• Tidak ada hasil yang ditemukan

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi Januari 2007"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEMBANGKAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN

GURU INDONESIA

Oleh : Ki Supriyoko

A.

PENGANTAR

Banyak pengertian kompetensi yang dikembangkan oleh para ahli dan/atau para praktisi. Kalau kita membaca buku karya Louise Moqvist (2003) dalam “The Competency Dimension of Leadership: Findings from a Study of Self-Image among Top Managers in the Changing Swedish Public Administration” yang diterbitkan oleh Linkoping University, kompetensi didefinisikan sebagai kondisi aktual yang dihubungkan dengan individu dan kerja. Adapun maksudnya ialah sejauh mana seorang individu dapat memanfaatkan kondisi aktual yang ada di lingkungan sekitar untuk mendukung pekerjaannya.

Istilah kompetensi berhubungan dengan dunia pekerjaan. Menurut Rustyah (1982), kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengeta-huan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu; sedangkan menurut Herry (1998), kompetensi adalah kemampuan melak-sanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau latihan. Hal ini

(2)

dapat dibaca dalam publikasi Direktorat Pendidikan Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2006),

“Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Kependidikan Dalam Pendidikan Inklusif” yang dapat diakses melalui situs http://www.dtplb.or.id.

Kaitannya dengan kompetensi guru yang dibahas dalam artikel ini, Sudarwan Danim (2002) dalam karyanya “Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan” terbitan Pustaka Setia, Bandung menyatakan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna meningkatkan kompetensi guru.

B.

KOMPETENSI KEPRIBADIAN

Dari dimansi Bahasa Indonesia, kepribadian (personality) berasal dari kata dasar pribadi (personal) pada seseorang yang belum tentu sama antara satu orang dengan orang lainnya. Kepribadian itu mencerminkan sikap dan sifat pribadi masing-masing orang. Mengacu pengertian ini maka kompetensi kepribadian dapat dimengertikan sebagai kompetensi yang mencerminkan sikap dan sifat pribadi masing-masing orang, yang dalam hal ini adalah guru.

Apabila kita mengacu tulisan Haris Supratno (2005) selaku anggota Tim Penyusun RUU Guru dan Dosen dalam Dampak Positif UU Guru

(3)

dan Dosen” yang dapat diakses pada situs http://depokmetro.com maka kompetensi kepribadian didefinisikan sebagai kemampuan kepribadian guru dan dosen yang mantap, berakhlak mulia, berwibawa, dan menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Selanjutnya di dalam dokumen “Panduan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2006” yang telah disusun bersama Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan Direktorat Profesi Pendidik Direktorat Jenderal PMPTK Depdiknas (2006) disajikan pengertian yang lengkap. Pada halaman 1 s/d 7 dokumen ini disebutkan bahwa kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepriba-dian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara lebih rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut.

1. Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indika-tor esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

3. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

(4)

4. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

5. Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

Bagi seorang guru di satuan pendidikan mana pun, kepribadian tidak dapat diabaikan; artinya kalau kepribadiannya diragukan maka sulit bagi siswa untuk menerima apa pun yang disampaikan. Di Indonesia ini profesi guru sering diidiomkan dengan “digugu lan ditiru” yang secara harafiah berarti “dipatuhi dan diteladani”. Adapun maknanya adalah, semua nasehat atau bimbingan guru akan selalu dipatuhi dan perilaku guru akan selalu diteladani oleh para siswanya. Agar supaya dapat dipatuhi bimbingan dan diteladani perilakunya oleh siswa maka diperlukan guru dengan kepribadian yang konstruktif untuk ukuran masyarakat umum.

Bagaimanakah dengan pengajaran bermedia (mediated instruction),

pendidikan maya (virtual education), pembelajaran berteknologi internet

(e-learning), dan sejenisnya yang mengurangi frekuensi serta intensitas kontak di antara guru dengan siswanya? Disinilah permasalahannya! Makin sedikit frekuensi serta intensitas kontak guru dengan siswa semakin sedikit bimbingan guru yang dipatuhi dan perilaku guru yang diteladani siswa. Kalau media pengajaran difungsikan sebagai alat bantu maka masih relatif banyak bimbingan guru yang akan dipatuhi dan perilaku guru yang akan

(5)

diteladani siswa; namun kalau media pendidikan difungsikan sebagai alat utama seperti penggunaan internet dalam pengajaran maka hampir tidak ada lagi bimbingan guru yang akan dipatuhi dan perilaku guru yang akan diteladani siswa. Hal ini memang menjadi tantangan guru dewasa ini.

C.

KEPRIBADIAN GANDA

Dalam dunia psikologi ada yang disebut kepribadian ganda (multiple personality). Disebut dengan kepribadian ganda oleh karena dalam diri satu orang terdapat dua atau lebih kepribadian sekaligus yang biasanya, tetapi tidak selalu, kepribadian-kepribadian itu saling bersifat antagonistik, yang satu baik dan yang lain buruk.

Secara psikologis makin bertentangan antara kepribadian yang satu dengan kepribadian yang lain makin mudah dideteksi pada penyandangnya; sebaliknya makin sejalan antara kepribadian yang satu dengan kepribadian yang lain semakin sulit untuk mendeteksi pada penyandangnya. Pada sisi yang lain relatif sangat sedikit orang yang memiliki kepribadian ganda dibanding dengan yang berkepribadian tunggal alias normal.

Kepribadian ganda tersebut umumnya tidak menguntungkan bagi si pemiliknya oleh karena kepribadian yang baik pada akhirnya tertutup oleh kepribadian yang jahat. Beberapa ahli psikologi bahkan menyebutnya sebagai semacam penyakit yang menyerang manusia sehingga dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah Multiple Personality Disorder (MPD). MPD inilah yang sering disebut dengan kepribadian yang terbelah (split personality) karena kepribadian atau jiwa orang yang mengalaminya akan terbelah menjadi beberapa bagian, antara yang baik dengan yang buruk.

(6)

Dalam referensi lain penyandang kepribadian yang terbelah ini juga disebut mengidap “schizophrenia" yang kata asalnya scissor (Inggris) yang berarti “gunting”. Penderita schizophrenia ini adalah orang yang kepribadiannya atau jiwanya tergunting menjadi beberapa bagian.

Pada tulisan Sarlito Wirawan Sarwono (2006) dalam “Kepribadian Ganda” yang dapat diakses dalam situs http://neumann.f20.org dinyatakan ada dua macam split. Yang pertama adalah split antara pikiran, perasaan dan perbuatan (sehingga orang itu ngomongnya ngaco, sambil tertawa-tawa atau nangis dan jalan pikirannya meloncat-loncat /flight of ideas). Ciri lain dari jenis yang pertama ini adalah adanya “waham” (delusi) yaitu pikiran-pikiran bahwa dia adalah nabi, presiden, atau bahkan poci teh. Jenis kedua adalah split of personalities”, yaitu orang yang dalam dirinya punya lebih dari satu kepribadian. Kepribadian satu dan yang lain bisa saling tidak kenal dan sifatnya bisa sangat berbeda. Contoh populernya adalah film tentang Dr. Jackill si baik, dan Mr. Hyde si jahat dalam diri seorang peneliti. Tahu-tahu Dr. Jackill ditangkap polisi karena Mr. Hyde membunuh orang, dan tentu saja Dr. Jackill kebingungan karena dia tidak kenal siapa itu Mr. Hyde, apalagi apa yang sudah dilakukannya.

Sekarang permasalahannya adalah, apakah hubungan teori psikologi tersebut dengan kompetensi kepribadian yang wajib dimiliki oleh seorang penyandang profesi pendidik alias guru?

Hubungannya jelas! Oleh karena penyandang kepribadian ganda pada umumnya betendensi negatif dalam perilakunya, tepatnya kepribadian yang baik akan tertutup oleh kepribadian yang buruk, maka jangan sampai guru mengidap MPD. Bayangkan dengan seorang Dr. Jackill yang baik hati dan

(7)

suka menolong orang tiba-tiba ia ditangkap polisi karena melakukan kasus pembunuhan, meski ia sendiri pun tidak menyadarinya. Orang akan lebih mengenal kasus pembunuhannya daripada kebaikannya. Itulah sebabnya seorang guru tidak boleh menyandang MPD seperti halnya Dr. Jackill.

Bukankah kepribadian ganda itu sifatnya “given” karena pemberian Tuhan YME? Ini tidak salah, akan tetapi kita harus ingat bahwa kepribadian ganda itu bisa “disembuhkan”; misalnya dengan cara berkonsultasi dengan dokter jiwa, atau kalau sudah berat ya terpaksa masuk assylum atau rumah sakit jiwa untuk mendapatkan perawatan khusus. Guru yang menyandang MPD berat tentu saja sudah kehilangan kompetensi kepribadiannya; namun kalau sembuh setelah menjalani perawatan khusus bukan mustahil kompe-tensi kepribadian yang pernah hilang dapat muncul kembali.

D.

DIHORMATI DAN DISEGANI

Bagaimana cara mengembangkan kompetensi kepribadian pada guru Indonesia? Caranya ialah menjadikan guru sebagai pribadi yang dihormati dan disegani. Sesungguhnya banyak faktor yang membuat seorang guru dapat dihormati dan disegani, namun setidak-tidaknya ada tiga faktor utama yang harus dimiliki; yaitu berakhlak mulia, bijaksana, dan berwibawa.

Akhlak mulia wajib dimiliki oleh seorang guru kalau ingin dirinya dihormati dan disegani. Akhlak mulia ini mudah dilaksanakan bagi orang yang terbiasa berbuat baik, namun sulit dilaksanakan bagi orang yang biasa berbuat tidak baik. Dalam dunia pewayangan ada tokoh yang bernama Puntadhewa. Raja Amarta ini suka membantu orang lain, terlebih rakyatnya

(8)

sendiri, yang berada dalam kesulitan. Jangankan harta benda, isteri dan nyawa pun akan diberikan kalau hal itu dapat membawa maslahat orang banyak. Ia benar-benar berakhlak mulia; dan guru Indonesia hendaknya memiliki sifat seperti ini.

Bagaimana dengan sifat bijaksana? Sifat ini tidak hanya diperlukan bagi pejabat tinggi dan pemimpin bangsa, tetapi guru pun wajib memiliki-nya kalau ingin dihormati dan disegani. Tanpa sifat yang bijaksana niscaya akan sulit menjadi seorang tokoh yang dihormati dan disegani. Dalam dunia pewayangan ada tokoh yang bernama Semar Badranaya. Ia hanya seorang pembantu (punakawan) tetapi benar-benar bijaksana. Ia pandai menempat-kan diri ketika berhadapan dengan dewata, penguasa, majimenempat-kan, keluarga, musuh, dan sebagainya. Ia pandai menyesuaikan diri ketika menghadapi orang yang sedang sedih, gembira, marah, dan sebagainya. Sifat bijaksana ini hendaknya juga dimiliki oleh para guru Indonesia.

Tentang kewibawaan demikian pula halnya. Kewibawaan ini berkait langsung dengan citra diri di masyarakat dan kepatuhan siswa. Guru yang berwibawa memiliki citra yang positif di masyarakat di samping bimbing-annya akan dipatuhi siswa. Guru yang sangat cerdas tidak otomatif akan berwibawa di mata siswa; sebaliknya banyak guru yang penguasaan ilmu pengetahuannya pas-pasan akan tetapi sangat berwibawa di hadapan siswa. Dalam dunia pewayangan ada tokoh yang namanya Begawan Abhiyasa. Pendeta yang sangat sederhana kehidupannya itu sangat berwibawa tidak saja di hadapan para murid akan tetapi juga di hadapan raja-raja dan para pemimpin negara pada umumnya. Mengapa demikian? Karena di samping ia berlaku positif di masyarakat, kata dan perbuatannya selalu menyatu. Kewibawaan ini hendaknya dimiliki oleh para guru Indonesia.

(9)

Akhlak mulia, kebijaksanaan, dan kewibawaan merupakan tiga faktor yang dapat membangun pribadi guru sebagai orang yang dihormati dan disegani oleh masyarakat, khususnya oleh siswa.

E.

KESIMPULAN

Kompetensi kepribadian sangatlah penting dan memiliki posisi yang strategis untuk mensukseskan pendidikan; oleh karenanya setiap guru hendaklah memiliki, menguasi dan mempraktekkan kompetensi kepribadian tersebut di atas dalam proses pengajarannya. Cara mengembangkan potensi kepribadian adalah menjadikan guru sebagai pribadi yang dihormati dan disegani. Sesungguhnya banyak faktor yang membuat seorang guru dapat dihormati dan disegani, namun setidak-tidaknya ada tiga faktor utama yang harus dimiliki; yaitu berakhlak mulia, bijaksana, dan berwibawa !!!*****

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Prof. Dr. H. Ki Supriyoko, M.Pd. adalah Guru Besar Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Pengasuh Pesantren “Ar-Raudhah” Yogyakarta, dan Wakil Presiden Pan-Pacific Association of Private

Education (PAPE) yang bermarkas di Tokyo, Jepang

Referensi

Dokumen terkait

Mencari adan,a !erdarahan melalui traktus di"estivus# 3ecara makrosko!ik dilihat warna tin+a- mikrosko!ik dilihat ada tidak n,a eritrosit- telur cacin"- !arasit- untuk

Larenku Rempah kaya akan manfaat karena terbuat dari perpaduan antara gula aren dengan rempah- rempah plus nigella sativa yang diolah dan diramu oleh ahlinya.. 2.Aman

Tujuan menggunakan bentuk penelitian ini adalah mencari informasi faktual yang mendetail tentang kreativitas penciptaan syair lagu dalam pembelajaran seni budaya dan

Pengaruh model uji kompetensi akuntansi terhadap kompetensi lulusan yang siap kerja, hasilnya positif dan signifikan, artinya model uji kompetensi yang memenuhi

Hal ini di karenakan kepuasan yang diberikan kepada karyawan cenderung kurang dan karyawan tidak memiliki kepuasan kerja, bahkan terkadang karyawan harus lembur

Golongan ini sejak dari kecil telah memiliki keperibadian tertutup kerana menerima tekanan dari masyarakat sehingga menjadi seorang yang pendiam, pemalu dan tidak

Apabila komunikator dalam hal ini adalah Humas atau lebih dikenal dengan public relations dapat melakukan melakukan tugasnya sesuai dengan menggunakan sistem

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui sebaran penguasaan materi mata pelajaran Geografi SMA berdasarkan ujian nasional tahun 2010 – 2012, (2) Mengetahui