1973 yaitu sebagai berikut:

Bahwa keterangan saksi-saksi di atas pada umumnya adalah menurut pesan, tetapi haruslah pula dipertimbangkan bahwa hampir semua kejadian atau perbuatan atau peristiwa hukum yang terjadi dahulu tidak mempunyai surat, tetapi adalah berdasarkan pesan turun-temurun, sedangkan saksi-saksi yang langsung menghadapi perbuatan hukum itu dulunya tidak ada lagi yang diharapkan hidup sekarang, sehingga dalam hal demikian pesan turun-temurun itulah yang dapat diharapkan sebagai keterangan dan menurut pengetahuan Hakim Majelis sendiri pesan-pesan seperti ini oleh masyarakat Batak umumnya dianggap berlaku dan benar:

1) dalam pada itu harus pula diperhatikan tentang dari siapa pesan itu diterima dan orang yang memberi keterangan bahwa dialah yang menerima pesan tersebut;

2) oleh karena itu, dari sudut inilah dinilai keterangan saksi-saksi tersebut

Berdasarkan putusan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesaksian de auditu dapat diterima sebagai alat bukti apabila:.

1) saksi langsung yang terlibat pada peristiwa atau perbuatan hukum yang diperkarakan tidak ada lagi karena semua sudah meninggal, sedangkan peristiwa atau perbuatan hukum itu tidak dituliskan dalam bentuk surat;

2) keterangan yang diberikan saksi de auditu tersebut merupakan pesan dari pelaku atau orang yang terlihat dalam peristiwa atau perbuatan hukum yang disengketakan.

Berdasarkan pertimbangan diatas, Hakim menerima saksi de auditu karena cukup beralasan untuk menerima saksi de auditu dikarenakan apa yang disampaikan Para saksi dipersidangan berasal dari cerita Penggugat yaitu orang yang terlihat dalam peristiwa atau perbuatan hukum yang disengketakan. Baik saksi I maupun saksi II Penggugat mengatakan terjadinya pisah tempat tinggal tersebut karena di antara Penggugat dan Tergugat terjadi perselisihan dan pertengkaran yang penyebabnya karena menurut cerita Penggugat, Tergugat bekerja di luar kota hingga sekarang dan Tergugat tidak memperhatikan Penggugat dan anaknya, sehingga hubungan Penggugat dan Tergugat tidak harmonis. Pengetahuan saksi yang berasal dari cerita Penggugat tersebut

(27)

dihubungkan dengan masalah pokok perceraian dengan alasan perselisihan yaitu:

1) pertama, adanya perselisihan dan pertengkaran; 2) kedua, terjadi terus menerus; dan

3) ketiga, tidak dapat dirukunkan/didamaikan lagi dengan pertimbangan Bahwa peristiwa pertengkaran dalam rumah tangga hanya dimungkinkan dibuktikan dengan bukti saksi.

sementara pada bukti saksi melekat syarat formil dan materil yang salah satu syaratnya adalah keterangan saksi hanya terbatas mengenai peristiwa-peristiwa yang dialami sendiri oleh saksi atau dilihat sendiri oleh saksi atau didengar sendiri oleh saksi. Di sisi lain peristiwa pertengkaran yang akan dibuktikan bukanlah peristiwa yang terjadi sekali saja dan terjadi di satu tempat, melainkan pertengkaran yang terjadi secara berkesinambungan/secara terus menerus dan terjadi tanpa proses perencanaan. Secara logika sangat sulit terjadi ada sesorang yang dapat melihat langsung seluruh rangkaian peristiwa pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi dalam rumah tangga orang lain, sehingga sangat sulit untuk mendatangkan saksi untuk membuktikannya. Sudah merupakan pengetahuan umum bahwa sangat kecil kemungkinan terjadi sepasang suami isteri mau bertengkar di depan orang lain karena bila terjadinya Pertengkaran antara suami isteri disaksikan oleh orang lain akan mengakibatkan malu menutup-nutupi pertengkaran yang terjadi dalam rumah tangganya agar tidak diketahui oleh orang lain. Dengan demikian maka peristiwa pertengkaran dalam rumah tangga sangat sulit diketahui secara langsung oleh orang lain selain kedua belah pihak yang bersangkutan, sehingga untuk membuktikannya dengan saksi sangat sulit. Keterangan saksi de auditu tersebut bahkan dapat dibenarkan sebagai alat bukti untuk dipertimbangkan lebih lanjut, oleh karena itu secara eksepsional kesaksian tersebut dapat diterima. Karena itu pula penyebab perselisihan dan pertengkaran tersebut dianggap terbukti.

(28)

2. Penerapan testimonium de auditu dalam perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus di Pengadilan Negeri.

Putusan Pengadilan Negeri yang memuat tentang kesaksian testimonium de auditu perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus terdapat dalam putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 25/Pdt.G/2013/PN.SKA. Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 25/Pdt.G/2013/PN.SKA sebelum Penggugat mengajukan alat bukti saksi, penggugat mengeluarkan alat bukti surat Fotokopi Duplikat Kutipan Akta Nikah Nomor 423/1996, tanggal 21 Juli 1996, telah bermeterai cukup, dan Majelis Hakim memeriksa dengan aslinya dan ternyata cocok, kemudian diberi tanda (P.1).

Disamping alat bukti tertulis tersebut, Penggugat telah mengajukan dua orang saksi di persidangan yang pada intinya menerangkan sebagai berikut:

a. Nama: Diah P.Mustikaningsih, Agama: Islam, Pekerjaan: Karyawan PT. Indosat Cabang Solo, Alamat: Jl. Sebela Utara RT.01/RW 08, Kel. Mojosongo, Kec. Jebres, Kota Surakarta.

 Bahwa saksi kenal sebagai tetangganya karena rumah saksi berdekatan;

 Bahwa Penggugat dengan Tergugat adalah sepasang suami istri, namun ketika pernikahannya saksi tidak datang;

 Bahwa dalam perkawinannya Penggugat dengan Tergugat dikaruniai 2 (dua) orang anak laik-laki berumur 13 (tiga belas) tahun dan 16 (enam belas) tahun;

 Bahwa anak-anak mereka sekarang tinggal bersama Tergugat dan Tergugatlah yang mengurus semua biaya anak-anaknya;

 Bahwa saksi tidak pernah melihat Penggugat dengan Tergugat bertengkar/cekcok, namun ketika saksi pernah tidur dirumah Penggugat pada tahun 2009. Penggugat bercerita kepada saksi bahwa Penggugat baru saja cekcok dan sampai akan melapor polisi;

(29)

 Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat sejak tahun 2009 sudah tidak tinggal satu rumah lagi;

 Bahwa Penggugat sering bercerita kepada saksi akan kehidupan rumah tangganya dan Penggugat meninggalkan rumah karena tidak tahan dengan perlakuan tergugat yang tempramen tinggi;

 Bahwa saksi tidak tahu Penggugat meninggalkan rumah dengan seijin Tergugat atau tidak.

b. Saksi: Retnowati

 Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat karena bekerja ditempat Penggugat dan Tergugat sebagai pengantar jemput anak-anaknya sejak kelas 1 SD;

 Bahwa saksi tidak pernah melihat Penggugat dengan Tergugat cekcok, namun hanya mendengar cerita Penggugat dan Tergugat habis cekcok dan sudah tidak tinggal satu rumah sejak bulan Mei 2009;

 Bahwa anak-anak mereka sekarang ikut bersama Tetgugat;

 Bahwa saksi pernah tidur di rumah Penggugat pada tahun 2000 dan Penggugat pernah bercerita kepada saksi jika saksi habis cekcok dan sampai akan melapor polisi;

 Bahwa saksi tidak mengetahui persis apakah Tergugat bertemperamen tinggi atau tidak, karena saksi tahu Tergugat bertemperamen tinggi dari cerita Penggugat;

 Bahwa saksi tidak tahu Penggugat pergi meninggalkan rumah dengan seijin Tergugat atau tidak.

Hakim dalam pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa:

a. Menimbang bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana tersebut diatas yang pada pokoknya adalah menuntut agar perkawinan antara Penggugat dan Tergugat putus karena perceraian dengan segala akibat hukumnya karena dalam kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat sering dilanda perselisihan/percekcokan yang disebabkan sifat Tergugat yang sangat temperamen/pemarah serta tidak

(30)

pernah mendengarkan saran atau nasihat dari Penggugat, sehingga tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah tangga;

b. Menimbang bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan alat bukti surat yang diberi tanda bukti P-1 yang telah dibubuhi materai yang cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya, dan juga menjaukan 2 (dua) orang saksi yang didengar keterangannya dibawah sumpah, yaitu saksi Dyah Tri Mustikaningsih, SE dan saksi Retnowati yang keterangannya seperti tersebut diatas, sehingga berdasarkan Pasal 1888 KUHPerdata dan Pasal 147 HIR alat bukti yang dinyatakan sesuai dengan aslinya serta keterangan saksi yang telah disumpah dapat diterima sebagai alat bukti yang sah dalam perkara ini; c. Menimbang bahwa untuk membuktikan dalil sangkaanya, Tergugat

hanya mengajukan alat bukti surat yang diberti tanda T-1 sampai dengan T-3 yang telah dibubuhi materai yang cukup dan telah dicocokkan dengan aslinya, sehingga berdasarkan Pasal 1888 KUHPerdata alat bukti yang dinyatakan sesuai dengan aslinya dapat diterima sebagai alat bukti yang sah dalam perkara ini;

d. Menimbang bahwa sebelum Majelis Hakim mempertimbangkan pokok permasalahan dalam perkara ini, maka terlebih dahulu akan dipertimbangkan tentang keabsahan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat serta alasan yang digunakan untuk mengajukan gugatan ini;

e. Menimbang bahwa dari bukti surat P-1 yang berupa Kutipan Ke-2 Akta Perkawinan Nomor: 423/1996 tertanggal 02 November 2012, dan bukti surat T-1 yang berupa Kutipan Akta Perkawinan Nomor: 423/1996 tertanggal 21 Juli 1996, maka jelas terlihat Penggugat telah melangsungkan perkawinan dengan Tergugat pada tanggal 21 Juli 1996 di Surakarta yang dilangsungkan dihadapan Pemuka Agama yang bernama Pdt.Dra.Ch.M.D.Estefanus dan perkawinan tersebut telah dicatatkan di Kantor Catatan Sipil Kota Surakarta pada tanggal 21 Juli 1996 dan telah pula diakui oleh Tergugat dalam jawabannya atas gugatan

(31)

Penggugat, sehingga sejak tanggal tersebut antara Penggugat dan Tergugat telah terikat dalam perkawinan yang sah menurut hukum; f. Menimbang bahwa setelah Majelis Hakim mempelajari gugatan

Penggugat ternyata alasan Penggugat mengajukan perceraian adalah sering terjadinya pertengkaran atau percekcokan dimana alasan Penggugat tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang syarat/alasan mengajukan perceraian, karenanya menurut pendapat Majelis Hakim bahwa gugatan Penggugat dinyatakan dapat diterima untuk dipertimbangkan lebih lanjut; g. Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 178 ayat (2) HIR, Majelis Hakim wajib memberi putusan terhadap semua bagian tuntutan, dengan demikian Majelis Hakim akan mempertimbangkan tuntutan Penggugat sebagaimana tercantum dalam petitum gugatan secara berurutan sebagai berikut:

1) Menimbang bahwa untuk menentukan status Petitum No.1 tersebut sangat tergantung dengan pertimbangan-pertimbangan petitum lainnya, oleh karenanya status petitum ini baru akan ditentukan setelah Majelis Hakim mempertimbangkan petitum lainnya;

2) Menimbang bahwa dalam petitum no.2 Penggugat menghendaki agar perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat sebagaimana tersebut dalam Kutipan Akta Perkawinan Nomor : 423/1996 tertanggal 2 November 2012 karena perceraian;

h. Menimbang bahwa Penggugat telah mendalilkan dalam kehidupam rumah tangga Penggugat dan Tergugat sering dilanda perselisihan/percekcokan yang tidak kunjung selesai yang disebabkan sifat Tergugat yang sangat temperamen/pemarah serta tidak pernah mendengarkan saran atau nasihat dari Penggugat, sehingga tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;

i. Menimbang bahwa terhadap dalil Penggugat tersebut, Tergugat telah membantahnya dan mendalilkan kehidupan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat masih rukun dan harmonis, serta apabila terhadap

(32)

ketidaksepahaman dan perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar dan biasa;

j. Menimbang bahwa oleh karena gugatan Penggugat disangkal oleh Tergugat maka kepada Penggugat dibebankan kewajiban untuk membuktikan dalil-dalilnya;

k. Menimbang bahwa untuk dapat dikabulkannya suatu perceraian dengan alasan cekcok terus menerus yang tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga menurut Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 9 tahun 1975 yang harus dibuktikan adalah apakah telah cukup jelas bagi Pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang terdekat dengan suami isteri, selain itu berdasarkan putusan MARI No. 3180/Pdt/1985, tanggal 24 Desember 1986 yang harus dibuktikan bukanlah ditekankan kepada penyebab cekcok, akan tetapi apakah benar telah terjadi cekcok yang terus menerus, sehingga tidak dapat didamaikan lagi;

l. Menimbang bahwa dari bukti surat P-1 yang diajukan oleh Penggugat ternyata hanya berupa Kutipan ke-2 Akta Perkawinan Nomor: 423/1996 tertanggal 2 November 2012, dimana bukti surat tersebut hanya menerangkan tentang keabsahan perkawinan dan keadministrasian kependudukan, serta tidak dapat menujukkan atau membuktikan adanya percekcokan antara Penggugat dengan Tergugat, karenanya Majelis Hakim akan mempertimbangkan alat bukti yang diajukan Penggugat dalam Persidangan;

m. Menimbang bahwa untuk menguatkan dalil Penggugat dalam persidangan telah mengajukan 2 (dua) orang saksi yang bernama: Dyah Tri Mustikaningsih dan Retnowati dan Majelis Hakim meminta keterangan dari saksi tersebut ternyata kedua saksi hanya menerangkan tentang adanya perkawinan antara Penggugat dan Tergugat, sedangkan bagaimana kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat apakah

(33)

sering terjadi percekcokan maupun pertengkaran yang didalilkan oleh Penggugat tak seorangpun saksi tersebut yang mengetahuinya;

n. Menimbang bahwa dari pertimbangan diatas maka dapat disimpulkan bukti-bukti yang diajukan oleh Penggugat baik itu bukti surat maupun bukti saksi tak satupun mendukung dalil-dalil gugatannya, sehingga Majelis Hakim berpendapat Penggugat tidak dapat membuktikan adanya percekcokan dan pertengkaran yang menimpa kehidupan rumah tangganya dengan demikian cukup beralasan bagi Majelis Hakim untuk menolak petitum no.2 ini;

o. Menimbang bahwa petitum no.3 dan petitum no.4 adalah sebagai akibat dari petitum no.2 karenannya status petitum no.3 dan petitum no.4 ini sangat tergantung dengan status petitum no.2 dan oleh karena petitum no.2 telah dinyatakan ditolak maka status petitum no.3 dan petitum no.4 ini harus pula dinyatakan ditolak;

p. Menimbang bahwa oleh karena petitum no.2 ditolak petitum no.3 dan petitum no.4 dinyatakan ditolak, maka status petitum no.1 juga harus ditolak dan sebagai konsekuensinya gugatan Penggugat dalam Perkara ini haruslah ditolak untuk seluruhnya;

q. Menimbang bahwa oleh karena gugatan Penggugat telah dinyatakan ditolak untuk seluruhnya, maka posisi penggugat adalah pihak yang kalah karenanya berdasarkan Pasal 181 HIR Pengggugat harus dihukum untuk membayar biaya perkara yang besarnya akan ditentukan dalam amar putusan ini;

Pasal 172 HIR/309 RBG/1908 KUHPerdata “dalam mempertimbangkan nilai sesuatu kesaksian, Hakim harus memberikan perhatian khusus pada persamaan kesaksian-kesaksian satu sama lain, pada persamaan antara kesaksian-kesaksian dengan apa yang diketahui dari lain sumber tentang hal yang menjadi perkara, pada alasan-alasan yang kiranya telah mendorong para saksi untuk mengutarakan perkaranya secara begini atau secara begitu, pada cara hidup, kesusilaan dan kedudukan para saksi, dan pada umumnya pada segala apa saja yang mungkin ada pengaruhnya terhadap

(34)

lebih atau kurang dapat dipercayanya para saksi itu”. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, Hakim harus benar-benar memeperhatikan kesaksian demi kesaksian, darimana kesaksian tersebut karena dalam perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus saksi merupakan alat bukti yang diutamakan.

Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 09 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang berbunyi “gugatan tersebut dalam ayat (1) dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu dan setelah mendengar pihak keluarga serta orang-orang yang dekat dengan suami isteri”. Berdasarkan ketentuan Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 09 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan diatas saksi dalam perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus dapat berasal dari pihak keluarga dan orang yang dengan para pihak, sedangkan dalam kasus di atas yang menjadi saksi bukan keluarga dari para pihak melainkan orang yang dekat dengan para pihak yaitu tetangga dan orang yang bekerja ditempat Penggugat dan Tergugat.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan saksi I Penggugat dan saksi II Penggugat diatas, saksi I dan saksi II Penggugat menyatakan bahwa ia mengetahui pertengkaran dan perselisihan yang terjadi antara Penggugat dan Tergugat hanya melalui percakapan handphone setelah Penggugat menelepon dan menceritakan kepada saksi bahwa Penggugat baru saja bertengkar dengan Tergugat. Dikarenakan para saksi dari Penggugat hanya mendengarkan dari Penggugat dan tidak melihat, mendengar atau mengalami secara langsung dari semua peristiwa sehingga keterangan para saksi Penggugat bersifat testimonium de auditu.

“Kesaksian tidak langsung atau testimonium de auditu atau hear’s say evidence adalah suatu kesaksian dari seseorang di muka pengadilan untuk membuktikan kebenaran suatu fakta, tetapi saksi tersebut tidak mengalami atau mendengar maupun melihat sendiri fakta tersebut. Dia hanya mendengarkan dari pernyataan atau perkataan orang lain, dimana orang lain tersebut menyatakan mendengar, mengalami, atau melihat fakta tersebut sehingga nilai pembuktian tersebut sangat bergantung pada

(35)

pihak lain yang sebenarnya berada di luar pengadilan. Jadi, pada prinsipnya banyak kesangsian atas kebenaran kesaksian tersebut sehingga sulit diterima sebagai nilai alat bukti penuh” (Munir Fuady, 2012: 132).

Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 25/Pdt.G/2013/PN.SKA Hakim menolak keterangan saksi testimonium de auditu dengan pertimbangan bahwa kedua saksi hanya menerangkan tentang adanya perkawinan antara Penggugat dan Tergugat, sedangkan bagaimana kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat apakah sering terjadi percekcokan maupun pertengkaran yang didalilkan oleh Penggugat tak seorangpun saksi tersebut yang mengetahuinya selain itu Hakim berpendapat bahwa keterangan para saksi tidak mendukung dalil pokok gugatan Penggugat dan tidak sesuai dengan posita yang diuraikan dalam gugatan Penggugat.

Berdasarkan Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung Nomor 798 K/Pdt/2007, tanggal 22 Januari 2008 yang berbunyi “Bahwa karena alasan cerai terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga, maka gugatan perceraian hanya dapat dikabulkan apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu (Pasal 22 ayat (2) PP Nomor 9 Tahun 1975) dan menurut penjelasan Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dikatakan bahwa sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu hendaknya dipertimbangkan oleh Hakim apakah benar-benar berpengaruh dan prinsipil bagi keutuhan kehidupan suami isteri”.

Putusan Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 25/Pdt.G/2013/PN.SKA Hakim tidak mempertimbangkan untuk mengkonstruksikan keterangan saksi de auditu sebagai Persangkaan berdasarkan Yurisprudensi putusan Mahkamah Agung Nomor 308K/Sip/1959 tanggal 11 November 1959 dikarenakan apa yang disampaikan oleh saksi de auditu tidak sesuai dengan dalil Penggugat , tidak jelas dan tidak beralasan. Saksi II tidak mengetahui persis apakah Tergugat bertempramen tinggi atau tidak, hal tersebut diperkuat dengan keterangan saksi I Penggugat yang mengatakan bahwa Tergugat selama ini terlihat ramah dan sopan santun dan tidak menunjukkan sikap

(36)

peringsai kasar. Apa yang disampaikan oleh saksi I dan saksi II tersebut dipersidangan justru memperkuat bantahan Tergugat, yang disampaikan saksi menunjukkan bahwa, maka dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat bersikap tempramen/kasar tidak dapat dibuktikan. Selain itu dalam persidangan saksi juga menyatakan bahwa tidak pernah melihat langsung tergugat mengancam menggunakan pisau untuk mengusir penggugat, saksi tidak pernah melihat ada bekas pukulan atau bekas pisau yang melukai bahu kiri Penggugat seperti yang didalilkan oleh Penggugat.

Hakim juga tidak menggunakan Yurisprudensi MARI Nomor 239 K/Sip/1973 tanggal 25 November 1975 sebagai pertimbangannya karena meskipun apa yang disampaikan saksi berdasarkan cerita dari penggugat (pihak langsung) melalui handphone, Hakim tidak mempertimbangkan hal tersebut. Tetapi yang dapat dilihat dalam kesaksiannya saksi I penggugat mengatakan bahwa anak-anak Penggugat dan Tergugat tinggal bersama Tergugat dan Tergugatlah yang mengurus semua biaya anak-anaknya, saksi II Penggugat juga mengatakan bahwa anak-anak mereka ikut bersama Tergugat. Terbukti bahwa Tergugat masih peduli dengan keutuhan rumah tangga mereka dan mempunyai itikad baik dengan memperhatikan anak-anak mereka. Saksi I dan saksi II juga tidak mengetahui Penggugat meninggalkan rumah dengan seijin Tergugat atau tidak berarti bahwa apa yang didalilkan Penggugat tidak terbukti. Bahwa pengadilan hendaknya tidak boleh memudahkan perceraian, maka Hakim melihat bahwa Tergugat masih ingin memepertahankan rumah tangganya. Bahwa dari keterangan dua orang saksi keluarga Penggugat juga tidak nampak adanya perselisihan yang serius antara Penggugat dengan Tergugat, hanya terdapat ketidak sepahaan dan perbendaan pendapat. Perselisihan semacam itu merupakan hal yang biasa dan wajar-wajar saja dalam kehidupan sebuah rumah tangga, karena itu tidak selayaknya jika sampai terjadi perceraian.

Para saksi yang diajukan Penggugat memiliki nilai bukti yang lemah karena kekurangsempurnaan para saksi menyatakan kesaksian tentang telah

(37)

terjadinya fakta hukum berupa perselisihan dan pertengkaran diantara suami isteri sehingga tidak ditemukan:

a. Bukti tentang adanya perselisihan dan pertengkaran, serta bentuk perselisihan dan pertengkaran itu.

b. Bukti sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran.

c. Bukti perselisihan dan pertengkaran itu benar-benar berpengaruh dan prinsipil bagi keutuhan kehidupan suami istri.

d. Bukti keterangan yang memadai dari saksi-saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami istri.

B. Akibat hukum perbedaan penerapan testimonium de auditu dalam perkara perceraian dengan alasan pertengkaran terus menerus di

Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama

Hakim Pengadilan Agama menilai saksi de auditu berdasarkan Yurisprudensi Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 308 K/Pdt/1959 tanggal 11 November 1959. Kedua putusan Pengadilan Agama Hakim mengkonstruksikan kesaksian de auditu sebagai Persangkaan. Hakim juga mempertimbangkan bahwa kesaksian de auditu tersebut didapatkan dari Penggugat langsung, maka sangat beralasan untuk diterima. Akibat hukumnya Hakim menerima kesaksian de auditu tersebut, mengabulkan gugatan Penggugat dan menjatuhkan talak satu ba’in shugra Tergugat kepada Penggugat.

Hakim Pengadilan Negeri tidak menggunakan Yurisprudensi dalam mempertimbangkan diterima atau tidaknya saksi de auditu seperti Hakim di Pengadilan Agama. Apa yang disampaikan oleh saksi tidak menunjukkan telah terjadi keretakan dalam rumah tangga kedua belah pihak, sebaliknya menunjukkan bahwa rumah tangga antara kedua belah pihak masih bisa rukun kembali. Akibat hukumnya Hakim menolak kesaksian de auditu tersebut dan menolak gugatan Penggugat.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan memperoleh kondisi optimal dalam produktivitas enzim selulase oleh Trichoderma viride dan Aspergillus niger yang diradiasi sinar Gamma dosis rendah dan

Sesuai pasal 3 ayat (2) PBI 17/15/PBI/2015, Underlying Transaksi meliputi antara lain seluruh kegiatan investasi berupa direct investment , portfolio investment ,

Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan

Resonansi absorbsi terbesar pada energi absorbsi sekitar 6,67 eV yang mengakibatkan jumlah neutron paling banyak diserap sedangkan pada energi sekitar 50 Kev sangat sedikit

Evaluasi empiris dalam arti luas menekankan teknik-teknik untuk menilai efisiensi dan efektivitas kebijakan publik. Evaluasi empiris berusaha menilai dampak kebijakan

Berbeda halnya dengan bulan September dimana hampir seluruh wilayah teluk Senggrong dicirikan dengan salinitas yang tinggi berkisar antara 34 ppm hingga 35 ppm

Zona potensi panangkapan ikan tuna madidihang dari data citra satelit selanjutnya adalah musim timur, waktu musim timur ini terjadi pada Bulan Juni-Agustus ,

Rutinitas apa yang biasanya anda jalankan setelah mengenal game