• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 95192122e8 BAB Irevieu RPI2JM Tangsel 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 95192122e8 BAB Irevieu RPI2JM Tangsel 2016"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga dokumen Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya telah dapat disusun dan disajikan untukperiode tahun 2016-2021.

RPI2-JM ini dikembangkan sebagai upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara merata di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat

Dengan adanya Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) BidangPU/Cipta Karya diharapkan Kota Tangerang Selatan dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni.

Dokumen ini secara kualitas masih membutuhkan penyempurnaan, maka setiap tahunnya akan dilakukan review terhadap program-program pembangunan yang tercantum di dalam dokumen RPI2-JM ini, sehingga dapat dihasilkan rencana pembangunan infrastruktur yang mutakhir sesuai perkembangan kebutuhan Kota Tangerang Selatan, kegiatan review juga diharapkan lebih dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kota, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi individual Kota Tangerang Selatan.

Kota Tangerang Selatan, September 2016 A.n. Pemerintah Kota Tangerang Selatan Kepala Bappeda Kota Tangerang Selatan

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN RPI2-JM ... 2

1.3. KETERKAITAN RPIJM DENGAN RPI2JM BIDANG PU ... 4

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN ... 5

1.5. PRINSIP PENYUSUNAN RPI2-JM ... 5

BAB II. RAH RTRW KOTA TANGERANG SELATAN 2.1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG ... 6

2.1.1. Kebijakan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan ... 6

2.1.2. Strategi Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan ... 7

BAB III. PROFIL KOTA TANGERANG SELATAN 3.1. LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH ... 9

3.2. KEPENDUDUKAN ... 10

3.3. KESEHATAN ... 12

3.4. TRANSPORTASI ... 14

3.5. UTILITAS ... 15

BAB IV. ASPEK TEKNIS PERSEKTOR 4.1. RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN ... 18

4.1.1. Isu Strategis Pengembangan Permukiman ... 18

4.1.2. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman ... 18

4.1.3. Permasalahan dan Tantangan ... 19

4.1.4. Kriteria Persiapan Daerah ... 19

4.1.5. Usulan Program dan Kegiatan ... 19

4.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN ... 23

(4)

4.2.2. Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan ... 25

4.2.3. Permasalahan dan Tantangan ... 26

4.2.4. Kriteria Persiapan Daerah ... 26

4.2.5. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan ... 26

4.2.6. Usulan Program dan Pembiayaan ... 27

4.3. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) ... 30

4.3.1. Isu Strategis Pengembangan SPAM ... 31

4.3.2. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM ... 32

4.3.3. Permasalahan dan Tantangan ... 33

4.3.4. Kriteria Persiapan Daerah ... 33

4.3.5. Program-Program Pengembangan SPAM di Kota Tangerang Selatan ... 33

4.3.6. Usulan Program Dan Kegiatan ... 35

4.4. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN ... 38

4.4.1. AIR LIMBAH ... 38

4.4.1.1. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah ... 38

4.4.1.2. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah... 40

4.4.1.3. Kriteria Kesiapan Daerah ... 40

4.4.2. PERSAMPAHAN ... 40

4.4.2.1. Isu Strategis Pengembangan Persampahan ... 40

4.4.2.2. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta .... 41

4.4.3. DRAINASE ... 43

4.4.3.1. Isu Strategis Pengembangan Drainase ... 43

4.4.3.2. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase ... 46

4.4.3.3. Permasalahan dan Tantangan ... 46

4.4.3.4. Kriteria Kesiapan Daerah ... 46

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3-1. Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan ... 9

Tabel 3-2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 ... 10

Tabel 3-3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin menurut Kecamatan Tahun 2014 ... 11

Tabel 3-4. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2014 ... 11

Tabel 3-5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 ... 12

Tabel 3-6. Persentase Balita (2-4 tahun) yang pernah menyusui menurut jenis kelamin tahun 2014 ... 13

Tabel 3-7. Jumlah Lansia yang Mendapat Pelayanan Kesehatan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013 ... 13

Tabel 3-8. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013 ... 14

Tabel 3-9. Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013 ... 14

Tabel 3-10. Jumlah Tempat Pembuangan Sampah Tahun 2015 ... 16

Tabel 3-11. Daya Tampung Tempat Pembuangan Sampah Tahun 2015... 16

Tabel 3-12. Sampah yang terlayani Tahun 2015 ... 16

Tabel 3-13. Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen dan Curah di Kota Tangerang Selatan ... 17

Tabel 3-14. Tempat Pemakanan Umum (TPU) Kota Tangerang Selatan ... 17

Tabel 4-1. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan Permukiman Kota Tangerang Selatan ... 20

Tabel 4-2. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Tangerang Selatan ... 28

Tabel 4-3. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan SPAM Kota Tangerang Selatan ... 36

(6)

BAB I.

1.

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, adil, dan makmur seperti yang dicita-citakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, salah satu caranya adalah dengan mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan melalui perwujudan permukiman tanpa kumuh. Untuk menunjang lingkungan permukiman di tanah air, perlu dibangun prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien. Di samping itu, RPJPN juga mengamanatkan bahwa pembangunan bidang air minum dan sanitasi diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat serta untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun 2007 bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur fisik bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur, pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di Indonesia. Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang dilakukan di Indonesia saat ini, dimana pemerintah daerah dituntut untuk lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan masyarakat. Agar dapat memberikan manfaat yang sebesar- besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu merencanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal, efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Tahun 2016, Direktorat Jenderal Cipta Karya menetapkan prakarsa 100-0-100 atau universal access yaitu tercapainya 100% akses air minum 0% wilayah kumuh dan 100% akses sanitasi layak di akhir tahun 2019. Dari data BPS tahun 2013, di bidang pengelolaan air limbah pencapaian proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak baru mencapai 59,71% sedangkan di bidang persampahan baru mencapai 79,80%, sehingga masih diperlukan upaya-upaya untuk memenuhi target tersebut.

(7)

dikembangkan sebagai upaya Pemerintah Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara merata di seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.

1.2. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN RPI2-JM

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat sebagai RPI2-JM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode 5 (lima) tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan.

Dokumen ini disusun pada tingkat Kabupaten/Kota dan bersifat multi sektoral, multi stakeholder, dan multi pendanaan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan multi sector adalah RPI2-JM meliputi sektor-sektor di lingkungan Ditjen Cipta Karya yaitu Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum, Pengembangan Penyehatan Lingkungan dan Permukiman, Pengembangan Kawasan Permukiman, dan Penataan Bangunan dan Lingkungan. Adapun maksud dari multi stakeholder adalah para pemangku kepentingan yang terkait turut dilibatkan dalam proses penyusunan dan implementasi Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) sesuai kewenangan dan peranannya masing-masing. Stakeholder yang terkait dalam RPI2JM meliputi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha.

(8)

RPI2-JM disusun dengan mengacu pada kebijakan spasial dan sektoral, baik di tingkat nasional maupun daerah. Kebijakan spasial meliputi RTRWN, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari RPJMN, RPJMD Provinsi, dan RPJMD Kabupaten/Kota. Disamping itu, RPI2-JM juga mengacu pada Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah.

Gambar 1-1. Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Sesuai dengan skema di atas, integrasi dan sinkronisasi setiap strategi sektor sangat penting, termasuk antara Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dokumen sektoral ini terintegrasi dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) yang memberikan arahan pembangunan infrastruktur skala kota/kabupaten.

(9)

Gambar 1-2. Keterkaitan RTRW, RP2KP, RPIJM dan KSPD

1.3. KETERKAITAN RPIJM DENGAN RPI2JM BIDANG PU

Perkembangan isu dan lingkungan strategis, baik nasional maupun global serta upaya menjaring masukan dari pemerintah daerah, diperlukan penajaman RPI2-JM. Yakni RPI2-JM melalui penyempurnaan pedoman penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM). Proses penajaman RPI2JM dilakukan secara top down dan bottom up dengan menjaring masukan dari pemerintah daerah sebagai pelaku/instansi RPI2-JM di daerah. Antara

top down dan bottom up tersebut harus ada titik temu.

Di sisi lain, saat ini juga tengah Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) oleh Kementerian Pekerjaan Umum. RPI2-JM tersebut akan mencakup semua sektor infrastruktur termasuk infrastruktur permukiman. Selain itu, RPI2-JM bidang Cipta Karya juga mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Daerah (RPJMN dan RPJMD).

(10)

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud RPI2-JM yaitu untuk mewujudkan kemandirian penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera selaras dengan tujuan pembangunan nasional.

Sedangkan tujuan RPI2-JM adalah sebagai dokumen yang dijadikan acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, maupun sumber pendanaan lainnya dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup sector Pengembangan Kawasan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan, dan drainase).

1.5. PRINSIP PENYUSUNAN RPI2-JM

Prinsip dasar Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) secara sederhana adalah:

1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk rencana investasi yang disusun.

2. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan kawasan permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase, peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan gedung.

3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, sedangkan dana swasta dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate

Social Responsibility (CSR). Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam

pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam bentuk barang dan jasa.

4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) maupun pada saat pelaksanaan program.

(11)

BAB II.

2.

ARAH RTRW KOTA TANGERANG SELATAN

2.1. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Tujuan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

“mewujudkan Kota Tangerang pendidikan,Selatan seba perumahan,perdagangan dan jasa, berskala regional dan nasional yang mandiri, aman, nyaman, asri, produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan serta berkeadilan dalam mendukung Kota Tangerang Selatan sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.

2.1.1. Kebijakan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan 1. Kebijakan Struktur Ruang

a. Memantapkan peran kota dalam sistem nasional sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) yang melayani kegiatan skala nasional;

b. Meningkatkan aksesibilitas pusat-pusat pelayanan kota yang terintegrasi dan berhirarki sebagai pusat pelayanan pendidikan, perumahan, perdagangan dan jasa, berskala regional dan internasional, yang aman, nyaman, religius, produktif, berdaya saing dan berkelanjutan;

c. Mengembangkan dan meningkatkan sarana prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali;

d. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem infrastruktur kota, prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu, merata dan berkelanjutan dengan mengutamakan kelestarian lingkungan hidup.

2. Kebijakan Pola Ruang

a. Pengembangan kawasan lindung dengan meningkatkan kualitas kawasan lindung agar sesuai dengan fungsi perlindungannya sehingga terjaga kelestariannya;

b. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

(12)

3. Kebijakan Kawasan Strategis Kota

a. Menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan sosial budaya;

b. Menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan aspek pertumbuhan ekonomi;

c. Menetapkan kawasan strategis kota berdasarkan aspek lingkungan.

2.1.2. Strategi Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan 1. Strategi Struktur Ruang

a. Memantapkan peran kota dalam sistem nasional sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) yang melayani kegiatan skala nasional.

 Mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala nasional;  Mengembangkan infrastruktur dalam rangka mendukung kota sebagai

pusat dan simpul utama kegiatan ekspor-impor serta pintu gerbang nasional;

 Memperkuat kota agar dapat berfungsi dan berpotensi sebagai pusat kegiatan perdagangan dan jasa skala nasional.

b. Meningkatkan aksesibilitas pusat-pusat pelayanan kota yang terintegrasi dan berhirarki sebagai pusat pelayanan pendidikan, perumahan, perdagangan dan jasa, berskala regional dan internasional, yang aman, nyaman, religius, produktif, berdaya saing, serta berkelanjutan.

 Menetapkan tiga pusat pelayanan kota yang membawahi 3 (tiga) sub-pusat pelayanan kota dan 3 (tiga) sub-pusat lingkungan yang dihubungkan melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola pergerakan merata;

 Mengembangkan fungsi-fungsi kegiatan yang mendukung kegiatan sub-pusat pelayanan kota;

 Menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala pelayanannya;

 Mengembangkan sistem Transit Oriented Development (TOD) meliputi pembangunan dan pengembangan terminal/stasiun antar moda pada pusat-pusat kegiatan, stasiun angkutan jalan rel, shelter angkutan massal jalan raya dan terminal angkutan umum jalan raya yang terintegrasi dengan pengembangan lahan di sekitarnya.

c. Mengembangkan dan Meningkatkan sarana prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali.

 Membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat dalam menyediakan prasarana dan sarana transportasi;

(13)

 Meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan, pengelolaan lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan;

 Memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang terpadu;

 Menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-pusat kegiatan;

 Membangun sistem park and ride dengan mengembangan lahan parkir di pinggir kota maupun lokasi transfer moda untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan umum menuju ke tengah kota;

 Mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun terminal di batas kota dengan menetapkan lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah yang berbatasan;

(14)

BAB III.

3.

PROFIL KOTA TANGERANG SELATAN

3.1. LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten yaitu pada titik

koordinat 106˚38’ - 106˚47’ Bujur Timur dan 06˚13’30” - 06˚22’30” Lintang Selatan dan secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 54 (lima puluh empat) kelurahan dengan luas wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha.

Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

• Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang

• Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok

• Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok

• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

Wilayah Kota Tangerang Selatan diantaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang pada Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu daerah penyangga provinsi DKI Jakarata, selain itu juga sebagai daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, Kota Tangerang Selatan juga menjadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.

Tabel 3-1. Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan

No Potensi Fisik Dasar Keterangan

1 Letak Geografis Disebelah Timut Provinsi Banten 2 Luas Wilayah 147,19 KM2 atau 14.719 Ha 3 Batas-batas

- Sebelah Utara Kota Tangerang - Sebelah Timur Provinsi DKI

- Sebelah Selatan Kota Depok dan Kabupaten Bogor - Sebelah Barat Kabupaten Tangerang

4 Wilayah Pemerintahan

- Kecamatan 7 Kecamatan

- Kelurahan 54 Kelurahan

Sumber :

- Hasil Olahan Potensi Desa Tahun 2006 dalam kompilasi Data untuk penyusunan RTRW Kota Tangerang Seatan (2008)

(15)

Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel 2.2. dan Gambar 2.1. Kecamatan dengan wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Setu dengan luas 1.480 Ha atau 10,06%.

Tabel 3-2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2014

No. Kecamatan

Luas Wilayah (Km2)

Persentase (%)

1. Setu 14,8 10,06

2. Serpong 24,04 16,33

3. Pamulang 26,82 18,22

4. Ciputat 18,38 12,49

5. Ciputat Timur 15,43 10,48

6. Pondok Aren 29,88 20,3

7. Serpong Utara 17,84 12,12

Kota Tangerang Selatan 147,19 100

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015

3.2. KEPENDUDUKAN

Jumlah penduduk merupakan aset bagi suatu daerah yang mempunyai peran cukup besar dalam penentuan percepatan pembangunan daerah apabila didukung dengan kualitas yang baik. Penduduk mempunyai dua peranan dalam bidang ekonomi yaitu sebagai produsen dan konsumen. Perkembangan penduduk suatu daerah ditentukan oleh tingkat kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.

Jumlah Penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2014 adalah 1.492.999 jiwa. Penduduk berjenis kelamin laki-laki sebesar 752.600 jiwa sedangkan perempuan 740.399 jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 1,02, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan.

(16)

Tabel 3-3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin menurut Kecamatan Tahun 2014

No. Kecamatan

Penduduk (orang)

Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015

Dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan penduduk Kota mencapai 10.143 orang/Km2 di tahun 2014. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Ciputat Timur yaitu 12.830 orang/Km2 sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 5 262 orang/Km2.

Kepadatan penduduk yang tinggi disebabkan kecenderungan peningkatan jumlah penduduk dari waktu ke waktu, yang bukan hanya disebabkan oleh pertambahan secara alamiah, tetapi juga tidak terlepas dari kecenderungan masuknya para migran yang disebabkan oleh daya tarik Kota Tangerang Selatan seperti banyaknya perumahan-perumahan baru yang dibangun sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Jakarta dan menjadi limpahan penduduk dari Kota Jakarta. Hal tersebut akan menyebabkan dibutuhkannya ruang yang memadai dengan lapangan kerja baru untuk mengimbangi pertambahan tenaga kerja.

Tabel 3-4. Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun 2014

Kecamatan

Luas Penduduk (orang) Kepadatan Penduduk

(orang/

(17)

Komposisi penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 terdapat 380.284 jiwa atau 25,82% penduduk yang termasuk usia belum produktif secara ekonomi, yaitu penduduk berumur 0-14 tahun. Sedangkan untuk penduduk kelompok umur produktif, yaitu penduduk berumur 15-64 tahun berjumlah 1.072.001 jiwa atau 71,80%. Pada kelompok umur penduduk yang dianggap tidak produktif lagi, yaitu penduduk berumur 65 tahun keatas terdapat sejumlah 40.714 jiwa atau 2,73%.

Tabel 3-5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2014

No Kelompok Umur Penduduk (Orang) %

Laki-laki % Perempuan % Jumlah

1 0 – 4 72.781 9,67% 70.051 9,46% 142.832 9,57%

2 5 – 9 65.471 8,70% 62.290 8,41% 127.761 8,56%

3 10 – 14 56.034 7,45% 53.657 7,25% 109.691 7,35%

4 15 – 19 60.052 7,98% 62.875 8,49% 122.927 8,23%

5 20 – 24 65.314 8,68% 67.525 9,12% 132.839 8,90%

6 25 – 29 71.163 9,46% 73.139 9,88% 144.302 9,67%

7 30 – 34 72.926 9,69% 74.394 10,05% 147.320 9,87%

8 35 – 39 68.947 9,16% 69.591 9,40% 138.538 9,28%

9 40 – 44 62.624 8,32% 60.389 8,16% 123.013 8,24%

10 45 – 49 51.817 6,89% 49.994 6,75% 101.811 6,82%

11 50 – 54 39.773 5,28% 36.964 4,99% 76.737 5,14%

12 55 – 59 29.921 3,98% 25.263 3,41% 55.184 3,70%

13 60 – 64 16.475 2,19% 12.855 1,74% 29.330 1,96%

14 65 – 69 9.431 1,25% 9.140 1,23% 18.571 1,24%

15 70 – 74 5.181 0,69% 5.579 0,75% 10.760 0,72%

16 75+ 4.690 0,62% 6.693 0,90% 11.383 0,76%

Jumlah 752.600 100,00% 740.399 100,00% 1.492.999 100,00% Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015

3.3. KESEHATAN

(18)

Tabel 3-6. Persentase Balita (2-4 tahun) yang pernah menyusui menurut jenis kelamin tahun 2014

No Bulan disusui Jumlah Balita Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 < 5 15,03 10,49 12,81

2 6 – 11 9,42 17,88 13,55

3 12 – 17 30,95 26,04 28,55

4 18 – 23 19,05 16,59 17,85

5 >24 25,54 29,01 27,24

Kota Tangerang Selatan 100 100 100

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan, 2015

Sarana kesehatan merupakan sarana sosial yang sangat penting dalam pembangunan manusia yang sehat. Oleh karena itu pembangunan dalam bidang kesehatan antara lain dilakukan pada pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan serta pelayanan kesehatan pada masyarakat. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat di antaranya dilakukan dengan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) bagi keluarga miskin dan pelayanan kesehatan bagi balita melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Selain itu Pemerintah Kota Tangerang Selatan selalu berupaya meningkatkan pelayanan pada Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Pustu, dan Poskesdes serta layanan untuk para lansia. Lansia yang mendapat bantuan pelayanan kesehatan berjumlah 65.459 orang. Pelayanan kesehatan bagi kaum marjinal tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih.

Keberadaan fasilitas kesehatan sangatlah diperlukan dalam rangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota Tangerang Selatan di antaranya rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan posyandu. Jumlah total Posyandu berjumlah 801 unit yang terdiri dari Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri dengan kondisi aktif seluruhnya dengan total kader posyandu yang aktif sebanyak 794.

Tabel 3-7. Jumlah Lansia yang Mendapat Pelayanan Kesehatan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

(19)

Tabel 3-8. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

Saat ini jumlah rumah sakit ada di Kota Tangerang Selatan sebanyak 27 unit. Satu di antaranya merupakan Rumah Sakit Umum Daerah yang terletak di Kecamatan Pamulang. Pada tahap pertama pembangunan, RSU sudah mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan kapasitas 66 tempat tidur untuk rawat inap kelas III.

Tabel 3-9. Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

Sumber : Profil Kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2014

3.4. TRANSPORTASI

Jalan merupakan salah satu infrastruktur terpenting sebagai salah satu faktor daya tarik investasi di suatu daerah. Berdasarkan data Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Tangerang Selatan, panjang total jalan di Kota Tangerang Selatan adalah 683,60 Km dengan rincian jalan negara 9,16 Km, jalan provinsi 48,90 Km, jalan kota 137,78 Km dan jalan desa dan lingkungan 487,76 Km.

(20)

menampung angkotan umum dalam kota, sehingga masih banyak kendaraan angkutan umum parkir di pinggir jalan untuk menunggu atau menaikturunkan penumpang yang biasanya berlokasi di sekitar pasar, stasiun, kompleks perumahan dan persimpangan jalan. Kondisi ini menimbulkan kemacetan di banyak ruas jalan. Titik rawan kemacetan terdapat pada 60 titik yang umumnya terdapat pada sekitar persimpangan jalan atau pasar. Titik-titik ini tersebar di seluruh kecamatan dan terbanyak berada di Pondok Aren, Serpong Utara dan Ciputat.

Selain angkutan jalan raya, kereta api memegang peranan penting dalam sistem transportasi di Kota Tangerang Selatan. Untuk mendukung pengoperasian angkutan kereta ap di wilayah Kota Tangerang Selatan telah dilengkapi dengan 5 stasiun dengan kodisi yang belum memadai dari segi kapasitas mapun tingkat pelayanan.

Data yang bersumber dari Stasiun KA Serpong menunjukkan jumlah penumpang kereta api di Stasiun Serpong mengalami fluktuasi dari 3 tahun terakhir ini, dimana pada tahun 2012 jumlah penumpang kereta api mencapai 2.081.482 penumpang, sedangkan pada tahun 2013 jumlah penumpang turun menjadi 1.536.236 enumpang (turun 26,24%). Pada tahun 2014 jumlah penumpang kereta api di stasiun Serpong mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu berjumlah 2.320.851 penumpang atau naik 51,17 persen dari tahun 2013.

3.5. UTILITAS

Dari data yang disampaikan Dinas Kebersihan Pertamanan dan Permakaman Kota Tangerang Selatan, saat ini Kota Tangerang Selatan sudah memiliki 41 unit Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST3R), 1 unit ITF dan 1 TPA (Cipeucang), di tahun 2014 ini daya tampung pembuangan sampah yang dimiliki melalui TPST3R sebesar 23,65 m3/hari, 12,5 m3/hari di ITF dan 123.275 m3 di TPA. Sedangkan untuk volume sampah yang tertangani 23,65 m3/hari (Bank sampah & TPS3R) dan 656 m3/hari (TPA, ITF). Volume produksi sampah di Tahun 2013 sebesar 3.640 m3/hari dengan jumlah penduduk 1.443.403 jiwa diperkirakan mencapai ±5.196 m3 sampah/hari.

(21)

Tabel 3-10. Jumlah Tempat Pembuangan Sampah Tahun 2015

No Tahun Tempat pembuangan sampah Volume Satuan

1 2011 Belum ada

2 2012 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 41 Unit Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 1 Unit 3 2013 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 41 Unit Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 1 Unit

4 2014

Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 41 Unit Intermediate Treatment Facility (ITF) 1 Unit Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 1 Unit

Sumber : Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, 2015

Tabel 3-11. Daya Tampung Tempat Pembuangan Sampah Tahun 2015

No Tahun Tempat pembuangan sampah Volume Satuan 1 2011 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 2,36 Meter³/hari 2 2012 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 7,08 Meter³/hari

Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 123275 Meter³ 3 2013 Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 15,34 Meter³/hari

Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 123275 Meter³

4 2014

Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R) 23,65 Meter³/hari Intermediate Treatment Facility (ITF) 12,5 Meter³/hari Tempat Pemprosesan Akhir (TPA Cipeucang) 123275 Meter³

Sumber : Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, 2015

Tabel 3-12. Sampah yang terlayani1 Tahun 2015

Tahun

Sampah yg dilayani Armada (m3/hari)

sampah yg ditangani TPS3R & bank

sampah (m3/hari)

sampah yg ditangani ITF

(m3/hari)

Total Sampah yg dilayani (m3/hari)

2014 656.00 23.65 679.65

2015 820.00 26.02 50 928.52

Sumber : Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, 2015

Di masa mendatang perlu dikembangkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat (PSBM). Paradigma pengolahan sampah yang telah berubah dari “mengumpulkan, mengangkut dan membuang” menjadi “mengurangi, menggunakan kembali, mendaur ulang, memulihkan” atau “reduce, reuse, recycle, recover” menuntut keterlibatan masyarakat yang lebih besar dalam pengelolaan sampah.

1

Pelayanan ITF (2015) Kapasitas layanan 5000 KK x 4 jiwa x 2,5 liter/orang/hari = 50 m3/hari

Pembakaran dengan Ineserator (2015) 7 kecamatan x 10 m3 = 70 m3/hari

(22)

Dalam hal pelayanan air minum, untuk jaringan perpipaan di Kota Tangerang Selatan masih dilayani oleh PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang. Jumlah pelanggan air minum pada tahun 2014 di wilayah IV sebanyak 10.657sambungan langsung (SL) sedangkan air curah sebanyak 13 SL. Di daerah perumahan, pelayanan air bersih diberikan oleh pihak pengembang melalui pompa

deepwell, yang berarti masih menggunakan air tanah. Demikian juga masyarakat

yang tinggal di kawasan bukan perumahan yang menggunakan pompa air untuk mendapatkan air bersih dengan sumber dari air tanah.

Tabel 3-13. Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen dan Curah di Kota Tangerang Selatan

No Jenis Konsumen 2014

1. Sosial Umum 47

Khusus 28

2. Non Niaga Rumah Tangga 10069

Instansi Pemerintah 10

3. Niaga Kecil 495

Besar 8

4. Industri Kecil -

Besar -

5. Khusus Pelabuhan -

Lainnya (Air Curah *)) 13

Jumlah 10670

Sumber : PDAM Kota Tangerang Selatan, 2014

Tempat pemakaman umum (TPU) milik Pemerintah Daerah Kota Tangerang Selatan terdapat 7 lokasi sedangkan milik wakaf terdapat 125 lokasi yang tersebar di kecamatan-kecamatan di Kota Tangerang Selatan. Saat ini pula terdapat satu makam pahlawan yang terdapat di Setu, yaitu Taman Makam Pahlawan Seribu di dekat kawasan industri Taman Tekno di Kecamatan Setu.

Tabel 3-14. Tempat Pemakanan Umum (TPU) Kota Tangerang Selatan

(23)

BAB IV.

4.

ASPEK TEKNIS PERSEKTOR

4.1. RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

4.1.1. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

a Penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan b Pengembangan permukiman yang pro poor;

c Sudah ada data terkait dengan wilayah kumuh dan masterplan penanganannya.

4.1.2. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

(24)

4.1.3. Permasalahan dan Tantangan

Pada umumnya permasalahan yang dihadapi dalam penataan bangunan dan lingkungan meliputi penataan kawasan kumuh yang memerlukan penataan lebih layak, pengendalian dan pemanfaatan RTH.

4.1.4. Kriteria Persiapan Daerah

Dalam pengembangan permukiman di Kota Tangerang Selatan kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

a Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman (RP2KP) di Kota Tangerang Selatan dilaksanakan pada tahun 2014.

b Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di Kota Tangerang Selatan dilaksanakan pada tahun 2014.

c Perencanaan Teknik (DED) di Kota Tangerang Selatan dilaksanakan pada tahun 2014

4.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

A. Program –Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

1) Penyusunan Dokumen perencanaan rumah layak huni

2) Penyusunan Dokumen Perencanaan Penataan Lingkungan Kumuh 3) Penyusunan dokumen penataan kumuh perkotaan

4) Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan RUSUN Umum. 5) Penyusunan dokumen regulasi bidang Perumahan.

6) Penyusunan dokumen data rumah dan perumahan. 7) Pembangunan RUSUN Umum.

8) Pembangunan rumah layak huni.

9) Penataan lingkungan (kumuh) perkotaan.

B. Usulan Program dan Pembiyaan

Setelah memperhatikan kebutuhan, kondisi eksisting serta kriteria kesiapan

(readiness criteria) maka dirumuskan usulan program dan kegiatan pengembangan

(25)
(26)
(27)

No Rincian Kegiatan Lokasi Vol. Satuan Tahun

33 Pembangunan rumah

layak huni. 100 unit 2016

39 Penataan lingkungan

(28)

4.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). 2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b Status kepemilikan bangunan gedung; dan c Izin mendirikan bangunan gedung.

Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

(29)

Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

4.2.1. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi :

a Revitalisasi, b RTH,

c Bangunan Tradisional/bersejarah dan

d penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan. Isu strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

1) Penataan Lingkungan Permukiman:

a. Penguatan Perda Bangunan dan Gedung

b Pemenuhan kebutuhan terbuka hijau 20% diperkotaan.

c Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangkapemenuhanStandar pelayanan Minimal.

d Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakatpenataan bangunan lingkungan.

e Pengendalian frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan.

(30)

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung Rumah Negara

a Pengendalian penyelenggaraan Perda Bangunan dan Gedung.

b Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andaldan mengacu pada isu lingkungan dan berkelanjutan.

c Peningkatan publik gedung.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a Jumlah rumah tangga miskin padatahun 2012 sebesar 344.587 orang atau sekitar 3,23 % dari total rumah tangga di Kota Tangerang Selatan;

b Keberlanjutan dan sinergi program dalam penanggulangan kemiskinan.

4.2.2. Kondisi Eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kawasan bangunan yang permanen baru terdapat pada kawasan-kawasan perkantoran, pendidikan serta perumahan-perumahan besar yang dibangun oleh pengembang, terdapat tiga pengembang perumahan skala besar yaitu Bumi Serpong Damai (BSD), Bintaro dan Alam Sutera.dan perumahan-perumahan yang dibangun secara individu oleh penduduk.

Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah untuk perumahan dan permukiman yaitu seluas 9.941,41 Ha atau 67,54% dari 14.719 Ha. Sawah ladang dan kebun menempati posisi kedua terluas dengan 2.794,41 Ha atau 18,99%. Penggunaan lahan paling kecil adalah untuk pasir dan galian yaitu seluas 15,27 Ha atau 0,1% yang terdapat di Setu.

Secara geografis Kota Tangerang Selatan mempunyai kedekatan dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi seperti di sebelah utara berbatasan dengan Kota Tangerang dan Provinsi DKI Jakarta, sebelah timur berbatasan dengan provinsi Jawa Barat seperti Kota Depok, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan sebelah baratnya berbatasan dengan Kabupaten Tangerang. Dalam perkembangannya Kota Tangerang Selatan terkena limbah.

pesatnya lperkembangan ekonomi dan sosial, hal ini mengakibatkan tingginya tuntutan kebutuhan atas lahan perumahan menyebabkan perubahan penggunaan lahan di wilayah Kota Tangerang Selatan.

(31)

4.2.3. Permasalahan dan Tantangan

Beberapa permasalahan dan tantangan daerah dalam penataan bangunan dan lingkingan di Kota Tangerang Selatan diidentifikasi sebagai berikut :

1) Penataan Lingkungan Permukiman

a. Masih terbatasnya dokumen perencanaan seperti Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Rencana Induk Proteksi Kebakaran (RISPK); b. Lemahnya pengaturan pengendalian pemanfaatan ruang;

c. Pengelolaan RTH belum optimal;

d. Banyaknya alih fungsi lahan pada sepadan situ dan sungai sehingga retensi resapan air berkurang.

2) Penyelenggaraan Bangunan dan Gedung

a. Perda Bangunan dan Gedung belum dapat mengatasi masalah penataan bangunan dan lingkungan;

b. Kurangnya kapasitas tenaga pendata bangunan dan keselamatan gedung; c. Belum adanya sistem pengelolaan aset tanah dan bangunan gedung; d. Revitalisasi Kawasan/ Serpong belum optimal dilaksanakan.

e. Belum adanya kajian Pengadaan Fasilitas Sosial Bagi Pengembang Perumahan di Kota Tangerang Selatan

f. Belum adanya Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perkotaan;

g. Belum adanya Pedoman Penataan Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi Tinggi di Kota Tangerang Selatan.

4.2.4. Kriteria Persiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kota Tangerang Selatan , kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen masterplan Penyusunan RTBL Kota Tangerang Selatan akan dilaksanakan pada tahun 2014

2. Penyusunan RDTR di Kota Tangerang Selatan akan dilaksanakan pada tahun 2014.

4.2.5. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: 1) Rencana Teknis Ruang Kawasan Strategis

2) Rencana Penataan Zona Lindung 3) RTR Kawasan Yang Diprioritaskan 4) Pelaksanaan P2KH

(32)

6) Penyusunan Kebijakan Pengendalian Ruang 7) Pemetaan Pengendalian Ruang

8) Penyusunan Dokumen Kajian Teknis bangunan gedung Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG)

9) Penyusunan Dokumen Pengendalian Bangunan Gedung Swasta (Sertifikat Laik Fungsi)

10) sosialisasi, edukasi dan pelayanan berbasis teknologi masyarakat tentang Tata Kota, Bangunan dan Permukiman

11) Penyusunan RTBL Kawasan Pusat pemerintahan Tangerang Selatan 12) Dukungan PSD Bangunan Gedung Negara/Bersejarah

4.2.6. Usulan Program dan Pembiayaan

(33)

Tabel 4-2. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Tangerang Selatan

No Rincian Kegiatan Lokasi Vol. Satuan Tahun

23 Penyusunan Kebijakan Pengendalian Ruang 2 paket 2016

24 2 paket 2017

33 Penyusunan Dokumen Kajian Teknis bangunan gedung Tim Ahli

Bangunan Gedung (TABG) 30 dok 2016

34 30 dok 2017

35 30 dok 2018

36 30 dok 2019

(34)

No Rincian Kegiatan Lokasi Vol. Satuan Tahun

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

38 30 dok 2021

39 Penyusunan Dokumen Pengendalian Bangunan Gedung Swasta

(Sertifikat Laik Fungsi) 10 dok 2016

40 10 dok 2017

41 10 dok 2018

42 10 dok 2019

43 10 dok 2020

44 10 dok 2021

45 sosialisasi, edukasi dan pelayanan berbasis teknologi masyarakat

tentang Tata Kota, Bangunan dan Permukiman 2 paket 2017

46 2 paket 2018

47 2 paket 2019

48 Penyusunan RTBL Kawasan Pusat pemerintahan tangsel 1 kawasan 2017

1 kawasan 2018

1 kawasan 2019

39 Dukungan PSD Bangunan Gedung Negara/Bersejarah 1 kawasan 2017

(35)

4.3. SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:

1) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

3) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan

dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(36)

5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.

Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:

a. Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

c. Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

4.3.1. Isu Strategis Pengembangan SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis tersebut adalah :

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum 2. Pengembangan Pendanaan

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

(37)

7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi.

4.3.2. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kota Tangerang Selatan secara umum adalah:

A. Aspek Teknis

Wilayah pelayanan PDAM belum mencakup seluruh wilayah kota, dengan pengolahan Air Minum (IPA) sebanyak 5 unit, sistim persebut berlokasi, di Serpong 3 unit, Serpong Utara 1 unit dan Pondok Aren 1 unit, di bagian selatan kota belum ada jaringan perpipaan. Di daerah perumahan, pelayanan air bersih diberikan oleh pihak pengembang melalui pompa deepwell, yang berarti masih menggunakan air tanah. Demikian juga masyarakat yang tinggal di kawasan bukan perumahan yang menggunakan pompa air untuk mendapatkan air bersih dengan sumber dari air tanah, wilayah-wilayah ini belum terjangkau oleh sistim penyediaan air minum yang dilayani oleh PDAM. Untuk mendukung kebutuhan air minum dalam lingkungan perumahan tersebut, selain menggunakan air minum PDAM khususnya di daerah perkotaan, juga banyak menggunakan sumber-sumber air lainnya seperti sumur pompa, sumur, mata air dan lain sebagainya.

B. Aspek Pendanaan

Sumber pendanaan dalam upaya peningkatan pelayanan air minum Kota selama ini sebagian besar berasal dari DAU/APBD dan APBN, ke depan akan ditekankan dari dana Pemerintah Pusat disamping dana-dana (APBN/APBD/PDAM/swasta/pinjaman luar negeri/DAK).

C. Kelembagaan dan Peraturan

a. Upaya memperkuat tugas dan fungsi regulator dan operator penyelenggaraan SPAM (PDAM, Dinas PU,UPT, Kelompok masyarakat) di Kota Tangerang Selatan dilakukan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia yang ada melalui pelatihan; Peningkatan kualitas air minum; Memperkuat fungsi dinas-dinas terkait; Memperkuat PDAM; dan Memberdayakan kelompok masyarakat. b. Upaya memperkuat prinsip kepengusahaan pada lembaga penyelenggaraan

(PDAM) di Kota Tangerang Selatan dilakukan melalui penyehatan PDAM, regionalisasi PDAM, penyesuaian tarif, peningkatan SDM, dsb.

(38)

4.3.3. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan dan tantangan daerah dalam Pengembangan SPAM di Kota Tangerang Selatan

terurai sebagai berikut:

A. Peningkata cakupan dan kualitas

a. Layanan air minum perpipaan belum mencukupi sehingga untuk akses air minum yang selama ini terlayani adalah untuk wilayah-wilayah yang berada di daerah perkotaan, sedangkan untuk daerah-daerah yang berada di luar wilayah perkotaan, pelayanan sistim air minumnya masih menggunakan air bersih yang bersumber dari air tanah dalam/dangkal, air permukaan dan disuplay dari tangki air dari air curah.

b. Pelayanan SPAM non perpipaan masih memerlukan pembinaan; c. Tingkat kebocoran/kehilangan air cukup besar;

d. Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum masyarakat belum memadai;

B. Kelembagaan dan Perundangan

a. Pengusahaan yang diterapkan oleh penyelenggara SPAM (PDAM) belum sepenuhnya menjalankan prinsif pengusahaan.

C. Peran Masyarakat

a. Peran masyarakat dan dunia usaha belum sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah.

b. Belum ada komitmen kerjasama pengelolaan dengan kabupaten induk; c. Data yang berhubungan dengan SPAM masih minim;

d. Sumber air baku minim.

4.3.4. Kriteria Persiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kota Tangerang Selatan kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen masterplan RISPAM di Kota Tangerang Selatan dilaksanakan pada tahun 2013

2. DokumenPenyusunan FS dan DED SPAM Dikota Tangerang Selatan dilaksankaan pada tahun 2014.

4.3.5. Program-Program Pengembangan SPAM di Kota Tangerang Selatan Program-Program pengembangan SPAM di Kota Tangerang Selatan, terdiri dari:

1) Penyediaan Sarana Air Minum Bagi Masyarakat

(39)

3) Peningkatan Kapasitas KSM Air Bersih

4) pendampingan revitalisasi kelembagaan KSM Pengelola Air Bersih

5) Penyusunan Dokumen Perencanaan sebagai pendukung Penyediaan Sarana Air Minum Bagi Masyarakat

6) Pembebasan lahan SPAM Zona 3 Sub. Kali Angke (Oleh bag. Pertanahan Setda)

a Pembangunan SPAM Zona 3 Sub Kali angke (150 L/dt)(APBN): a. Unit air Baku (tahap 1)

b IPA dan sarana prasarana (tahap 2) c Pipa Distribusi Air bersih Utama (tahap 3)

7) Study Kelayakan Penyambungan Sambungan Rumah (SR) SPAM Zona 3 Tahap I

8) Penyusunan Dokumen Lingkungan (AMDAL) Pambangunan SPAM Zona 3 Sub Kali Angke

9) DED Sambungan Rumah (SR) Pengembangan SPAM Zona 3 Sub Kali Angke 10) Pembangunan Sambungan Rumah (SR) Tahap I SPAM Zona 3 Sub Kali

Angke ( Ciputat, Pamulang)

11) Study Kelayakan Penyediaan Tanah SPAM Sub. Sungai Cisadane lokasi Zona 4

12) Pembebasan lahan SPAM Sub. Sungai Cisadane (Oleh bag. Pertanahan Setda)

13) DED SPAM Sub. Sungai Cisadane

14) Pembangunan SPAM Sub. Sungai Cisadane (6000 L/dt) (APBN): a Unit air Baku (tahap 1),

b IPA dan Sarana Prasarana (tahap 2), c Pipa Distribusi Air bersih Utama (tahap 3)

15) DED Penyambungan Sambungan Rumah (SR) SPAM Sub. Sungai Cisadane (Zona 1,2 dan 4)

16) DED SPAM Zona 3 tahap 2.

17) Study Kelayakan Penyambungan Sambungan Rumah (SR) SPAM Zona 3 Tahap 2

(40)

4.3.6. Usulan Program Dan Kegiatan

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJMD. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.

(41)

Tabel 4-3. Usulan Prioritas Kegiatan dan Pembiayaan Pengembangan SPAM Kota Tangerang Selatan

No Rincian Kegiatan Lokasi Vol. Satuan Tahun

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Penyediaan Sarana Air Minum Bagi Masyarakat

Kota

7 Penelitian Tanah sebagai pendukung Penyediaan Sarana Air

Minum Bagi Masyarakat 2 lap 2016

19 pendampingan revitalisasi kelembagaan KSM Pengelola Air

Bersih 2 paket 2016

25 Penyusunan Dokumen Perencanaan sebagai pendukung Penyediaan Sarana Air Minum Bagi Masyarakat 1 dok 2016

26 1 dok 2017

27 1 dok 2018

28 1 dok 2019

29 1 dok 2020

30 1 dok 2021

31 Pembebasan lahan SPAM Zona 3 Sub. Kali Angke (Oleh bag.

Pertanahan Setda) 2 ha 2016

32 1 ha 2017

33

Pembangunan SPAM Zona 3 Sub Kali angke (150

L/dt)(APBN): a. Unit air Baku (tahap 1) b. IPA dan sarana prasarana (tahap 2) c. Pipa Distribusi Air bersih Utama (tahap 3)

(42)

No Rincian Kegiatan Lokasi Vol. Satuan Tahun

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

34 2 tahap 2018

35 3 tahap 2019

36 Study Kelayakan Penyambungan Sambungan Rumah (SR) SPAM Zona 3 Tahap I 1 lap 2016

37 Penyusunan Dokumen Lingkungan (AMDAL) Pambangunan

SPAM Zona 3 Sub Kali Angke 1 lap 2017

38 DED Sambungan Rumah (SR) Pengembangan SPAM Zona 3

Sub Kali Angke 1 lap 2018

39 Pembangunan Sambungan Rumah (SR) Tahap I SPAM Zona 3 Sub Kali Angke ( Ciputat, Pamulang) 1 paket 2018

40 1 paket 2019

41 Study Kelayakan Penyediaan Tanah SPAM Sub. Sungai

Cisadane lokasi Zona 4 1 dok 2016

42 Pembebasan lahan SPAM Sub. Sungai Cisadane (Oleh bag. Pertanahan Setda) 3 ha 2017

43 DED SPAM Sub. Sungai Cisadane 1 dok 2018

44

Pembangunan SPAM Sub. Sungai Cisadane (6000 L/dt) (APBN): a. Unit air Baku (tahap 1), b. IPA dan

Sarana Prasarana (tahap 2), c. Pipa Distribusi Air bersih Utama (tahap 3)

1 dok 2021

45 DED Penyambungan Sambungan Rumah (SR) SPAM Sub. Sungai Cisadane (Zona 1,2 dan 4) 1 dok 2021

46 DED SPAM Zona 3 tahap 2. 1 dok 2018

47 Study Kelayakan Penyambungan Sambungan Rumah (SR)

SPAM Zona 3 Tahap 2 1 dok 2018

48 Dokumen Lingkungan (AMDAL) Pambangunan SPAM Zona 3

tahap 2 1 dok 2019

49 DED Sambungan Rumah (SR) Pengembangan SPAM Zona 3

tahap 2 1 dok 2019

50 SPAM Kel. Pamulang Timur Kec. Pamulang 1 kawasan 2017

(43)

4.4. PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Rencana penyehatan lingkungan permukiman mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan;

b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan pelaksanaan tata usaha direktorat.

4.4.1. AIR LIMBAH

4.4.1.1. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah

Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain:

1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman

Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).

2. Peran Masyarakat

(44)

3. Peraturan perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.

4. Kelembagaan

Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah. 5. Pendanaan

Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah.Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kota Tangerang Selatan meliputi:

1) Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman 6,1% masyarakat belum memiliki akses terhadap jamban dan masih melakukan BABS.

2) Peran Masyarakat

Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk penanganan limbah cair tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan kebutuhan sarana prasarana dapat secara langsung disediakan oleh si pemrakarsa.

Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu (secara finansial) sangat sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran dan biaya yang harus dikeluarkan.

3) Peraturan Perundangan

Sudah ada regulasi tentang pengelolaan limbah cair di Kota Tangerang Selatan.

4) Kelembagaan

Instansi Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang menangani dan terkait dalam pengelolaan limbah cair adalah Badan Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan.

5) Pendanaan

(45)

4.4.1.2. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah

1. Aspek Teknis

Berdasarkan hasil survey EHRA bahwa kepemilikan jamban pribadi di Kota tangerang Selatan yaitu 93.9%. Namun demikian masih ada sebagian kecil warga yang BAB ke WC helicopter diatas empang/kolam, ke sungai, ke kebun, ke lubang galian dan sebagainya.Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kota Tangerang Selatan belum 100% Bebas Buang Air Besar Sembarangan.Belum terlayani pengelolaan limbah oleh sedot tinja secara seluruhnya terutama untuk kawasan perkotaan dan perumahan.

2. Pendanaan

Keterbatasan alokasi dana Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengakibatkan sistem pengolahan air limbah rumah tangga secara lengkap dan tuntas menggunakan off-site system (sistem terpusat) masih mengalami hambatan, sehingga pilihan yang diambil saat ini adalah menggunakan sanitasi berbasis masyarakat.

IPAL direncanakan akan dioperasikan secara maksimal dengan dukungan material dan finansial yang maksimal dari APBD II, sehingga pengelolaan manajemen IPAL dapat dioptimalkan dengan pengelolaan sanitasi lingkungan perkotaan.

4.4.1.3. Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan air limbah di Kota Tangerang Selatan kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi :

1. Dokumen masterplan Sistem Air Limbah Skala Kota dilaksanakan pada tahun 2013

2. DED IPAL Komunal Prototype untuk 200 Sambungan dilaksanakan pada tahun 2014

3. DED IPLT dilaksanakan pada tahun 2014

4. Penyusunan Perda Pengelolaan Air Limbah Domestik dilaksanakan pada tahun 2014

4.4.2. PERSAMPAHAN

4.4.2.1. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun.

(46)

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA

Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4.4.2.2. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

4.4.2.3. Peraturan Perundangan dan Lemahnya Penegak Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Tangerang Selatan meliputi:

Kapasitas Pengelolaan Sampah 1) Kapasitas Pengelolaan Sampah

(47)

TPA Cipeucang terletak di Kelurahan Serpong, Kecamatan Serpong dan Kelurahan Kademangan Kecamatan Setu dengan alokasi luas lahan 10 ha.Kegiatan pembuangan akhir dari hasil angkutan/timbulan sampah dilaksanakan di TPA saat ini dilakukan pada Landfill 1, dengan luas lahan pengurugan 1.72 ha.Kegiatan pembuangan akhir yang ada saat ini dilaksanakan secara sanitary landfill yaitu sampah dibongkar dari truck pada lokasi penimbunan kemudian ditutup dengan tanah penutup setiap sampah mencapai ketinggian tertentu.

2) Kemampuan Kelembagaan

Pada saat ini Kota Tangerang Selatan belum melaksanakan pengolahan sampah secara terorganisir, namum program pengolahan sampah dimasa yang akan datang telah disusun didalam kriteria penyediaan sarana kebersihan yang tertuang pada rencana strategis DKPP Kota Tangerang Selatan.

4.4.2.4. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah

Pelayanan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan danPemakaman (DKPP) Kota Tangerang Selatan saat ini sudah mencapi 30 % daritotal jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan. Kenaikan pelayanan yang akandiberikan oleh Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) KotaTangerang Selatan, direncanakan 10% setiap tahunnya sehingga pelayananpada tahun 2022 akan mencapai 71%. Jumlah timbulan sampah yang terlayani Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangerang Selatan tahun 2013 adalah masih tetap 30% yaitu 461.457 m3/thn, akan mengalami kenaikan 10% pada tahun berikutnya.

2. Kemampuan Kelembagaan

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Permakaman (DKPP) Kota Tangerang Selatan, dibentuk berdasarkan Perwal Kota Tangerang Selatan No 07 tahun 2009, Selain DKPP, lembaga pengelola kebersihan sampah di Kota Tangerang Selatan adalah pihak swasta/ non-pemerintah. Pengelolaan sampah oleh pihak swasta, melayani kawasan dan objek tertentu, seperti perumahan, niaga/perdagangan, maupun aktifitas pendidikan (sekolah).

3. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dan swasta dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah.

4. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Gambar

Gambar 1-1. Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Gambar 1-2. Keterkaitan RTRW, RP2KP, RPIJM dan KSPD
Tabel 3-1. Potensi Fisik Dasar Kota Tangerang Selatan
Tabel 3-2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan alat “Tongkat Pemandu Tuna Netra Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler Arduino”, ini dimulai dengan membangun ide awal yang dilanjutkan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Sistem otomasi penyalaan lampu ruang kuliah berbasis Atmega8535 dengan

Setelah berhasil membuat pompa hidram, dan melakukan pelatihan kepada masyarakat serta mahasiswa, selanjutnya akan dibuat prototipe pompa hidram yang ke dua. Prototipe

kebutuhan turis akan fasilitas penginapan yang nyaman dan penuh dengan.. fasilitas hiburan

Perlu dicatat bahwa garis bujur 180º merupakan garis istimewa karena tidak hanya berfungsi sebagai tanda bahwa saat matahari berkulminasi di atasnya menandakan tengah hari pukul

Sedangkan Makna Hari Raya Kuningan Pada Umat Hindu Di Pura Khayangan Jagat Kerthi Buana adalah Mengintropeksi diri dengan memohon Ida Sang Hyang Widhi

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak rumah singgah „X‟, proses yang dilalui oleh pihak rumah singgah untuk membantu anak jalanan.. untuk bisa keluar dari jalanan cukup

masing kuat tekan beton melakukan variasi pada ) dari 50 KNm dengan kenaikan Berdasarkan hasil peneliti lakukan, maka pembuatan konstruksi optimum didapatkan MPa,