• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

A. Latar belakang permasalahan

Manusia membutuhkan sarana untuk mengungkapkan setiap pengalaman yang dia rasakan dan dia alami, yang di dalamnya manusia bisa berbagi dengan manusia yang lain. Salah satu sarana yang dipakai oleh manusia ialah simbol. Peranan simbol dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Hal ini juga diakui oleh F.W.Dilistone dalam bukunya “The Power of Symbols: Daya Kekuatan Simbol” bahwa “telah menjadi pengakuan dan disepakati bersama para pemikir dan penulis saat ini bahwa simbol sampai saat ini masih dan tetap mempunyai arti yang sangat penting dalam seluruh bidang kehidupan manusia.”1 Dapat dikatakan bahwa simbol sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari, betapapun hal itu seringkali tidak disadari oleh manusia.

Manusia cepat untuk mengalami, sedangkan untuk memaknai umumnya selalu datang belakangan. Makna inilah yang dapat dikomunikasikan atau dapat dibagikan dengan orang lain. Makna-makna yang diberikan dan dibagikan dengan yang lain dapat berupa apa saja, salah satunya adalah simbol atau lambang. Bahasa simbol ini lebih cepat dimengerti oleh manusia dibandingkan bahasa yang sehari-hari kita pergunakan. Simbol atau lambang ini sangat bergantung pada pengalaman subyektif seseorang dan berdasarkan pada konteks budaya tertentu. Sebagai contoh, dalam budaya tertentu orang yang menganggukkan kepala bisa menandakan persetujuan, tetapi pada budaya yang lain anggukan kepala ini bisa berarti lain.

Dalam Ensiklopedi Gereja Jilid IV, disebutkan bahwa simbol atau lambang adalah sebuah benda, perbuatan, waktu atau orang yang menjadi tanda bagi suatu kenyataan, yang melampaui arti benda, perbuatan atau orang itu sendiri. Bentuk dari simbol dapat berbentuk apa saja, namun tetap menjadi alat untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak jelas atau dirahasiakan.2 Bagi sekelompok orang dalam satu komunitas, simbol dapat menjadi tanda pengenal. Misalnya saja di manapun tempatnya ketika kita melihat orang yang memakai salib atau melihat tanda salib, kita dapat segera menangkap bahwa lambang itu berarti orang kristen atau paling tidak ada kaitan dengan kekristenan. Simbol

1

F.W. Dillistone, The Power of Symbols: Daya Kekuatan Simbol, Yogyakarta, Kanisius, 2002, p.15

2

(2)

merupakan suatu objek atau isyarat yang mewakili suatu hal, pada umumnya suatu gambaran yang kelihatan mewakili suatu konsep tertentu. Konsep tersebut tentu saja sesuatu yang tidak kelihatan.

Simbol memang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam bidang keagamaan. Semua agama menggunakan simbol dalam setiap ritual keagamaan masing-masing. Hal ini disebabkan oleh karena simbol lebih mudah dimengerti oleh manusia atau umat beragama dalam usaha untuk menghayati dan memahami eksistensi dari “Yang Suci”. Namun kenyataannya, pada gereja Protestan nuansa simbol kurang diperhatikan. Dalam gereja-gereja Protestan, kita kurang melihat peranan simbol dalam peribadatan atau ritual keagamaan. Gedung gereja pun nampak lebih kosong, tanpa ada “hiasan-hiasan” atau ornamen-ornamen simbolik. Mengapa demikian?

Berbeda dengan yang terjadi dalam gereja Katholik. Seluruh segi kehidupan dari umat Katholik dikelilingi oleh adanya simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbolik. Dengan kata lain, gereja Katholik lebih simbolik daripada gereja Protestan. Misalnya nampak ketika memasuki gedung gereja, umat mengambil air suci yang terdapat didepan pintu gereja dan membuat tanda salib (air suci sebagai simbol untuk menyucikan diri dan tanda salib merupakan salah satu tindakan simbolik), kemudian didalam gedung gereja Katholik juga terdapat banyak sekali ornamen-ornamen simbolik yang tertata dengan rapi dan nampak sangat indah, misalnya gambar-gambar dan patung-patung. Ornamen-ornamen simbolik tersebut tidak hanya sebagai hiasan semata, tetapi mempunyai makna yang sangat berarti dalam kehidupan beriman umat Katholik. Menurut pengamatan penyusun, makna dari ornamen-ornamen tersebut mampu memunculkan nuansa religius tertentu. Simbol-simbol yang dipakai dalam gereja-gereja Katholik sangat bervariasi, namun secara umum mereka mempunyai kesamaan.

Gedung gereja merupakan sebuah tempat dimana orang-orang percaya berkumpul untuk bersekutu dengan Allah, dan juga dengan sesamanya. Mereka berkumpul dengan satu tujuan yaitu bertemu dengan Allah dan dengan sesamanya. Oleh karena itu, suasana dalam gereja harus dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut. Suasana yang mendukung dapat diperoleh melalui adanya simbol-simbol yang ada dalam gedung gereja dan juga tindakan-tindakan simbol-simbolik yang dilakukan oleh jemaat secara bersama-sama, yang dapat membuat manusia merasakan kehadiran Allah dan merasakan persekutuan yang akrab dengan Allah dan sesama. Dengan demikian, “interior” (simbol-simbol) dalam gereja dan juga tindakan-tindakan simbolik yang dilakukan oleh umat secara

(3)

bersama-sama mempunyai peranan yang penting pada diri manusia yang ingin bersekutu di dalam gereja. Simbol maupun tindakan simbolik di dalam gereja tidak hanya dipandang sebagai atribut saja, tetapi didalamnya terkandung makna-makna teologis.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun melihat adanya suatu perbedaan yang signifikan antara gereja Katholik dan gereja Protestan, yaitu dalam hal memaknai dan menghayati keberadaan “Yang Suci”. Disatu pihak, gereja Protestan kurang menitikberatkan penghayatan mereka akan Tuhan lewat simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbolik. Penyusun menduga, pihak gereja Protestan mempunyai alasan bahwa lewat simbol dan tindakan simbolik tersebut maka pemujaan terhadap Tuhan akan berpindah. Dengan kata lain, arah atau kiblat pemujaan tidak lagi kepada Tuhan tetapi lebih kepada simbol dan tindakan simbolik, baik disadari atau tidak disadari. Sedangkan dipihak lain, gereja Katholik malah menghayati dan mengarahkan kiblatnya kepada Tuhan lewat simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbol-simbolik. Mereka lebih merasakan kehadiran Tuhan lewat simbol-simbol yang terdapat dalam gereja dan tindakan-tindakan secara simbolik yang dilakukan oleh umat secara bersama-sama. Dalam hal ini, penyusun melihat bahwa keberadaan simbol dan tindakan simbolik yang terdapat dalam gereja Katholik mempunyai peranan penting dalam menolong umat untuk menghayati Tuhan. Sehingga dalam beribadah mereka lebih terfokus dan nampak khidmat.

Muncul pertanyaan dalam benak penyusun, apa sebenarnya makna dari simbol dan tindakan simbolik itu dalam kehidupan umat Katholik? Apakah umat Katholik sungguh-sungguh memaknai simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbolik yang senantiasa mengitari kehidupan beriman mereka?

Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk melakukan penelitian pada gereja Katholik dan tentu saja pada umat Katholik itu sendiri. Dengan mengacu pada permasalahan yang ada, sangatlah wajar apabila penelitian tentang simbol dan tindakan simbolik serta pemahaman umat terhadap hal tersebut dilakukan di gereja Katholik, yang didalamnya terdapat banyak sekali simbol dan tindakan simbolik. Dengan demikian, penyusun memilih gereja Katholik Santo Antonius Kotabaru. Mengapa gereja Santo Antonius Kotabaru? Karena gereja Santo Antonius Kotabaru memiliki simbol-simbol yang tidak penyusun temukan pada gereja Katholik yang lain (misalnya, lukisan atau gambaran dari

(4)

Injil Yohanes pada tembok didalam gedung gereja). Selain itu, gereja Santo Antonius Kotabaru merupakan salah satu Paroki yang sudah lebih “terbuka”, dalam arti, Paroki ini telah menyesuaikan diri dengan budaya setempat (inkulturasi), pola pikirnya sudah lebih maju dari gereja Katholik yang lain. Salah satu contohnya dalam masalah gender, yaitu adanya Putri Altar (misdinar putri, yang membantu Imam dalam Perayaan Ekaristi), sedangkan di gereja Katholik yang lain, hal itu masih menjadi permasalahan.3 Dimana, di Paroki lain, yang menjadi Misdinar harus laki-laki (Putra Altar).

C. Batasan permasalahan

Dari gereja-gereja yang tersebar di kota Yogyakarta ini, penyusun menyadari bahwa gereja yang satu dengan gereja yang lain mempunyai variasi simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbolik masing-masing. Namun, secara umum ada kesamaan dalam beberapa hal. Seperti patung-patung Yesus, Bunda Maria, Bapak-bapak Suci; gambaran Jalan Salib Yesus; tindakan simbolik seperti tanda salib, berlutut, memukul dada, posisi tangan saat menerima Hosti (Komuni), dan lain-lain. Oleh karena itu penyusun membatasi pembahasan yang akan diteliti ialah bagaimana pandangan umat Katholik Santo Antonius Kotabaru memaknai simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbolik dan pengaruhnya bagi penghayatan iman umat Katholik, khususnya pada lukisan atau gambaran dari Injil Yohanes di tembok dalam gedung gereja dan posisi telapak tangan kiri berada diatas telapak tangan kanan pada saat menerima Hosti.

D. Tujuan Penulisan

Melalui penulisan skripsi ini, penyusun akan menyelidiki bagaimana penghayatan dan pemahaman umat Katholik Santo Antonius Kotabaru atas makna-makna simbol dan tindakan simbolik yang dipakai di gereja Katholik Santo Antonius Kotabaru. Sehingga nampak bahwa sejauh mana pemahaman dan penghayatan iman umat atas Tuhan lewat pemaknaan simbol dan tindakan simbolik tersebut mempengaruhi dinamika kehidupan mereka. Berangkat dari hal itu, penyusun ingin memberikan suatu wacana baru bagi kehidupan bergereja kepada GKI di Tanah Papua.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka judul yang akan dipilih penyusun sebagai judul skripsi ini adalah :

3

Opini Pembaca Buletin Bulanan Gereja Santo Fransiscus Xaverius, Bulan Juni 2005, Seksi Komunikasi Sosial Dewan Paroki Gereja Santo Fransiscus Xaverius Kidul Loji Yogyakarta, p.22-23

(5)

“Pandangan dan Penghayatan Iman Umat Katholik Gereja Santo Antonius

Kotabaru terhadap Simbol dan Tindakan Simbolik Posisi Telapak Tangan

ketika Menerima Komuni serta Implikasinya pada GKI di Tanah Papua”

E. Metode Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini, penyusun menggunakan metode penelitian kualitatif dalam memperoleh data. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya, tidak diubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. Metode penelitian ini dilakukan dengan menghimpun data dalam keadaan sewajarnya, mempergunakan cara kerja yang sistematik, terarah dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga tidak kehilangan sifat ilmiahnya. Dengan demikian metode ini juga bermaksud untuk menemukan kebenaran yang dibentengi dengan data yang objektif dan cukup. Seluruh rangkaian proses penelitian kualitatif berlangsung serempak, dilakukan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan dan menginterpretasikan sejumlah data yang bersifat kualitatif atau naturalistik. Pengolahan data dilakukan melalui proses berpikir (logika) yang bersifat kritik, analitik atau sintetik dan tuntas.4 Berhubungan dengan metode tersebut penyusun menyebarkan kuesioner dan melakukan wawacara dengan pemimpin umat Katholik (Pastor) Gereja Santo Antonius Kotabaru dan dengan beberapa umat Katholik yang berkompeten dalam bidangnya, yaitu mereka yang menduduki jabatan-jabatan dalam struktur gereja). Didalam proses penelitian ini, penyusun juga menggunakan pendekatan observasi partisipasif, dimana untuk memperoleh data penyusun ikut serta dalam Perayaan Ekaristi (Misa) di Gereja Katholik Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta. Sedangkan untuk memperoleh informasi tentang simbol dan tindakan simbolik serta maknanya, penyusun menggunakan studi literer. Hal ini dirasa sangat penting guna membantu penyusun dalam membandingkan antara simbol dan tindakan simbolik serta maknanya pada Gereja Katholik Santo Antonius Kotabaru di Yogyakarta dengan gereja-gereja Protestan secara umum.

4

H.Hadari Nawawi & H.Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1994, p.174-176

(6)

F. Sistematika penulisan

Bab I Pendahuluan

Dalam bagian ini, penyusun akan mengemukakan tentang hal-hal yang mendasar meliputi permasalahan, alasan pemilihan judul, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II Penggunaan Simbol-simbol Gerejawi dan Tindakan-tindakan Simbolik dalam Gereja Katholik Santo Antonius Kotabaru

Pada bagian ini, penyusun akan menguraikan simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbolik apa saja yang dipakai dalam gereja Katholik dan maknanya bagi umat Katholik. Khususnya gereja Katholik Santo Antonius Kotabaru.

Bab III Pandangan dan Penghayatan Iman Umat dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Bergereja di Gereja Katholik Santo Antonius Kotabaru

Setelah menguraikan tentang simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbolik dalam gereja Katholik, penyusun akan menguraikan bagaimana peranan penting dan pengaruh dari simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbol-simbolik bagi pandangan dan penghayatan iman umat dalam kehidupan bergereja di gereja Katholik Santo Antonius Kotabaru.

Bab IV Respon Teologis dan Kesimpulan

Didalam bab ini terdapat respon teologis dari penyusun yang berkaitan dengan simbol-simbol dan tindakan-tindakan simbolik serta maknanya dalam gereja Katholik dan dihubungkan dengan gereja Protestan. Selain itu, bab ini juga berisi kesimpulan dari apa yang telah penyusun uraikan dalam bab-bab sebelumnya, sehingga memudahkan pembaca dalam mengerti dan merefleksikan tulisan ini dalam kehidupan bergereja.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kondisi existing yang ada pada saat ini, seringnya terlihat terjadinya kemacetan dan tundaan yang panjang pada ruas jalan tersbut.Ditambah lagi dengan terlihatnya

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi penduduk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap emisi CO 2 per kapita dan emisi CO 2 total dalam

Tujuan dari penelitian adalah Mengetahui tingkat kejadian serangan rayap pada pohon Akasia di lahan HTI PT Muara Sungai Landak Kabupaten Mempawah dan Mengetahui tingkat

Fungsi speaker ini adalah mengubah gelombang listrik menjadi getaran suara.proses pengubahan gelombag listrik/electromagnet menjadi gelombang suara terjadi karna

Mahasiswa : Ya menurut saya itu proses pelaksanaan PLP itu ya kurang, maksudnya ya pekerjaan kita di manajemen pendidikan ya mungkin karena minimnya pekerjaan di tempat saya kan

Kesimpulan yang diperoleh dari teori perkembangan remaja di atas adalah untuk merencanakan dan membangun suatu bangunan yang diperuntukan bagi para remaja kita harus terlebih

Berangkat dari masalah yang ditemukan, penulis mengadakan penelitian dengan metode studi pustaka, observasi, perancangan, instalasi, uji coba serta implementasi untuk menemukan