• Tidak ada hasil yang ditemukan

V-1 PERENCANAAN RPI2JM 2016-2020 KABUPATEN KOTABARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "V-1 PERENCANAAN RPI2JM 2016-2020 KABUPATEN KOTABARU"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

V-1 LAPORAN AKHIR

Pembiayaan pembangunan Infrastruktur perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. 2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

(2)

V-2 LAPORAN AKHIR

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadikewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

(3)

V-3 LAPORAN AKHIR

permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan

permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; - Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

(4)

V-4 LAPORAN AKHIR

program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- Kerawanan sanitasi

- Cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri.

Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan infrastruktur yang dibahas dalam RPIJM meliputi: 1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Kementerian kepada Satuan Kerja

di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR)

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat

(5)

V-5 LAPORAN AKHIR

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang infrastruktur

Sebagai langkah konkrit dalam pembiayaan investasi infrastruktur sebagai fokus pembangunan sesuai amanat APBN, maka Pemerintah telah menerbitkan PP No. 1/2008 tentang Investasi Pemerintah, menggantikan PP No. 8/2007. PP No. 1/2008 memberikan perluasan cakupan investasi, tidak hanya dalam bentuk Public Private Partnership (PPP), melainkan investasi dalam bentuk surat berharga maupun investasi langsung.

Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008 adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum.

Investasi Pemerintah sesuai PP No. 1/2008 ini dilaksanakan oleh Badan Investasi Pemerintah dalam bentuk:

a) Investasi surat berharga, dan/atau b) Investasi langsung.

Badan ini merupakan unit pelaksana investasi atau badan hukum yang kegiatannya melaksanakan investasi pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.Investasi langsung dimaksudkan utuk mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya. Investasi langsung dilakukan dengan cara:

a) Public private partnership (PPP) yang dapat berupa Badan Usaha dan/atau BLU b) Non public private partnership yang dapat berupa Badan Usaha, BLU, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing

(6)

V-6 LAPORAN AKHIR

Sedangkan investasi surat berharga dilakukan dengan cara pembelian saham dan/atau surat utang melalui pasar modal, yakni melalui:

 Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan perusahaan.

 Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang yang diterbitkan perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain (hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali).

Dalam pelaksanaannya, investasi dengan kedua cara tersebut dilakukan didasarkan pada penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat Investasi. Investasi dalam bentuk surat berharga dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Hal ini diperlihatkan pada gambar berikut:

Dari uraian diatas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang Infrastruktur, terdapat beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui:

1. APBN

2. APBD Provinsi

3. APBD Kabupaten/Kota 4. Pinjaman Perbankan

5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP) 6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan 7. Dana Hibah

8. Dan Lain-Lain

Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pebelanjaan prasarana Kabupaten, yang meliputi:

1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun

(7)

V-7 LAPORAN AKHIR

Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

Struktur anggaran pembiayaan terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan sebagai berikut:

1. Penerimaan pembiayaan mencakup:

a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran sebelumnya: Sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya dianggarkan berdasarkan estimasi dan pada perubahan APBD sesuai dengan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah b. Pencairan dana cadangan: Pencairan dari dana cadangan disesuaikan dengan rencana penggunaan dana cadangan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan

c. Hasil Penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan: Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat berupa penjualan hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD penjualan aset milik pemerintah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah

d. Penerimaan pinjaman: Penerimaan pinjaman daerah dianggarkan sesuai dengan rencana penarikan pinjaman dalam tahun anggaran sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui. Termasuk penerimaan dari penerbitan obligasi daerah yang akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan; dan

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman: Penerimaan pokok dari pemberian pinjaman termasuk penerimaan pokok dari pemberian dana bergulir.

2. Pengeluaran Pembiayaan:

(8)

V-8 LAPORAN AKHIR

Pemerintah Daerah pada dasarnya dapat membentuk dana cadangan guna membiayai kebutuhan yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang sekurang-kurangnya mengatur persyaratan pembentukan dana cadangan, pengelolaan dan pertanggungjawabannya b. Penyertaan modal Pemerintah Daerah: Penyertaan modal yang

dianggarkan sejumlah penyertaan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang penyertaan modal termasuk investasi nirlaba Pemerintah Daerah; c. Pembayaran pokok utang: Jumlah pembayaran pokok utang yang jatuh

tempo yang dianggarkan sejumlah pokok pinjaman yang harus dibayarkan dalam

tahun anggaran sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui antara Pemerintah Daerah dengan pemberi pinjaman;

d. Pemberian pinjaman: Pemberian pinjaman kepada pihak ketiga termasuk dalam bentuk dana bergulir.

5.1. Komponen Keuangan

5.1.1. Komponen Penerimaan Daerah

Penerimaan pendapatan adalah penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Pendapatan Daerah bersumber dari:

 Pendapatan Asli Daerah  Dana Perimbangan  Lain-lain Pendapatan.

5.1.2. Pendapatan Asli Daerah

(9)

V-9 LAPORAN AKHIR

1. PAD bersumber dari:

a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan d. Lain-lain PAD yang sah.

2. Lain-lain PAD yang sah meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan b. Jasa giro

c. Pendapatan bunga

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.

Dalam struktur APBD, jenis pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dirinci menjadi:

1. Pajak Propinsi terdiri atas:

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 2. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir.

(10)

V-10 LAPORAN AKHIR

b. Retribusi Jasa Usaha

c. Retribusi Perijinan Tertentu.

5.1.3. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Dana Perimbangan terdiri atas:

 Dana Bagi Hasil

 Dana Alokasi Umum

 Dana Alokasi Khusus

1. Prinsip Kebijakan Perimbangan Keuangan

Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan Dekon-sentrasi dan Tugas Pembantuan.

(11)

V-11 LAPORAN AKHIR

penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.

Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu Daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar-Daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan imerupakan sistem transfer dana dari Pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.

2. Dana Bagi Hasil

Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.

 Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas:

- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

- Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

 Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal dari:

- Kehutanan

- Pertambangan umum - Perikanan

- Pertambangan minyak bumi - Pertambangan gas bumi - Pertambangan panas bumi. 3. Dana Alokasi Umum

(12)

V-12 LAPORAN AKHIR

rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 (dua puluh enam persen) dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu Daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar.

5.1.4. Celah Fiskal

Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Layanan dasar publik antara lain adalah penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastruktur, dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Jumlah penduduk merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik di setiap Daerah. Setiap kebutuhan pendanaan diukur secara berturut-turut dengan:

 Jumlah penduduk

 Luas wilayah

 Indeks kemahalan konstruksi

 Produk Domestik Regional Bruto per kapita

 Indeks Pembangunan Manusia.

Luas wilayah merupakan variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana per satuan wilayah. Indeks Kemahalan Konstruksi merupakan cerminan tingkat kesulitan geografis yang dinilai berdasarkan tingkat kemahalan harga prasarana fisik secara relatif antar-Daerah. Produk Domestik Regional Bruto merupakan cerminan potensi dan aktivitas perekonomian suatu Daerah yang dihitung berdasarkan total seluruh output produksi kotor dalam suatu wilayah. Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel yang mencerminkan tingkat pencapaian kesejahteraan penduduk atas layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan.

(13)

V-13 LAPORAN AKHIR

kabupaten/kota. Celah fiskal dihitung berdasarkan selisih antara kebutuhan fiskal Daerah dan kapasitas fiskal Daerah.

DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah provinsi dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah provinsi yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah provinsi. Bobot daerah provinsi merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah provinsi yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah provinsi. DAU atas dasar celah fiskal untuk suatu daerah kabupaten/kota dihitung berdasarkan perkalian bobot daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dengan jumlah DAU seluruh daerah kabupaten/ kota. Bobot daerah kabupaten/kota merupakan perbandingan antara celah fiskal daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan total celah fiskal seluruh daerah kabupaten/kota.

Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan nol menerima DAU sebesar alokasi dasar. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah dikurangi nilai celah Fiskal. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar tidak menerima DAU. Data untuk menghitung kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal diperoleh dari lembaga statistik pemerintah dan/atau lembaga pemerintah yang berwenang menerbitkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

5.1.5. Alokasi Dasar

(14)

V-14

1. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN. DAK dialokasikan kepada Daerah tertentu yang memenuhi kriteria untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah. Kegiatan khusus sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Fungsi dalam rincian Belanja Negara antara lain terdiri atas layanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan dan perlindungan sosial.

Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kriteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan Keuangan Daerah dalam APBD. Kriteria umum dihitung untuk melihat kemampuan APBD untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan Daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi dengan belanja pegawai. Kemampuan daerah (APBD) dihitung sebagai berikut.

(15)

V-15 LAPORAN AKHIR

Kriteria khusus ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kekhususan suatu Daerah dan karakteristik Daerah. Karakteristik Daerah antara lain adalah daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/terpencil, daerah yang termasuk rawan banjir dan longsor, serta daerah yang termasuk daerah ketahanan pangan.

Kriteria teknis ditetapkan oleh kementerian Negara/departemen teknis. peraturan perundang-undangan adalah Undang-Undang Kriteria teknis antara lain meliputi standar kualitas/kuantitas konstruksi, serta perkiraan manfaat lokal dan nasional yang menjadi indikator dalam perhitungan teknis.

2. Dana Pendamping

Daerah penerima DAK wajib menyediakan Dana Pendamping sekurang-kurangnya 10 (sepuluh persen) dari alokasi DAK. Dana Pendamping dianggarkan dalam APBD. Namun Daerah dengan kemampuan fiskal tertentu tidak diwajibkan menyediakan Dana Pendamping.

3. Lain-lain Pendapatan

Lain-lain Pendapatan bertujuan memberi peluang kepada Daerah untuk memperoleh pendapatan selain pendapatan dari PAD, Dana perimbangan dan Pinjaman daerah.Lain-lain Pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan Dana Darurat.

Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

(16)

V-16 LAPORAN AKHIR

diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.

Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden Pemerintah dapat mengalokasikan Dana Darurat pada Daerah yang dinyatakan mengalami krisis solvabilitas. Krisis solvabilitas adalah krisis keuangan berkepan-jangan yang dialami Daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan tidak dapat diatasi melalui APBD.

Daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkan evaluasi Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Krisis solvabilitas ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

5.1.6. Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali. Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah.

5.1.7. Batas Pinjaman

(17)

V-17 LAPORAN AKHIR

Pengendalian batas maksimal kumulatif Pinjaman Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri. Pelanggaran terhadap ketentuan, dikenakan sanksi administratif berupa penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran Dana Perimbangan oleh Menteri Keuangan.

1. Sumber Pinjaman

Pinjaman Daerah bersumber dari:  Pemerintah

 Pemerintah Daerah lain  lembaga keuangan bank

 lembaga keuangan bukan bank  Masyarakat.

Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah diberikan melalui Menteri Keuangan. Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat berupa Obligasi Daerah diterbitkan melalui pasar modal.

2. Jenis dan Jangka Waktu Pinjaman Jenis Pinjaman terdiri atas:

 Pinjaman Jangka Pendek  Pinjaman Jangka Menengah  Pinjaman Jangka Panjang.

Pinjaman Jangka Pendek merupakan Pinjaman Daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam jasa tidak dilakukan pada saat barang dan atau jasa dimaksud diterima.

(18)

V-18 LAPORAN AKHIR

kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan.

3. Penggunaan Pinjaman

Pinjaman Jangka Pendek dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas. Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Panjang dipergunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan. Pinjaman Jangka Menengah dan Jangka Panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

4. Persyaratan Pinjaman

Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan:

 Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik

tidak melebihi 75 (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.

 Rasio kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman

ditetapkan oleh Pemerintah

 Daerah tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang

berasal dari Pemerintah. Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain. Pendapatan Daerah dan/atau barang milik Daerah tidak boleh dijadikan jaminan Pinjaman Daerah. Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah beserta barang milik Daerah yang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan Obligasi Daerah.

5.1.8. Komponen Pengeluaran Belanja

Komponen pengeluaran belanja terdiri dari:  Belanja Operasi

 Belanja Modal

 Tranfer ke Desa/kelurahan  Belanja tak Terduga.

(19)

V-19 LAPORAN AKHIR

- Belanja Pegawai - Belanja Barang - Belanja Bunga - Belanja Subsidi - Belanja Hibah

- Belanja Bantuan Sosial 2. Belanja Modal

- Belanja Tanah

- Belanja Peralatan dan mesin - Belanja Gedung dan bangunan - Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan - Belanja Aset Tetatp Lainnya - Belanja Aset Lainnya

3. Transfer ke Desa/Kelurahan - Bagi hasil Pajak

- Bagi Hasil Retribusi

- Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 4. Belanja tak Terduga

Perencanaan belanja daerah mengikuti pedoman sebagai berikut.

 Belanja daerah diprioritaskan untuk meningkatkan kewajiban daerah dalam

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan:

- Pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan - Fasilitas sosial

- Fasilitas umum

 Belanja daerah disusun berdasarkan

- Standar pelayanan minimal - Standar analisis belanja - Standar harga

- Tolok ukur kinerja  Belanja DPRD meliputi :

(20)

V-20 LAPORAN AKHIR

- Uang jasa pengabdian

- Belanja pebubjang kegiatan DPRD

 Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah

 Anggaran Belanja Kepala daerah dan wakil Kepala daerah harus

mencerminkan efisiensi, efektifitas dengan memperhatikan aspek keadailan dan kepatutan.

5.1.9. Komponen Pembiayaan

Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.

Komponen Pembiayaan daerah adalah sebagai berikut: 1) Penerimaan Pembiayaan

- Penggunaan SILPA

- Pencairan dana Cadangan

- Pinjaman dalam Negeri-Pemerintah Pusat - Pinjaman dalam Negeri-Pemda lain

- Pinjaman dalam Negeri-bank - Pinjaman dalam Negeri-Non bank - Pinjaman dalam Negeri-Obligasi - Pinjaman dalam Negeri-Lainnya

(21)

V-21 LAPORAN AKHIR

2) Pengeluaran pembiayaan

- Pembentukan dana cadangan

- Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Pem Pusat - Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Pemda Lainnya - Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Bank

- Pembayaran Pokok Pinjaman DN-Non Bnak - Pembayaran Pokok Pinjaman DN- Obligasi - Pembayaran Pokok Pinjaman Lainnya - Pemberian Pinjaman kpd Pers. Negara - Pemberian Pinjaman kpd Pers. Daerah - Pemberian Pinjaman kpd Pemda Lainnya

Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPIJM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten, yang meliputi :

1. Pembelanjaan untuk pengoperasian, pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada; 3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPIJM perlu memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumber daya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

Adapun komponen-komponen keuangan daerah adalah sebagai berikut: a. Komponen Penerimaan Pendapatan

Komponen penerimaan pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan lainnya yang sah.

b. Komponen Pengeluaran Belanja

Komponen Pengeluaran Belanja terdiri dari Belanja Operasi, Belanja Modal, Transfer ke Desa, dan Belanja Takterduga.

(22)

V-22 LAPORAN AKHIR

Komponen Pembiayaan (Financing) merupakan komponen yang baru dalam sistem keuangan daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding). Pendanaan diartikan sebagi dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali.

5.2. Kondisi Keuangan Pemerintahan Kabupaten Kotabaru

Besarnya investasi pemerintah dipengaruhi kemampuan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan daerah baik yang bersumber dari daerahnya. Investasi pemerintah di Kabupaten Kotabaru tergantung pada kemampuan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Kotabaru. Besarnya investasi pemerintah di Kabupaten Kotabaru tercermin pada besarnya pengeluaran pembangunan.

Investasi yang dibiayai sektor swasta pada umumnya lebih berorientasi pada kegiatan-kegiatan usaha yang menghasilkan keuntungan ekonomi/finansial secara langsung. Oleh karena itu besarnya investasi yang ditanamkan oleh sektor swasta sangat tergantung seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan investasi. Besarnya nilai investasi yang ditanamkan oleh sektor swasta di Kabupaten Kotabaru dapat tercermin dari besarnya nilai investasi PMA, PMDN maupun non-fasilitas yang berlokasi wilayah ini.

Investasi yang bersumber dari dana masyarakat tercermin pada kredit yang disalurkan oleh perbankan. Dalam hal ini, investasi diusahakan pada kegiatan-kegiatan produktif yang memberikan keuntungan langsung. Kapasitas investasi masyarakat di Kabupaten Kotabaru masih relatif terbatas yang terlihat dari masih relatif kecilnya skala usaha kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang pada umumnya bergerak di bidang perdagangan dan jasa.

(23)

V-23 LAPORAN AKHIR

5.2.1. Proyeksi Kemampuan Keuangan Kabupaten Kotabaru

Proyeksi kemampuan keuangan Kabupaten Kotabaru meliputi Penerimaan dan Belanja Daerah, PAD dan Dana Perimbangan, dan Public Saving yang masing-masing akan disajikan sebagai berikut.

5.2.2. Proyeksi Penerimaan Dan Belanja

Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kotabaru dihitung berdasarkan kecenderungan pertumbuhan yang ada. Komponen yang diproyeksikan meliputi Belanja Operasional, Belanja Modal, Transfer ke Desa/Kelurahan serta Belanja Tak Terduga.

(24)

V

Realisasi Dan Proyeksi APBD Kabupaten Kotabaru

Uraian APBD % PROYEKSI

No Bagian dan Pos 2005 2006 2007 2008 2009 2010 PERTUMBUHAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 Belanja Operasi

- Belanja Pegawai 0 138,227,470,549.00 170,860,378,061.00 218,601,913,199.00 256,271,029,919.67 296,458,251,244.67 20.47 336,645,472,569.67 376,832,693,894.67 417,019,915,219.69 457,207,136,544.69 497,394,357,869.69 537,581,579,194.69 - Belanja Barang 0 81,834,224,517.00 119,181,648,685.00 130,892,149,802.00 159,693,932,953.00 184,222,895,595.50 20.14 208,751,858,238.00 233,280,820,880.50 257,809,783,523.00 282,338,746,165.50 306,867,708,808.00 331,396,671,450.50 - Belanja Bunga 0 0.00 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 - Belanja Subsidi 0 1,086,955,500.00 480,000,000.00 960,000,000.00 715,363,000.00 651,885,250.00 -38.22 588,407,500.00 524,929,750.00 461,452,000.00 397,974,250.00 334,496,500.00 271,018,750.00 - Belanja Hibah 0 0.00 21,774,783,841.00 35,700,633,530.00 54,859,105,987.00 72,709,422,752.00 39.01 90,559,739,517.00 108,410,056,282.00 126,260,373,047.00 144,110,689,812.00 161,961,006,577.00 179,811,323,342.00 - Belanja Bantuan Sosial 0 41,749,156,055.00 22,043,928,671.00 5,173,009,461.00 -13,587,448,531.66 -31,875,521,828.66 -207.76 -50,163,595,125.66 -68,451,668,422.66 -86,739,741,719.66 -105,027,815,016.66 -123,315,888,313.66 -141,603,961,610.66

Jumlah (1) 0 262,897,806,621.00 334,340,739,258.00 391,327,705,992.00 457,951,983,328.00 522,166,933,013.50 17.97 586,381,882,699.00 650,596,832,384.50 714,811,782,070.00 779,026,731,755.50 843,241,681,441.00 907,456,631,126.50

2. Belanja Modal

- Belanja Tanah 0 2,735,428,035.00 8,846,325,645.00 2,686,084,900.00 4,706,603,058.33 4,681,931,490.83 -80.13 4,657,259,923.33 4,632,588,355.83 4,607,916,788.33 4,583,245,220.83 4,558,573,653.33 4,533,902,085.83 - Belanja Peralatan dan mesin 0 20,866,797,632.00 21,751,156,523.00 28,833,260,500.00 31,783,534,419.67 35,766,765,853.67 14.31 39,749,997,287.67 43,733,228,721.67 47,716,460,155.67 51,699,691,589.67 55,682,923,023.67 59,666,154,457.67 - Belanja Gedung dan Bangunan 0 43,297,755,889.75 69,580,595,698.00 61,158,738,580.00 75,873,346,079.50 84,803,837,424.63 12.00 93,734,328,769.75 102,664,820,114.88 111,595,311,460.00 120,525,802,805.13 129,456,294,150.25 138,386,785,495.38 - Belanja Jalan.irigasi dan jaringan 0 74,748,327,784.00 84,742,279,494.00 66,995,639,295.00 67,742,727,035.33 63,866,382,790.83 -7.35 59,990,038,546.33 56,113,694,301.83 52,237,350,057.33 48,361,005,812.83 44,484,661,568.33 40,608,317,323.83 - Belanja Aset tetap lainnya 0 907,009,753.00 793,076,067.00 443,275,500.00 250,719,520.33 18,852,393.83 -46.64 -213,014,732.67 -444,881,859.17 -676,748,985.67 -908,616,112.17 -1,140,483,238.67 -1,372,350,365.17 - Belanja Aset lainnya 0 238,500,000.00 0.00 186270000

Jumlah (2) 0 142,793,819,093.75 185,713,433,427.00 160,303,268,775.00 180,446,290,113.17 189,201,014,953.79 3.63 197,955,739,794.42 206,710,464,635.04 215,465,189,475.67 224,219,914,316.29 232,974,639,156.92 241,729,363,997.54

3 Transfer ke Desa/Kelurahan

- Bagi hasil Pajak 0 780,000,000.00 382,000,000.00 382,000,000.00 116,666,666.67 -82,333,333.33 -52.09 -281,333,333.33 -480,333,333.33 -679,333,333.33 -878,333,333.33 -1,077,333,333.33 -1,276,333,333.33 - Bagi hasil Retribusi 0 382,000,000.00 0.00 0

- Bagi hasil Pendaptan lainnya 0 0.00 780,000,000.00 780,000,000.00 520,647,775.86 520,906,933.54 0.00 521,166,091.22 521,425,248.89 521,684,406.57 521,943,564.25 522,202,721.93 522,461,879.61

Jumlah (3) 0 1,162,000,000.00 1,162,000,000.00 1,162,000,000.00 1,163,157,754.68 1,163,736,728.17 0.00 1,164,315,701.67 1,164,894,675.16 1,165,473,648.66 1,166,052,622.16 1,166,631,595.65 1,167,210,569.15

4 Belanja Tak Terduga 0 1,254,532,105.00 57,590,000.00 628,996,350.00 21,503,730.00 -291,264,147.50 -993.77 -604,032,025.00 -916,799,902.50 -1,229,567,780.00 -1,542,335,657.50 -1,855,103,535.00 -2,167,871,412.50

JUMLAH BIAYA 0 408,108,157,819.75 521,273,762,685.00 553,421,971,117.00 639,581,777,171.16 712,238,683,819.78 13.76 784,895,590,468.41 857,552,497,117.03 930,209,403,765.63 1,002,866,310,414.25 1,075,523,217,062.87 1,148,180,123,711.50

(25)

V-25 LAPORAN AKHIR

5.2.3. PROYEKSI PAD DAN DANA PERIMBANGAN

Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan Kabupaten Kotabaru hingga tahun 2014 meliputi komponen Pendapatan, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Penerimaan Pembiayaan.

Proyeksi Pendapatan hingga tahun 2014 sebesar Rp. 1.124.870.840.935,37,- , Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 73.879.590.353,65,- dan Penerimaan Pembiayaan sebesar Rp. 0,00,-. Total proyeksi PAD dan Dana Perimbangan hingga tahun 2014 adalah sebesar RP. 1.198.750.430.289,03.

5.3. Rencana Pembiayaan Program

5.3.1. Rencana Pembiayaan

Sumber-sumber pembiayaan berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Indonesia, Bantuan Luar Negeri dan Masyarakat. Untuk sektor air minum, limbah dan sampah biasanya komponen yang lebih dominan dalam membiayai adalah pemerintah Kabupaten/Kota, sebaliknya pada penanggulangan bencana, jalan negara, drainase makro pemerintah pusat lebih dominan.

Baik bantuan luar negeri meupun daana pemerintah Pusat ke Pemerintah Kabupaten/Kota sifatnya stimulan dan pelengkap, namun pembangunan harus didasarkan kepada kekuatan sendiri, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat (community based development).

5.5.2. Pelaksanaan Pembiayaan RPIJM

Referensi

Dokumen terkait

Hasil validasi silabus sebesar 87,5% dimana nilai tersebut termasuk dalam kriteria sangat valid. Dalam instrumen validasi silabus terdapat 3 aspek penilaian yang terdiri dari

Tentukanlah besarnya momentum sudut dari sebuah piringan VCD yang massanya 50 gram, jari-jarinya 6 cm ketika sedang berotasi dengan sumbu putar melalui titik pusat massa dan tegak

Hotel Transit Ambassador Transit Lounge Ambassador A B C B Lantai 3 Lantai 2 Lantai 2 Ruang Transit Keberangkatan (Daerah Transit) Ruang Transit Keberangkatan (Daerah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, seorang guru harus memiliki pengetahuan tentang evaluasi hasil

ialah penyelenggaraan acara sosialisasi Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan Pariwisata nomor: 43 tahun 2009 dan nomor: 41 tahun 2009 tentang

44 Ibid. 45 Satu istilah politik dan pentadbiran yang diguna oleh Sultan Abdul Majid I bin Sultan Mahmud II pada tahun 1255H./1839M. yang merangkumi beberapa istilah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurs jangka pendek, inflasi dan suku bunga dalam jangka panjang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham

Menurut data NTB dalam angka pada tahun 2013, dari total penduduk yang mencari kerja setiap tahunnya, setiap angkatan kerja tersebut memiliki latar