• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN SIARAN JOGJA TV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN SIARAN JOGJA TV"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN SIARAN JOGJA TV

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Nama : Bagus Alit Arya Yudhistira

NIM : 049114031

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)

iii

(4)

iv

“Orang-orang yang berhasil di bumi ini adalah mereka yang bangkit dan

mencari keadaan seperti yang mereka inginkan, dan jika mereka tidak

menemukannya, mereka akan menciptakannya.”

(George Bernard Shaw)

“Kesuksesan adalah kegagalan yang belum terjadi.”

(5)

v

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Kedua orang tuaku

Keluargaku, dan

Kekasihku

Terima kasih untuk waktu, pengorbanan, semangat dan

Kasih sayang kalian

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Juni 2011 Penulis

(7)

vii

STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN SIARAN JOGJA TV

Bagus Alit Arya Yudhistira

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk seberapa besar stres kerja dan faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan stres kerja pada karyawan Bagian Siaran JogjaTV. Karyawan yang bekerja di sebuah stasiun televisi, khususnya pada bagian siaran berbeda dengan karyawan pada umumnya. Pekerja televisi dituntut untuk tetap kreatif meski bekerja di bawah tekanan. Hal-hal tersebut biasanya dapat memicu timbulnya stres. Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stres kerja karyawan dan faktor-faktor penyebab stres kerja pada karyawan Bagian Siaran Jogja TV. Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan Bagian Siaran Jogja TV, baik laki-laki maupun perempuan dan sudah bekerja minimal 1 tahun. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, meliputi rata-rata hitung (mean) dan analisis prosentase. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, diketahui bahwa tingkat stres kerja pada karyawan Bagian Siaran Jogja TV secara umum masuk kategori rendah. Dari hasil analisis diketahui pula bahwa faktor yang paling dominan menyebabkan stres kerja pada karyawan Bagian Siaran Jogja TV adalah faktor individu. Adapun faktor yang paling rendah menyebabkan stres adalah faktor yang berhubungan dengan tugas.

(8)

viii

JOB STRESS OF BROADCAST DEPARTMENT EMPLOYEES OF JOGJA TV

Bagus Alit Arya Yudhistira

ABSTRACT

This research was aimed to analyze the employee’s job stress of the broadcast department employees of Jogja TV and to found out the causing factors of the job stress. Employees of a TV station, especially on the broadcast department were unlike any other employees. They were insisted to work creatively even under heavy pressure. This condition may cause job stress among the employees. This research was applying descriptive method with quantitative approach. The variables used in this research are the employees’ job stress and its causing factors. The employees of Jogja TV were used as the subject of the research. They are male or female that had been worked at least a year. The data analysis method conducted in this research was descriptive analysis. The result of the descriptive analysis showed that the job stress of the broadcast department employees of Jogja TV was at low level. From the result of the research could be found out that the dominant causing factor of the job stress of the broadcast department employees of Jogja TV was individual factor. Meanwhile, the factor that had least effect on causing job stress among the broadcast department employees of Jogja TV was task-related factor.

(9)

ix

LEMBAR PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Bagus Alit Arya Yudhistira

Nomor Mahasiswa : 049114031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Stres Kerja Karyawan Bagian Siaran Jogja TV

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal: 20 Juni 2011

Yang menyatakan,

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul Stres Kerja Karyawan Bagian Siaran Jogja TV”. Penulisan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama persiapan, penyusunan, hingga terselesainya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan, dukungan dan bimbingan berbagai pihak untuk memperlancar skripsi ini. Untuk itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia yang diberikanNya kepada penulis.

2. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dhama, terimakasih atas semua fasilitas yang telah diberikan kepada penulis dalam menuntut ilmu.

3. Bapak Dra. Lusia Pratidarmanastiti M.S, selaku dosen pembimbing, yang dengan segala kesabaran, kerelaan dan keihklasan hati memberikan saran, membimbing, mengoreksi, mendukung dan menjadi teman diskusi dalam proses penyelesaian karya tulis. Terima kasih atas waktu dan kesempatan untuk bimbingan disela-sela kesibukan Bapak.

(11)

xi

5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi, baik dosen biasa maupun dosen-dosen luar biasa yang pernah memberikan ilmu, wawasan, pengetahuan, dan membuat pola pikir peneliti lebih bijaksana agar dapat berusaha dan berbuat yang terbaik.

6. Pihak manajemen PT. Yogyakarta Tugu Televisi (Jogja TV) yang telah membantu dan memberikan ijin serta kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

7. Kedua orangtua yang selalu memberi semangat, pencerahan dan memfasilitasi segala kebutuhan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Fakultas Psikologi atas dukungan selama penyusunan skripsi ini.

Besar harapan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta berguna untuk penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, Februari 2011

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 6

(13)

xiii

A. Stres ... 7

1. Pengertian Stres ... 7

2. Gejala-gejala Stres ... 9

B. Stres Kerja ... 11

1. Pengertian Stres Kerja ... 11

2. Indikator-indikator Stres Kerja ... 13

3. Dampak Stres Kerja ... 19

4. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja ... 22

C. Karyawan Jogja TV ... 33

1. Gambaran Singkat Perusahaan ... 33

2. Struktur Organisasi ... 34

3. Sumber Daya Manusia ... 41

D. Stres Kerja Pada Karyawan Jogja TV ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Variabel Penelitian ... 44

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

D. Subyek Penelitian ... 47

E. Metode Pengumpulan Data ... 47

1. Skala Stres Kerja ... 47

2. Skala Penyebab Stres Kerja ... 48

(14)

xiv

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 50

1. Validitas ... 50

2. Seleksi Item ... 51

3. Reliabilitas ... 51

H. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Pelaksanaan Penelitian ... 53

1. Deskripsi Subyek ... 54

2. Hasil Uji Coba Skala Penelitian ... 56

B. Analisis Data ... 59

1. Analisis Tingkat Stres Kerja ... 60

2. Analisis Penyebab Stres Kerja ... 61

C. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Jumlah Karyawan Jogja TV ... 42

Tabel 2. Distribusi Item Pra Uji Coba Skala Stres Kerja ... 47

Tabel 3. Distribusi Item Pra Uji Coba Skala Penyebab Stres Kerja ... 48

Tabel 4. Deskripsi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 5. Deskripsi Subyek Berdasarkan Usia ... 55

Tabel 6. Deskripsi Subyek Berdasarkan Pendidikan ... 56

Tabel 7. Item Valid dan Gugur Skala Stres Kerja ... 57

Tabel 8. Distribusi Item Skala Stres Kerja yang Digunakan untuk Penelitian ... 58

Tabel 9. Item Valid dan Gugur Skala Penyebab Stres Kerja ... 58

Tabel 10. Distribusi Item Skala Stres Penyebab Kerja yang Digunakan untuk Penelitian ... 59

Tabel 11. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Stres Kerja ... 60

Tabel 12. Hasil Uji T Satu Sampel Variabel Stres Kerja ... 60

Tabel 13. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Penyebab Stres Kerja ... 61

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Dewasa ini industri pertelevisian di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai oleh berdirinya berbagai stasiun TV swasta, baik yang berskala nasional maupun lokal Tercatat ada 10 stasiun televisi swasta nasional dan 174 televisi lokal yang tersebar di seluruh Indonesia (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia, 2010). Perkembangan industri pertelevisian tersebut tentu berpengaruh pula pada perkembangan perusahaan yang memberikan konsekuensi meningkatnya tuntutan kerja. Individu juga dituntut untuk mampu bersaing dan bersikap profesional dalam bekerja. Persaingan dan tuntutan profesionalitas yang semakin tinggi menimbulkan banyaknya tekanan kerja yang harus dihadapi individu dalam lingkungan kerja. Selain tekanan yang berasal dari lingkungan kerja, lingkungan di luar pekerjaan juga potensial menimbulkan tekanan kerja.

(17)

khususnya kru bagian siaran tidak hanya harus bisa tetap tenang dalam mencari pemecahan yang terbaik bagi aneka masalah yang terjadi, tetapi juga harus kreatif dalam mengantisipasi serta mengadaptasi tugasnya dengan kenyataan di lapangan. Hal-hal tersebut biasanya dapat memicu timbulnya stres.

Menurut Riggio (1990), stres yang terjadi di tempat kerja atau stres kerja merupakan hasil reaksi emosi dan fisik akibat dari kegagalan individu beradaptasi dengan lingkungan kerja di mana terjadi ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Stres dapat terjadi pada setiap karyawan. Stres yang dialami seorang karyawan dapat bervariasi dengan karyawan yang lain, karena stres merupakan proses persepsi yang bersifat individual.

Karyawan yang mengalami stres mungkin mengalami kelelahan fisik, emosional dan mental di lingkungan kerja. Peristiwa-peristiwa dari dalam dan di luar tempat kerja dapat memicu terjadinya stres kerja pada karyawan. Stres yang dialami individu merupakan hubungan timbal balik antara sesuatu yang berada di dalam diri individu dengan sesuatu yang berada di luar individu tersebut (Atwater, 1983).

(18)

Stres kerja dapat menimbulkan dampak negatif bagi seseorang, oleh karena itu yang harus dilakukan bukanlah menghilangkan seluruh stres tetapi membatasi dampak negatif dari stres tersebut. Stres dan keadaan tegang yang berkepanjangan, tanpa adanya penyelesaian yang adekuat, akan mengganggu kesehatan fisik dan/atau mental pekerja yang muncul dalam bentuk keluhan-keluhan psikosomatik. Selanjutnya, gangguan kesehatan tersebut akan menjadi suatu stres baru, dan membentuk suatu lingkaran setan. Pada gilirannya, kesehatan yang terganggu tersebut juga akan mengganggu tampilan kerja individu. Perhatian pekerja menjadi kurang dapat dipusatkan, motivasi kerja menurun, dan tingkat keterampilannya menurun. Selain itu, biaya pemeliharaan kesehatanpun menjadi meningkat. Hal ini tentu akan mengganggu proses produksi secara umum.

Tingkat stres kerja yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap prestasi kerja karyawan pada akhirnya dapat merugikan perusahaan. Dampak negatif tersebut dapat berupa rendahnya tingkat produktivitas, minimnya kreativitas, kurangnya motivasi, pengambilan keputusan yang tidak efektif, kualitas komunikasi antar karyawan yang rendah, tingkat absensi/ketidakhadiran pegawai yang tinggi bahkan munculnya tindakan kekerasan dalam lingkungan kerja (Quick dan Quick, 2002).

(19)

(stressors) yang dapat dikategorikan dalam aspek organisasi, aspek pekerjaan dan aspek sosial. Jadwal yang padat, beban kerja yang berlebihan, prosedur kerja yang sangat rinci, rekan kerja maupun atasan merupakan faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaan. Faktor-faktor pemicu stres yang berasal dari aspek pekerjaan tersebut sering disebut sebagai stressors pekerjaan. Sedangkan faktor-faktor pemicu tsres yang berasal dari kondisi lingkungan organisasi disebut sebagai stressors organisasi. Stressor organisasi ini antara lain meliputi pelaksanaan supervisi yang ketat dari unsur pimpinan, struktur organisasi formal yang birokratis, politik kantor dan kurangnya peluang bagi pengembangan sumber daya manusia. Di samping itu, berbagai aspek kehidupan pribadi seseorang di luar pekerjaan dan lingkungan organisasi juga merupakan faktor-faktor pemicu stres kerja yang dialami karyawan. Konflik keluarga, kondisi kesulitan keuangan, kemacetan lalu lintas dan interaksi sosial di lingkungan rumah yang buruk misalnya, secara psikologi dapat terbawa dalam lingkungan kantor dan mengganggu kelancaran aktivitas pekerjaan apabila tidak segera diatasi. Faktor-faktor yang disebutkan di atas dikenal dengan istilah stressor sosial.

(20)

tercermin dalam pemilihan program serta berita yang diangkat. Jogja TV yang juga tergabung dalam Indonesia Network hadir menyapa pemirsa setiap hari mulai pukul 06.00 s/d 24.00. Sebagai perusahaan televisi lokal yang masih relatif baru, Jogja TV dituntut mampu memberikan informasi dan hiburan kepada masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

(21)

uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti stres kerja yang dialami karyawan bagian Siaran Jogja TV.

F. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: “Seberapa besar stres kerja dan faktor-faktor apa yang mengakibatkan timbulnya stres kerja pada karyawan Bagian Siaran Jogja TV?”

G. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan, maka tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui seberapa besar stres kerja dan faktor-faktor apa yang mengakibatkan timbulnya stres kerja pada karyawan Bagian Siaran Jogja TV.

H. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi industri berkaitan dengan stres kerja dan faktor-faktor penyebabnya.

2. Manfaat Praktis

(22)
(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stres

1. Pengertian Stres

Berbagai definisi mengenai stres telah dikemukakan oleh para ahli dengan versinya masing-masing. Pada dasarnya antara satu definisi dengan definisi lainnya terdapat inti persamaannya. Hariandja (2002) mendefinisikan stres sebagai situasi ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan, dan adanya kesempatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Menurut penelitian Baker dkk (Rini, 2002) stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Brealey (2002) memberikan definisi stres sebagai suatu respon psikologis dari tubuh terhadap tekanan yang diterimanya, khususnya berbagai kejadian yang mengancam, menantang, atau mengandung unsur perubahan. Ketika tuntutan yang dibebankan pada seseorang berlebihan atau melebihi kemampuan yang dimiliki maka akan membuat seseorang tersebut berada di bawah stres yang berlebihan.

(24)

atau mengancam keberdayaan diri seseorang. Keadaan internal disini merupakan suatu kondisi atau perasaan subjektif yang hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya.

Sarafino (Karman dan Suyasa, 2004) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang dihasilkan bila transaksi antara individu dengan lingkungan mengarahkan individu pada kondisi yang saling bertentangan, baik secara nyata ataupun tidak nyata, antara tuntutan situasi dengan sumber daya yang dimiliki individu baik secara biologis, psikologis, maupun sosial. Sumber daya disini mengacu pada kemampuan individu dalam menangani suatu permasalah yang sedang dihadapi.

Menurut Selye (Smet, 1994) stres adalah respon non fisik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasannya. Respon yang dimaksud akan timbul ketika ada tuntutan terhadap tubuh, baik berupa suatu kondisi lingkungan yang harus diatasi supaya tetap hidup atau suatu tuntutan yang dibuat sendiri untuk mencapai tujuan. Reaksi pertama yang akan timbul pada setiap jenis stres adalah kecemasan. Stres juga dihubungkan oleh berbagai masalah emosional dan psikologis, seperti kegelisahan, kepanikan, sulit berkonsentrasi, ingatan yang lemah dan sampai pada depresi.

(25)

2. Gejala-gejala Stres

Stres yang dialami seseorang dapat diketahui dengan melihat gejala-gejala. Menurut Munandar (2001), stres ditunjukkan melalui gejala-gejala umum, seperti tidak dapat tidur, merokok berat, peminum minuman keras, khawatir, mudah tersinggung, gelisah, sulit berkonsentrasi dalam pengambilan keputusan.

Menurut Everly dan Girdano (Munandar, 2001) gejala-gejala dari stres adalah sebagai berikut :

a. Tanda-tanda suasana hati (mood), yaitu menjadi over-excited, cemas, merasa tidak pasti, sulit tidur pada malam hari (somnabulisme), menjadi mudah bingung dan lupa, menjadi sangat tidak enak (uncomfortable), gelisah, dan menjadi gugup.

b. Tanda-tanda otot kerangka (musculoskeletal), yaitu jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk diam dan berdiri di tempat, mengembangkan gerakan tidak sengaja (tic), kepala mulai sakit, merasa otot menjadi tegang atau kaku, menggagap jika berbicara, serta leher menjadi kaku.

(26)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres dapat dilihat dari gejala-gejala psikologis maupun fisiologis.

3. Tingkatan dan Jenis Stres

Tingkatan stres ada bermacam-macam, dan oleh Brealey (2002) dibagi dalam empat tingkatan yaitu sebagai berikut :

a. Stres yang terlalu rendah : kurangnya tantangan akan menimbulkan kebosanan, produktifitas rendah dan kurangnya prestasi pribadi. Hal ini akhirnya akan berkontribusi pada kepercayaan diri yang rendah, dan lemahnya tujuan hidup.

b. Stres yang optimal : jumlah stres yang tepat dalam hidup akan memampukan seseorang untuk memanfaatkan peluang, bangkit untuk menghadapi tantangan, dan memperluas batasan seseorang. Seseorang akan memutuskan untuk menghadapi berbagai masalah dalam langkah-langkahnya dan memperoleh kepuasan dari sebuah pekerjaan atau dari pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik.

c. Terlalu banyak stres : selain kelelahan mental dan fisik, individu akan mendorong dirinya sendiri untuk terus bekerja. Dengan mendorong diri sendiri secara terus-menerus sampai melewati batas, akan membuatnya terus menambah kecepatan dan akhirnya menyadari bahwa tidak dapat berhenti dan rileks.

(27)

mengindahkannya, maka akan sangat berpeluang untuk jatuh sakit, baik secara mental maupun fisik.

Menurut Anorogo dan Widiyanti (1993) ada dua macam jenis stres yaitu sebagai berikut:

a. Stres yang baik (tekanan positif) : tekanan yang mendorong seseorang untuk berprestasi.

b. Tekanan yang merusak (tekanan negatif) : stres yang merusak atau negatif, akan merusak kehidupan sehari-hari seseorang yang normal dan hanya akan mengakibatkan trauma pada diri sendiri.

Tingkatan dan jenis stres yang dialami seseorang ditunjukkan dari gejala-gejala yang timbul. Dampak yang dihasilkan pun berbeda-beda sesuai dengan tingkatan stres yang dialami.

B. Stres Kerja

1. Pengertian Stres Kerja

(28)

sumber-sumber pada pekerjaan, karakteristik individual dan stresor di luar organisasi.

Menurut Ubaidilah (2007) stres kerja dapat dipahami sebagai suatu keadaan dimana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya. Menurut Newman (Diahsari, 2001) stres kerja diartikan sebagai suatu interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja yang mengubah fungsi fisik maupun fungsi psikis yang normal. Definisi tersebut menunjukkan bahwa stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang tidak dapat diimbangi oleh kemampuan karyawan.

Schult dan Schult (Bachroni dan Asnawi, 1999) mengatakan bahwa stres kerja merupakan gejala psikologis yang dirasakan mengganggu dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat mengancam eksistensi diri dan kesejahteraan. Stres kerja pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang mengancam individu. Stres kerja timbul sebagai bentuk ketidakharmonisan individu dengan lingkungan kerja.

(29)

2. Indikator-indikator Stres Kerja

Stres kerja yang terjadi pada karyawan dapat diketahui dengan melihat indikator-indikatornya, sehingga dapat menentukan apa yang harus dilakukan. Cooper dan Straw (1995) mengemukakan indikator-indikator stres kerja dapat berupa:

a. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencemaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.

b. Perilaku, yaitu bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berfikir jemih, sulit membuat keputusan, hilangnya kreatifitas, hilangnya gairah dalam penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.

c. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, lekas panik, kurang percaya diri, rasa jengkel yang meledak-ledak.

Menurut Braham (dalam Handoyo, 2001), indikator stres kerja dapat berupa hal-hal berikut ini:

(30)

b. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.

c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.

d. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

Menurut Jewell dan Siegall (1998) ada beberapa indikator stres, yaitu sebagai berikut :

a. Dalam Pekerjaan

1) Mengalami lebih banyak kecelakaan daripada biasanya.

2) Tidak menepati batas waktu akhir, pertemuan dan perjanjian yang lain. 3) Membuat kesalahan yang ceroboh.

4) Mengalami kesukaran dalam mengambil keputusan. 5) Kuantitas dan/atau kualitas kerja menurun.

6) Kerja terlambat atau lebih obsesif dari pada biasanya.

(31)

b. Dengan Rekan Sekerja

1) Kelihatannya kehilangan rasa humor.

2) Menampilkan kemarahan, permusuhan, dan sikap yang meledak-ledak. 3) Tiba-tiba mengalami kesukaran dalam berkomunikasi dan bergaul

dengan orang lain.

4) Memperlihatkan sikap irasional dan kurang percaya terhadap rekan sekerja yang berlebihan.

c. Pribadi

1) Biasanya lelah dan kelihatannya sukar “beristirahat”.

2) Apatis terhadap kehidupan, tidak berminat terhadap apapun. 3) Seringkali merasa sakit dan hampir sakit.

Menurut Brealey (2002) indikator-indikator stres dibagi kedalam lima kelompok yaitu :

a. Tanda-tanda Awal

1) Mudah marah, tidak sabar, tidak tenang, dan tegang, membentak-bentak orang lain, cenderung untuk menyalahkan orang lain karena suasana hati yang kurang baik.

2) Terlalu sensitif, mudah tersinggung, melihat segala sesuatu secara negatif.

(32)

4) Terjadi perubahan dalam pola makan normal, baik menjadi makan lebih banyak maupun lebih sedikit, dan seringkali mengganti makanan sehat dengan makanan cepat saji serta coklat.

5) Semakin bergantung pada alkohol, rokok, atau obat-obatan lain. 6) Merasa sakit, merasa tidak nyaman diperut, diare, atau sembelit. 7) Gugup dan mulai muncul kebiasaan menggigit kuku, menggaruk, atau

menggoyang-gayangkan lutut. b. Gejala Mental dari Stres

1) Kurang konsentrasi atau perhatian, dan mulai mudah lupa.

2) Tidak mampu berpikir jernih, kesulitan dalam mengambil keputusan-keputusan mudah.

3) Kehilangan sudut pandang, terlalu obsesif terhadap hal-hal yang mendetail.

4) Merasa kesal karena berada dibawah tekanan. 5) Kelelahan mental dan merasa terkuras habis. c. Gejala Emosional dari Stres

1) Meningkatnya kegelisahan dan mulai merasa panik. 2) Kehilangan rasa percaya diri.

3) Depresi dan bersifat negatif. 4) Merasa dimusuhi dan tertolak.

(33)

d. Gejala Fisik dari Stres

1) Ketegangan pada otot dan merasa kelelahan.

2) Merasa sakit pada kepala, bahu, leher, dan punggung. 3) Mata lelah dan ujung mata yang berkedut.

4) Mulut kering dan rahang kaku.

5) Telapak tangan berkeringat, jari-jari dingin. 6) Masalah pencernaan, rasa panas dalam perut.

7) Semakin sering buang air kecil, infeksi kandung kemih. 8) Sesak napas, pernapasan yang tidak teratur, bernapas cepat. 9) Jantung berdebar.

10)Pilek dan sakit kepala yang terlalu sering. 11)Kehilangan atau bertambah berat badan. 12)Impotensi, kehilangan gairah seksual. e. Gejala Perilaku dari Stres

1) Ledakan dan penumpukan kemarahan.

2) Berbicara tanpa henti dan sering menyela pembicaraan orang lain. 3) Kebiasaan gugup seperti menggigit kuku, menarik rambut,

menjentikkan jemari, menggoyang-goyangkan lutut. 4) Menjadi gila kerja atau berhenti bekerja sama sekali. 5) Menarik diri dari kehidupan sosial.

(34)

7) Perilaku obsesif-kompulsif, seperti memeriksa pintu sudah terkunci secara berulang-ulang, atau mencuci tangan berulang-ulang.

Menurut Beehr dan Newman (Rini, 2002) indikator-indikator stres kerja dapat dibagi dalam 3 aspek, yaitu :

a. Gejala psikologis

Kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitive, memendam perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, depresi, merasa terasing dan mengasingkan diri, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreatifitas, kehilangan semangat hidup, serta menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.

b. Gejala fisik

Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan noradrenalin, gangguan lambung (gangguan gastrointestinal), mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit, kepala pusing (migrain), kanker, ketegangan otot serta problem tidur (seperti sulit tidur, terlalu banyak tidur).

c. Gejala perilaku

(35)

tidak normal (kebanyakan atau kekurangan), kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan, meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi, seperti kebut-kebutan, berjudi, meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, penurunan kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, serta kecenderungan bunuh diri.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis menentukan indikator-indikator stres kerja menurut pendapat Braham (dalam Handoyo, 2001), yang meliputi gejala fisik, emosional, intelektual dan interpersonal. Hal ini karena menurut penulis, indikator-indikator dari Braham lebih lengkap dari pada pendapat ahli lainnya.

3. Dampak Stres Kerja

Secara umum stres kerja memiliki dampak yang merugikan baik bagi individu maupun bagi perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Ada beberapa dampak stres kerja yang diungkapkan oleh Rini (2002), yaitu:

a. Dampak Terhadap Perusahaan

(36)

1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja.

2) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja. 3) Menurunkan tingkat produktivitas.

4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.

5) Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan dan fasilitas lainnya.

6) Banyaknya karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan ataupun kerena banyaknya kesalahan yang berulang.

b. Dampak Terhadap Individu.

Dampak stres kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal.

1) Kesehatan

(37)

2) Psikologis

Stres yang berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekhawatiran yang terus menerus. Menurut istilah psikologi, stres berkepanjangan ini disebut stres kronis. Menurut Miller (Rini, 2002) akar dari stres kronis adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah sadar.

3) Interaksi interpersonal

Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stres. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengarahkan suatu keadaan, pendapat atau penelitian, kritik, nasehat, bahkan perilaku orang lain.

Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya orang tersebut lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, marah, dan mudah emosi. Tingginya

sensitivitas emosi berpotensi menyulut pertikaian dan menghambat kerjasama antara individu satu dengan yang lain.

Menurut Moorhead dan Griffin (Bachroni dan Asnawi, 1999) ada 3 dampak stres kerja terhadap individu, yaitu :

(38)

Secara perilaku, orang akan melakukan perilaku-perilaku yang tidak seperti biasa, misalnya minum-minuman keras dan perilaku tindak kekerasan.

b. Dampak psikologis

Misalnya mengakibatkan gangguan pada pola makan, tidur ataupun mood

negatif.

c. Dampak pada kesehatan.

Biasanya stres menyebabkan tekanan darah tinggi dan sakit kepala.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa dampak yang dihasilkan dari stres kerja sesuai dengan tingkat dan jenis stres kerja yang dialami oleh karyawan. Stres kerja akan berdampak pada perusahaan, seperti menurunnya prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran, tendensi mengalami kecelakaan, menurunnya pemasukan dan keuntungan perusahaan, serta kerugian finansial yang dialami oleh perusahaan. Stres kerja juga berdampak pada individu itu sendiri.

4. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja

Penyebab stress dapat berasal dari berbagai sumber, baik kondisi fisik, psikologis maupun sosial (Kisker, 1977). Faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja menurut Greenberg (2002) dapat dijelaskan sebagai berikut:

(39)

1) Sumber intrinsik pada pekerjaan yang meliputi kondisi kerja yang sangat sedikit menggunakan aktifitas fisik, beban kerja yang berlebihan, waktu kerja yang menekan, resiko/bahaya secara fisik. 2) Peran di dalam organisasi, yaitu antara lain peran yang ambigu,

konflik peran, tanggung jawab kepada orang lain, konflik batas-batasan reorganisasi (conflicts reorganizational boundaries) baik secara internal maupun eksternal.

3) Perkembangan karir, dapat terdiri dari promosi ke jenjang yang lebih tinggi atau penurunan tingkat, tingkat keamanan kerja yang kurang, ambisi perkembangan karir yang mengalami hambatan.

4) Hubungan relasi di tempat kerja meliputi antara lain kurangnya hubungan relasi dengan pimpinan, rekan sekerja atau dengan bawahan serta kesulitan dalam mendelegasikan tanggungjawab.

5) Struktur organisasi dan iklim kerja yaitu antara lain karena terlalu sedikit atau bahkan tidak ada partisipasi dalam pembuatan keputusan/kebijakan, hambatan dalam perilaku (misalnya karena anggaran), politik di tempat kerja, kurang efektifnya konsultasi yang terjadi.

b. Faktor stres kerja yang bersumber dari karakteristik individu antara lain: 1) Tingkat kecemasan.

(40)

2) Tingkat neurotisme individu.

Individu yang memiliki karakteristik dengan tingkat tingkat neurotisme tinggi cenderung mudah mengalami stres.

3) Toleransi terhadap hal yang ambiguitas/ketidakjelasan 4) Pola tingkah laku tipe A.

Menurut Rosenman dan Friedman (Breznizt dan Golberger, 1982) pola perilaku individu dapat digolongkan ke dalam dua tipe, yaitu individu tipe A dan individu tipe B. Individu dengan pola perilaku tipe A sangat ambisius dan agresif, selalu bekerja untuk mencapai sesuatu, berlomba dengan waktu, beralih dengan cepat dari suatu pekerjaan ke lain pekerjaan, dan terlibat penuh pada tugas-tugas pekerjaannya. Akibatnya, individu dengan pola perilaku tipe A selalu berada dalam keadaan tegang dan stres. Sebaliknya, individu dengan pola perilaku tipe B mungkin sama ambisiusnya dengan individu tipe A, tetapi mereka lebih santai dan menerima situasi seadanya.

c. Faktor stres kerja yang bersumber di luar organisasi

Peristiwa-peristiwa kehidupan di luar pekerjaan kerja tidak dapat dihindari akan memberi tekanan pada individu. Kehidupan keluarga, kesulitan keuangan semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya.

(41)

a. Extraorganizational stressor (stressor ekstraorganisasi), yaitu faktor-faktor penyebab stres kerja yang berasal dari luar organisasi.

b. Intraorganizational stressor (stressor intraorganisasi), yaitu faktor penyebab stres kerja yang berasal dari dalam organisasi.

c. Task-related stressor (stressor berorientasi tugas), yaitu faktor penyebab stres kerja yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab.

d. Individual stressor (stressor individu), yaitu faktor penyebab stres kerja yang melibatkan kesulitan pekerjaan sehubungan dengan karakteristik individu karyawan.

Hurrel (dalam Munandar, 2001) mengelompokkan faktor-faktor pekerjaan yang dapat menimbulkan stres ke dalam tujuh kategori besar. Meliputi faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, struktur dan iklim organisasi a. Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan

Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup: shift, beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan bahaya. 1) Tuntutan fisik : kondisi fisik kerja mempunyai pengaruh terhadap faal

(42)

juga dapat merupakan sumber stres yang menyebabkan peningkatan dari kesiagaan dan ketidakseimbangan psikologis sesorang. Kondisi demikian memudahkan timbulnya kecelakaan. Ivancevich dan Matteson (dalam Munandar, 2001) berpendapat bahwa bising yang berlebih (sekitar 80 db) yang berulangkali didengar dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan stres. Dampak psikologis dari bising berlebih ialah mengurangi toleransi dari tenaga kerja terhadap penyebab stres yang lain, dan menurunkan motivasi kerja. Bising bagi pekerja pabrik dapat menjadi penyebab stres yang membahayakan. 2) Tuntutan tugas : penelitian menunjukkan bahwa shift/kerja malam

(43)

keterampilan dan/atau potensi dari tenaga kerja. Disamping itu beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif dapat menimbulkan kebutuhan untuk bekerja selama jumlah jam yang sangat banyak, yang merupakan sumber tambahan dari stres.

b. Peran Individu dalam Organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi, artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masalah. Kurang baik berfungsinya peran dapat menjadi pembangkit stres kerja, yaitu meliputi: konflik peran dan ketaksaan peran (role ambiguity).

1) Konflik peran : konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya:

a) Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara tanggung jawab yang ia miliki.

b) Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan merupakan bagian dari pekerjaannya.

c) Tuntutan-tunlutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang lain yang dinilai penting bagi dirinya. d) Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu

(44)

2) Ketaksaan peran : jika seorang pekerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti atau merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran lertentu. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketaksaan melipuli: Ketidakjelasan dari saran-saran (tujuan-tujuan) kerja.

a) Kesamaran tentang tanggung jawab. b) Ketidakjelasan tentang prosedur kerja.

c) Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain.

d) Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian tentang produktifitas kerja.

Menurut Kahn, dkk (dalam Munandar, 2001), stres yang timbul karena ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan, kurang memiliki kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi, motivasi rendah untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan detak nadi, dan kecenderungan untuk meninggalkan pekerjaan.

c. Pengembangan Karir

Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.

(45)

Reorganisasi dirasakan perlu untuk dapat menghadapi perubahan lingkungan dengan lebih baik. Sebagai akibatnya ialah adanya pekerjaan lama yang hilang dan adanya pekerjaan yang baru. Dapat terjadi bahwa pekerjaan yang baru memerlukan ketrampilan yang baru. Setiap reorganisasi menimbulkan ketidakpastian pekerjaan, yang merupakan sumber stres yang potensial.

(46)

yang bermutu rendah, berkaitan dengan stres dari kesenjangan yang dirasakan antara kedudukannya sekarang di organisasi dengan kedudukan yang diharapkan. Sedangkan stres yang timbul karena

over-promotion memberikan kondisi beban kerja yang berlebihan serta adanya tuntutan pengetahuan dan ketrampilan yang lidak sesuai dengan bakatnya.

d. Hubungan dalam Pekerjaan

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya (Kahn dkk, dalam Munandar, 2001).

e. Struktur dan Iklim Organisasi

(47)

f. Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan

Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan pada individu. Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan, keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat merupakan tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana halnya stres dalam pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan pribadi.

g. Karakteristik Individu

(48)

1) Kepribadian : mereka yang berkepribadian introvert bereaksi lebih negatif dan menderita ketegangan yang lebih besar daripada mereka yang berkepribadian ekstrovert, pada konflik peran. Kepribadian yang fleksible (orang yang lebih lerbuka terhadap pengaruh dari orang lain sehingga lebih mudah mendapatkan beban yang berlebihan) mengalami ketegangan yang lebih besar dalam situasi konflik, dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian rigid.

2) Kecakapan : merupakan variabel yang ikut menentukan stres tidaknya suatu situasi yang sedang dihadapi. Jika seorang pekerja menghadapi masalah yang ia rasakan tidak mampu ia pecahkan, sedangkan situasi tersebut mempunyai arti yang penting bagi dirinya, situasi tersebut akan ia rasakan sebagai situasi yang mengancam dirinya sehingga ia mengalami stres. Ketidakmampuan menghadapi situasi menimbulkan rasa tidak berdaya. Sebaliknya jika merasa mampu menghadapi situasi orang justru akan merasa ditantang dan motivasinya akan meningkat. 3) Nilai dan kebutuhan : setiap organisasi mempunyai kebudayaan

(49)

Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor penyebab stres kerja di atas, penulis lebih memilih faktor-faktor pemicu atau penyebab timbulnya stres kerja menurut teori yang dikemukakan oleh Collen (1989 dalam Rini, 2002), karena menurut penulis lebih sesuai dengan obyek penelitian. Menurut Collen faktor penyebab stres kerja atau stressor pekerjaan dibedakan menjadi, 1)

Extraorganizational stressor (stresor ekstraorganisasi), 2) Intraorganizational stressor (stressor intraorganisasi), 3) Task related stressor (stressor berorientasi tugas) dan 4) Individual stressor (stressor individu).

C. Karyawan Jogja TV

1. Gambaran Singkat Perusahaan

(50)

tergabung dalam Indonesia Network hadir menyapa pemirsa setiap hari mulai pukul 06.00 s/d 24.00.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan yang dianut oleh PT Yogyakarta Tugu Televisi adalah struktur organisasi garis. Ciri dari struktur organisasi garis adalah wewenang diberikan oleh atasan kepada bawahan, dan sebaliknya bawahan bertanggungjawab kepada atasan. Secara rinci, struktur organisasi perusahaan dipaparkan pada lampiran. Tugas dan tanggung jawab masing-masing fungsi pemegang jabatan adalah sebagai berikut :

1. Direktur utama

Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pucuk pimpinan dari PT Yogyakarta Tugu Televisi, Direktur Utama bertanggung jawab terhadap semua aktivitas perusahaan baik dalam maupun dalam hubungannya ke luar.

b. Bertugas mendelegasikan wewenang kepada seluruh bagian dalam struktur organisasi untuk menjalankan tugasnya masing-masing. c. Menentukan policy perusahaan.

d. Mengadakan hubungan dengan pihak eksternal dan membuat persetujuan dengan instansi lain yang memiliki hubungan dengan perusahaan.

(51)

2. Direktur Operasional

Tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional adalah sebagai berikut: a. Bertanggung jawab kepada Direktur Utama atas seluruh tugas yang di

limpahkan kepadanya.

b. Membantu Direktur Utama di dalam menjalankan tugas sehari-hari/ kegiatan operasional internal perusahaan.

c. Mengawasi kegiatan operasional perusahaan.

d. Melakukan koordinasi kerja dengan manajer operasional.

e. Membantu apabila ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh manajer operasional.

3. Sekretaris Direksi

Tugas dan tanggung jawab Sekretaris Direksi adalah: a. Bertanggung jawab kepada Direktur Utama

b. Membantu semua tugas Direktur Utama dan Direktur Operasional baik dalam urusan kesekretariatan dan juga sebagai penghubung antara jajaran direksi dengan manajer operasional maupun sebagai penghubung dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan dan juga sebagai penghubung antara pihak perusahaan dengan ekstern.

4. Manajer Operasional

(52)

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajarannya beserta staf dalam lingkungan perusahaan.

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas operasional perusahaan dan melakukan koordinasi dengan para koordinator masing-masing divisi.

5. Public Relation

Tugas dan tanggung jawab Public Relation adalah : a. Bertanggung jawab kepada Direktur Operasional

b. Bertugas menjaga hubungan baik antara pihak eksternal maupun pihak internal yang berkaitan dengan perusahaan.

c. Bertugas untuk membina jaringan dengan pihak luar sebagai klien potensial.

6. Penanggungjawab Program dan Pemberitaan

Tugas dan tanggung jawab penanggungjawab Program dan Pemberitaan adalah:

a. Bertanggung jawab kepada Direktur Operasional

b. Bertanggungjawab terhadap isi program dan pemebritaan yang tayang. c. Bertugas mengatur dan mengawasi kelancaran proses pembuatan

program dan pemberitaan dalam divisinya masing-masing.

d. Berkoordinasi dengan manajer operasional dalam pengaturan rundown acara dan komposisi program acara sesuai dengan kebijakan pimpinan. 7. Koordinasi Marketing

(53)

a. Bertanggung jawab kepada Manajer Operasional

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dalam pengawasannya.

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas-tugas operasional stafnya.

d. Membantu Direktur Operasional dan berkoordionasi dengan manajer Operasional untuk menetapkan strategi-strategi marketing.

e. Membantu Direktur Utama dalam mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan segmentasi pasar ke para staf.

8. Koordinator Umum

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Umum adalah: a. Bertanggung jawab kepada manajer Operasional

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dalam pengawasannya.

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas-tugas operasional stafnya.

d. Bertugas menjaga kelancaran sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses produksi maupun jalannya perusahaan.

9. Koordinator Grafis

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Grafis adalah: a. Bertanggung jawab kepada Manajer Operasional.

(54)

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas operasional stafnya dan menjalin hubungan dengan divisi lain yang berhubungan dengan desain grafis. 10.Koordinator Editing

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Editing adalah: a. Bertanggung jawab kepada Manajer Operasional.

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dam pengawasannya.

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas-tugas operasional stafnya dan menjalin hubungan dengan divisi-divisi lain yang berhubungan dengan proses editing.

11.Koordinator Teknik

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Teknik adalah: a. Bertanggung jawab kepada Manajer Operasional.

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dalam pengawasannya.

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas operasional stafnya dan menjalin hubungan dengan divisi-divisi lain yang berhubungan dengan teknisi. 12.Koordinator Program

Tugas dan tanggung jawab Koordinator Program adalah: a. Bertanggung jawab kepada manajer operasional.

(55)

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas operasional stafnya dan menjalin hubungan dengan divisi lain yang berhubungan dengan program. d. Menyusun program-program di Jogja TV.

13.Koordinator Keuangan

Tugas dan tanggung jawab kepada Direktur Operasional adalah: a. Bertanggung jawab kepada Direktur Operasional.

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dalam pengawasannya.

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas-tugas operasional stafnya dan menjalin hubungan dengan divisi-divisi lain yang berhubungan dengan keuangan.

d. Menjalankan tugas keuangan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menjaga kestabilan keuangan perusahaan.

14.Koordinator Kameramen

Tugas dan tanggung jawab koordinator kameramen adalah: a. Bertanggung jawab kepada manajer operasional

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dalam pengawasannya.

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas operasional stafnya dan menjalin hubungan dengan divisi lain mengenai penggunaan kamera.

15.Koordinator Master Control

(56)

a. Bertanggung jawab kepada Manajer Operasional

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dalam pengawasannya.

c. Bertugas mengawasi kelancaran tugas-tugas operasional stafnya dan menjalin hubungan dengan divisi-divisi lain yang berhubungan dengan

master control.

16.Koordinator studio dalam

Tugas dan tanggung jawab koordinator studio dalam adalah: a. Bertanggung jawab kepada manajer operasional.

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dalam pengawasannya.

c. Bertugas menjaga kelancaran tugas-tugas operasional stafnya dan menjalin hubungan dengan divisi-divisi lain yang berhubungan dengan pemakaian studio.

17.Kepala Security

Tugas dan tanggung jawab Kepala Security adalah: a. Beratnggung jawab kepada manajer operasional.

b. Bertugas mengawasi jalannya kegiatan jajaran atau staf yang berada dalam pengawasannya.

(57)

d. Bertugas mengawasi proses penjagaan seluruh aset yang berada di wilayah Jogja TV maupun ketika berada di luar lokasi perusahaan. Untuk pelaksanaan operasional PT. Yogyakarta Tugu Televisi melakukan perencanaan perekrutan sumber daya manusia dengan matang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Kualifikasi ini didasarkan atas pendidikan non formal dan pengalaman pekerjaan sesuai unit usaha kerja dalam struktur yang ada dengan mengadakan pengumuman lowongan pekerjaan secara terbuka yang nantinya akan diseleksi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah yang berpengaruh paling besar terhadap berlangsungnya suatu kegiatan perusahaan, sebab tanpa tenaga kerja maka mustahil perusahaan dapat beroperasi. Untuk itu pula, Jogja TV berusaha agar personel-personel yang ada tetap terjaga dan seimbang dengan segala konsekuensinya. Tenaga kerja yang ada di Jogja TV sebanyak 145 orang. Adapun rincian jumlah karyawan Jogja TV dipaparkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Karyawan Jogja TV

(58)

Dalam operasinya Jogja TV menggunakan tenaga kerja yang ditempatkan di Bagian Siaran yang meliputi Pemberitaan, Produksi, Umum, dan Bagian Sekretariat yang meliputi Keuangan dan Marketing. Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah karyawan Bagian Siaran, terdiri dari Seksi Pemberitaan yang meliputi reporter, penyiar, kameramen, redaktur, produser dan penerjemah, Seksi Produksi yang meliputi grafis, editing, program,

Master Control dan studio dalam, serta Seksi umum yang meliputi driver, operator, dekorasi, cleaning service dan teknisi.

D. Stres Kerja Pada Karyawan Jogja TV Bagian Siaran

Karyawan yang bekerja di sebuah stasiun televisi, khususnya pada bagian siaran berbeda dengan karyawan pada umumnya. Pekerja televisi dituntut untuk menyelesaikan tugas yang diberikan meski bekerja di bawah tekanan. Hal ini tentu saja dapat memicu timbulnya stres kerja. Setiap pekerja dapat dipastikan pernah mengalami kondisi stres kerja, hanya saja tingkat stres yang dialami antara karyawan yang satu dengan yang lainnya berbeda. Semakin lama dan semakin tinggi tingkat stres kerja seorang pekerja maka hal ini akan membawa pekerja pada kondisi menderita kelelahan kronis, kebosanan, depresi, dan menarik diri dari pekerjaan.

(59)

juga untuk kemajuan stasiun televisi itu sendiri. Sebagai salah satu ujung tombak dari proses produksi sebuah stasiun televisi, mereka dituntut bekerja profesional, kreatif, tanpa kesalahan, tepat waktu dan siap bekerja pada shift kerja siang atau malam. Setiap proses produksi siaran biasanya merupakan sederetan proses yang panjang dan rumit. Ada saja masalah yang timbul, terutama pada saat pengambilan gambar (shooting) dan pada saat penayangan. Tekanan terhadap masing-masing kru siaran cukup berat. Pekerja televisi, khususnya kru bagian siaran tidak hanya harus bisa tetap tenang dalam mencari pemecahan yang terbaik bagi aneka masalah yang terjadi, tetapi juga harus kreatif dalam mengantisipasi serta mengadaptasi tugasnya dengan kenyataan di lapangan. Jam kerja karyawan Bagian Siaran dengan shift kerja siang atau malam juga menjadi sumber permasalahan. Jam kerja tersebut menjadikan karyawan Bagian Siaran jarang dapat berkumpul dengan anggota keluarganya sehingga dapat menyebabkan hubungan yang kurang baik dan harmonis di antara anggota keluarga.

(60)

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala berdasarkan pada indikator-indikator yang dijadikan dasar ada tidaknya suatu gejala yang diteliti (Sugiyono, 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres kerja dan faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan stres kerja pada karyawan Bagian Siaran Jogja TV.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah obyek penelitian yang menjadi pusat perhatian suatu penelitian yang bervariasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah stres kerja karyawan dan faktor-faktor penyebab stres kerja pada karyawan Bagian Siaran Jogja TV.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

(61)

kesalahan penafsiran dalam penelitian maka berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi operasional variabel penelitian.

Stres kerja didefinisikan sebagai stres kerja merupakan bentuk respon psikologis dari tubuh terhadap tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan pekerjaan yang melebihi kemampuan yang dimiliki, baik berupa tuntutan fisik atau lingkungan dan situasi sosial yang mengganggu pelaksanaan tugas, yang muncul dari interaksi antara individu dengan pekerjaannya, dan dapat merubah fungsi fisik serta psikis yang normal, sehingga dinilai membahayakan, dan tidak menyenangkan. Stres kerja yang terjadi pada karyawan dapat diketahui dengan melihat indikator-indikator atau tanda-tandanya, sehingga dapat menentukan apa yang harus dilakukan. Penulis menentukan indikator-indikator atau tanda-tanda stres kerja menurut pendapat Braham (dalam Handoyo, 2001), yang meliputi: a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air

besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, kehilangan energi.

(62)

c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.

d. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.

Tinggi rendahnya tingkat stres kerja karyawan diukur menggunakan skala stres kerja karyawan berdasarkan pada 4 aspek di atas. Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti menunjukkan semakin tinggi tingkat stres kerja karyawan tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin rendah pula tingkat stres kerja karyawan tersebut.

Penulis menentukan faktor-faktor penyebab timbulnya stres kerja berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Collen (1989 dalam Rini, 2002), yang meliputi:

a. Extraorganizational stressor (stressor ekstraorganisasi), yaitu faktor-faktor pemicu atau penyebab timbulnya stres kerja yang berasal dari luar organisasi pekerja.

(63)

c. Task-related stressor (stressor berorientasi tugas), yaitu faktor-faktor pemicu atau penyebab timbulnya stres kerja yang berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab.

d. Individual stressor (stressor individu), yaitu faktor-faktor pemicu atau penyebab timbulnya stres kerja yang melibatkan kesulitan pekerjaan sehubungan dengan karakteristik individu karyawan.

Setiap faktor-faktor tersebut memberikan pengaruh yang berbeda terhadap stres kerja. Namun disini akan dilihat faktor manakah yang memiliki kontribusi terbesar menurut pendapat karyawan itu sendiri. Faktor penyebab stres kerja karyawan diukur menggunakan skala penyebab stres kerja karyawan berdasarkan pada 4 aspek di atas. Semakin tinggi skor yang diperoleh suatu faktor berarti menunjukkan semakin dominan tersebut faktor menjadi penyebab stres kerja karyawan, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh berarti semakin kurang faktor tersebut menjadi penyebab stres kerja karyawan.

D. Subjek Penelitian

(64)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan angket kepada subjek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Stres Kerja dan Skala Penyebab Stres Kerja.

1. Skala Stres Kerja

Skala Stres Kerja didasarkan pada teori indikator stres kerja yang diajukan oleh Braham (dalam Handoyo, 2001). Setiap indikator memiliki bobot yang sama sehingga jumlah item pertanyaan pada setiap faktornya sama. Adapun distribusi item Skala Stres Kerja adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Distribusi Item Pra Uji Coba Skala Stres Kerja

No Indikator Nomor Item Jumlah

favorable dan 20 item yang bersifat unfavorable. Item-item favorable adalah item-item yang merupakan gejala atau tanda-tanda stres kerja. Item-item

(65)

unfavorable bobot nilai yang diberikan bergerak dari 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS), 2 untuk jawaban Setuju (S), 3 untuk jawaban Tidak Setuju (TS), dan 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS).

2. Skala Penyebab Stres Kerja

Peneliti mengungkapkan ada 4 faktor yang menyebabkan stres kerja, yaitu faktor ekstraorganisasi, faktor intraorganisasi, faktor yang berhubungan dengan tugas, dan faktor individu. Setiap faktor memiliki bobot yang sama sehingga jumlah item pertanyaan pada setiap faktornya sama. Adapun distribusi item Skala Penyebab Stres Kerja adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Distribusi Item Pra Uji Coba Skala Penyebab Stres Kerja

No Faktor Nomor Item Jumlah

(66)

Bagi item yang bersifat unfavorable bobot nilai yang diberikan bergerak dari 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS), 2 untuk jawaban Setuju (S), 3 untuk jawaban Tidak Setuju (TS), dan 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS).

F. Prosedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Membuat skala penyebab timbulnya stres kerja dengan menggunakan metode

summated rating.

2. Melakukan uji kesahihan butir dan reliabilitas skala untuk mendapatkan butir yang sahih dan skala yang reliabel.

3. Menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria kemudian diberikan skala penyebab stres kerja yang sudah diuji kesahihannya.

4. Menganalisa data yang masuk dengan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran tentang faktor-faktor penyebab stres kerja yang paling dominan. 5. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil tersebut.

G. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Validitas

(67)

ukurnya, hasil ukur sesuai dengan maksud pengukuran dan kecermatan apabila pengukuran mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain (Azwar, 2000).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, validitas yang dipandang dari segi isi skala, yang menyatakan sejauh mana isi skala tersebut telah dianggap dapat mengukur hal-hal yang mewakili keseluruhan hal-hal yang hendak diukur (Suryabrata, 1983). Analisis validitas isi dilakukan dengan cara memeriksa relevansi item-item yang telah disusun dengan atribut psikologi yang hendak diukur (Azwar, 2000). Uji validitas isi dilakukan sebelum dilaksanakannya uji coba skala. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis rasional terhadap isi tes serta didasarkan pada professional judgment oleh seseorang yang dianggap lebih ahli, yaitu dosen pembimbing.

2. Seleksi Item

(68)

bernilai negatif dan nilai probabilitas (signifikansi) lebih dari 0,05 maka item dinyatakan gugur (Azwar, 2000).

3. Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability yang mempunyai arti sejauhmana hasil suatu tes dapat dipercaya. Artinya, hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, kalau aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2000).

Metode pendekatan reliabilitas menggunakan pendekatan konsistensi internal. Pendekatan konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok subjek. Teknik perhitungan konsistensi internal yang digunakan untuk estimasi reliabilitas skala, yaitu formula Alpha Cronbach. Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0,00 sampai dengan 1,00. Nilai reliabilitas skala dianggap memuaskan apabila koefisien Alpha > 0,7 (Azwar, 2000).

H. Analisis Data

(69)
(70)

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 15 November 2010 sampai dengan 22 November 2010 dengan subjek karyawan PT. Yogyakarta Tugu Televisi. Waktu pelaksanaan penelitian kurang lebih memakan waktu satu bulan. Pelaksanaan penelitian dimulai dari proses permintaan surat ijin penelitian. Proses perijinan yang diawali dengan pembuatan proposal penelitian dan pengajuan permohonan penelitian dengan menggunakan Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas Psikologi yang diajukan kepada PT. Yogyakarta Tugu Televisi melalui Bagian Personalia PT. Yogyakarta Tugu Televisi. Proposal dan Surat Permohonan Ijin Penelitian tersebut diketahui oleh Dosen Pembimbing Skripsi dan disetujui oleh Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Dalam jangka waktu kurang lebih satu minggu, proposal dan permohonan ijin penelitian tersebut disetujui oleh pihak PT. Yogyakarta Tugu Televisi. Kepala Bagian Personalia memberikan Surat Keterangan Ijin Penelitian kepada

(71)

sekaligus memberikan petunjuk pengadministrasian skala penelitian tersebut. Dalam proses pendistribusian skala penelitian tersebut, peneliti melakukan pembicaraan dengan kepala bagian personalia mengenai prosedur pembagian kuesioner. Keputusannya adalah kuesioner harus dititipkan pada sekretaris bagian personalia dan tidak dibawa pulang. Peneliti tidak diperbolehkan membagi sendiri kuesioner tersebut karena dikhawatirkan akan mengganggu proses produksi. Oleh karena itu sekretaris bagian personalia yang akan mengontrol proses pengisian dan pengembalian kuesioner.

1. Deskripsi Subyek

Dari 67 orang karyawan yang dijadikan sebagai sampel penelitian dapat diketahui karakteristik subyek yang terdiri dari usia, pendidikan terakhir, masa kerja dan jabatan.

a. Deskripsi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin

Karyawan Jogja TV yang terpilih sebagai subyek penelitian terdiri dari pria dan wanita. Berikut adalah data subyek berdasarkan masa kerja adalah:

Tabel 4. Deskripsi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Pria 63 63%

Wanita 37 37%

(72)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa subyek yang berjenis kelamin pria berjumlah 63 orang dan subyek yang berjenis kelamin wanita berjumlah 37 orang.

b. Deskripsi Subyek Berdasarkan Usia

Karyawan Jogja TV yang terpilih sebagai subyek penelitian memiliki rentang usia antara 23 hingga 54 tahun. Untuk mendeskripsikan jumlah subyek berdasarkan usia dilakukan pengelompokan menjadi empat kategori. Berikut adalah data subyek berdasarkan usianya:

Tabel 5. Deskripsi Subyek Berdasarkan Usia Usia Frekuensi Persentase

20 – 30 tahun 30 30%

31 – 40 tahun 38 38%

41 – 50 tahun 24 24%

51 – 60 tahun 8 8%

Jumlah 100 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa subyek usia kurang dari 30 tahun berjumlah 30 orang, usia 31 – 40 berjumlah 38 orang, subyek usia 41 – 50 adalah berjumlah 24 orang dan subyek yang berusia di atas 51 berjumlah 8 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar subyeknya adalah yang berusia antara 31 – 40 tahun yaitu sebesar 38% dari keseluruhan subyek.

c. Deskripsi Subyek Berdasarkan Pendidikan

Gambar

Tabel 1. Data Jumlah Karyawan Jogja TV Bagian
Tabel 2. Distribusi Item Pra Uji Coba Skala Stres Kerja Nomor Item
Tabel 3. Distribusi Item Pra Uji Coba Skala Penyebab Stres Kerja Nomor Item
Tabel 4. Deskripsi Subyek Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Hubungan Stres Kerja Dengan Prestasi Kerja Karyawan Pramuniaga Pada Matahari Department Store Jember; Anik Gita Yuana; 020910202188; Program Studi Ilmu

Judul : Hubungan Stres Kerja Dengan Prestasi Kerja Karyawan Pramuniaga Pada Matahari Department Store Jember; Anik Gita Yuana; 020910202188; Program Studi Ilmu

dari hasil uji t maka dapat dilihat bahwa secara parsial stres kerja berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan

SWT, karena atas rahmat dan karunia yang di limpahkanNya, peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian

Penelitian ini difokuskan pada Pengaruh Beban Kerja dan Stres Kerja Terhadap kinerja karyawan (studi pada PT. Berkat Karunia Surya). permasalahan yang dihadapi

Hal ini berarti stres kerja yang terjadi pada karyawan akan menyebabkan penurunan kinerja karyawan yang bersangkutan dan didukung dengan penelitian yang dilakukan

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT RICKY KENCANA SUKSES MANDIRI PALEMBANGi. Telah Diterima Sebagai Salah Satu

Hal ini sesuai dengan pendapat Terry Beehr dan John Newman (1978) ( Rini, 2002) yang menyatakan prokrastinasi dapat menimbulkan stres kerja pada seseorang karena ketika