• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi penggunaan strategi critical incident dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Korelasi penggunaan strategi critical incident dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI PENGGUNAAN STRATEGI CRITICAL INCIDENT DENGAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN

FIQIH DI MTs NEGERI 2 SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

SITI MUTMAINNAH

NIM.D01216033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Mutmainnah; D01216033; Korelasi Penggunaan Strategi Critical Incident

dengan Kemampuan Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

Kebanyakan strategi yang digunakan dalam pembelajaran di sekolah-sekolah hanya berpusat kepada guru dan hal ini mengakibatkan siswa cenderung pasif saat pembelajaran berlangsung. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah strategi critical incident, yang mana siswa dapat lebih bersemangat untuk belajar terutama pada mata pelajaran fiqih sehingga nilai kemampuan psikomotoriknya pun akan lebih baik.

Dalam penelitian ini masalah yang diangkat yakni: Bagaimana guru mengelola pembelajaran fiqih dengan strategi critical incident, bagaimana hasil kemampuan psikomotorik siswa, adakah hubungan penggunaan strategi critical incident dengan kemampuan psikomotorik siswa di MTs Negeri 2 Sidoarjo pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTs Negeri 2 Sidoarjo dan sampel penelitian ini adalah 68 siswa yang diambil dengan cara Random Sampling. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Analisis data yang digunakan adalah product moment, analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan strategi critical incident dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

Penelitian ini membuktikan bahwa kemampuan guru dalam menerapkan strategi critical incident pada pembelajaran fiqih termasuk baik yaitu mencapai nilai rata-rata 82,2. Hal ini juga dilihat dari observasi aktivitas siswa yang diperoleh nilai rata-rata cukup baik yaitu 75. Dari data yang didapatkan pada perhitungan product moment menunjukkan bahwa kemampuan psikomotorik siswa tergolong cukup baik. Dari data hasil penilaian performance (praktek) siswa dianalisis dengan menggunakan product moment, didapatkan hasil bahwa rxy = 0,95 dan r tabel lebih

besar daripada r table pada signifikansi 5 % = 0,2387 dan pada taraf signifikansi 1 % = 0,3104. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rxy lebih besar daripada r tabel

sehingga terdapat korelasi/hubungan antara penggunaan strategi critical incident

dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL HALAMAN ... i

LEMBAR KEABSAHAN ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Kegunaan penelitian ... 5 E. Penelitian terdahulu ... 7 F. Hipotesis Penelitian ... 10 G. Definisi Operasional ... 11 H. Sistematika Pembahasan ... 13

(8)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Strategi Critical Incident ... 16

1. Latar Belakang Strategi Critical Incident ... 16

2. Pengertian Strategi Critical Incident ... 17

3. Tujuan Strategi Critical Incident ... 18

4. Langkah-Langkah Strategi Critical Incident ... 18

5. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Critical Incident ... 19

B. Tinjauan tentang Kemampuan Psikomotorik Siswa ... 22

1. Pengertian Kemampuan Psikomotorik Siswa ... 22

2. Tingkatan Ranah Psikomotorik Siswa ... 23

3. Penilaian Psikomotorik Siswa ... 38

4. Penyusunan Instrumen Penilaian Psikomotorik Siswa ... 41

5. Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ... 42

C. Tinjauan tentang Pelajaran Fiqih ... 47

1. Pengertian Pelajaran Fiqih ... 47

2. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Fiqih ... 49

3. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih di MTs ... 51

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 56

B. Variabel Penelitian ... 58

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 64

D. Teknik Pengumpulan Data ... 67

E. Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Objek Penelitian ... 78

B. Deskripsi Data ... 94

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 115

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 142

B. Saran ... 143

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu yang menjadi topik pembahasan adalah relevansi pendidikan, yaitu pentingnya penyesuaian baik itu materi serta program pendidikan agar dapat sejalan dengan perubahan yang ada di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menghadapi tantangan globalisasi yang menuntut perkembangan di berbagai bidang, tidak hanya dituntut untuk mengusai akademik saja melainkan meliputi keterampilan serta kemampuan pengerahan inovasi dan perubahan.

Dalam kehidupan, pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat karena pendidikan merupakan wadah untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan RI No 20 Bab II pasal 3 yang berbunyi:1

Pendidikan nasional berfungsi menggambarkan kemampuan dan pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.

(11)

2

Dalam peraturan menteri penidikan nomor 65 tahun 2013 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.2

Di dunia pendidikan, banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, di mana problem terletak pada lemahnya proses pembelajaran itu sendiri. Selama ini sebagian besar pendekatan pendidikan di sekolah-sekolah berpusat pada guru yang berarti semua mengarah kepada guru. Jika ditinjau lebih jauh pada pendekatan tersebut siswa lebih banyak mendengar, menghafal materi yang diberikan oleh guru dan mengulangi pada waktu ujian.

Hal ini mengakibatkan siswa cenderung pasif, proses belajar mengajar tidak berjalan dengan baik karena guru hanya menuntut siswa menerima semua materi yang disampaikan dan berhasil dalam ujian tanpa melihat sisi lain dari siswa, misalnya pengembangan potensi keterampilan yang dimiliki oleh siswa dengan mempraktekkan secara langsung maupun tidak langsung

(12)

3

demi menerapkan materi yang sudah diterima sehingga akan menimbulkan pemahaman yang mendalam terkait materi tersebut.

Hasil dari pembelajaran yang didominasi guru adalah siswa kurang bisa mengeksplor dirinya. Karena siswa belajar hanya teori saja, keadaan demikian kadang tidak kita sadari ternyata secara tidak langsung mematikan kreatifitas siswa untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya karena masing-masing siswa berasal dari background yang berbeda yang mungkin akan menimbulkan kemajemukan baik sifat, karakter serta SDM.

Padahal pada pelaksanaan kurikulum 2013 (K13) pembelajaran dituntut lebih menekankan kepada siswa daripada guru sehingga diperlukan strategi pembelajaran aktif untuk menjadikan siswa tidak hanya cerdas secara teori/pemahaman saja, tetapi juga mampu mengubah sikap dan keterampilan menjadi lebih baik.

Para ahli teori-teori belajar mencoba mengembangkan berbagai cara untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar yang berlangsung, diantaranya adalah strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa belajar secara aktif, ketika siswa belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran dan mereka secara aktif menggunakan otak baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan masalah atau mengaplikasikan apa yang

(13)

4

baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

Dengan demikian suatu proses pembelajaran memerlukan inovasi dan kreasi pembelajaran untuk penguasaan kelas dan pemahaman terhadap materi yang akan disampaikan seperti menggunakan strategi pembelajaran baru atau dengan kata lain pembelajaran aktif. Diantara strategi pembelajaran aktif adalah strategi Critical Incident.

Menurut Hisyam Zaini strategi Critical Incident yaitu suatu strategi yang mana siswa harus mengingat dan mendeskripsikan pengalaman masa lalu yang menarik dan berkaitan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Yang mana strategi ini digunakan untuk memulai pelajaran. Tujuan sejak awal dengan melihat pengalaman mereka.3

Dari kalimat di atas, penulis beranggapan bahwa strategi Critical Incident adalah salah satu strategi yang cocok diterapkan dalam pembelajaran Fiqih.

Jadi, dengan adanya strategi tersebut dalam mata pelajaran Fiqih, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada aspek strategi yang diterapkan di MTs Negeri 2 Sidoarjo yang dituangkan dalam format judul ―Korelasi Strategi Critical Incident dengan Kemampuan Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo‖

3 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: CTSD (center for teaching staff

(14)

5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan strategi critical incident pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo?

2. Bagaimana kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo?

3. Adakah korelasi strategi critical incident dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan strategi critical incident pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui kemampuan psikomotorik siswa di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi strategi critical incident

dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai guna, antara lain:

(15)

6

1. Kegunaan Secara Teoritis

a. Sebagai salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi/hubungan strategi Critical Incident dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

b. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai strategi pembelajaran yang aktif serta mengembangkan potensi ada di diri setiap manusia, terutama dalam proses pembelajaran bagi siswa.

2. Kegunaan Secara Praktis

a. Bagi siswa : Dapat mengeksplor kemampuan siswa dalam menciptakan suatu keterampilan/karya untuk memperdalam pengetahuan yang diterima.

b. Bagi guru : Dapat dijadikan pedoman dalam melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif, salah satunya adalah strategi Critical Incident.

c. Bagi sekolah : Dapat dijadikan rujukan dalam peningkatan proses pembelajaran di kelas, khususnya pada pembelajaran Fiqih.

(16)

7

E. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu merupakan referensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut terdapat kesamaan permasalahan penelitian, yakni:

1. Skripsi Yunita Fredianti yang dibuat pada tahun 2013 yang berjudul ―Implementasi Strategi Critical Incident dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII SMP Kyai Hasyim Tenggilis Surabaya. Penelitian ini menjelaskan tentang penerapan strategi Critical Incident terhadap hasil belajar siswa mengenai tiga aspek yaitu kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, penelitian ini meneliti kompleks dalam proses pembelajarannya baik mengenai pemahaman materi sampai alat evaluasinya sehingga implementasi dari strategi critical incident ini berdampak baik pada nilai siswa yang meningkat. Dengan demikian, yang menjadi pembeda antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah perihal aspek yang diteliti. Jika penelitian terdahulu meneliti seluruh aspek dalam pembelajaran, maka penelitian ini hanya meneliti aspek psikomotorik siswa saja.

2. Skripsi Miftakhul Muthoharah yang dibuat pada tahun 2009 yang berjudul ―Pengaruh Strategi Critical Incident (Pengalaman Penting) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Ihyaul

(17)

8

Ulum Dukun Gresik‖. Penelitian ini menjelaskan tentang seberapa pengaruh strategi critical incident terhadap hasil belajar siswa mengenai aspek kognitif/pemahaman. Dari hasil yang didapatkan dalam penelitian tersebut, strategi ini dinyatakan cukup berpengaruh dalam proses pembelajaran, meskipun tidak semua nilai siswa meningkat tetapi sedikit atau banyak strategi ini tetap berpengaruh. Dengan demikian, yang menjadi pembeda antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah perihal aspek yang diteliti. Jika penelitian terdahulu meneliti aspek pemahaman, maka penelitian ini meneliti mengenai aspek penerapan dari materi tersebut atau bisa disebut kegiatan praktek siswa.

3. Skripsi Rizkawati yang dibuat pada tahun 2015 yang berjudul ―Perbandingan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Matematika Dengan Menggunakan Strategi Critical Incident Dan Prediction Guide

Pada Siswa Kelas X MA Madaniyah Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto‖. Penelitian ini menjelaskan tentang perbandingan hasil belajar antara strategi Critical Incident dengan Prediction Guide

terhadap hasil belajar siswa mengenai aspek kognitif/pemahaman. Dari hasil yang didapatkan dalam penelitian tersebut bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa meski peningkatannya tidak terlalu signifikan. Dengan demikian, yang menjadi pembeda antara penelitian

(18)

9

terdahulu dengan penelitian ini adalah perihal aspek yang diteliti. Jika penelitian terdahulu meneliti dua strategi pembelajaran sekaligus, sedangkan penelitian ini meneliti satu strategi pembelajaran saja yaitu strategi critical incident, selain itu perihal aspek yang dikaji pun berbeda. Penelitian terdahulu mengkaji tentang aspek pemahaman sedangkan penelitian ini mengenai aspek psikomotorik siswa.

4. Skripsi Jannatut Dahlia yang dibuat pada tahun 2016 yang berjudul ―Efektifitas Media Pembelajaran Audio Visual untuk Meningkatkan Aspek Psikomotorik Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VII di SMP Wachid Hasyim‖. Penelitian ini menjelaskan keefektifan media pembelajaran audio visual dalam meningkatkan psikomotorik siswa. Penelitian saya dan penelitian Jannatut Dahlia memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah menggunakan jenis penelitian yang sama, yaitu penelitian kuantitatif, sedangkan untuk analisis data menggunakan rumus product moment. Selain itu, aspek yang akan diteliti pun sama yaitu kemampuan psikomotorik siswa. Adapun perbedaannya adalah penelitian saya mencari pengaruh strategi critical incident, sedangkan Jannatut Dahlia meneliti mengenai keefektifitasan media pembelajaran audio visual.

5. Skripsi Romas Ade Setiawan yang berjudul ―Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Psikomotorik Siswa pada Pembelajaran

(19)

10

Pendidikan Kewarganegaraan‖. Penelitian ini menjelaskan bagaimana upaya guru untuk meningkatkan psikomotorik siswa. Penelitian saya dan Romas Ade Setiawan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya ini terletak pada aspek kemampuan psikomotorik, adapun perbedaannya adalah penelitian Romas Ade Setiawan ini menggunakan metode penelitian kualitatif interaktif karena analisis datanya non-statistik dan mempertimbangkan asumsi atau pendapat orang lain. Sedangkan penelitian saya menggunakan metode kuantitatif dengan analisis data produt moment.

Dari beberapa penelitian yang ada dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan merupakan karya asli dan belum ada penelitian-penelitian sebelumnya. Pembahasan di dalam penelitian-penelitian ini juga lebih menekankan pada aspek psikomotoriknya. Itu yang membedakan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

(20)

11

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban empirik.4

Sehubungan dengan hal ini penulis menggunakan hipotesis kerja sebagai dugaan sementara, yaitu dirumuskan sebagai berikut:

1. Hipotesis Kerja (Ha)

Ha : Adanya korelasi antara strategi critical incident dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

2. Hipotesis Nol (Ho):

Ha : Tidak adanya korelasi antara strategi critical incident dengan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran Fiqih di MTs Negeri 2 Sidoarjo.

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

Untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap penggunaan istilah yang terkandung dalam skripsi ini, perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata ―mampu‖ yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu

(21)

12

kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan bawaan sejak lahir atau hasil dari latihan (praktek) dan digunakan untuk melakukan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.

2. Strategi Critical Incident

Strategi Critical Incident (pengalaman penting) merupakan suatu strategi yang mana siswa harus mengingat dan menjelaskan pengalaman masa lalu yang menarik dan berkaitan dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. Kemudian guru menyampaikan materi dengan mengaitkan pengalaman yang dimiliki oleh siswanya.5 Dengan demikian, strategi critical incident merupakan strategi aktif yang digunakan oleh guru untuk memulai pembelajaran, yang mana tujuan strategi ini melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka.

3. Psikomotorik

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan berbuat sesudah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan aktifitas fisik, misalnya lari, melompat,

(22)

13

melukis, menari, memukul dan seterusnya.6 Jadi, hasil belajar psikomotorik merupakan suatu bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak (tingkah laku) siswa sebagai implementasi dari materi yang sudah diajarkan.

4. Fiqih

Mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan siswa mengenal, memhami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Dengan demikian, fiqih merupakan ilmu yang membahas tentang persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia baik urusan ibadah, hubungan dengan makhluk Allah swt, persoalan hukum islam dan sebagainya.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis memperinci dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

Pada awalnya penelitian ini terdiri dari pendahuluan yang berisi tentang penjelasan beberapa hal penting yang dapat memberikan panduan

(23)

14

awal kepada peneliti apa yang hendak dibahas dan kemana penelitian ini akan berjalan. Bagian ini dimulai dengan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teoritis, penelitian terdahulu dan metode penelitian yang diaplikasikan untuk menjawab masalah, hingga alur pembahasan antar bab.

Kemudian pada bab dua penelitian ini menjelaskan tentang landasan teori yang terdiri dari: pertama, studi tentang strategi Critical Incident yang meliputi: pengertian, tujuan, langkah-langkah atau prosedur, kekurangan dan kelebihan. Kedua, studi tentang kemampuan psikomotorik siswa yang meliputi: pengertian. Ketiga, studi tentang materi fiqih yaitu meliputi: pengertian, tujuan pembelajaran dan ruang lingkup pembelajarannya.

Keempat, studi tentang pengaruh strategi Critical Incident terhadap kemampuan psikomotorik siswa.

Selanjutnya pada bab ketiga akan menjelaskan tentang metode penelitian yang didalamnya berisi tentang jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, rancangan penelitian, metode pengumpulan data, instrument pengumpulan data dan teknik analisis data.

Lalu, pada bab keempat akan menjelaskan tentang laporan penelitian. Pada bab ini penulis sajikan tentang gambaran kondisi obyektif penelitian yang meliputi: sejarah berdirinya dan letak geografis sekolah, visi dan misi sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, keadaan siswa, keadaan sarana dan

(24)

15

prasarana dan kurikulum. Kemudian yang penulis sajikan yaitu analisis data yang meliputi: kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktifitas siswa dan kemampuan psikomotorik siswa pada mata pelajaran fiqih serta analisis data hasil praktek yang telah dilakukan.

Pada akhirnya bab kelima ini berisi tentang kesimpulan hasil temuan penelitian atau menjawab rumusan masalah dan hal-hal penting yang perlu direkomendasikan dalam bentuk saran.

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan tentang Strategi Critical Incident

1. Latar Belakang Strategi Critical Incident

Latar belakang munculnya strategi critical incident adalah berawal dari munculnya strategi pembelajaran aktif (active learning), yang mana siswa dituntut untuk aktif dan ikut andil dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran tidak berpusat kepada guru. Pada saat pembelajaran aktif, siswa dituntut untuk mempelajari materi, memecahkan berbagai masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran serta menerapkan apa yang sudah mereka pelajari.

Pembelajaran aktif (active learning) merupakan cara untuk mengoptimalkan potensi yang ada pada diri siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan sesuai denngan karakteristik yang dimilikinya. Pembelajaran aktif (active learning) juga berarti cara untuk mengontrol perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran yang berlangsung. Dengan demikian, belajar yang bermakna itu terjadi apabila siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Pada pembelajaran aktif mensyaratkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa. Dengan begitu, perlunya seorang guru

(26)

17

mengembangkan berbagai susunan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. 1 Pembelajaran aktif merupakan suatu langkah cepat, menguntungkan serta menyenangkan bagi siswa maupun guru. Isnu Hidayat dalam buku strategi pembelajaran populer menerangkan lima puluh strategi pembelajaran aktif yang hampir dapat diaplikasikan di seluruh mata pelajaran, salah satunya adalah strategi critical incident.

2. Pengertian Strategi Critical Incident a. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pokok pembelajaran sehingga memudahkan guru untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Strategi pembelajaran sendiri terdiri dari urutan kegiatan, pengorganisasian pokok pembelajaran, peralatan dan bahan ajar serta waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

Strategi pembelajaran harus berisi penjelasan tentang metode, prosedur atau teknik pembelajaran yang digunakan selama proses belajar mengajar sehingga strategi pembelajaran maknanya lebih luas daripada metode dan teknik.2

1Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Penerbit Ghalia

Indonesia, 2010), h. 106.

(27)

18

b. Strategi Critical Incident

Strategi critical incident (pengalaman penting) merupakan strategi aktif yang digunakan oleh pendidik untuk mengajak siswa mengingat pengalaman pribadi yang pernah terjadi kepada dirinya sendiri kemudian dikaitkan dengan pokok bahasan/ materi yang sedang diajarkan.3

3. Tujuan Strategi Critical Incident

Pada dasarnya setiap strategi pembelajaran mempunyai tujuan masing-masing. Adapun tujuan dari strategi critical incident ini adalah melibatkan siswa untuk aktif sejak awal pembelajaran dengan mengingat kemudian mengungkapkan pengalaman mereka, sehingga di tahap awal siswa sudah berperan penting dalam proses pembelajaran.4

4. Langkah-Langkah Strategi Critical Incident

Dalam penerapannya strategi critical incident harus melalui langkah-langkah sebagai berikut:5

a. Guru memerintahkan siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari.

3

Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Malang Press, 2016), h. 187.

4 Isnu Hidayat, 50 Strategi Pembelajaran Populer, (Yogyakarta: Diva Pres, 2019), h. 69. 5 Machmudah dan Rosyidi, Active Learning…, h. 187

(28)

19

b. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dalam pertemuan tersebut.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali pengalaman mereka.

d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai pengalaman mereka.

e. Guru menanyakan pengalaman siswa yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

f. Guru meminta siswa untuk mengungkapkan pengalaman mereka yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. g. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan mengkaitkan

pengalaman-pengalaman siswa dengan materi yang diajarkan.

5. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Critical Incident

Setiap strategi pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu pun strategi critical incident juga memiliki kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan Strategi Critical Incident

1) Strategi ini sangat cocok apabila diterapkan pada materi praktek seperti materi jual beli, penyembelihan binatang, dll.

(29)

20

2) Strategi ini mampu mengaktifkan siswa sejak awal proses pembelajaran sehingga siswa siap dari awal. 3) Meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk

mnegungkapkan gagasan atau pengalaman mereka. 4) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan guru

dan teman.

5) Meningkatkan partisipasi siswa. 6) Meningkatkan sifat kritis siswa.

7) Bersifat konkret (nyata) dan aplikatif (terapan).

8) Ilmu pengetahuan yang didapat bersifat objektif, yakni sesuai dengan kenyataan yang ada.

9) Ilmu pengetahuan yang dihasilkan bertahan dalam jangka waktu lama.

10) Meningkatkan analisis berpikir siswa sehingga dapat mengaplikasikan pembelajaran pada saat situasi lain.6

b. Kekurangan Strategi Critical Incident

Adapun kekurangan yang dimiliki strategi critical incident antara lain:7

6

Husniyatus Salamah Zainiyati, Model dan Strategi Pembelajaran Aktif (Teori dan Praktek dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam), (Surabaya: Putra Media Nusantara Surabaya & IAIN Press Sunan Ampel, 2010), h. 11.

(30)

21

1) Tidak cocok digunakan untuk materi yang bersifat teori.

2) Strategi yang sulit dimengerti sehingga sedikit yang mengaplikasikan strategi pembelajaran aktif ini.

3) Strategi ini menekankan hanya pada proses bukan hasil. 4) Kurang memperhatikan keamanan siswa.

5) Biaya yang diperlukan cukup mahal.

6) Membutuhkan tenaga yang lebih banyak, baik guru sebagai pendamping dan pembimbing belajar maupun bagi siswa sebagai subjek belajar.

7) Membutuhkan materi, alat dan bahan ajar yang bersifat nyata yang kadang sulit untuk didapatkan, di samping harganya yang mahal serta barangnya yang sulit untuk didapat.

8) Pada pengaplikasian di lapangan untuk kelompok ilmu social cenderung subjektif. Dengan kata lain, banyak mengandung unsur perasaan, kepekaan hati dan kontrol emosi. Akibatnya pembelajaran seperti ini sulit untuk dievaluasi.

9) Memerlukan waktu yang panjang.8

8 Zainiyati, Model dan Strategi…, h. 11.

(31)

22

B. Tinjauan tentang Kemampuan Psikomotorik Siswa

1. Pengertian Kemampuan Psikomotorik Siswa

Proses belajar psikomotor berkaitan dengan bagaimana seseorang mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Dengan begitu, ranah psikomotorik adalah ranah yang dapat dilihat dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan melakukan sesuatu secara mandiri.9

Kemampuan psikomotorik siswa dapat dilihat dari berbagai tindakan atau praktek yang biasa disebut dengan learning by doing

yang berarti suatu konsep belajar yang menghendaki terjadinya penyatuan usaha untuk memperoleh kesan-kesan dengan melakukan perbuatan. Belajar dengan berbuat termasuk latihan. Latihan merupakan cara yang efektif untuk mempertajam ingatan.10 Misalnya, Siswa mempelajari langkah-langkah penyembelihan hewan. Kemungkinan besar langkah-langkah itu akan mudah terlupakan bila tidak didukung dengan praktek. Di sinilah diperlukan praktek, dengan banyak praktek kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas praktek dapat menunjang kegiatan belajar dengan baik.

9 Sudjana, Penilaian Hasil Proses…, h. 30.

(32)

23

2. Tingkatan Ranah Psikomotorik Siswa

Menurut R.H Dave tahapan hasil belajar psikomotorik terbagi menjadi lima tahapan, yaitu imitasi (imitation), manipulasi (manipulation), presisi (precision), artikulasi (articulation) dan naturalisasi (naturalization). Penjelasan dan contohnya seperti tabel berikut:11

Tabel 2.1

Tahapan Ranah Psikomotor Menurut Dave

No Kategori Contoh dan Kata Kunci

(kata kerja)

1. Imitasi

Mengobservasi dan memolakan perilaku seperti yang sudah dilakukan orang lain. Kinerjanya bisa berkualitas rendah.

Contoh: menjiplak karya seni, melakukan suatu keterampilan dengan melihat demonstrasi.

Kata kunci: menyalin, menjiplak, mengulangi, menggandakan, memproduksi, melacak, dan sebagainya.

(33)

24

2. Manipulasi

Dapat melakukan tindakan tertentu dengan mengingat atau mengikuti perintah maupun prosesur yang sudah disediakan.

Contoh: dapat melakukan keterampilannya secara mandiri sesudah membaca suatu

pembelajaran atau mendapatkan pelajaran.

Kata Kunci: melakukan, bertindak, melaksanakan dan sebagainya.

3. Presisi

Menghaluskan, menjadikan lebih tepat. Melaksanakan suatu kegiatan

keterampilan dengan ketepatan yang tinggi.

Contoh: mengulang mengerjakan sesuatu. Melakukan keterampilan atau sesuatu tugas tanpa bantuan orang lain. Melakukan sesuatu tugas di hadapan pemula.

Kata Kunci: melaksanakan, memahami, melengkapi, mengalibrasi.

4. Artikulasi

Saling berkoordinasi dan

Contoh: menggabungkan sejumlah keterangan untuk menghasilkan

(34)

25

menyesuaikan sejumlah kegiatan untuk meraih keselarasan maupun konsistensi internal.

suatu video yang menghubungkan musik, drama, warna, suara dan lain sebagainya.

Kata kunci: menyesuaikan, mengonstruksikan, menciptakan, mengubah dan sebagainya.

5. Naturalisasi

Menguasai kinerja tingkat tinggi sehingga menjadi alamiah tanpa harus berpikir lebih jauh mengenai hal tersebut.

Contoh: manuver sebuah mobil dalam suatu area parkir yang sudah penuh, mengoperasikan komputer secara baik,

menunjukkan kinerja yang tinggi dalam memainkan piano.

Kata kunci: mendesain,

mengembangkan dan sebagainya.

Sedangkan menurut Anita Harrow hasil belajar dalam psikomotorik terdapat enam tahapan, yaitu gerak refleks (reflex movement), gerakan dasar (fundamental movement), kemampuan perseptual (perceptual abilities), kemampuan fisik (phydical abilities,

(35)

26

fitness), gerakan terlatih (skilled movement) dan komunikasi nondiskursif (nondiscursive communication). Gerak refleks merupakan gerakan yang berupa tanggapan yang belum dipelajari terlebih dahulu, seperti reaksi spontan mata berkedip saat ada suatu gerakan yang diperkirakan mengarah pada mata. Gerakan dasar adalah gerakan yang dilakukan sehari-hari, seperti berjalan, berlari maupun meraih sesuatu. Kemampuan perseptual adalah tanggapan terhadap rangsangan, seperti rangsangan visual, rangsangan pendengaran terhadap alat pendengaran dan rangsangan kinestetik. Kemampuan fisik seperti kemampuan yang harus dikembangkan untuk mengembangkan lebih lanjut berupa kelincahan maupun kekuatan. Gerakan terlatih merupakan gerakan yang terlihat saat para atlet mencontohkan sesuatu atau akting seorang aktor. Komunikasi non-diskursif merupakan kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh (body language).12

Untuk pemahaman yang lebih lanjut, berikut konsep Rita Haroow yang tertuang dalam tabel, sebagai berikut:13

12 Ibid., h. 213.

(36)

27

Tabel 2.2

Tahapan Ranah Psikomotor Menurut Harrow

No Kategori Contoh dan Kata Kunci (kata

kerja)

1. Gerak refleks Contoh: respons naluriah

Kata kunci: bereaksi, merespons.

2 Gerakan dasar Contoh: mengerjakan tindakan sederhana

Kata kunci: melemparkan bola, meraih suatu benda, berjalan.

3. Kemampuan Perseptual Contoh: mengetahui suatu pola , melacak benda yang bergerak.

4. Kemampuan fisik Contoh: memperoleh kekuatan, lari maraton.

Kata kunci: memperlihatkan daya tahan, menunjukkan kekuatan.

5. Gerak terlatih Contoh: melaksanakan peran pada drama atau memainkan

(37)

28

Kata kunci: menyesuaikan, mengonstruksikan, menciptakan, mengubah.

6. Komunikasi non-diskursif Contoh: Menunjukkan diri seseorang dengan gerak tubuh. Kata kunci: menafsirkan.

Sementara itu Ellizabeth Simpson memberikan penjelasan terkait kategori hasil belajar psikomotor Dave di atas dengan menambahkan dua kategori lagi yang berkenaan dengan imitasi awal atau tahap penyalinan (copy stage). Simpson melakukan penambahan dua kategori yaitu persepsi dan kesiapan. Lalu, Simpson membagi menjadi tujuh tahapan hasil belajar, yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), tanggapan terpadu, mekanisme (mechaism), tanggapan kompleks (complex overt response), adaptasi (adaptation) dan originasi (origination). Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam tabel sebagai berikut:14

14 Ibid., h. 215.

(38)

29

Tabel 2.3

Tahapan Ranah Psikomotorik Menurut Simpson

No Kategori Contoh dan Kata Kunci

(kata kerja)

1. Persepsi

Kesadaran, kemampuan seseorang untuk

menggunakan daya ingat untuk memandu kegiatan fisik. Kemampuan untuk menggunakan isyarat indra untu memandu aktivitas fisik.

Contoh: melihat petunjuk non-verbal memperkirakan di mana sebuah bola mendarat kemudian dilemparkan lalu bergerak ke arah lokasi yang tepat tempat

mendaratnya bola untuk ditangkap. Mengatur panas sebuah kompor dengan

memperbaiki suhunya melalui cara membaui dan merasakan makanan yang sudah dimasak.

Kata kunci: memilih,,

menggambarkan, mendeteksi, membedakan, merasakan,

(39)

30

mendengarkan, menghubungkan, mengenali, menyeleksi,

memisahkan, menyentuh dan lain sebagainya.

2. Kesiapan

Kesiapan siswa untuk bertindak. Kesiapan ini meliputi kesiapan mental, fisik maupun emosi. Sering disebut mindset.

Contoh: memahami dan bergerak dalam proses manufaktur sesuai dengan langkah-langkah. Mengenali kemampuan dan keterbatasan seseorang.

Memperlihatkan keinginan untuk belajar suatu proses baru.

Kata kunci: mengatur, memulai, memajang, menjelaskan, siap sedia, menggerakkan,

menyediakan, memproses, bereaksi, menunjukkan, menyatakan, menanggapi dan lain sebagainya.

(40)

31

3. Tanggapan terpadu

Berupaya tahapan awal dalam suatu pembelajaran keterampilan yang lengkap termasuk imitasi maupun

trial and error. Ketepatan kinerja tersebut diperoleh melalui cara

mempraktekkannya.

Contoh: mengikuti prosedur untuk membangun model, menyelesaikan perhitungan matematika melalui penggunaan persamaan matematika

Kata kunci: mendirikan, mengalibrasikan, mengonstruksikan, mengkopi, mengungkapkan, memperlihatkan, mengencangkan, membenarkan, mengikuti, menjiplak, memanipulasi, mengukur, memperbaiki, mencampurkan, memproduksi, melacak dan sebagainya.

4. Mekanisme

Kemampuan untuk

Contoh: memakai komputer personal, mengendarai mobil,

(41)

32

melakukan suatu

keterampilan motorik yang lengkap. Ini merupakan langkah tengah-tengah (intermediate stage) dalam pembelajaran yang lengkap.

memperbaiku kran yang bocor.

Kata kunci: merakit, membangun, mengalibrasikan, menyelesaikan, mengonstruksikan, mengungkapkan, memperlihatkan, mengencangkan, memperbaiki, membuat, memanipulasi, mengukur, membenarkan, mengorganisasikan, melaksanakan, membentuk, membentuk sketsa dan sebainya.

5. Tanggapan kompleks

Keahlian seorang ahli. Keahlian diindikasikan oleh kinerja yang cepat, akurat dan terkoordinasi benar, tetapi hanya memerlukan

Contoh: manuver sebuah mobil dalam kondisi parkir yang penuh. Mengoperasikan komputer dengan cepat dan akurat. Memperlihatkan kompetensi sambil bermain piano.

(42)

33

energi minimum. Ini

merupakan termasuk kinerja otomatis.

Kata kunci: merakit, mendirikan, mengalibrasikan, mengonstruksi, mengoodinasikan, mendemonstrasikan, mengungkapkan, memperlihatkan, mengencangkan, memperbaiki, memanipulasi, mengukur, mencampurkan, mengoorganisasikan, membuat sketsa dan lain sebagainya.

6. Adaptasi

Keahlian menyesuaikan diri, kemampuan siswa untuk memodifikasi keterampilan motoriknya untuk

beradaptasi dengan situasi baru.

Contoh: menanggapi secara aktif terhadap pengalaman yang tidak terduga. Mengubah instruksi untuk memenuhi pembelajaran.

Kata kunci: beradaptasi, mengukur, memodifikasi,

(43)

34

menyatukan,, menyusun kembali, mengoodinasikan ulang,

memperbaiki, memecahkan, membuat variasi dan lain sebagainya. 7. Originasi (mirip naturalisasi) Memperlihatkan keahlian kreatif, kemampuan pembelajar menciptakan suatu pola pergerakan baru. Hasil belajar menekankan kepada kreativitas yang dilandasi keterampilan yang berkembang dengan baik.

Contoh: menyusun teori baru, mengembangkan program

pelatihan baru dan komperhensif, membuat kegiatan gimnastik rutin yang baru.

Kata kunci: menyusun, mendirikan, menggabungkan, membuat komposisi,

mengonstruksikan, menciptakan, merancang, merumuskan,

membuat, memodifikasi,

merancang ulang, menyelesaikan gangguan dan lain sebagainya.

(44)

35

Menurut pemahaman ketiga para ahli diatas mengenai tahapan atau level (tataran) ranah psikomotorik, maka dapat disusun kombinasinya yang lebih sederhana agar mudah dipahami, seperti sebagai berikut:15

Tabel 2.4

Tahapan Ranah Psikomotorik Kombinasi

Ranah Psikomotorik

No Tataran Definisi Contoh-Contoh

1. Pengamatan (Observing)

Kesiapan mental aktif dalam kejadian fisik

Siswa mengamati perilaku seseorang yang sudah berpengalaman. Aktivitas mental yang lain misalnya membaca dapat menjadi bagian dari proses pengamatan.

2. Peniruan (Imitating)

Berusaha untuk meniru perilaku fisik

Ini adalah tahap awal dalam mempelajari keterampilan. Perilaku

(45)

36

siswa diaamati dan diberikan arahan dan masukan terkait

kinerjanya. Pergerakan belum menjadi hal yang otomatis dan lancer

3. Praktik (Practicing)

Mencoba aktivitas fisik tertentu secara

continue

Keterampilan diulang beberapa kali. Semua urutan kegiatan

dilakukan berulang kali. Pergerakan adalah pergerakan yang menuju kemampuan otomatis dan lancar. 4. Penyesuaian (Adapting) Membuat sedikit pengaturan atau penyesuaian dalam aktivitas untuk menyempurnakannya. Menyetel agar lebih

Keterampilan menjadi sempurna. Seorang pelatih atau mentor sering diperlukan untuk memberikan pemikiran yang lain terhadap

(46)

37

baik (fine tuning) bagaimana cara memperbaiki atau mengatur aktivitas fisik sesuai situasi yang dibutuhkan.

Dalam pelatihan kemampuan psikomorik ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar pembelajaran dapat optimal. Henry Robert Mills dalam publikasinya yang berjudul ―Teaching and Training: Techniques for Instructors‖ menyatakan bahwa terdapat beberapa

langkah-langkah untuk mengajarkan praktik meliputi:

a. Menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan.

b. Menganalisis keterampilan dengan rinci dan berurutan.

c. Meragakan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat lalu memberikan perhatian ke butir-butir kunci termasuk kunci yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan dan bagian-bagian yang sulit.

d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dengan pengawasan dan bimbingan guru.

(47)

38

Dalam proses pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja itu penting baik siswa, bahan ataupun alatnya. Menurut Gerald B. Leihbody dan Donald M. Kidd dalam publikasinya yang berjudul ―Methods of Teaching Shop and Technical Subjects‖ berpendapat

bahwa keselamatan kerja tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran psikomotorik. Guru harus menjelaskan kepada siswa terkait keselamatan kerja dengan baik pada saat awal pembelajaran.16

3. Penilaian Psikomotorik

Menurut Bloom, Penilaian psikomotorik ditandai dengan adanya kegiatan fisik dan keterampilan kerja siswa sehingga tidak memerlukan penggunaan media pembelajaran seperti buku maupun alat tulis. Ranah psikomotor berkaitan dengan hasil belajar yang dicapai melalui keterampilan penggunaan otot dan kekuatan fisik. Pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa dalam penilaian psikomotorik ini memerlukan keterampilan. Seperti dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada praktek berpidato, mata pelajaran agama pada praktek shalat, mata pelajaran pendidikan jasmani pada praktek olahraga, praktek IPA di laboratorium, praktek menjahit, memasak makanan dan menyajikan hidangan dalam pelajaran keterampilan rumah tangga, dan seterusnya.

16 Ibid., 217.

(48)

39

Dengan demikian, dapat dikatakan kegiatan mengajar pada ranah psikomotorik ini banyak berkaitan dengan praktek di lapangan, aula, bengkel, dapur maupun praktikum di laboratorium. Di dalam kegiatan-kegiatan praktek tersebut, selain belajar pada ranah psikomotorik, kegiatan ini juga mengarah pada ranah kognitif dan afektif. Dalam penilaiannya, guru melakukan observasi untuk menilai dan menentukan siswa tersebut sudah terampil atau belum, jika pembelajaran memerlukan kerja sama kelompok maka yang perlu dinilai yakni keterampilan kerja sama antar anggota kelompok dan keterampilan kepemimpin siswa, dan lain sebagainya. Instrument penilaian dalam ranah psikomotorik ini nerupa daftar cek, skala sikap atau rubrik. Dalam penelitiannya Robert M. Singer dalam publikasinya berjudul The Psychomotor Domain: Movement Behaviors yang menyatakan bahwa mata pelajaran yang berhubungan dengan psikomotorik merupakan mata pelajaran yang berorientasi pada gerakan dan menekankan pada gerakan fisik maupun keterampilan tangan. Keterampilan tersebut sebagai tanda yang mana untuk mengetahui tingkat keahlian siswa dalam melaksanakan suatu tugas tertentu.

Seperti bentuk-bentuk penilaian yang lain, asesmen psikomotor dimulai dengan perumusan tujuan dari pembelajaran. Tujuan

(49)

40

pembelajaran pada ranah psikomotorik ini dibuat dengan ciri yang sama dengan tujuan pembelajaran pada aspek ranah kognitif ataupun ranah afektif.17

Berikut ini merupakan contoh-contoh tujuan pembelajaran dalam asesmen psikomotor, diantaranya:18

a. Dalam mata pelajaran pendidikan jasmani

Siswa mampu menunjukkan teknik yang efektif saat melaksankan lari spirit 100 meter.

b. Dalam mata pelajaran biologi

Siswa mampu melaksanakan percobaan Ingenhousz dengan tahap-tahap yang benar.

c. Dalam mata pelajaran kimia

Siswa dapat membuat gas karbodioksida dengan bahan-bahan yang tersedia di dapur dengan penggunaan peralatan yang sederhana.

d. Dalam bidang keterampilan hidup/rumah tangga

Siswa dapat membuat pasta spaghetti dalam jumlah yang cukup untuk dihidangkan untuk empat orang dewasa dengan menggunakan proses memasak yang benar.

17 Basuki dan Hariyanto, Asesmen Pembelajaran…, h. 209. 18 Ibid., h. 210.

(50)

41

Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan hasil dari suatu pembelajaran yang berupa penampilan. Biasanya, pengukuran ranah psikomotorik ini dijadikan satu atau dimulai dari pengukuran aspek kognitif sekaligus. Seperti, penampilan siswa diukur menggunakan thermometer mulai dari pengetahuan mereka mengenai alat tersebut, cara penggunaannya dan pengaplikasiannya terkait alat tersebut, lalu baru cara menggunakan alat tersebut dalam bentuk keterampilan. Untuk pengukuran yang terakhir ini dirincikan sebagai berikut: cara memegang, cara mengembalikan ke dalam tempatnya dan seterusnya. Hal tersebut tergantung dari kemauan, asal tujuan pengukuran bisa tercapai. Instrumen yang biasa digunakan untuk mengukur keterampilan biasanya berupa matriks. Ke arah kanan menyatakan perincian aspek (bagian keterampilan) yang akan diukur dan ke arah kanan menunjukkan besarnya nilai yang bisa dicapai.19

4. Penyusuan Instrumen Penilaian Psikomotor

Instrumen penilaian psikomotor terdiri dari soal maupun perintah dan pedoman pemberian skor untuk menilai mengenai kinerja siswa dalam melakukan perintah atau menjawab soal tersebut. Sebelum hal itu dilakukan, guru harus menyusun kisi-kisi (grid) penilaian terlebih dahulu. Kisi-kisi (grid) adalah matriks yang berisi

(51)

42

spesifikasi soal yang akan dibuat. Kisi-kisi adalah pedoman untuk penulisan soal sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan tingkat kesulitan yang sama.

Setelah membuat kisi-kisi, tahap selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru yang membuat soal psikomotor merupakan mencermati kisi-kisi instruman yang sudah dibuat. Kemudian, membuat soal dengan mengacu pada kisi-kisi yang telah dibuat tersebut.

Instrumen berikutnya yang haru disiapkan merupakan pedoman pemberian skor. Pedoman ini bisa berupa daftar cek pengamatan atau skala penilaian yang harus mengacu pada soal. Soal atau lembar kerja/lembar tugas/perintah kerja yang mengacu untuk selanjutnya dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan yang akan diamati.

5. Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Cara menilai hasil belajar psikomotor dapat diukur melalui, antara lain:20

20 Ngalimun, Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran, (Yogyakarta: Paranama Ilmu Yogyakarta, 2018),

(52)

43

a. Observasi secara langsung dan penilaian tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

b. Setelah mengikuti mata pelajaran, kemudian guru memberikan tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap.

c. Setelah pembelajaran selesai dan kelak dalam dunia kerja.

Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi sebagai berikut:

a. Gerak refleks.

b. Gerak dasar fundamental

c. Keterampilan perseptual, diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminas taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi

d. Keterampilan fisik e. Gerakan terampil

f. Komunikasi non diskusi (tanpa bahasa atau melalui gerakan), meliputi gerakan ekspresif dan gerakan interpresatatif.

Hasil belajar di atas sebenarnya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan antara satu sama lain, bahkan ada yang

(53)

44

dilakukan secara bersamaan. Setiap individu yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya sudah berubah pula sikap dan perilakunya.

Dalam pembelajaran di sekolah saat ini, aspek hasil belajar kognitif lebih diperhatikan daripada aspek hasil belajar afektif maupun psikomotorik. Bahkan aspek hasil belajar afektif dan psikomotorik sering tidak diperhatikan sehingga tak jarang guru tidak melakukan penilaian terhadap kedua aspek hasil belajar tersebut. Aspek hasil belajar psikomotorik berhubungan dengan keterampilan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu sesudah siswa menerima pengalaman belajar di sekolah. Hasil belajar dari aspek psikomotorik merupakan tahap lanjutan dari hasil belajar aspek afektif yang baru terlihat dalam kebiasaan-kebiasaan untuk berperilaku. Contoh hasil belajar aspek afektif dapat dijadikan hasil belajar aspek psikomotorik jika siswa menunjukkan suatu tindakan atau perbuatan tertentu yang sesuai dengan makna yang ada pada ranah afektif.21

Hasil belajar psikomotorik sangat berhubungan erat dengan hasil belajar afektif sehingga jika digambarkan antara hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik akan tampak sebagai berikut:22

21 Sudjana, Penilaian Hasil Proses…, h. 31. 22 Ibid., h. 32.

(54)

45

a. Hasil Belajar Aspek Afektif

1) Keinginan untuk menerima pelajaran dari guru.

2) Perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan oleh guru.

3) Penghargaan siswa pada guru. 4) Keinginan siswa untuk bertanya.

5) Kemauan siswa untuk mempelajari materi pembelajaran dengan lebih lanjut.

6) Kemauan siswa untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran yang diperoleh.

7) Suka pada guru dan mata pelajaran yang dipelajarinya. b. Hasil Belajar Aspek Psikomotorik

1) Segera masuk ke ruang kelas apabila guru datang dan duduk di kursi paling depan dengan mempersiapkan kebutuhan kegiatan belajar.

2) Menulis materi pembelajaran dengan baik dan sistematis.

3) Bersikap sopan, ramah dan hormat kepada guru saat menjelaskan maupun diluar kelas.

4) Mengacungkan tangan dan bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami.

(55)

46

5) Pergi ke perpustakaan untuk belajar lebih lanjut atau mencari informasi terkait buku yang harus dipelajari kemudian segera membentuk kelompok diskusi.

6) Melakukan latihan secara mandiri untuk memecahkan suatu persoalan berdasarkan konsep materi yang sudah diperoleh dalam praktek di kehidupan sehari-hari. 7) Mudah bergaul dan berkomunikasi dengan guru serta

bertanya dan meminta saran bagaimana cara yang tepat untuk mempelajari mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.

Hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik ada yang terlihat selama proses pembelajaran berlangsung dan adapula yang terlihat setelah proses pembelajaran atau praktek kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Maka dari itu hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik sifatnya lebih luas, lebih sukar dipantau (dilihat) namun memiliki nilai yang sungguh berarti bagi kehidupan siswa karena dapat mempengaruhi perilakunya selama di kehidupan nyata.

Tes yang digunakan untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan atau

(56)

47

penampilan (performance) yang sudah dikuasai oleh siswa. Tes tersebut bisa berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi dan tes unjuk kerja.23

C. Tinjauan tentang Pelajaran Fikih MTs

1. Pengertian Pelajaran Fikih MTs

Arti fikih merupakan mengetahui, memahami serta menanggapi sesuatu dengan baik. Penggunaan kata fikih pada awalnya mengenai hukum-hukum agama secara menyeluruh, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan aqidah dan hukum-hukum amaliyah. Dalam pengertiannya fikih menggambarkan tentang tabiat yang nyata dari pemikiran islam karena seluruh bidang kehidupan itu berhubungan dengan Al- Qur‘an dan As-Sunnah. Adapun menurut pendapat ulama barang siapa yang tidak mengenal fikih maka tidak mencium baunya Islam sebab Islam sangat dekat hubungannya dengan fikih.

Dewasa ini istilah penggunaan fikih mengalami perkembangan dan perubahan makna sesudah Islam berkembang ke berbagai penjuru dunia dan penganutnya yang kian banyak. Sehingga, ilmu fikih dijadikan suatu konsep ulama yang diartikan sebagai hukum-hukum syara‘, di mana pengambilan hukumnya memerlukan pemikiran

(57)

48

mendalam, pemahaman dan ijtihad. Penggunaan istilah fiqih lebih luas daripada dengan konsep syariat sebab fikih mengaitkan berbagai macam metode dan pendekatan dalam memahami seluruh ajaran Islam sehingga fikih bisa digunakan untuk yang bersifat naqliyah atau ‗aqliyah (akal).

Arti fikih sama dengan hukum Islam atau syariat Islam. Fikih merupakan kumpulan daya upaya para fuqaha dalam mengaplikasikan syariat Islam sesuai yang dibutuhkan masyarakat luas. Fikih adalah syariat ‗amaliyah. Oleh sebab itu, semua yang dikatakan fikih bersifat praktis (praktek). Dalam pelaksanaan syariat Islam, setiap umat muslim harus menganut kepada hasil pemahaman ulama yang diperolah melalui metod ijtihad.

Fikih di dalam kehidupan identik dengan hukum, yaitu menjelaskan tentang ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturan hidup umat Islam yang bersifat mengendalikan, mencegah, mengikat dan memaksa umat Islam dalam praktek di kehidupannya. Hukum sendiri memiliki arti sebagai penetapan sesuatu terhadap sesuatu lain, yaitu menetapkan sesuatu hal yang boleh dikerjakan, harus dikerjakan. dan mencegah sesuatu yang tidak boleh dikerjakan. Hukum adalah suatu ketentuan suatu tindakan yang dilarang dan akan menimbulkan akibat atau sanksi didalamnya. Tuntutan dan ketetapan ini bertujuan

(58)

49

mengatur perbuatan manusia untuk meninggalkan yang buruk dan mengerjakan yang baik.24

Dengan demikian, mata pelajaran fikih di MTs merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ditujukan untuk menyiapkan siswa guna mengenal, memahami, menghayati dan mengaplikasikan hukum Islam.

2. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Fikih

Pelajaran fikih di MTs bertujuan untuk membekali siswa agar dapat:25

a. Mengenal dan memahami pokok hukum Islam dalam mengatur tata cara menjalankan hubungan antara manusia dengan Allah yang diperinci dalam fikih ibadah dan manusia dengan manusia, yang mana masuk dalam kategori fikih muamalah. b. Menerapkan atau mengamalkan ketentuan hukum Islam

dengan benar sesuai dengan ajaran Islam baik ibadah kepada Allah maupun di kehidupan sosialnya. Dari peristiwa tersebut diharapkan menumbuhkan kepatuhan untuk menjalankan hukum Islam dalam kehidupannya.

24 Abdul Hamid, Fiqh Ibadah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), cet 1, h. 17.

(59)

50

Sedangkan fungsi dari pelajaran fikih di MTs adalah sebagai berikut:26

a. Penanaman nilai-nilai ibadah kepada siswa kepada Allah SWT sebagai pedoman untuk mencapai kebahagiaan dunia maupun akhirat.

b. Pembiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan siswa yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah maupun masyarakat sekitar.

c. Membentuk sikap disiplin dan rasa tanggung jawab siswa di madrasah maupun masyarakat.

d. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta pengembangan akhlaq yang sudah ditanamkan di lingkungan keluarga.

e. Membangun mental siswa terhadap lingkungan di masyarakat melalui fikih ibadah dan muamalah.

f. Perbaikan kesalahan dan kelemahan siswa dalam keyakinan dalam melaksanakan ibadah di kehidupan sehari-hari.

g. Pembekalan siswa untuk mempelajari fiqih yang lebih mendalam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

26 Agus Setiawan, ―Pembelajaran Fiqih di Lembaga Pendidikan Formal‖, Tesis Sarjana Pendidikan,

(60)

51

3. Ruang Lingkup Pelajaran Fikih di MTs

Ruang lingkup dalam pelajaran fikih terdiri dari ketentuan peraturan hukum Islam dengan menjaga keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan manusia. Adapun ruang lingkup pelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah sebagai berikut :27

a. Fikih ibadah meliputi : ketentuan tata cara thaharah, shalat fardlu, shalat sunnah dan shalat dalam keadaan darurat, sujud, adzan dan iqamah, berdzikir dan berdoa setelah shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur.

b. Fikih muamalah meliputi : ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam meminjam, utang piutang, gadai serta upah.

D. Korelasi Strategi Critical Incident dengan Kemampuan Psikomotorik

Korelasi menurut bahasa adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat. Sedangkan menurut istilah korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat kuantitatif (angka). Hubungan dua variabel ini dapat terjadi karena adanya hubungan sebab akibat atau ada pula terjadi karena

27 Peraturan Menteri Agama RI, No 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar

(61)

52

kebetulan saja. Dengan demikian, korelasi/hubungan ini dibutuhkan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi atau tidak antara strategi critical incident

dengan kemampuan psikomotorik siswa.

Guru sebagai komponen penting untuk melakasanakan proses pembelajaran, maka dalam melaksanakan proses pembelajaran guru diharapkan paham tentang strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pokok pembelajaran sehingga memudahkan guru untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Sehingga strategi pembelajaran harus berisi penjelasan tentang metode, prosedur atau teknik pembelajaran yang digunakan selama proses belajar mengajar sehingga strategi pembelajaran maknanya lebih luas daripada metode dan teknik.28

Strategi pembelajaran merupakan suatu hal penting yang menjadi kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran dan untuk saat ini strategi yang diperlukan adalah strategi-strategi yang menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran yang salah satunya adalah strategi critical incident.

Strategi critical incident (pengalaman penting) merupakan strategi aktif yang digunakan oleh pendidik untuk mengajak siswa mengingat

(62)

53

pengalaman pribadi yang pernah terjadi kepada dirinya sendiri kemudian dikaitkan dengan pokok bahasan/ materi yang sedang diajarkan.29

Dalam pembelajaran strategi critical incident, guru memulai pembelajaran dengan memancing siswa untuk berpikir terkait pengalaman yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Masing-masing siswa diberi kesempatan berpikir selama beberapa menit untuk mengingat-ingat kembali pengalaman yang telah terjadi. Setelah siswa diberi kesempatan untuk berpikir maka tahap selanjutnya adalah guru mempersilahkan siswa untuk menyampaikan pengalaman pribadinya dihadapan seluruh anggota kelas, sedangkan anggota lain memperhatikan teman yang sedang menyampaikan pengalamannya. Dari situlah seluruh siswa dapat mengetahui masing-masing pengalaman siswa lain yang berbeda-beda sehingga guru dapat menyimpulkan pengalaman seluruh siswa dengan materi yang sedang diajarkan. Dengan begitu, strategi ini mempermudah guru untuk menyampaikan materi dengan baik, bahkan siswa juga dapat memperoleh berbagai informasi melalui pengalaman siswa lain yang dapat menambah wawasan bagi mereka.

Pembelajaran melalui pengalaman ini cenderung lebih efektif daripada hanya teoritis saja, sebab jika siswa sendiri yang melakukan kegiatan tersebut membuat mereka mudah memahami dan sulit untuk dilupakan karena suatu

(63)

54

pengalaman pasti membekas. Dengan demikian strategi critical incident ini terjadi saling tukar informasi antar individu atau kelompok terkait pengalamannya melakukan sesuatu.

Dengan adanya strategi critical incident yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, maka kemampuan siswa akan lebih baik karena jika pembelajaran tersebut menyenangkan dan tidak membosankan, siswa dengan mudah menyerap materi yang diajarkan. Kemampuan merupakan suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Kemampuan yang cocok dalam penggunaan strategi critical incident ini adalah kemampuan ranah psikomotorik. Kemampuan ranah psikomotorik merupakan ranah yang dapat dilihat dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan melakukan sesuatu secara mandiri.30

Menurut Ismet Basuki dan Hariyanto dalam bukunya berjudul ‗Asesmen Pembelajaran‖ mengatakan terdapat empat tahapan-tahapan penting dalam

kemampuan ranah psikomotorik adalah sebagai berikut :

1. Pengamatan (Observing), yang mana siswa mengamati gerakan seseorang yang sudah berpengalaman.

2. Peniruan (Imitating), yaitu berusaha untuk meniru gerakan fisik.

30 Sudjana, Penilaian Hasil Proses…, h. 30.

(64)

55

3. Praktik (Practicing), yaitu mencoba aktivitas gerakan tertentu secara continue.

4. Penyesuaian (Adapting), pada tahap ini keterampilan sudah sempurna bisa melihat situasi dan kondisi ketika melakukan sesuatu yang berhubungan dengan fisik.

Dengan empat tahapan tersebut, maka diperoleh hasil belajar yang berupa keterampilan (hasil praktek siswa). Biasanya, pengukuran ranah psikomotorik ini dijadikan satu atau dimulai dari pengukuran aspek kognitif sekaligus. Hasil belajar psikomotorik sebenarnya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan antara satu sama lain dengan ranah kognitif dan afektif, bahkan ada yang dilakukan secara bersamaan. Oleh sebab itu, setiap individu yang berubah tingkat kognitifnya sebenarnya sudah berubah pula sikap dan perilakunya.

Hasil belajar ranah psikomotorik ada yang terlihat selama proses pembelajaran berlangsung dan adapula yang terlihat setelah proses pembelajaran atau praktek kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.31 Maka dari itu hasil belajar ranah psikomotorik sifatnya lebih luas. Maka perolehan dari hasil tersebut yang dijadikan tolak ukur apakah terdapat korelasi/hubungan antara keduanya atau tidak.

(65)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian berasal dari kata ―Method‖ yang berarti cara yang

tepat untuk melakukan sesuatu; dan ―Logos‖ yang berarti ilmu atau pengetahuan.

Jadi, metodologi merupakan cara untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama agar mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis serta menyusun laporannya. Dengan demikian, pengertian dari metodologi peneltian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya menekankan pada data-data numerik (angka) yang diolah melalui metode statistika. Pada dasarnya, penelitian kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (untuk pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan pada penolakan hipotesis nihil atau

Gambar

Tabel 3.3  Bentuk Angket
Tabel 4.1  Data Guru
Tabel 4.14  Tabel Interpretasi Nilai r

Referensi

Dokumen terkait

Dalam posisi ini berpotensi melakukan gerak yang tidak direncanakan secara khusus, tetapi dari posisi ini segala bentuk serangan atau pertahanan dapat dengan cepat

[r]

statistik utk menguji hipotesis, sulit utk memisahkan temuan dan kesimpulan, shg pada penelitian diskriptif dalam. bab ini tidak ada sub

PBJ 1/ APBD/ Distamben/ 2015 tanggal 13 Juli 2015 dan Berita Acara Penetapan Penyedia Barang/ Jasa Nomor: 011/ BA/ Pej-PBJ 1/ APBD/ Distamben/ 2015 tanggal 13 Juli 2015, maka

Tujuan Universitas adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang bermoral, yang memiliki kemampuan akademik, profesi dan vokasi yang dapat menerapkan,

Berdasarkan latar belakang diatas, proses permintaan alat kontrasepsi KB (Keluarga Berencana) yang diterima Sub-Bagian Keuangan dan BMN masih terdapat beberapa

Klasifikasi emosi dengan tujuan untuk membangkitkan lima emosi yang berbeda seperti jijik, senang, takut, terkejut dan netral berdasarkan 5 band frekuensi yang berbeda

Sebagian besar responden 51 orang (51,5%) menyatakan tidak mendukung atau tidak setuju untuk berpartisipasi aktif dalam Keluarga Berencana (KB) dengan ikut menggunakan