• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Variasi Temperatur Austenisasi pada Proses Heat Treatment Quenching Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Friction wedge AISI 1340

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Variasi Temperatur Austenisasi pada Proses Heat Treatment Quenching Terhadap Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Friction wedge AISI 1340"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-324   

Pengaruh Variasi Temperatur Austenisasi pada

Proses

Heat Treatment Quenching

Terhadap Sifat

Mekanik dan Struktur Mikro

Friction wedge

AISI 1340

Fahmi Aziz Husain, Yuli Setiyorini

Jurusan Teknik Material & Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail: yulisetiyorini@yahoo.com

Abstrak— Permasalahan yang sering timbul dalam pembuatan friction wedge AISI 1340 adalah adanya Crack yang terjadi setelah proses quenching dalam pembuatan

friction wedge. Kemungkinan penyebab kegagalan yang

terjadi yakni kurang tepatnya perlakuan panas yang dilakukan.Oleh karena itu perlu adanya suatu penelitian untuk mencari perlakuan panas yang tepat. .

Metodologi yang digunakan adalah heat treatment

quenching dengan variasi temperatur austenisasi 830°C,

850°C, 870°C dan 920°C dengan waktu penahanan 20 menit, kemudian didinginkan cepat dengan media pendingin oli.

Hasil dari penelitian ini adalah semua spesimen hasil treatment memenuhi standar kekerasan friction wedge. Nilai kekerasan naik seiring naiknya temperatur austenisasi. Hasil paling baik didapat dari spesimen heat treatment quenching di media pendingin oli pada temperatur austenisasi 830oC dengan nilai kekerasan 458 BHN, tidak ada Crack yang terjadi dan memiliki nilai elongasi yang paling rendah yaitu 0,43%, sehingga bisa tahan pada temperatur kerja daripada spesimen yang lain. Struktur mikro yang dihasilkan berupa martensit dan austenit sisa. Dari pengujian XRD didapatkan fasa Fe1.91 C0.09 (Martensit BCT) dan Fe15.1 C (Austenit FCC).

Kata Kunci— AISI 1340, Heat treatment, Quenching, Temperatur, Struktur Mikro, Sifat Mekanik.

I. PENDAHULUAN

enggunaan baja di Indonesia sangatlah luas. Banyak perusahaan yang memproduksi baja untuk berbagai kebutuhan, salah satunya adalah PT Barata Indonesia, sebuah industri yang memproduksi komponen kereta api, komponen pada industri semen, pabrik gula dan sebagainya. Salah satu komponen kereta api yang diproduksi oleh PT Barata Indonesia adalah friction wedge.

Friction wedge merupakan peredam gesekan antara bolster

dan sideframe pada roda kereta api. Material penyusun dari friction wedge ini adalah AISI 1340.

Permasalahan yang sering timbul adalah ketika friction

wedge diquench, ada Crack yang terjadi. Hal ini

menyebabkan kerugian bagi perusahaan, karena jika terjadi

Crack maka produksi friction wedge tidak dapat

dilanjutkan ke proses tempering. Sehingga perusahaan harus mengulang produksi dari proses casting. hal ini membuat kerugian dari segi biaya dan waktu produksi pada industri manufaktur.

Salah satu kemungkinan yang terjadi adalah terjadinya quench Cracking saat dilakukan proses hardening [1]. Beberapa penyebab quench Cracking, yaitu pemanasan yang tidak seragam, pemanasan terlalu tinggi, pemilihan media pendingin yang kurang tepat, dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mencari solusi perlakuan panas yang tepat pada friction wedge AISI1340 agar bisa memenuhi standar yang telah ditentukan.

II. METODE PENELITIAN

A.Preparasi Spesimen Friction wedge 1340

Sampel uji baja AISI 1340 Q&T mengacu pada standard produksi PT Barata Indonesia seperti gambar 1.

Gambar. 1. Standar Friction wedge

Kemudian friction wedge tersebut dipotong menjadi 2 bagian. Disiapkan 2 jenis spesimen friction wedge yaitu as cast yang belum mengalami proses treatment dan as quench hasil dari proses treatment perusahaan sebagai pembanding. Komposisi kimia dari friction wedge ini bisa dilihat pada tabel 1.

(2)

  C B Q ca tre (a w m em K di fu oC se sp de C m tr D st di G da m E di Unsur Carbon (C) Mangan (Mn) Ferrous (Fe) Posphour (P) Sulphur (S) Silicon (Si) Chromium(Cr) Nickel (Ni) Vanadium (V) . Proses Heat Dipersiapka Q&T dengan ko ast). Dipersiap eatment di PT as quench) se edge as cast d masing-masing mpat buah s Kemudian dila ilakukan aust urnace dengan C. Ketika me elama 20 men pesimen dikel engan dicelupk . Pengujian N NDT yang melihat kemun reatment sesuai D.Pengujian M Pengujian ruktur mikro ilakukan deng GX71 di Labora an Metalurgi menggunakan 2 . Pengujian K Uji kekeras ilakukan denga Tabe Komposisi Sam Sample as quench (Crack) (%) 0,31 1,61 Balanced 0,024 0,016 0,35 0,13 0,14 0,006 Treatment an dua buah Fr ondisi belum m pkan juga fric T Barata Indon ebagai pemba dipotong menja Friction We spesimen den akukan proses tenitisasi deng temperatur 830 encapai tempe nit pada tem luarkan deng kan ke dalam o Non Destructive g digunakan a ngkinan adan i standar ASTM Metalografi metalografi d yang terdapat gan menggun atorium Metalu FTI-ITS deng % nital. Kekerasan.

san untuk men an metode brin el 1. mpel AISI 1340 Sample as cast (%) 0,46 1,76 Balanced 0,016 0,008 0,27 0,13 0,14 0,004 riction wedge b mengalami hea tion wedge da nesia yang me anding. Kemu adi dua bagian edge. Sehingg ngan dimensi s heat treatm gan memanas 0 oC, 850 oC, 8 eratur austeni mperatur terseb an cepat dan oli sampai temp

e Test. adalah penetra nya Crack s M E 165. dilakukan untu t pada spesim nakan mikros urgi Jurusan T gan perbesaran ngetahui keker nell sesuai stand

Standard AIS 1340 (%) 0,38 - 0,43 1,60 - 1,90 Balanced Max 0,035 Max 0,040 0,15 - 0,35 - - - baja AISI 1340 at treatment (a

ari proses hea ngalami Crack udian Friction n simetris pada ga didapatkan yang sama ment.Kemudian skan baja ke 870 oC dan 920 itisasi, ditahan but. Kemudian n didinginkan peratur kamar.

ant test untuk setelah prose uk mengetahu men. Pengujian skop Olympu Teknik Materia n 1000x. Etsa rasan spesimen dar ASTM E10

I 0 s at k n a n a. n e 0 n n n k s ui n us al a n, 0 deng Peng Labo Meta diam dihit men dilak keke pada pada dari yang Gamb titik in F. P AST Mett Sepu men temp pros peru Dala temp samp G. P terbe gan beban 187, gujian dilakuka oratorium Me alurgi FTI-IT meter indentas tung dengan pe Kekerasan di getahui keke kukan pengujia erasan pada ked a 3 titik yang b a tepi spesimen

titik pertama, g dipotong dap

bar. 2. Ilustrasi tem ndentasi untuk dis Pengujian Ther Pengujian ya TM E831. Pe tler Toledo di uluh Nopemb getahui sifat m peratur. Perub es fisik ata ubahan temper am penelitian peratur kondisi pai 300oC Pengujian XRD Pengujian ini entuk setelah ,5kgf dan diam an menggunak etalurgi Jurusa TS. Dari hasi i. Kemudian ersamaan berik ilakukan pada erasan pada an kekerasan u dalaman. Dilak erbeda pada tia n, dilanjutkan hingga titik k at dilihat pada mpat pemotongan s stribusi kekerasan. rmomechanica ang dilakukan engujian ini Laboratorium ber. Pengujia mekanik elonga bahan volume au kimia da ratur umumny ini dilakukan i real railroad D dilakukan unt h proses trea

meter bola inde kan alat Wolpe an Teknik M il uji akan d kekerasan bri kut : 5 titik di perm permukaan. untuk mengetah kukan pengujia ap spesimen. T titik kedua le ke tiga. Ilustra gambar 2. spesimen untuk uj al Analysis (TM n sesuai deng menggunakan m Energi Institu an ini dilaku ation suatu ben e yang diseb an berhubung ya berkisar 2 pemanasan 34 wheel bekerja tuk mengetahu atment. Peng entor 2,5mm. ert UH930 di Material dan di dapatkan inell (BHN) mukaan untuk Kemudian hui distribusi an kekerasan Titik pertama bih kedalam asi spesimen ji kekerasan dan MA) gan standar n alat merk ut Teknologi ukan untuk nda terhadap babkan oleh gan dengan 20-1400° C. 400C, karena antara 30o C ui fasa yang gujian XRD

(3)

JU   m In Ju A. bi se m m cr Ga tem ad se m pa 3. de te se te sp ba pe tid B. te di pu st H D ba URNAL TEKN menggunakan nstrumen Enclo urusan Teknik II . Pengujian N Crack bisa iasanya warna etelah diangka memanjang. Jik memadai maka

rack tidak terba

ambar. 3. Hasil mperatur austenisa Dari gamba da penetrant w etelah diberi menunjukkan tid ada spesimen .(d) terdapat p eveloper berbe ersebut bukan etelah proses h erlihat tersebut pesimen belum ahwa pada s endingin oli d dak terjadi cra

. Pengujian XR

Pengujian X erbentuk setela

ilihat pada gam Dari hasil uncak-puncak

ruktur dan ko Hasil dari peng Dari puncak-pu ahwa fasa yang

NIK POMITS V alat XRD P osure 10kV di Material dan M II. HASIL Non Destructive a teridentifika merah akan ke at oleh develo ka penerangan a hal tersebut aca [2]. NDT pada spes asi (a)830°C, (b)85 ar 3.(a), 3.(b) d warna merah a developer yan dak adanya cra

830°C, 850°C penetrant warn entuk seperti merupakan heat treatment t merupakan m di quench. O spesimen hasi dengan temper ck. XRD XRD dilakuka ah quenching. mbar 4. uji (X-Ray D difraksi yan omposisi denga gujian XRD d uncak difraksi g terbentuk ada Vol. 2, No. 2, ( PW 3040/60 i Laboratorium Metalurgi FTI-I DAN DISKU e Test.

asi dari perb eluar dari dala oper. Bentuk c n selama peng bisa menyeb imen treatment q 50°C, (c)870°C da dan 3(c) terlih akan keluar da ng berwarna ack setelah pro C dan 870°C. na merah yang lingkaran. Na sebuah crack t quenching. P poros yang s Oleh karena it il proses que ratur austenisa an untuk meli Hasil dari u Difraction) XR ng kemudian an software H dapat dilihat p tersebut dapa alah Fe1.91 C0 (2013) ISSN: 2 X’Pert PRO m Karakterisas ITS. SI bedaan warna am crack ketika crack biasanya getesan kurang abkan indikas   quenching dengan an (d)920°C 

hat bahwa tidak ari dalam crack putih. Hal in oses quenching . Pada gamba g terlihat pada amun lingkaran k yang terjad Penetrant yang sudah ada saa

tu, bisa diliha enching media asi 920°C juga

ihat fasa yang uji XRD dapa RD didapatkan diidentifikas Highscore plus ada gambar 4 at diidentifikas 0.09 yang biasa 2337-3539 (230 O si a, a a g si n k k ni g ar a n di g at at a a g at n si s. 4. si a diseb cente yang yang BCC karb pend dapa panj krist biasa auste menj terja (mar Pada temp karen menj samp Gamb Keter C. P perm peng gamb secti Peng deng cast, spes ferri hasil struk as-ca 01-9271 Print) but dengan m ered tetragon g bertransform g sangat renda C tetapi karena bon dan karbon dinginan yang at tercapai. S

ang daripada y tal baru menjad Selain fasa m a disebut den enit sisa yaitu

jadi martensit adi ketika baja rtensit finish) s a baja paduan peratur Mf be na itu, terbent jadi martensit pai temperatur

bar. 4. Hasil pengu rangan : □ : Fe1.9 ● : Fe1 Pengujian Meta Pengujian dil mukaan dan gujian metalog bar 5. Sedang ion hasil trea gujian metalog gan perbesaran Gambar 5(a) d , pada gambar imen as cast d t dan perlit. Se l proses peng ktur mikro pad

ast.

)

martensit deng al). Martensit masi. Pada tem ah austenite b

didalam auste n tidak dapat b

sangat cepat alah satu sel yang lain. Seh di BCT (Body C martensit, didap ngan austenit. u austenit ya selama proses a tidak di quen sehingga tidak dengan kadar rada di bawah tuk austenit y t yaitu ausite kamar [4]. ujian XRD 1 C0.09 (Martensi 15.1 C (Austenit) alografi lakukan untuk struktur mik grafi di permu gkan hasil pe atment dapat

grafi ini men n 1000x.

dan 6(a) menu r tersebut terli di permukaan d edangkan bulat ecoran spesim da permukaan d gan struktur t dihasilkan d mperature medi erubah dari F nite masih terd berdifusi lagi a maka struktur rusuk satu hingga memben Centered Tetra patkan fasa Fe Fasa tersebut ang tidak ber s quenching. A nch hingga tem terbentuk 100 r karbon lebih

h temperatur k yang tidak ber

enit sisa pada

it BCT) melihat strukt kro cross-sec ukaan dapat ngujian metal dilihat pada nggunakan ets unjukkan struk ihat bahwa str dan di cross se tan hitam meru men. Tidak ad dan cross secti

F-326  BCT (Body dari austenit ia pendingin CC menjadi dapat banyak akibat waktu r BCC tidak uannya lebih ntuk struktur agonal) [3]. 15.1 C yang t merupakan rtransformasi Austenit sisa mperatur Mf % martensit. dari 0.3%, kamar. Oleh rtransformasi a quenching tur mikro di ction. Hasil dilihat pada lografi cross gambar 6. sa nital 2% ktur mikro as ruktur mikro ection adalah upakan poros a perbedaan ion spesimen

(4)

 

Gambar 5(b) dan 6(b) merupakan struktur mikro dari spesimen as quench, pada gambar tersebut terlihat bahwa struktur mikro yang terbentuk adalah martensit yang berwarna gelap dan austenit sisa atau retained austenit. Dari gambar tersebut terlihat bahwa ada perbedaan presentase martensit. Pada gambar 5(b) terlihat bahwa warna hitam (martensit) yang ada lebih banyak daripada warna hitam pada gambar 6(b). Hal ini menunjukkan presentase martensit yang terbentuk pada permukaan lebih banyak daripada martensit yang terbentuk di daerah cross section spesimen.

Gambar 5(c), 5(d), 5(e) dan 5(f) menunjukkan struktur mikro di permukaan untuk variasi temperatur austenisasi 830°C, 850°C, 870°C dan 920°C. Sedangkan gambar 6(c), 6(d), 6(e) dan 6(f) menunjukkan struktur mikro di cross section untuk variasi temperatur austenisasi 830°C, 850°C, 870°C dan 920°C. Semuanya juga menunjukkan struktur mikro didominasi martensit dan austenit sisa.

Sesuai dengan ASM Metal Handbook Volume 4 untuk

heat treatment dengan 0.3% karbon struktur mikro

permukaan yang terbentuk pada as quench adalah 99%. Struktur mikro permukaan spesimen hasil perlakuan panas quenching dengan media pendingin oli yang memiliki 0.4% karbon dengan temperatur austenisasi 830°C adalah 85% martensit sedangkan presentase martensit yang terbentuk pada struktur mikro cross section spesimen 830°C adalah 83%.

Pada temperatur austenisasi 850°C martensit yang terbentuk pada struktur mikro permukaan juga 85% dan struktur mikro cross section sebanyak 84%. Pada spesimen 870°C terbentuk mendekati 87% martensit di permukaan dan 86% martensit di cross section. Pada temperatur 920°C terbentuk 92% martensit di struktur mikro permukaan dan di cross setion sebanyak 91% martensit.

Struktur martensit ini sangat keras yang merupakan peralihan struktur kristal FCC dari austenit menjadi struktur kristal BCC dari ferrit. Namun karena waktu pendinginan yang relatif cepat sehingga tidak memberikan kesempatan untuk karbon berdifusi keluar dari struktur kristal BCC, menyebabkan struktur kristal BCC yang terdistorsi dan mengalami tegangan yaitu menjadi struktur kristal BCT (Body Centered Tetragonal). Austenit yang tidak sempat berubah menjadi martensit kemudian disebut austenit sisa pada gambar berwarna putih, sedangkan martensit berwarna hitam runcing [5]. Retained austenit merupakan austenit yang tidak bertransformasi menjadi martensit selama proses pendinginan cepat [4].

Gambar. 5. Struktur mikro permukaan (a) as cast, (b) as quench (Crack), (c) oil quench 830°C, (d) oil quench 850°C, (e) oil quench 870°C, (f) oil quench 920°C .

Gambar. 6. Struktur mikro cross-section (a) oil quench 830°C, (b) oil quench 850°C, (c) oil quench 870°C, (d) oil quench 920°C

D.Pengujian Kekerasan

Pengujian kekerasan menggunakan metode brinell dengan beban 187,5 Kgf dan diameter bola indentor 2,5 mm sesuai dengan standard uji kekerasan Brinell ASTM E 10 2004. 

(5)

JU   Ga ba ga m B m di st C pe pe de ba te qu ke ha ke m ka [6 sp te te da ke ya pe sp pa de da ya pa URNAL TEKN ambar. 7. Grafik n Pada gamba atas standar k ambar 4 dapat merupakan stan HN pada perm mengalami pem idinginkan cep andard yang d Crack pada s erlakuan (As C ermukaan, jauh Pada spesim engan variasi ahwa kekeras emperatur. Nil uencing dari ekerasan terting Pada spesim ardening den ekerasan yang meningkatkan n

arbon yang ter 6]. Selama pen pesimen denga emperatur rend erlarut dalam a alam martensit ekerasan mater ang rendah [7] Untuk me engujian keker pesimen. Pengu ada spesimen engan variasi t apat dilihat pad ang dekat den aling jauh dari

NIK POMITS V

nilai kekerasan pad ar 4 garis hija ekerasan fricti t dilihat bahw ndar perusaha mukaan. Spesi manasan pada pat dengan air.

itetapkan yaitu spesimen ters Cast) memilik h dibawah stan men yang diber

temperatur y san meningka lai kekerasan temperatur a ggi dari tempe men yang diber ngan didingin tinggi. Marte nilai kekerasan. rperangkap ke ndinginan, terja an media pendi dah, mungkin austenit. Karb t juga kurang. rial menjadi ren

.

elihat distrib rasan dari tepi ujian distribus yang diberi temperatur. Ha da gambar 5 d ngan permukaa permukaan. Vol. 2, No. 2, ( da permukaan spes au mendatar m ion wedge (30 wa spesimen a an memiliki imen as quenc a temperatur . Angka ini su u 300 BHN aka sebut. Spesim ki kekerasan 2 ndar kelayakan ri perlakuan pa yang berbeda at seiring de terendah dida austenisasi 830 ratur austenisa rikan perlakua nkan cepat m ensit berperan . Adanya tegan e dalam struktu adi perpindaha ingin. Ketika d n ada sedikit bon jenuh dan

Hal inilah yan ndah pada tem busi kekeras i spesimen ke si kekerasan ha perlakuan pan asil dari distri dimana titik 1 m an, titik 3 me (2013) ISSN: 2   simen merupakan gari 00 BHN). Dar s quench yang kekerasan 495 ch sebelumnya 920 C dan udah memenuh an tetapi terjad men uji tanpa

245 BHN pada produksi. anas quenching

dapat diliha engan naiknya

apat dari hasi 0°C dan nila asi 920°C. an panas berupa

memiliki nila penting dalam ngan akibat dar

ur kristal BCT an panas antara di quench pada karbon yang unsur paduan ng mnyebabkan mperatur quench an dilakukan bagian tengah anya dilakukan nas quenching ibusi kekerasan merupakan titik erupakan titink 2337-3539 (230 s ri g 5 a n hi di a a g at a il ai a ai m ri T a a g n n h n h n g n k k Gamb quenc deng 920° spes spes keke di s prese spes pend laju ideal mm. yang rong keke E. P kem yang gamb Gam berd 30oC seirin mem 830° dika prese terse tabel rate D tingg temp seda spes yaitu 01-9271 Print) bar. 8. Grafik n ching. Pada gambar gan temperatur °C terjadi pen imen yang re imen tersebut erasan tersebut semua titik. H entase marten imen yang me dinginan di bag pendinginan d Selain itu berd l dengan komp Dengan bent g mempunyai k gga di dalam erasan pada sel Pengujian Ther Pengujian ini ampuan baja s g bekerja. Ha bar kurva da mbar 9. Dari Gambar dasarkan kena C/menit. Nilai ng dengan k miliki nilai elo °C memiliki renakan adan entase marten ebut. Dari gam l 2. Sehingga 30°C/menit Dari Tabel 2 gi diperoleh peratur austen angkan yang e

imen oil quen u sebesar 0.43% ) nilai distribusi k memperlihatk r austenisasi 8 nurunan keker elatif kecil. P t tidak terlal terlihat bahwa Hal ini dikare nsit yang terb empunyai rong gian tengah tid i permukaan. dasarkan hasil p posisi kimia fri tuk dan ukuran kedalaman kur mnya, tidak a

luruh sisi spesi rmomechanica i dimaksudkan setelah treatme sil pengujian lam bentuk k r 9 dapat di aikan tempera elongation se kenaikan temp ongasi yang pa nilai elongasi nya perbedaa nsit yang te mbar 9 dapat d dapat dilihat diperoleh nila pada spesim nisasi 920°C elongation pali ch dengan tem %. kekerasan pada s kan bahwa pad 830°C, 850°C, rasan dari tep Perbedaan kek lu signifikan. a kekerasan spe enakan adanya bentuk, selain gga di dalam s dak terlalu berb

perhitungan di iction wedge di n dimensi Fri rang dari 71mm akan membua men berbeda ja al Analysis (TM n untuk mem ent terhadap st TMA dapat kurva elongati iperoleh hasil atur, dengan emua spesimen peratur. Spesi aling tinggi da i paling rend an struktur m erbentuk pada ditransformasik detail nilai el ai elongation

men oil quen

C yaitu sebe ing rendah dip mperatur austen F-328  spesimen hasil da spesimen , 870°C dan pi ke tengah kerasan pada Dari data esimen sama a perbedaan itu bentuk ehingga laju beda dengan iameter kritis idapatkan 66 iction wedge m karena ada at distribusi auh [8]. MA) mbandingkan tress thermal dilihat pada ion seperti l elongation heat rate n bertambah imen 920°C an spesimen dah. Hal ini

mikro yaitu a spesimen kan menjadi longasi pada yang paling nch dengan esar 0.96%, peroleh pada nisasi 830°C

(6)

 

Gambar. 9. Kurva elongation dengan temperatur 25°C -300°C. Keterangan : : 920°C : 870°C : 850°C : 830°C Tabel 2.

Nilai elongation hasil pengujian TMA

Elongasi ini berpengaruh terhadap ketahanan spesimen pada temperatur kerja (300°C). Semakin tinggi elongasi maka spesimen tersebut mudah mengalami perubahan dimensi, hal ini menyebabkan spesimen dengan nilai elongasi tinggi memiliki ketahanan yang rendah pada temperatur kerja. Sehingga spesimen yang baik dan tahan temperatur kerja friction wedge adalah spesimen dengan nilai elongasi yang rendah.

Selain hasil di atas pada pengujian TMA juga didapatkan grafik nilai koefisien ekspansi termal (ppm/oC) berdasar temperatur (oC), grafik tersebut dapat dilihat pada gambar 10.

Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa nilai koefisien ekspansi paling tinggi adalah spesimen dengan temperatur austenisasi 920°C, sedangkan nilai koefisien ekspansi termal paling rendah adalah spesimen dengan temperatur austenisasi 830°C.

Dari grafik tersebut ekspansi termal mencapai peak pada temperatur 200-220 0C. Hal ini tentu karena pengaruh struktur yang metastabil, yaitu martensit. Puncak yang terjadi pada range 200-220 oC ini adalah temperatur dimana martensit mulai berdekomposisi, atau batas pembentukan awal martensit (Ms). Apabila digunakan dalam aplikasi

friction wedge yang membutuhkan temperatur lebih dari

200oC bisa terjadi dekomposisi martensit [9].

Gambar. 10. Grafik nilai koefisien ekspansi termal (ppm/oC) berdasar

temperatur (oC). Keterangan : : 920°C : 870°C : 850°C : 830°C IV. KESIMPULAN

Dari pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa Semua spesimen hasil treatment memenuhi standar kekerasan friction wedge. Nilai kekerasan naik seiring naiknya temperatur austenisasi. Hasil paling baik didapat dari spesimen heat treatment quenching di media pendingin oli pada temperatur austenisasi 830oC dengan nilai kekerasan 458 BHN, tidak

ada Crack yang terjadi dan memiliki nilai elongasi yang

paling rendah yaitu 0,43%, sehingga bisa tahan pada temperatur kerja. Struktur mikro yang dihasilkan berupa martensit dan austenit sisa. Dari pengujian XRD didapatkan fasa Fe1.91 C0.09 yang merupakan Martensit dengan struktur BCT dan Fe15.1 C yang merupakan Austenit dengan struktur FCC.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Herring, Daniel.2012. Quench Cracking. Industrial Heating. [2] ASM. 1997. ASM handbook vol 17 Non Destructive Evaluation and

Quality Control. ASM International

[3] Calister, William D. 2000. Materials Science and Engineering. Departement of Mettalurgical Engginering The University of Utah [4] Herring, Daniel.2005. Retained Austenite. Industrial Heating [5] Agustianto, Arief. 2011. Analisa Kegagalan dan Pengaruh Proses

Hardening-Tempering AISI 1050 Terhadap Strukturmikro dan Kekuatan Sebagai Langkah Peningkatan Kualitas Marine Chains Bucket Elevator 02-m-308 PT. Petrokimia Gresik Jurnal Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[6] Totten, G. E. 2007.Steel Heat Treatment. Boca raton,FL. CRC Press [7] Hanguang, Fu. 2009. Effect of quenching temperature on structure

and properties of centrifugal casting high speed steel roll. Jurnal China Foundry

[8] ASM. 1991. ASM handbook vol 4 Heat Treating”. ASM International.

[9] Thelning, Karl-Erik.1975. Steel and Its Heat Treatment. London: Butterworths.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya peraturan yang melarang pengubahan fisik bangunan dan adanya peraturan yang mewajibkan untuk memelihara bangunan pusaka, maka dapat mendorong masyarakat pemilik

Pada kajian ini, software Expert Choice digunakan untuk memodelkan struktur hirarki kajian, menghitung nilai darjah keberkesanan dan prioriti polisi pembangunan

Jumlah pergerakan penumpang, pesawat udara, dan kargo tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 seluruh bandar udara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero) dapat dilihat pada

Permasalahan mendasar yang dikaji adalah proses interaksi antara da‟i (guru pengajian) dan mad‟u (peserta pengajian) dalam pengajian rutin pada Mesjid Jamik Baitushsalihin

Otomasi selalu berkaitan dengan sistem kendali dankontrol dan semakin beragamnya sarana industri yang membutuhkan otomatisasi, oleh karena itu dalam penyusunan Jurnal

Analisis perilaku model merupakan usaha untuk memahami perilaku sistem yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dalam model, sehingga dapat menjadi dasar untuk menyempurnakan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Lembaran Negara Republik