• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NO. 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA KECAMATAN KRAGILAN) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NO. 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA KECAMATAN KRAGILAN) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
160
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH

KABUPATEN SERANG NO. 17 TAHUN 2007

TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP

(STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH

KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA

KECAMATAN KRAGILAN)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh

EKO SETYAWAN NIM. 061514

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

(2)

ABSTRAK

Eko Setyawan, Nim 061514, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi Kasus Buangan Limbah PT. Indah Kiat Pulp and Paper Di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan)”.

Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Lingkungan Hidup

(3)

ABSTRACT

Eko Setyawan, Nim 061514, Sultan Ageng Tirtayasa University Serang-Banten, Faculty of Social and Political Science, Public Administration Studies Program, " The Regulation Implementation in Serang Regency No. 17 of 2007 about Controlling the Environment (Case Study of Waste Disposal in PT. Indah Kiat Pulp and Paper In Tegalmaja Village, Kragilan District)".

Keyword: Policy Implementation, Environment

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : EKO SETYAWAN

NIM : 061514

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH

KABUPATEN SERANG NO. 17 TAHUN 2007

TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN

HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA KECAMATAN KRAGILAN)

Serang, Oktober 2011 Pembimbing Skripsi I

Abdul Hamid, M.Si.

NIP. 198104102006041023

Pembimbing Skripsi II

Kristian Widya Wicaksono, M.Si.

NIP. 198003222005011005.

Mengetahui, Dekan FISIP UNTIRTA

Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si.

(5)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : EKO SETYAWAN

NIM : 061514

Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH

KABUPATEN SERANG NO. 17 TAHUN 2007

TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN

HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA KECAMATAN KRAGILAN)

Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 25 Oktober 2011 dan dinyatakan LULUS

(6)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Eko Setyawan

NIM : 061514

Tempat Tanggal Lahir: Klaten, 29 Mei 1988 Program Studi : Ilmu administrasi Negara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi Kasus Buangan Limbah PT. Indah Kiat Pulp and Paper di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan) adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsure plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, Oktober 2011

(7)

never , never, never give up. . .

never , never, never give up. . .

never , never, never give up. . .

never , never, never give up. . .

(Winston Churcil)

(Winston Churcil)

(Winston Churcil)

(Winston Churcil)

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian. Usulan penelitian ini merupakan salah satu syarat skripsi untuk mencapai gelar sarjana Strata I (satu) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Penulis menyadari bahwa penulisan usulan penelitian ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan dan untuk menambah wawasan dimasa datang. Terima kasih paling terdalam untuk Ibunda dan Adik-adikku Tersayang, yang memberi arti dalam kehidupan ini serta Alm.Ayahanda yang memotivasi menjadi orang sukses.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah memberikan pengajaran, bantuan serta dorongan dalam upaya menyelesaikan proposal penelitian ini mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup”.

Untuk itu peneliti sampaikan terima kasih kepada:

(9)

2. Prof. Dr., Ahmad Sihabudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Agus Sjafari, Dr., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Rahmi Winangsih, S. Sos., M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

5. Idi Dimyati, S.Ikom selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Kandung Sapto N, S.Sos., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 7. Rina Yulianti, S. Sos., M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

8. Anis Fuad, S.Sos selaku Dosen pembimbing akademik saya yang memberikan arahan selama perkuliahan.

9. Abdul Hamid, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing I skripsi, yang memberikan arahan dan motivasi selama melakukan proses penyusunan. 10.Kristian Widya Wicaksono, S.Sos. M.Si selaku Dosen Pembimbing II skripsi,

yang memberikan arahan dan motivasi selama proses penyusunan. Semoga sukses pak perajalanan ke Jermannya.

11.Ayuning Budiati, M.PPM yang telah memberikan motivasi untuk terus berkuliah.

(10)

13.Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

14.Kepala Desa Tegalmaja dan seluruh staf yang membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti selama proses penelitian.

15.Bapak HS. Kustaman dan Bapak Ayi Syamsul Hidayat dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang pada Bidang pengendalian yang telah membeikan peneliti data mengenai penelitian ini.

16.Kakak M. Islah dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang telah membeikan peneliti data mengenai penelitian ini.

17.Kelurga besar Bapak Sobana dan Ibu Sukmanah sebagai keluarga kedua dan orang tua kedua selama perantauan mencari setetes ilmu di Banten.

18.Keluarga M. Yusup sebagai pemberi semangat dan pemberi ilmu kehidupan. 19.Ujang Supriatna sebagai sahabat dan saudara terbaik seluruh dunia yang

selama ini selalu mengerti dan berjuang bersama-sama menaklukan perkuliahan. Tak banyak kata yang bisa ungkapkan karena terlampau banyak yang harus diungkapkan

20.Azhar Rachmansyah yang kelakarnya sering tidak masuk akal, Nusman Bundru diskusinya yang luar biasa. Tak ada mantan teman atau mantan saudara, sekali saudara selamanya tetap saudara.

(11)

22.Teman-teman angkatan Administrasi Negara 2006 yang memberikan kesan selama perkuliahan.

23.Adam Baladika, Irwan Hendrawan Suparlin, teman-teman ”BOUNDERS” dan teman-teman ”Sehendal Backpacker” atas trip-trip yang luar biasa. Mantap, bolak-balik baduy dalam-baduy luar.

24.Nadia Fatimah, Yusti Aprilian Adi dan Ravida yang telah memberikan warna dan semangat pada waktu menempuh perkuliahan hingga pasa saat penyusunan tulisan kecil ini..

25.Teman-teman ORMAWA. HIMANE 07, BEM 2008 dan BEM FISIP 2009. Terima kasih atas pembelajaran organisasi yang menyenangkan.

26.Presma, WaPresma Untirta beserta jajaran Kabinet ”Profesional” 2010 atas kerjasamanya dan pengertiannya.

27.Teman-teman KKM 33 Desa Kamuning Kecamatan Tunjung Teja yang memberikan kesan selama melakukan pengabdian kepada masyarakat.

Selain itu peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan- kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Dilain sisi peneliti juga berharap agar proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum wr.wb

Serang, Oktober 2011

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Indentifikasi Masalah ... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelian ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR 2.1 Deskripsi Teori ... 11

2.1.1 Kebijakan ... 11

2.1.2 Pengertian Publik ... 15

2.1.3 Kebijakan Publik ... 18

2.1.4 Implementasi Kebijakan ... 20

(13)

2.1.6 Implementasi Kebijakan Model George C. Edward III 24 2.1.7 Implementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle 29

2.1.8 Faktor Penentu Pelaksanaan Kebijakan ... 32

2.1.9 Faktor Penentu Penolakan dan Penundaan Kebijakan 35 2.1.10 Lingkungan Hidup ... 37

2.2 Kerangka Pemikiran ... 48

2.3 Asumsi Dasar ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 53

3.2 Instrumen Penelitian ... 54

3.3 InformanPenelitian ... 60

3.4 Tehnik Analisis Data ... 60

3.5 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 64

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 69

4.2 Informan Penelitian ... 92

4.3 Deskripsi dan Analisis Data ... 94

(14)

BAB IV HASIL PENELITIAN

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Aktor dalam Implementasi Perda Nomor 17 Tahun 2007 2 Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 56 Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 57 Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 68 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Tegalmaja

... 91 Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Di Desa Tegalmaja ... 92 Tabel 4.3 Daftar Penyakit Yang Diderita Penduduk Desa Tegalmaja . 98 Tabel 4.4 Laporan Limbah PT.IKPP ... 126

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kearsipan

Lampiran 2 Matriks Wawancara Lampiran 3 Dokumen

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kabupaten Serang memiliki sebuah sungai yang mengalir dari Kabupaten Lebak sampai ke Teluk Banten, yaitu Sungai Ciujung. Sungai ini banyak di manfaatkan oleh warga disekitarnya untuk keperluan irigasi, mandi dan mencuci. Di Hulu sungai ini masih dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi dan mandi warga disekitarnya. Turun ke hilir Sungai Ciujung dimanfaatkan untuk aliran pembuangan limbah industri yang berdiri disekitarnya ataupun ada industri yang sengaja membuang limbah di Sungai Ciujung.

Sungai Ciujung yang berada diwilayah Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang mempunyai tingkat pencemaran paling tinggi di Indonesia. Penyebabnya adalah limbah pabrik yang dibuang kesana tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Sepanjang Kawasan Kragilan sampai ke arah Balajara adalah Kawasan Industri, dari produksi ringan sampai produksi berat. Banyaknya pabrik yang membuang limbah ke Sungai Ciujung ini yang menyebabkan tingkat pencemaran yang tinggi. PT. Indah Kiat Pulp and Paper adalah salah satu pabrik yang dituding sebagai pemasok limbah terbesar.

(19)

membuang limbah sembarangan. Pihak perusahaan selama ini juga hanya mempekerjakan sedikit warga sekitar sebagai pegawai pabrik1.

Kecamatan Kragilan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Serang. Kabupaten Serang sendiri mempunyai Peraturan Daerah yang digunanakan untuk melakukan pengawasan. Pemerintah Kabupaten Serang menerbitkan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 “Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup”. Dalam Peraturan Daerah ini dijelaskan aturan-aturan mengenai bagaimana menjaga kelestarian lingkungan, perusahaan atau pabrik yang berada di wilayah Kabupaten Serang wajib melakukan pengolahan untuk limbah hasil produksinya dan berperan aktif dalam usaha menjaga kelestarian lingkungan.

Tabel I.1

Aktor dan keterlibatannya dalam Implementasi Perda Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Serang

1

Koran Radar Banten Edisi Sabtu, 10 Januari 2009

Stakeholders Keterkaitan Stakeholders dalam Implementasi Perda Nomor 18 Tahun 2001

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Merupakan badan yang ditunjik sebagai badan yang megawasi tentang pengelolaan lingkungan hidup dan mengawasi kelestarian lingkungan hidup serta mengawasi pembuangan limbah pabrik yang ada di kabupaten Serang

PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.

Merupakan usaha atau pabrik yang berada di wilayah Kabupaten Serang yang menghasilkan limbah.

(20)

Pada Tabel di atas diperlihatnya siapa saja yang terlibat dalam proses implementasi peraturan daerah ini. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup bertindak selaku implementator dari perda serta selaku badan yang melakukan pengawasan terhadap berjalannya perda ini. Organisasi swadaya disini di sebutkan ada WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) yang bergerak dalam usaha melestarikan lingkungan hidup. Sedangkan PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk sebagai perusahaan yang dikenakan untuk mematuhi perturan daerah ini,

Menurut Ripley2 dalam implementasi kebijakan mempunyai dua fokus pokok yaitu kepatuhan (complience) dan apa yang terjadi setelah suatu kebijakan dilaksanakan (what’s happening). Perspektif kepatuhan lebih merupakan analisis karakter dan kualitas dari perilaku organisasional. Sedangkan perspektif yang kedua, yaitu perspektif what’s happpening, sangat berbeda dengan perspektif kepatuhan. Perspektif ini berasumsi adanya banyak faktor yang dapat dan telah mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor tersebut utamanya berasal dari lingkungan luar kebijakan.

Dalam permasalahan kepatuhan stakeholder terhadap peraturan daerah Kabupaten Serang No.17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup disebutkan bahwa ”Setiap rencana usaha pngelolaan bahan dan atau limbah yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup wajib mendapatkan izin dan atau rekomendasi dari Bupati”.3 Disebutkan pula ”Dalam pengendalian lingkungan hidup, setiap orang berkewajiban untuk mencegah terjadinya

2Randal B.Ripley and Grace A. Franklin. 1982. Policy Implementation and Bureaucracy, the

Dorsey Press, Chicago-Illionis hal. 10

3

(21)

pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup”.4 Dalam penelitian ini di khususkan kepada PT. Indah Kiat selaku salah satu perusahaan yang disinyalir bahwa limbah cair yang dihasilkan dan dibuang mencemari air yang dikonsumsi di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan.

Peran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang sebagai kepanjangan tangan pemerintah daerah Kabupaten Serang dalam hal mengurus dan mengawasi lingkungan hidup di Kabupaten Serang. Selain mengurus dan dan mengawasi lingkungan hidup di Kabupaten Serang, tugas Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah mengawasi buangan limbah yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik se Kabupaten Serang. Dan memberikan sanksi administrasi kepada perusahaan yang membuang limbah melebihi nilai baku mutu yang telah ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.

Tabel 1.2

DAFTAR PENYAKIT YANG DIDERITA PENDUDUK DESA TEGALMAJA PER 1 OKTOBER-29 DESEMBER 2010

Bulan Penyakit

Panas Batuk Gatal-gatal Diare Ispa

Oktober 16 4 3 5 5

November 14 1 1 5 3

Desember 13 5 0 3 1

Sumber : data dari Ibu Erlin (bidan desa Tegalmaja)

Tabel diatas menunjukkan data jenis penyakit yang diderita oleh penduduk Desa Tegalmaja selama 3 (tiga) bulan terakhir. Terlihat bahwa jenis penyakit yang mempunyai hubungan sebab oleh buangan limbah cair adalah penyakit Diare dan Gatal-gatal. Tetapi angka yang ditunjukkan tidak signifikan, sehingga

4

(22)

menimbulkan pertanyaan adakah hubungan antara penyakit yang diderita dengan limbah buangan PT. Indah Kiat Tbk yang melalui wilayah Desa Tegalamaja.

Menurut keterangan Wati,5

“..pencemaran limbah ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Sebenarnya ada usaha tanggung jawab dari PT.Indah Kiat yaitu dengan memberikan pasokan air besih, tapi hal tesebut hanya berlangsung beberapa bulan saja. Selanjutnya tidak ada pasokan lagi, karena menurut dia tidak ada lagi pemberitaan yang menyudutkan PT. Indah Kiat”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Andi Suhadi,6

”..dari sidak lapangan yang dilakukan oleh WALHI ada dua tempat yang paling parah yang terkena dampak limbah dari PT. Indah Kiat yaitu kampung Glingseng dan Desa Tegalmaja khususnya Kampung Bongas. Di Kampung Bongas tidak bisa diadvokasi karena warganya tidak ada yang mau memberikan keteranga sehingga ini menyulitkan dari pihak WALHI untuk melakukan tuntutan kepada PT. Indah Kiat. Hal tersebut dikarenakan warga takut dengan jawara yang telah memihak PT. Indah Kiat, mereka diancam untuk tidak memberikan kesaksian”.

Fenomena Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup ditinjau dari aspek kepatuhan merupakan permasalahan yang penting mengingat peraturan daerah ini dibuat dalam rangka memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.. Ketertarikan guna meneliti Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang adalah ketidak patuhan perusahan dalam melakukan pengolahan linbah yang dihasilkan dalam penelitian ini dikhususkan pada PT. Indah Kiat yang diduga limbah buangannya mencemari lingkungan di sekitarnya khususnya Desa Tegalmaja. Selain itu, studi Implementasi Kebijakan sangat erat kaitannya dengan bidang kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya kajian Kebijakan Publik.

5

Wawancara dengan salah satu warga desa Tegalmaja tanggal 4 Juni 2009 pukul 14.20 WIB

6

(23)

Dari beberapa keterangan diatas, penulis bermaksud memfokuskan penelitian pada IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN

SERANG NO. 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN

LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH

KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA KECAMATAN

KRAGILAN).

1.2Identifikasi Masalah

Penulis mengidentifikasikan permasalahan yang ada adalah sebagai berikut : “Ketidakpatuhan PT Indah Kiat Terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup yakni buangan limbah yang mencemari air yang digunakan oleh Masyarakat Tegalmaja untuk konsumsi.”

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka rumusan masalahnya adalah

(24)

1.4 Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis ingin mencari jawaban dari semua permasalahan yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian ini untuk mengklarifikasi, menguraikan, menggambarkan serta menganalisis suatu fenomena implementasi kebijakan publik yang berkembang dalam masyarakat dengan cara mendiskripsikan bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Linglungan Hidup berdasarkan aspek compliance.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin penulis hasilkan dari penelitian ini adalah :Karya ilmiah ini diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup terkait Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup untuk melaksanakan evaluasi terhadap Peraturan Daerah.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

(25)

1.2Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah menyebutkan tentang permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan obyek penelitian. Identifikasi masalah ini dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan tentang permasalah yang akan diteliti.

1.3Rumusan Masalah

Perumusan masalah menjelaskan tentang pertanyaan dan pernyataan yang akan dibahas dalam penelitian

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini mengungkap tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya penelitian, sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini menjelaskan baik secara teoritis maupun parktis tentang temuan penelitianSistematika penulisan menguraikan tentang isi bab per bab secara singkat dan jelas dari keseluruhan penelitian.

BAB II DESKRIPSI TEORI

2.1. Deskripsi Teori

(26)

2.2. Kerangka Berfikir dan Asumsi Dasar

Merupakan kerangka berfikir sub bab ini menggambarkan alur pikiran penelitian sebagai kelanjutan dari deskripsi teori

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Pada sub ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam penelitian.

3.2Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan kualitas instrument.

3.3Informan Penelitian

Menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal penelitian, penetapan populasi, dengan teknik pengambilan informan penelitian.

3.4Teknik Analisis Data

Tehnik analisis data menjelaskan mengenai cara menganalisa data yang dilakukan dalam penelitian.

3.5. Validitas dan Reliabilitas Data

Penjelasan tentang bagaimana hasil data tersebut di uji kredibilitasnya

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian

(27)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas

4.2. Informan Penelitian

Penjelasan tentang informan yang ditentukan dalam penelitian ini yang senantiasa berurusan dengan permasalahan yangg peneliti teliti

4.3. Deskripsi dan Analisis data

Deskripsi Data, menjelaskan hasil penelitian yang telah diperoleh dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

menghubungkan temuan hasil penelitian di lapangan dengan dasar operasional yang telah ditetapkan sejak awal.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Yang menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas dan mudah dipahami

5.2. Saran

(28)

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Penggunaan teori akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan dan alat yang tepat untuk memperingan pekerjaan. Teori-teori tersebut untuk itu pada bab ini peneliti menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini. Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian.

Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori kebijakan publik, dan implementasi kebijakan publik, serta yang berhubungan dengan Pengendalian Lingkungan HIdup.

2.1.1. Kebijakan

Edi Suharto7dalam bukunya Analisis Kebijakan Publik mendefinisikan ”Kebijakan sebagai prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan”.

Dilihat dari definisi yang diungkapkan diatas kebijakan lebih diartikan sebagai sebuah patokan atau dasar untuk merumuskan sebuah keputusan.

7

(29)

Keputusan-keputusan yang diambil harus berdasarkan pada pakem yang telah disepakati bersama dan diketahui, agar jelas dan terarah.

Makna kebijakan dalam bahasa inggris modern adalah " a courseof action

”Kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang menaatinya

Sebuah ketetapan yang sifatnya berulang-ulang dan konsisten menjadi dasar bagi Ealau dan Prewitt menyatakan sesuatu itu dapa disebut sebagai sebuah kebijakan. Baik yang sifatnya formal maupun informal yang konsisten di patuhi oleh yang merumuskan dan yang menjalankan aturan tersebut.

Sedangkan Titmus10 (1974) mendefinisikan:

”Kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu

Dalam buku Policy Analysis for the Real World yang diterbitkan tahun 1984 dan telah direvisi pada tahun 1990, Hogwood dan Gunn menyebutkan sepuluh penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian modern, diantaranya :11

8

Kristian Widya Wicaksono,. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta : GRAHA ILMU.hal. 53

9 Suharto Loc. Cit 10 Ibid

11

(30)

a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of activity)

Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi, kebijakan industry, atau kebijakan hukum dan ketertiban.

b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as expression of general purpose or desired state of affairs)

Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.

c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal)

Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.

d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government)

Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.

e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization)

Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya.

f. Sebagai sebuah program (as a programe)

Contonya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan.

g. Sebagai output (as output)

Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.

h. Sebagai hasil (as outcome)

Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output agricultural dari program reformasi agararia.

i.Sebagai teori atau model (as a theory or model)

Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka output industry akan berkembang.

j.Sebagai sebuah proses (as a process)

Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi.

Berbeda dengan pandangan Dunn12 dalam bukunya Pengantar Analisis Kebijakan Publik, beliau mendefinisikan kata kebijakan dari asal katanya. Secara etimologis, istilah policy atau kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta

12William N. Dunn. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua. Yogyakarta : Gajah

(31)

dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan pur (Kota).

Pengertian berikutnya dikemukakan oleh James E. Anderson

A purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of cancern (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau kelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu)”13

Sedangkan Amara Raksasataya14(1992) menyatakan bahwa :

“Kebijakan sebagai suatu tindakan dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan”.

Sedangkan menurut Jones istilah kebijakan digunakan dalam praktik-praktik sehari-hari. Namun, digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan, program, keputusan, standar, proposal dan grand design. Secara umum, istilah “kebijakan” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.15

Kebijakan dan politik menjadi istilah yang sama sekali berbeda. Bahasan serta retorika kebijakan menjadi instrumen utama rasionalitas publik. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Laswell sebagai berikut:

"The word policy commonly use to designate the most important choices made either in organized or in private life... policy is free for many undesirable connotation clustered about the word political, which is often beleived to imply partisanship or corruption"

13

M. Irfan. Islamy. 1991. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 17

14 Humaidi. SU. 1993. Mengenal Ilmu Kebijakan Publik. Pasuruan. PT. Garoeda Buana Indah

hal 4

15

(32)

(kata "kebijakan" pada umumnya dipakai untuk menunjukan pilihan terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat... "kebijakan" bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis yang diyakini mengandung makna "keberpihakan" dan "korupsi")16

2.1.2. Pengertian Publik

Dalam bahasa Yunani, istilah public seringkali dipadankan pula dengan istilah Koinon atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata common yang bermakna hubungan antar individu. Oleh karenanya public seringkali dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama.

Istilah sehari-hari di Indonesia, kata publik lebih dipahami sebagai "negara" atau umum." Hal ini dapat dilihat dalam menterjemahkan istilah-istilah public goods sebagai barang barang umum, public transportation sebagai kendaraan umum atau public administration sebagai administrasi negara.

Arti dari publik itu sendiri adalah sebagai Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki.17

Pendapat dari Frederickson menjelaskan lima model formal yang berkaitan dengan kedudukan konsep publik yang umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk dikaji dalam rangka revitalisasi konsep tersebut, sehingga diharapkan muncul suatu perspektif baru yang menjadi esensi administrasi publik modern.

Kelima perspektif untuk memahami konsep publik tersebut memuat :18

16 Wicaksono, Op. Cit Hal 57

17

(33)

Pertama, yaitu perspektif pluralis. Dalam perspektif ini publik dipandang sebagai konfigurasi dari berbagai kelompok kepentingan. Pendukung perspektif ini berpendapat bahwa setiap orang mempunyai kepentingan yang sama akan bergabung satu sama lain dan membentuk suatu kelompok yang pada nantinya kelompok-kelompok tersebut berinteraksi dan berkompetisi untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan indvidu yang mereka wakili, khususnya dalam konteks pemerintahan.

Kedua, perspektif pilihan publik. Persektif ini beakar pada tradisi pemikiran utilitarian yang sangat menekan pada soal kebahagiaan dan kepentingan individu. Pandangan utilitarian memandang bahwa publik sebagai konsumen dan pasar. Dengan kata lain perspektif ini mencoba mengaplikasikan prinsip-prinsip ekonomi pasar kedalam sektor publik, sehingga asumsi metodelogis utama dari pandangan ini adalah bahwa tindakan publik harus dimengerti sebagai tindakan individual yang termotivasi oleh kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Ketiga, perspekif legislatif. Sifat pemerintahan yang demokrasi tidak selalu menggunakan sistem perwakilan secara langsung.pada kenyataannya, banyak pemerintahan yang demokratis namun menggunakan sistem perwakilan tidak langsung.asumsi perspektif ini adalah bahwa setiap pejabat yang diangkat untuk mewakili kepentingan publik, sehingga mereka melegitimasi mewujudkan perspektif publik dalam administrasi publik. Pejaba-pejabat yang diangkat diangap sebagai sebagai manifestasi tunggal dari perspektif publik. Jelasnya,

18

(34)

perspektif ini tidak bisa untuk mengakomodasi kepentingan-kepentingan publik, baik dalam teori maupun praktik administrasi pubilk di lapangan.

Keempat, perspektif penyedia lapangan. Apabila konsep pelayanan prima, maka individu adalah sebagai pelanggan. Oleh karenanya perspektif ini memandang bahwa publik sebagai pelanggan yang harus dilayani. Selain itu, aparatur pemerintah yang berada paling dekat dengan publik dengan segala keahlian, pedidikan dan pengetahuan diharapkan memberikan yang terbaik untuk publik. Mempunyai tugas untuk melayani publik yang terdiri atas individu-individu dan kelompok-kelompok.

Kelima, perspektif kewarganegaraan. Reformasi administrasi publik khususnya di Indonesia dan umumnya di berbagai dunia, ditandai dua tuntutan penting. Pertama, tuntutan adanya pelayanan publik yang lebih terdidik dan terseleksi dengan dasar meritokrasi. Kedua, tuntutan agar setiap warga negara diberi informasi yang cukup agar dapat aktif dalam berbagai kegiatan publik dan memahami konstitusi secara baik.

W.F. Baber sebagaimana telah dikutip oleh Massey dalam bukunya Managing Public Sector : A Comparative Analysis of the United Kingdom and the

United State berpendapat bahwa sektor publik memiliki 10 ciri yang membedakan dengan sektor swasta,19 diantaranya adalah:

a. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih ambigu,

b. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam mengimplementasikan keputusan-keputusannya,

c. Sektor publik lebih memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi yang sangat beragam,

19

(35)

d. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankan peuang dan kapasitas,

e. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atas keegagalan pasar,

f. Sektor publik lebih banyak melakukan aktivitas yang memiliki signifikasi simbolik,

g. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas,

h. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar dalam merspon isu-isu keadilan dan kejujuran,

i. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik, dan

j. Sektor publik harus mempertahankan level dukungan publik minimal di atas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.

2.1.3. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan Publik merupakan kajian yang amat penting bagi ilmu administrasi negara, karena selain untuk menentukan arah ia pun dapat dipergunakan untuk mengatasi isu-isu masyarakat, juga dapat dipergunakan untuk menentukan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah, mengetahui betapa luas dan besarnya organisasi pemerintahan itu.20

Woll (1966), kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.21

Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yang dipahami oleh Nugroho22 sebagai :

20

Humaidi. Op. Cit hal 1

21Drs Hessel Nogi S, Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta :Lukman

Offset YPAPI,:, hlm.24

22 Riant D. Nugroho. 2004. KEBIJAKAN PUBLIK, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.

(36)

“suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi”.

Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Akan tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik harus dilakukan dan disusun dan disepakati oleh para pejabat yang berwenang dan ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik; apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati.

Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para pakar kebijakan mengenai pengertian kebijakan publik, dan kesemuanya tidak ada yang keliru dan saling melengkapi. Dye mengatakan bahwa Public policy is whats government do, why they do it, and what different it make (Kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan dan apa perbedaan yang dihasilkan). Dalam bukunya yang lain, Understanding Public Policy beliau menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan.23

23

(37)

Laswell salah seorang pakar kebijakan yang telah mendirikan think-tank awal di Amerika yang dikenal dengan nama American Policy Commission mendefinisikan Public policy is a projected program of goals, values and practices (kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu).24 Sedangkan Dunn25 dalam Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.

2.1.4. Implementasi Kebijakan

Kajian implementasi merupakan suatu proses merubah gagasan atau program mengenai tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut. Implementasi kebijakan juga merupakan suatu proses dalam kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan yang telah dibuat. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks, bahkan tidak jarang bermuatan politis karena adanya intervensi dari berbagai kepentingan. Eugene mengungkapkan kerumitan dalam proses implementasi sebagai berikut:

“adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijaksanaan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendegarkannya. Dan lebih

24 Nugroho, Op. Cit hal 4 25

(38)

sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk yang memuaskan semua orang”.26

Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mazmanian dan Sabatier dalam bukunya Implementation and Public Policy yang diterbitkan pada tahun 1983 mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan-keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.27

Sedangkan menurut Ripley dan Franklin adalah :

“implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan”.28

Sementara Grindle merumuskan definisi yang berbeda dari beberapa definisi-definisi di atas, beliau memandang implementasi sebagai berikut:

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.29

Van Meter dan Van Horn mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai berikut:

26

Leo AgustiNo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung : AIPI – Puslit KP2W Lemlit Unpad. hal. 153

27 Ibid

28 Samodra Wibawa. 1994. Kebijakan Publik, Jakarta: Intermedia hal 15 29

(39)

Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions.

(Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan).30

Dari definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan membicarakan (minimal) 3 hal, yaitu:

a. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai dengan adanya penerapan kebijakan tersebut;

b. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan yang diejawantahkan dalam proses implementasi;

c. Adanya hasil kegiatan, idealnya adalah tercapainya tujuan dari kebijakan tersebut.

Berdasarkan uraian ini, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksana kebijakan melaksanakan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Selain itu perlu di ingat, bahwa implementasi kebijakan merupakan hal yang sangat peting dalam keseluruhan tahapan kebijakan, karena melalui tahap ini keseluruhan prosedur kebijakan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Udoji yaitu:

30

(40)

“the execution of policies is as important if not more important that policy-making. Policies will remain dreams or blue prints file jackets unless they are implemented”

(pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan).31

2.1.5. Model-Model Implementasi Kebijakan

Dalam literatur ilmu kebijakan terdapat beberapa model implementasi kebijakan publik yang lazim dipergunakan. Diantara beberapa model implementasi kebijakan disumbangkan dari pemikiran George C. Edward III dengan Direct and Indirect Impact on Implementation, Donald Van Meter dan Carl Van Horn dengan A Model of The Policy Implementation, Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dengan A Framework for Policy Implementation Analysis, dan Merille S. Grindle dengan Implementation as A Political and Administration Process. Namun, guna pembatasan dalam penelitian ini maka peneliti memilih untuk menyajikan dua teori yang dianggap relevan dengan materi pembahasan dari objek yang diteliti. Hal ini bukan berarti bahwa peneliti men-justifikasi teori-teori lain tidak lagi relevan dalam perkembangan teori-teori implementasi kebijakan publik, melainkan lebih kepada mengarahkan peneliti agar lebih fokus terhadap variabel-variabel yang dikaji melalui penelitian ini.

31 Abdul Wahab Solichin. 1997. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan

(41)

2.1.6. Implementasi Kebijakan Model George C. Edward III

Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III disebut dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Menurut model yang dikembangkan oleh Edward III, ada empat faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan disposisi.32

1). Faktor Sumber Daya

Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil yang bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan bisa efektif. Indikator-indikator yang dipergunakan untuk melihat sejauhmana sumber daya dapat berjalan dengan rapi dan baik adalah:

(a) Staf; sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf / pegawai, atau lebih tepatnya street-level bureaucrats. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh staf / pegawai yang tidak memadai, mencukupi ataupun tidak kompeten dibidangnya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah implementasi perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan staf pelaksana kebijakan..

32

(42)

(b)Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk. Pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan, implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan, implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat dalam pelaksanaan tersebut patuh terhadap hukum.

(c) Wewenang; dalam implementasi kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Kewenangan harus bersifat formal untuk menghindari gagalnya proses implementasi karena dipandang oleh publik implementor tersebut tidak terlegitimasi. Tetapi dalam konteks yang lain, efektivitas kewenangan dapat menyurut manakala diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri maupun demi kepentingan kelompoknya.

(43)

2). Faktor Komunikasi

Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa yang menjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat penting, karena dalam setiap proses kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan sumber daya akan selalu berurusan dengan permasalahan “Bagaimana hubungan yang dilakukan”. Implementasi yang efektif baru akan terjadi apabila para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan mereka kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang baik. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:

(a) Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali komunikasi yang telah melalui beberapa tingkatan birokrasi menyebabkan terjadinya salah pengertian (miskomunikasi).

(b)Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas, akurat, dan tidak bersifat ambigu, sehingga dapat dihindari terjadinya perbedaan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan seperti yang telah ditetapkan (tidak tepat sasaran).

(44)

3).Faktor Disposisi (sikap)

Disposisi ini diartikan sebagai sikap para pelaksana untuk mengimplementasikan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan menurut Edward III, jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mempunyai kemampuan untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut, tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada variabel disposisi menurut Edward III antara lain:

(a) Pengangkatan birokrat; pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga. Disposisi atau sikap para implementor yang tidak mau melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan akan menimbulkan hambatan-hambatan bagi tercapainya tujuan dari pengimplementasian kebijakan.

(45)

kebijakan untuk dapat melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan dalam upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau organisasi.

4). Faktor Struktur Birokrasi

Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan sudah mencukupi dan para implementor mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk melakukannya, implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif, karena terdapat ketidakefisienan struktur birokrasi yang ada. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi yang baik.

Menurut Edward III terdapat dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasi ke arah yang lebih baik, yaitu dengan melakukan Standard Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan fragmentasi.

(a) Standard Operating Prosedures (SOPs); adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana kebijakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya setiap hari sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

(46)

Untuk lebih mempermudah memahami model implementasi kebijakan dari Edward III, dapat digambarkan sebagai berikut:

2.1.7. Implementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle

Pendekatan implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Grindle dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process33. Menurutnya keberhasilan implementasi kebijakan dapat diliha dari dua hal, yaitu:

1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada akasi kebijakannya.

2) Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat dua faktor, yaitu:

a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok. b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran

dan perubahan yang terjadi.

Keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yaitu yang terdiri dari Content of Poliy dan Context of Policy.

1) Content of Policy menurut Grindle adalah:

a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

33

(47)

Berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indicator ini berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya.

b. Type of Benefit (tipe manfaat)

Pada poin ini Content of Policy berupaya untuk menunjukan atau menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

c. Extent of Change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai) Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai. Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.

d. Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan)

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan di mana letak pengambilan keputusan dari suaut kebijakan yang hendak diimplementasikan.

e. Program Implementer (pelaksana program)

(48)

keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini harus terdata atau terpapar dengan baik pada bagian ini.

f. Resources Commited (sumber-sumber daya yang digunakan)

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-sumber daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.

2) Context of Policy menurut Grindle adalah:

a. Power, Interest and Strategy of Actor Involved (kekuasaan, kepentingan-kepentingn dan strategi dari aktor yang terlibat)

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para actor guna memperlancar jalanya pelaksanaan suatu implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang, besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh panggang dari api.

b. Institution and Regime Characteristic (karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa)

Lingkungan di mana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan karakteristik dari lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu kebijakan.

(49)

Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan adalah kepatuhan dan respon adri para pelaksana, maka yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Setelah pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi atau konten dan lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka akan dapat diketahui apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga tingkat perubahan yang diharapkan terjadi.

2.1.8. Faktor Penentu Pelaksanaan Kebijakan

Ada beberapa faktor yang menentukan sebuah kebijakan dapat dilaksanakan dengan baik, antara lain adalah:

a. Respek Anggota Masyarakat Terhadap Otoritas dan Keputusan Pemerintah;

Dalam filsafat John Locke dikatakan bahwa manusia memiliki keadaan ilmiah (state of nature) yang besifat positif, pada dasarnya manusia adalah baik. Manusia dapat saling memberi, saling hormat-menghormati dan saling tolong menolong. Ketika relasi ini berjalan dengan baik,34 ada sistem sosial yang menggerakan masyarakat untuk saling menghormati dan memberikan respek yang baik pada otoritas

34

(50)

negara, undang-undang yang dibuat oleh politisi serta memberikan kepercayaan kepada pejabat pelaksana kebijakan. Hal ini akan terus berlangsung selama masyarakat memiliki anggapan yang logis untuk menghormati persoalan-persoalan itu. Konsekwensinya adalah manusia telah dididik untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh pemerintah sebagai sesuatu yang membawa kebaikan bagi kepentingan bersama.

b. Adanya Kesadaran Untuk Menerima Kebijakan;

Pada kehidupan yang semakin maju ini, dimana segala hal dinilai secara rasional oleh masyarakat, semakin banyak dijumpai baik oleh individu, kelompok masyarakat maupun organisasi yang beranggapan bahwa dalam kehidupan bernegara, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah sesuatu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah sosial dimasyarakat. Seperti Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemda DKI Jakarta mengenai pelarangan merokok di tempat umum, bagi masyarakat rasional hal ini dianggap perlu, karena berkaitan dengan kebaikan bersama. Namun demikian, masih saja ada yang tidak mematuhi kebijakan yang telah dibuat tersebut, karena menurut sebagian masyarakat harus dikaji ulang lagi.

c. Adanya Sanksi Hukum;

(51)

Alasannya sederhana, kebanyakan dari masyarakat tidak mau dan takut menerima sanksi yang berupa denda yang cukup tinggi maupun berupa kurungan penjara, selain itu mereka tidak mau dianggap sebagai orang yang telah melangar peraturan.

d. Adanya Kepentingan Publik;

Masyarakat berkeyakinan bahwa kebijakan yang telah dibuat melalui proses yang sah dan legitimate. Pada dasarnya kebijakan yang dibuat adalah sebagai solusi dari permasalahan publik, sehingga mereka mau menerima kebijakan tersebut, karena berkaitan dengan kepentingan bersama / publik.

e. Adanya Kepentingan Pribadi;

(52)

2.1.9. Faktor Penentu Penolakan dan Penundaan Kebijakan

Selain faktor penentu pelaksanaan kebijakan, pada pelaksanaannya terdapat juga beberapa faktor penentu penolakan dan penundaan kebijakan, antara lain:

a. Adanya Kebijakan yang Bertentangan dengan Sistem Nilai yang Ada; Apabila suatu kebijakan dipandang bertentangan dengan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat, maka pada pengimplementasiannya akan sulit untuk dilaksanakan. Misalnya pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pada saat itu beliau hendak mencabut pelarangan bagi partai ataupun organisasi yang berhaluan Komunis, tentunya hal ini bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat, sehingga menimbulkan penolakan-penolakan dari berbagai kalangan masyarakat.

b. Tidak Adanya Kepastian Hukum;

(53)

c. Adanya Keanggotaan Seseorang Dalam Organisasi;

Keanggotaan seseorang dalam organisasi dapat menimbulkan penolakan terhadap sebuah kebijakan, karena kemungkinan kebijakan tersebut dapat mengganggu kepentingannya, namun ada juga karena keanggotaannya dalam sebuah organisasi, seseorang mendukung kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Misalnya saja peraturan mengenai perlindugan hak-hak lingkungan, bagi para aktivis lingkungan hidup tentunya tanpa diminta pun akan sangat mendukung kebijakan tersebut, akan tetapi bagi kalangan industri akan sangat menggangu aktivitas produksi mereka, karena saat ini sangat sedikit industri yang memiliki pengolahan limbah yang dapat dikatakan layak, alasannya karena mahalnya biaya pembuatan tempat pengolahan limbah. Kenyataannya untuk membuat tempat pengolahan limbah sama saja dengan biaya mereka membangun satu pabrik produksi lagi.

d. Adanya Konsep Ketidakpatuhan Selektif Terhadap Hukum;

(54)

2.1.10 Lingkungan Hidup

A. Pengertian Lingkungan Hidup

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.35

Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.36

Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

35

http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian- diakses tanggal 13 juni 2011 Pukul 09.02 WIB

36

(55)

1. Unsur Hayati (Biotik)

Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.

2. Unsur Sosial Budaya

Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

3. Unsur Fisik (Abiotik)

(56)

Di alam terdapat berbagai sumber daya alam. yang merupakan komponen lingkunganyang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :

Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural

resources)

Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural

resources).

Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas;

a) fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya, b) biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan

c) sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.

Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, sifat lingkungan hidup dikategorikan atas dasar :

(57)

2. hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut, 3. kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan

4. faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.

B. Kerusakan Lingkungan Hidup :

Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.37

1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

a. Letusan gunung berapi

Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:

Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan. Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui. Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui. Gas yang mengandung racun.

Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.

37

(58)

b. Gempa bumi

Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.

Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:

Berbagai bangunan roboh.

Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus. Tanah longsor akibat guncangan.

Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.

Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).

c. Angin topan

(59)

gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:

Merobohkan bangunan.

Rusaknya areal pertanian dan perkebunan. Membahayakan penerbangan.

Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal

2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:

Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.

(60)

Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:

Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan). Perburuan liar.

Merusak hutan bakau.

Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman. Pembuangan sampah di sembarang tempat. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).

Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

C. Pelestarian Lingkungan Hidup

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.

Gambar

Tabel I.1
Tabel 1.2 DAFTAR PENYAKIT YANG DIDERITA PENDUDUK DESA TEGALMAJA
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari Selasa, 22 Mei 2012 telah diselenggarakan Sidang Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Komputer Strata

Iman dalam Islam bukanlah semata-mata pengetahuan seperti pengetahuan para theologi dan ahli falsafah, bukan pula semata-mata perasaan jiwa yang menerawang seperti perasaan orang

Pada indikator anak mampu menggunakan (berkomunikasi) dengan kata-kata lisan secara efektif, berbicara dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkan, menampakkan

Berdasarkan Grafik pada Gambar 13, 14, 15 dan 16 bahwa pengeringan dengan hybrid tenaga surya lebih cepat dibandingkan denngan full surya hal ini dilihat dari

10 kerja melon adalah 113 kg/HKO dan produktivitas tenaga kerja usahatani semangka 389 kg/HKO.Jadi, berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan setelah dilakukan t-test dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi apa saja yang di gali oleh apoteker serta rekomendasi yang diberikan kepada pasien yang melakukan swamedikasi dengan keluhan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode resitasi tidak memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah

Menurut Salah Wahab (1976), yang dimaksud dengan permintaan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan jumlah wisatawan secara kuantitatif, dimana permintaan