• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit

1. Klasifikasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini di kembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit di klafikasikan sebagai berikut :  Divisi : Spermatophyta  Subdivisi : Angiospermae  Klas : Monokotyledonae  Ordo : Palmales  Famili : Palmaceae  Sub Pamili : Cocoideae  Ganus : Elaeis

 Spesies : Elaies guineensis Jacq

Menurut bentuk atau irisan melintang buahnya, kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu. Dura, Pesifera, Tenera.

Dura : Endocarp/cangkang (tempurung) tebal antara 2 – 8 mm, mesocarp (sabut/dagingBuah) tipis yaitu antara 20 -65 %,

(2)

Tenera : Cankang tipis (0,5 -4 mm);mesocaep tebal (60 – 69 %), merupakan hasil persilangan Antara dura (sebagai pokok ibu) dan pisipera (sebagai pohon bapak).

2. Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Morfologi tanaman kelapa sawit dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun. Sedangkan bagian generatif yang merupakan alat pengembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.

a. Akar

kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakal akar) pada bibit tumbuh memanjang kearah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal dan horizontal. Serabut primer ini akan bercabang lagi menjadi akar sekunder keatas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang-cabang lagi menjadi akar tersier. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal.

b. Batang

Tanaman kelapa sawit pada umumnya memilki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam didalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan.

(3)

Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal dibatang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.

c. Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Dibagian pangkal pelepah daun berebentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbasis dua sampai ke ujung daun. Pada tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun.

d. Bunga

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk.

e. Buah

Buah disebut juga Fructus. Tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan tumbuh subur sudah dapat nenghasilkan buah serta siap di panen pertama pada umur 3,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5 - 6 bulan.

(4)

Warna buah tergantung varietas dan umurnya. Buah berukuran 2 - 5 cm, berbentuk oval. Buah dura Deli biasanya lebih besar dibandingkan dari dura Afrika. Buah terdiri dari exocarp (kulit buah), mesocarp (daging buah), yakni bagian yang mengandung minyak, endocarp atau batok kelapa sawit, dan endosperm atau buah kelapa sawitnya yang sering disebut kernel. Endocarp dan kernel tersebut seed atau biji. Minyak sawit (crude palm Oil) dihasilkan dari mesocarp, sedangkan minyak inti atau kernel Oil di hasilkan dari kernel.

(Memet Hakim, 2007).

Menurut Sunarko (2007), berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit di bedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:

 Dura

Memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17 %.

 Tenera

Memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23 %.

 Pesifera

Memilik cangkang yang sangat tipis, daging buat tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyak tinggi (lebih dari 23 %). Tandan buah hamper selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.

(5)

f. Biji

Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji Dura Afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji Dura Deli memiliki bobot 13 gram per biji dan biji Tenera Afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit umumnya periode dorman (masa non-aktif). Perkembangan dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilan lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment (Sunarko, 2007)

Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Untuk tanaman tua, produktivitasnya akan menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Pada tahun-tahun pertama tanaman, berat tandan buah hanya 3-6 kg, tetapi semakin tua berat tandan bertambah, yaitu bisa mencapai 25-35 kg/tahun. Banyaknya buah yang terdapat pada satu tandan tergantung pada faktor genetik, umur, lingkungan, dan teknik budidaya. Jumlah buah pertandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1600 buah. Panjang buah antara 2 - 5 cm dan berat sekitar 20 – 30 g/buah.

B. Penunasan

Jumlah daun yang optimum harus terus dipertahankan Pada TM 1,2 adalah 56 pelepah, pada TM diatas 3 harus dipertahankan 48 pelepah dan sesudah TM 2 dikebun betami rantau estate diterapkan deengan rumus songgo 2, yang harus dijaga agar jangan sampai over prunning, penunasan yang berlebihan dapat menurunkan hasil dengan turunnya karbohidrat untuk hasil dan terjadinya sex

(6)

ratio. Namun under prunning dapat menyulitkan pemanen untuk dapat melihat buah kriteia matang panen, dan mengakibatkan kehilangan buah akibat buah busuk atau tingginya asam karena over ripe.

Penunanasan yang dilakukan dikebun Betami rantau estate direncanakan 2 pusingan pertahun, penunasan rutin dilakukan sepanjang tahun dan tidak perlu menunggu musim hujan,tujuan dilakukan penunasan :

1. Agar lebih mudah pemanenan

2. Mutu buah lebih baik dari segi kualitatif dan kuantitatif

3. Mengurangi penyerapan pupuk untuk pelepah yang kurang berfungsi 4. Lebih indah dan estetika

5. Mengurangi hama penyakit 6. Mengurangi kecelakaan panen 1. Jenis – Jenis Penunasan

Berbagai tindakan kultur teknis yang dikerjakan oleh suatu perkebunan kelapa sawit dalam meningkatkan produksinya, diantaranya adalah penunasan. Daun kelapa sawit dalam jumlah tertentu, merupakan salah satu faktor yang turut menenentukan dan produktivitas tanaman (Ahmad Basyar). Agar dapat melaksanakan metabolisme dengan baik, sepeti proses fotosintesis dan respirasi maka jumlah pelepah harus dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman. Untuk tanaman yang berumur 3 - 8 tahun, jumlah pelepah yang optimal sekitar, 48-56 (6-7 lingkaran duduk daun). Sementara itu, untuk tanaman

dengan umur lebih dari 8 tahun, jumlah pelepah sekitar 40-48 pelepah (5-6 ling karan duduk daun).

(7)

Sedangkan menurut (Ahmad Basyah, 1996) dalam setiap tahun tanaman kelapa sewit muda dapat memproduksi 30-35 pelepah dan berangsur-angsur menurun pada tanaman dewasa menjadi 20-24 pelepah. Jumlah pelepah yang diinginkan untuk menghasilkan produksi yang optimal pada Tunas setelah minimal 40 pelepah umur tanaman menghasilkan (TM) dewasa

(berumur > 9 tahun)

Penunasan dapat dibagi dalam beberapa sistem yaitu: Tunas Pasir, Tunas Selektif, Tunas Umum atau Periodik,dan tunas rutin.

1. Tunas Pasir

Tunas pasir hanya di kerjakan hanya sekali selama dalam satu siklus tanaman yaitu pada tanaman berumur 2,5 tahun sejak di tanam dilapangan atau bila tanaman cukup berkembang untuk berproduksi. Tunas pasir dilakukan sebagai persiapan untuk kemudahan panen. Tunas pasir dilakukan dengan cara :

 Pelepah paling bawah (1-2 lingkar maksimal 15 cm dari permukaan tanah) atau pelepah bekas dari pembibitan dipotong.

 Pemotongan rapat ke pangkal pelepah dengan mengunakan arit kecil dan dodos ke kecil

 Pada saat pemotangan pelepah, sekaligus dilakukan pembersihan tanaman (sanitasi) terutama pembuangan bunga atau tandan yang busuk,

 Pelepah yang dipotong dikumpulkan atau ditumpuk di gawangan mati,  Kebutuhan tenaga tunas termasuk sanitasi adalah 2-3 Hk/Ha dengan

(8)

Dari gambar dibawah ini dapat dilihat pembuangan tunas pasir

Gambar 1. Tunas Pasir 2. Tunas Selektif

Penunasan selektif bertujuan untuk mempersiapkan pohon untuk dipanen yaitu pada saat berumur 3-4 tahun, tegantuk pada tanaman dan pertumbuhan pohon dengan tujuan mempersiapkan pohon untuk dipanen. Suatu blok tanaman dapat dimulai ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40% setelah mempunyai tandan buah yang hampir masak pada ketinggian lebih kurang 90 cm dari tanah atau diukur dari permukaan tanah kepangkal tandan tertua.

Penunasan sisa pohon yang 60% lagi dilaksanakan 4 bulan kemudian, Sehinga semua pohon diblok tersebut akhirnya akan tertuntaskan.

(9)

3. Tunas Umum atau Periodik

Penunasan periodik dilakukan pada tanaman yang berumur diatas 4 tahun sampai dengan 7 tahun, rotasi 9 bulan sekali dan ada juga yang melakukan sampai dengan 10 bulan sekali. Jumlah pelepah yang masih tingal di pohon berjumlah 52-58 pelepah atau 6-6,5 pelepah disetiap spiralnya. Pada satat penunasan dilaksanakan jumlah pelepah yang ditingalkan sebanyak 2 dibawah tandan buah masak terendah. Perencanaan penunasan pada setiap tahunnya didasarkan pada rotasi terakhir ditahuh sebelumnya.

Penunasan umur 8 tahun sampai dengan 14 tahun, dilaksanakan sama dengan umur 4-7 tahun dengan jumlah pelepah yang ditinggal pada saat panen adalah sebanyak 40 48 pelepah atau 4 pelepah setiap spiral. Pelepah yang ditingalkan hanya 1-2 pelepah dibawah tandan masak.

Penunasan pada tanaman yang berumur lebih dari 15 tahun atau setara dengan 15 tahun, pelaksanaan penunasan dilakukan seperti pada umur 4-14 tahun dengan jumlah pelepah yang di tingal di pohon setelah penunasan atau panen adalah 32 pelepah.

(10)

4. Tunas Rutin (Tunas Progresive)

Penunasan rutin adalah penunasan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus sepanjang tahun bersama dengan panen, dimana pelepah dibuang bilamana lebih dari yang ditetapkan. Pelepah yang dipotong tergantung umur tanaman, namun songgoh dua. Untuk tanaman yang tidak mempunyai pelepah normal, pemotongan pelepah didasari atas mempertahankan jumlah pelepah yang ada yaitu, 48-56 pelepah pada tanaman yang berumur kurang dari 8 tahun dan pelepah 40-48 pelepah pada tanaman yang lebih dari 8 tahun. Pohon yang pertumbuhan kurang baik atau kuning defiensi hara arus lebih hati –hati dan cukup membuang daun kering saja.

Penunasan atau membuang cabang-cabang yang tidak berguna lagi bagi tanaman kelapa sawit dikerjakan dengan tujuan :

 Sanitasi (kebersihan) tanaman

 Memperlancar proses penyerbukan alami.  Memperbaiki sirkulasi udara disekitar tanaman.  Mempermudah pelaksanaan panen.

 Panen dapat dilaksanakan dengan baik.  Menghindari tersangkutnya berondolan.  Pengamatan akan lebih mudah.

 Menciptakan kondisi yang baik bagi pekerjaan dan kesehatan si pemanen.

(11)

Dari gambar dibawah ini dapat dilihat pembuangan tunas rutin

Gambar 4. Tunas Rutin Penyusunan pelepah X X X X X X X X X X X X X X X X X X

Ket : X Tanaman Kelapa Sawit Pelepah Daun

Gawangan Mati Pasar Piku

Tabel 8. Standar Pelepah Kelapa Sawit

No Umur tanaman (tahun) Jumlah Pelepah

1 lebih Kecil 4 64

2 4 Sampai dengan 8 48 – 56

3 8 sampai dengan 15 40 – 48

(12)

C. Standar Penunasan

Standar dalam melakukan penunasan harus dilaksanakan dan jika tidak dilaksanakan akan berakibat langsung terhadap turunnya produksi dan stres pada tanaman kelapa sawit. Standar jumlah pelepah tanaman umur ≥ 8 tahun adalah 40-48 pelepah perpohon dan umur 8 tahun sebanyak 48 - 56 pelepah/pohon. Tanaman yang msempunyai jumlah kurang 40 pelepah/pohon dapat merangsang terbentuknya bunga jantan yang lebih banyak, sebaliknya jika lebih 56 pelepah/ pohon dapat merangsang timbulnya penyakit busuk tandan (Maramius Palmivorus) dan menyulitkan panen karena sulit kelihatan. Pada waktu penunasan pelepah dipotong mepet ke batang dengan potongan miring keluar (kebawah) berbentuk tapak kuda dengan sudut 30. Pemotongan pelepeh dengan tidak mepet seperti tanduk harus dihindari, karena berondolan akan tersangkut di ketiak pelepah. Hal ini akan mengakibatkan kriteria tandan matang panen akan sulit dilihat oleh pamanen, karena berondolan tidak jatuh di piringan pohon.

(13)

Tabel 1. Standar Penunasan Untuk Tanaman Kelapa Sawit

D. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Produksi

Efektifitas jumlah daun yang berpotesi mengasilkan bunga menjadi buah sangat di tentukan oleh adanya keseimbangan antara jumlah pelepah yang dipertahankan terhadap tanaman, sehingga tanaman dapat berproduksi secara maksimal (Alberto.P.J 2011).

Penunasan merupakan upaya untuk mengatur jumlah pelepah yang perlu di pertahankan atau yang ditinggal dipohon. Jumlah pelepah pada pohon berpengaruh terhadap pertumbuhan akar, berat tandan, dan produktifitas tandan buah segar (TBS). Semangkin optimum jumlah pelepah per pohon maka potensi untuk mengasilkan tandan buah segar(TBS) akan meningkat (Alberto.P.J 2011).

Umur tanaman (tahun) Kebijakan Jumlah songgo Jumlah spiral Jumlah pelepah s<3 4 – 7 8 - 14 >15

Pemotongan pelepah tidak dibolehkan Prioritas untuk dengan cara pemotongan pelepah tua dan kering.

Dilakukan penunasan tetapi tetap mempertahankan pelepah yang di pohan sesuai

ketaentuan.

Dilakukan penunasan sesuai dengan ketentuan.

Harus meminimalisasikan penunasan agar pohon atau tanaman dapat melakukan fotosintesa dengan baik dan tidak stres. - 3 2 1 - 6 -7 5 - 6 4 - 48 – 56 40 -48 32

(14)

Tabel 2. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Produktivitas (TBS) Jumlah

Pelepah/Pohon

Produksi TBS (Kg/Pohon) Pada Umur (Tahun)

Rata-rata (Ton TBS/Ha/Thn) 5 6 7 8 32 180,2 156,5 143,9 146,6 22,4 40 181,3 199,6 174,5 180,2 26,3 48 214,8 237,1 177,2 231,9 30,8 56 199,1 248,2 200,3 170,8 29,3 64 181,5 226,4 206,0 118,3 26,2

Gambar

Gambar  1.   Tunas Pasir  2.    Tunas Selektif
Gambar  3.   Tunas Umum Atau Periodik
Gambar  4.   Tunas Rutin  Penyusunan pelepah  X             X  X  X   X   X  X     X  X  X    X    X  X    X  X  X     X      X
Tabel  1.   Standar Penunasan Untuk Tanaman Kelapa Sawit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan ini disebabkan karena Rumah Sakit IMC Bintaro merupakan Rumah Sakit swasta tipe C yang berbeda dengan tempat penelitian sebelumnya merupakan Rumah Sakit

Korban kekerasan dalam rumah tangga lebih cinderung dialami oleh wanita tetapi dalam UU PKDRT korban mencakup siapa saja yang terdapat dalam sebuah keluarga. pasal 1 ayat 3 UU

Sementara uji formulasi kapur serangga dengan bahan aktif propuksur &amp; transflutrin, propoksur, serta d-alletrin &amp; deltametrin pernah dilakukan terhadap kecoa diperoleh

Menjadi seorang Programmer atau Jasa Pemrograman sistem harus ditunjang pengalaman yang cukup. Bukan hanya harus mengerti secara detail tentang bagaimana

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar sehingga terlaksana dan terselesainya penelitian ini yang judul

Tanaman Pangan Provinsi Bali mencatat tahun 2015 sekurangnya 856,35 hektare lahan pertanaman padi di Pulau Dewata mengalami kekeringan dengan intensitas ringan

Pemberian pinjaman pembiayaan BBA dari BMT-Maslahah Sidogiri Cabang Olean Situbondo benar-benar digunakan oleh para UMKM sebagai tambahan modal

Untuk mengetahui kesalahan seperti apa saja yang siswa kelas X immersi A dan immersi B SMA Negeri 4 Surakarta sering lakukan pelafalan fonem /z/, /c/, /s/, /zh/, /ch/, /sh/ dan