• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. diperlukan sehingga peserta didik terus berusaha berbuat lebih baik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. diperlukan sehingga peserta didik terus berusaha berbuat lebih baik."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoretis 1. Penghargaan

a. Pengertian Penghargaan

Proses pembelajaran dalam memberikan penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari guru merupakan hal sangat diperlukan sehingga peserta didik terus berusaha berbuat lebih baik. Misalnya guru dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang baik akan besar pengaruhnya terhadapi hasil belajar dan motivasi peserta didik. Peserta didik tersebut akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang dicapai, dan Peserta didik lain diharapkan akan berbuat seperti itu.

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:34) Definisi penghargaan adalah “Suatu hasil yang meningkatkan kepuasan dari kebutuhan individual”. Sedangkan menurut Hasibuan, (2007:56) bahwa “Penghargaan adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung”. Selanjutnya Agus taufik, dkk (2007:4.8) mengemukakan bahwa “penghargaan memiliki nilai pendidikan yang kuat jika anak bertingkah laku benar dan dapat memotivasi anak untuk mengulang kembali tingkah laku yang diharapkan”.

(2)

Dari pendapat di atas dapat di ambil suatu definisi bahwa penghargaan atau hadiah adalah alat pendidikan yang menyenangkan diberikan kepada siswa yang telah menjalankan kegiatan positif yang selalu diharapkan oleh siswa, agar ia lebih giat lagi belajarnya dan mencapai prestasi yang lebih baik lagi dari apa yang telah dicapai saat ini.

b. Tujuan Pemberian Penghargaan

Pada hakekatnya hampir semua orang ingin dihargai. Hal ini menunjukkan bahwa memperoleh penghargaan merupakan salah satu hal yang diharapkan setiap orang dalam hidupnya sehari-hari. Dalam proses pembelajaran penghargaan juga mempunyai arti yang penting. Penghargaan memberikan penguatan atas tingkah laku positif peserta didik. Selain itu juga mampu mendorong dirinya untuk mengambil inisiatif serta bersemangat dalam belajar. Penghargaan sendiri memiliki makna sebagai suatu keterampilan dalam memberikan penguatan dan respon positif terhadap tingkah laku peserta didik yang memungkinkan terulangnya.

Menurut Sukarni (2010, 20 September 2013) menyebutkan ada beberapa tujuan dalam pemberian penghargaan ini, diantaranya adalah:

1) Meningkatkan perhatian peserta didik.

2) Memudahkan peserta didik selama proses pembelajaran. 3) Membangkitkan dan memelihara motivasi.

(3)

negatif ke arah tingkah laku belajar yang produktif.

5) Mengatur dan mengembangkan diri sendiri dalam mengajar.

6) Mengarahkan berpikir tingkat tinggi

Jadi, tujuan pemberian penghargaan memberikan dampak positif bagi peserta didik, seperti motivasi, tingkah laku, dan perhatian peserta didik.

c. Prinsip-Prinsip dalam Pemberian Penghargaan

Menurut Sukarni (2010, 20 September 2013) juga menyebutkan beberapa prinsip dalam pemberian penghargaan ini, diantaranya adalah:

1) Kehangatan dan keantusiasan. Dalam memberikan penguatan hendaknya menunjukkan kehangatan dan keantusiasan secara efektif baik suara, mimik maupun gerakan badan.

2) Makna. Bila guru mengatakan kepada seorang peserta didik, “karangan anda sangat baik”, padahal karangan tersebut bukan hasil karyanya, maka penguatan yang diberikan tidak bermakna bagi peserta didik. Sebaiknya guru mengatakan, “karangan akan lebih baik jikaanda berusaha sendiri”. Dengan cara ini penguatan yang diberikan wajar dan bermakna bagi peserta didik yang bersangkuatan.

3) Hindarkan pemberian respon yang negatif. Respon negatif seperti komentar yang bernada menghina, ejekan, kata-kata kasar, sindirian dan sebagainya, perlu dihindari karena akan mematahkan semangat peserta didik dalam mengembangkan dirinya.

Jadi, prinsip dalam pemberian penghargaan yaitu kehangatan, makna, dan hindarkan pemberian respon negatif.

d. Tatacara dan Bentuk Pemberian Penghargaan

Menurut Aryni Kurniawati (2011:23) dalam memberikan penghargaan/penguatan bermacam-macam, diantaranya adalah:

(4)

1) Cara penguatan verbal, contohnya adalah “bagus”, “benar’, “tepat”, “pekerjaan anda baik sekali”, “saya gembira dengan hasil pekerjaan anda”, dan sebagainya.

2) Cara penguatan dengan mimik dan gerakan badan: senyuman, anggukan, acungan jempol, tepuk tangan. Hal ini dapat diikuti dengan penguatan verbal.

3) Penguatan dengan cara mendekati: berdiri di samping peserta didik, berjalan menuju kearah peserta didik, duduk dekat peserta didik/kelompok dan sebagainya. Hal ini dapat dibarengi dengan penguatan verbal.

4) Sentuhan : Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap peserta didik atas usaha dan penampilannya dengan cara menepuk pundak, menjabat tangan atau mengangkat tangan peserta didik yang berprestasi di kelas. Penggunaan penguatan ini harus bijaksana artinya dipertimbangakan umur, jenis kelamin dan latar kebudayaan setempat (umpamanya mengelus-elus rambut).

5) Kegiatan yang menyenangkan: kegiatan atau tugas yang menyenangkan dapat dipakai sebagai penguatan. Misal: peserta didik yang dapat menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu dan baik dapat diberi tugas untuk membantu temannya yang kesulitan dan sebagainya.

6) Simbol ataupun benda: komentar tertulis pada buku peserta didik, kartu bergambar, bintang, lencana dan lainnya asal tidak terlalu mahal tapi bermakna simbolis.

Sedangkan menurut Aryni Kurniawati (2011:34) menyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk dari pemberian penghargaan, diantaranya adalah bentuk tulisan, ucapan, barang, dan penghargaan khusus.

1) Penghargaan berupa ucapan.

Pemberian penghargaan ini dapat dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu atau bersifat spontan. Yang terpenting bahwa setiap siswa yang menunjukkan suatu usaha, maka layak dihargai. Pemberian pujian bagi siswa yang berpatisipasi aktif dalam proses pembelajaran, seperti kata-kata “YESS!” (sambil mengancungkan jempol tangan), “Excelent” (dua jari membentuk huruf V), “Thank you Very Much’ (kedua tangan diacungkan ke atas).

(5)

2) Penghargaan berupa tulisan.

Hal ini dapat dilakukan setiap hari, ketika siswa mengerjakan tugas atau PR. Penghargaan ini diberikan dengan cara guru menuliskan di buku catatan atau tugas siswa, berupa kata pujian, terutama bagi siswa yang berhasil mendapat nilai bagus. Kalimat pujian tersebut diantaranya “Selamat, you are the best student“ , “Alhamdulillah, kamu anak pintar “, “ pacu terus prestasimu “.

3) Penghargaan berupa barang/benda.

Berbagai benda sebenarnya dapat dijadikan alat penghargaan, baik benda yang sudah ada maupun yang telah dimodifikasi/disiapkan. Misalnya memberikan penghargaan berupa Bintang, terbuat dari kertas karton/asturo berukuran kecil bagi siswa yang mendapat nilai tinggi (80-100) baik latihan soal, tugas maupun PR. Kalung medali pelajaran, terbuat dari gabus yang menyerupai sebuah medali dengan menggunakan tali warna. Medali dibuat khusus untuk setiap mata pelajaran, dan diberikan kepada siswa setiap selesai ulangan harian. Siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam ulangan harian berhak menerima medali.

Sewaktu-waktu tidak ada salahnya apabila guru memberikan penghargaan berupa uang jajan, walaupun dengan nilai nominal yang relatif kecil. Bagi siswa terkadang bukan besar kecilnya uang tetapi kebanggaan mendapatkannya dari guru yang dicintainya.

4) Penghargaan khusus.

Penghargaan ini sifatnya spontan dan insidental, di mana siswa yang berhasil menjawab dengan tepat pertanyaan dari guru dimungkinkan untuk istirahat atau pulang terlebih dahulu.

Jadi, tatacara pemberian penghargaan yaitu penguatan verbal, mimik, mendekati, sentuhan, kegiatan, dan simbol (benda). Sedangkan bentuk pemberian penghargaan yaitu ucapan, tulisan, barang, dan penghargaan khusus.

(6)

2. Hukuman

a. Pengertian Hukuman

Menurut Agus Taufik, dkk (2007:4.8) mengatakan bahwa “hukuman perlu dikembangkan secara tepat, hukuman juga harus dapat memotivasi anak agar taat pada harapan sosial dikemudian hari”. Sedangkan menurut Amin Danien Indrakusuma, (2003:14) bahwa “Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada seseorang secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dan dengan adanya nestapa itu seseorang akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengulanginya”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hukuman itu adalah alat pendidikan yang disajikan oleh pendidik untuk menghilangkan tingkah laku yang tidak menyenagkan yang dilakukan oleh peserta didiknya dengan harapan agar peserta didik tidak mengulangi perbuatn tidak baik tersebut dikemudian hari. b. Tujuan Hukuman

Hukuman diberikan agar siswa menyadari kekeliruannya. Dalam pemberian hukuman, terkandung tujuan etis sehingga anak dapat membedakan perbuatan yang baik dengan yang buruk. Hukuman diberikan karena ada anak yang melakukan kesalahan dan hukuman diberikan dengan tujuan “agar anak menghentikan atau meninggalkan perbuatan yang salah tadi, kemudian tidak

(7)

mengulangi kesalahan tersebut. Dengan demikian anak itu menjadi jera”.

Sejalan dengan tujuan pemberian hukuman di atas, Abu Ahmadi, (2004:13) menjelaskan “tujuan hukuman adalah untuk mencegah, menjerakannya agar jangan lagi diulanginya berbuat kesalahan”. Sementara itu Henry N. Siahaan, (2005:34) menjelaskan bahwa tujuan hukuman adalah :

a) Tujuan jangka pendek yaitu hukuman yang bijaksana, yaitu menghentikan tingkah laku anak dengan segera.

b) Tujuan jangka panjang untuk mengajar dan mendorong anak untuk menghentikan sendiri kelakuannya yang salah yaitu untuk mengendalikan diri anak itu sendiri.”

Dari uraian di atas jelas bahwa hukuman bertujuan untuk menghindarkan anak dari perbuatan yang salah sehingga anak dapat memperbaiki sikap dan tingkah lakunya, karena pada dasarnya hukuman diarahkan untuk “memperbaiki tabiat dan tingkah laku anak didik, untuk mendidik anak ke arah kebaikan”. Jadi hukuman diberikan untuk mencegah anak melakukan kesalahan yang sama. Pemberian hukuman tersebut harus disesuaikan dengan berat ringannya kesalahan yang dilakukan siswa. Oleh karena itu pemberian hukuman harus didahului dengan nasehat, hukuman ringan dan berat. Hal itu akan dibahas lebih lanjut pada macam-macam hukuman.

(8)

c. Prinsip-prinsip Hukuman

Menurut Rozalia, (2012, 22 September 2013) memberikan hukuman hendaknya menggunakan beberapa prinsip sebagai berikut:

1) Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman.

Metode terbaik yang tetap harus diprioritaskan adalah memberikan kepercayaan kepada anak. Memberikan kepercayaan kepada anak berarti tidak menyudutkan mereka dengan kesalahan-kesalahannya, tetapi sebaliknya kita memberikan pengakuan bahwa kita yakin mereka tidak berniat melakukan kesalahan tersebut, mereka hanya khilaf atau mendapat pengaruh dari luar. Memberikan komentar-komentar yang mengandung kepercayaan, harus dilakukan terlebih dahulu ketika anak berbuat kesalahan. Hukuman, baik berupa caci maki, kemarahan maupun hukuman fisik lain, adalah urutan prioritas akhir setelah dilakukan berbagai cara halus dan lembut lainnya untuk memberikan pengertian kepada anak.

2) Hukuman distandarkan pada perilaku

Sebagaimana halnya pemberian hadiah yang harus distandarkan pada perilaku, maka demikian halnya hukuman, bahwa hukuman harus berawal dari penilaian terhadap perilaku anak, bukan ‘pelaku’ nya. Setiap anak bahkan orang dewasa sekalipun tidak akan pernah mau dicap jelek, meski mereka melakukan suatu kesalahan. 3) Menghukum tanpa emosi.

Kesalahan yang paling sering dilakukan orangtua dan pendidik adalah ketika mereka menghukum anak disertai dengan emosi kemarahan. Bahkan emosi kemarahan itulah yang menjadi penyebab timbulnya keinginan untuk menghukum. Dalam kondisi ini, tujuan sebenarnya dari pemberian hukuman yang menginginkan adanya penyadaran agar anak tak lagi melakukan kesalahan, menjadi tak efektif. Kesalahan lain yang sering dilakukan seorang pendidik ketika menghukum anak didiknya dengan emosi, adalah selalu disertai nasehat yang panjang lebar dan terus mengungkit-ungkit kesalahan anak.

4) Hukuman sudah disepakati.

Sama seperti metode pemberian hadiah yang harus dimusyawarahkan dan didiologkan terlebih dahulu, maka begitu pula yang harus dilakukan sebelum memberikan hukuman.

(9)

Jadi, prinsip pemberian hukuman yaitu kepercayaan, perilaku, emosi, dan kesepakatan.

d. Tata Cara dan Bentuk Pemberian Hukuman

Menurut Soerjono, (2006:13) tata cara pemberian hukuman yaitu :

1) Kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman. 2) Hukuman distandarkan pada perilaku

3) Menghukum tanpa emosi 4) Hukuman sudah disepakati 5) Tahapan pemberian hukuman

Jadi, tata cara pemberian hukuman harus berdasarkan kepercayaan, standar perilaku, menghukum tanpa emosi, hukuman sudah disepakati, dan tahapan pemberian hukuman.

Sedangkan menurut Suwarno, (2010:11) terdapat tiga tingkatan hukuman sesuai dengan perkembangan anak, yaitu :

1) Hukuman Asosiatif, dimana penderitaan yang ditimbulkan akibat hukuman tadi ada asosiasinya dengan kesalahan anak. Hukuman asosiasif dipergunakan bagi anak kecil.

2) Hukuman Logis, dimana anak dihukum sehingga mengalami penderitaan yang ada hubungan logis dengan kesalahan. Hukuman logis ini dipergunakan pada anak-anak yang sudah agak besar yang sudah mampu memahami hubungan antara kesalahan yang diperbuatnya dengan hukuman yang diterimanya.

3) Hukuman Moril, tingkatan ini tercapai pada anak-anak yang lebig besar, dimana anak tidak hanya sekedar menyadari hubungan logis antara kesalahan dengan hukumannya, tetapi tergugah perasaan kesusilaannya atau terbangun kata hatinya, ia merasa harus menerima hukuman sebagai sesuatu yang harus dialaminya.

Jadi, bentuk-bentuk hukuman yaitu hukuman asosiatif, hukuman logis, dan hukuman moril.

(10)

e. Bentuk Hukuman dalam Pendidikan

Menurut Abu Ahmadi, (2004:12) hukuman yang diberikan kepada anak dalam pendidikan, karena kesalahan yang dilakukannya ada dalam bentuk yang bermacam-macam yaitu

1) Teori Hukuman Alam

Teori hukuman alam tersebut mempunyai pandangan bahwa hukuman buatan itu tidak perlu diadakan seperti hukuman yang diberikan secara sengaja oleh seseorang kepada orang lain yang melakukan kesalahan atau pelanggaran, tetapi hendaknya anak dibiarkan berbuat salah atau pelanggaran biar alam sendiri yang akan menghukumnya.

2) Teori Hukuman Ganti Rugi

Menurut teori ini siswa yang melakukan kesalahan diminta untuk bertanggung jawab atau menanggung resiko dari perbuatannya. Misalnya, siswa yang berkejar-kejaran dikelas kemudian memecahkan kaca jendela itu.

3) Teori Hukuman Menakut-nakuti

Menurut teori ini hukuman diberikan untuk menakut-nakuti anak, agar anak tidak melakukan pelanggaran atau perbuatan yang dilarang.

4) Teori Hukuman Memperbaiki

Menurut teori ini hukuman diberikan untuk memperbaiki siswa yang berbuat salah dengan harapan agar selanjutnya tidak melakukan kesalahan lagi atau insaf atas kesalahannya, insaf yang timbul dari kesadaran hatinya, sehingga tidak ingin mengulangi lagi.

Jadi, bentuk hukuman dalam pendidikan yaitu hukuman alam, ganti rugi, menakut-nakuti, dan memperbaiki.

3. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi

(11)

dari pada itu yakni mengalami. Definisi belajar menurut pendapat para ahli sebagai berikut :

1) Oemar Hamalik, (2003:36) bahwa “Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan”. 2) Arsyad (2010:1) “Belajar adalah suatu proses yang komplek

yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya”.

3) Sutikno (2007:5) bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

4) Purwa Atmaja Prawira (2012:228) menyatakan bahwa “Belajar didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk meningkatkan kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, perubahan kualitas kemampuan tadi bersifat permanen”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan suatu pola baru pada reaksi yang berupa perubahan kecakapan, perubahan sikap, dan perubahan kebiasaan. Menjadi suatu perubahan yang baru. Jadi belajar adalah suatu proses perubahan yang disadari maupun tidak disadari. Dalam proses itu kepribadian yang baru ditandai dengan adanya interaksi sehingga mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

(12)

b. Pengertian Belajar Matematika

Menurut Harun & Mansur, (2007:12) mengatakan bahwa “dalam belajar matematika, kemampuan yang lebih diharapkan adalah aspek kognitif, yaitu kemampuan berpikir yang termasuk pada ranah kognitif meliputi kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalis, mengevaluasi dan kemampuan mencipta”. Sedangkan berdasarkan peraturan Depdiknas (2004:33) menyatakan bahwa “Secara Etimologi, perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”.

Dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar matematika yaitu suatu kegiatan pembelajaran yang lebih mengarah pada kemampuan kognitif dan kemampuan bernalar yang lebih mendalam sehingga orang tersebut dapat menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

c. Tujuan Belajar Matematika

Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan peraturan Depdiknas (2004:56) menyatakan bahwa tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar adalah sebagai berikut :

1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia

(13)

yang sedang berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif

2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam memperlajari berbagai ilmu pengetahuan.

Sedangkan menurut pendapat Pradipto (2007:148) mengatakan “pentingnya tujuan pembelajaran matematika yang sangat dibutuhkan untuk membangun keterampilan hidup anak sebagai bekal bagi kehidupannya kelak. Tujuan tersebut diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran”.

d. Pengertian Hasil Belajar

Menurut beberapa pendapat ahli definisi hasil belajar yaitu : 1) Menurut Hamalik, (2005:115) bahwa “Kemampuan peserta didik

dapat dilihat dari hasil belajar yang telah diperolehnya dalam proses belajar. Hasil belajar tampaknya sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada peserta didik yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan”.

2) Kusnandar (2009:251) “Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar”.

3) Purwa Atmaja Prawira (2012:228) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah penguasaan sejumlah pengetahuan dan sejumlah

(14)

keterampilan baru dan sesuatu sikap baru ataupun memperkuat sesuatu yang telah dikuasai sebelumnya, termasuk pemahaman dan penguasaan nilai-nilai”.

4) Depdiknas (2010:142) menyatakan bahwa “Hasil belajar adalah nilai hasil pengukuran kompetensi siswa yang ditetapkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.

5) Mukhtar dan Yamin (2007:131), mengemukakan bahwa :

Hasil belajar merupakan bagian terakhir dari berbagai hal penting dari proses belajar. Setelah menguji peserta didik, pendidik perlu mengenali sasaran pengajaran yang ingin dicapai. Kemudian pendidik memilah tata cara untuk mencapai sasaran tersebut. Akhirnya pendidik mengembangkan alat uji dan bahan untuk mrngukur seberapa jauh peserta didik telah menguasai pengetahuan yang dipelajari, dapat memperagakan keterampilan, dan menunjukkan perubahan dalam sikapnya sebagaimana yang diharapkan.

Jadi, hasil belajar merupakan penguasaan atau pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Hasil belajar dapat diukur dengan tes. Hasil belajar matematika adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah memperoleh pengajaran dalam pelajaran matematika.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri peserta didik dan faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan”. Menurut Sudjana, (2005:39) faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut :

(15)

1) Faktor dari dalam peserta didik

Faktor yang datang dari dalam diri peserta didik terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki peserta didik, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, pemberian penguatan, ketekunan, sosial ekonomi, dan faktor lainnya.

2) Faktor yang datang dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan

Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.

Kedua faktor di atas (kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus denagn hasil belajar peserta didik. Artinya, makin tinggi kemampuan peserta didik dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar peserta didik.

Jadi, faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor dari dalam diri dan faktor dari luar diri peserta didik.

4. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pemberian Penghargaan dan Hukuman

Anak yang masih dalam usia pra sekolah, yang harus ditekankan adalah aspek pendidikan dan pengertian dalam disiplin. Seorang anak yang masih usia pra sekolah ini, diberi hukuman hanya kalau memang terbukti bahwa ia sebenarnya mengerti apa yang diharapkan dan terlebih bila ia memang sengaja melanggarnya. Sebaliknya bila saat ia berperilaku sosial yang baik, ia diberikan hadiah, biasanya ini akan meningkatkan keinginannya untuk lebih banyak belajar berperilaku yang baik. Pemberian ganjaran seperti pujian atau perlakuan khusus bila anak

(16)

melakukan sesuatu yang baik, mempunyai nilai yang positif dalam mendorong anak berusaha berbuat lebih baik lagi lain kali. Akan tetapi pemberian pujian dan perlakuan istimewa pun harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, jangan dari kecil hingga besar sama saja.

Pemberian hukuman juga harus dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hukuman juga harus bersifat lebih mendidik, bukan malah menimbulkan kebencian dan rasa dipermalukan. Hukuman yang diberikan harus proporsional dengan tingkat pelanggaran, dan anak harus dibuat mengerti mengapa hal yang dilakukan itu salah. Konsistensi dalam memberikan hukuman atau ganjaran pun penting. Untuk kesalahan yang sama berikan hukuman yang sama, dan sebaliknya juga untuk hal yang baik.

Uraian di atas diperkuat pendapat Winaputra, (2003 : 734) sebagai berikut :

Banyaknya akibat yang muncul yang tidak dikehendaki sehingga penggunaan penguatan ini sebaiknya dihindari, walaupun sebenarnya pemberian kritik atau hukuman adalah efektif untuk mengubah motivasi, penampilan, dan tingkah laku siswa. Akibat yang dimaksud, seperti siswa menjadi frustasi dan peristiwa akan terulang kembali. Kata kasar, cercaan, hukuman atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh untuk menghancurkan iklim kelas yang kondusif maupun kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, itu hendaknya menghindari segala jenis respon negatif tersebut. 5. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan sebagai berikut :

a. Penelitian ini memperkuat penelitian terdahulu menurut penelitian Dwi Puspa Kencanawaty, (2012) mengatakan bahwa “pemberian

(17)

hadiah dapat meningkatkan partisipasi belajar matematika peserta didik, yang terjadi pada 3 siklus yaitu pada siklus I 83,3 %, siklus II 91,7 %, dan siklus III 93,3%”.

b. Dewi Rahmawati, (2011) mengatakan bahwa “Hasil penelitian dengan aspek pemahaman konsep adalah hasil tes pemahaman konsep pada siklus 1 sebesar 72,8% dan masih tergolong baik. Hasil tes pemahaman konsep pada siklus 2 sebesar 82,29% dan tergolong baik sekali. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan metode pemberian hadiah dan hukuman berjalan sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan dan siswa melaksanakan setiap kegiatan yang menunjukkan aspek pemahaman konsep yang diamati”.

B. Kerangka Berfikir

Penghargaan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan manusia sehari-hari, yaitu mendorong seseorang untuk memperbaiki tingkah laku serta meningkatkan kegiatannya atau usahanya. Dengan memberikan penghargaan, pendidik juga bermaksud supaya anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi hasil belajar yang telah dicapainya. Dengan kata lain, anak menjadi lebih keras kemauannya untuk bekerja atau berbuat yang lebih baik lagi. Jadi, yang terpenting dari penghargaan itu bukanlah hasilnya yang dicapai seorang anak, melainkan dengan hasil yang telah dicapai anak itu pendidik dapat membentuk kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada anak tersebut.

Pada proses pembelajaran dalam pemberian penghargaan atau pujian terhadap perbuatan yang baik dari peserta didik merupakan hal sangat

(18)

diperlukan sehingga peserta didik terus berusaha berbuat lebih baik misalnya guru tersenyum atau mengucapkan kata-kata bagus kepada siswa yang dapat mengerjakan pekerjaan rumah yang baik akan besar pengaruhnya terhadap peserta didik. Peserta didik tersebut akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang dicapai, dan siswa lain diharapkan akan berbuat seperti itu.

Berdasarkan pendapat Depdiknas, (dalam Ratna Sulistyawati, 2008) yaitu:

Penguatan dalam bentuk pemberian penghargaan dan pujian merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru sehingga dapat memberikan suatu dorongan kepada anak didik dalam mengikuti pelajaran. Penguatan yang diberikan oleh guru harus dapat tepat sasaran dan tepat waktu sehingga dapat menjadi pemicu bagi anak didik secara keseluruhan dalam kelas, baik yang menjadi sasaran penguasa maupun bagi teman-temannya.

Di samping memberikan penghargaan, dalam proses pembelajaran juga dikenal dengan istilah pemberian hukuman. Hukuman dijatuhkan atas perbuatan buruk atau tidak baik yang telah dilakukannya. Sedangkan penghargaan diberikan atas perbuatan-perbuatan atau hal-hal baik yang telah dilaksanakannya. Kedua-duanya merupakan alat pendidikan. Hukuman dan penghargaan ditimbulkan atas usaha guru untuk meperbaiki kelakuan dan budi pekerti anak didiknya.

Di dalam proses pendidikan, akibat hukuman itu jauh lebih besar daripada akibat yang ditimbulkan oleh penghargaan. Demikian pula dalam proses pendidikan, hukuman itu suatu perlakuan yang jauh lebih penting daripada penghargaan. Pemberian penghargaan dan hukuman secara efektif

(19)

dan sesuai dengan karakter peserta didik diharapkan mampu memberikan dampak yang positif bagi peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya ke tingkat yang lebih baik lagi. Uraian tersebut diperkuat oleh pendapat Skinner, (dalam Santrock, (2007: 272) bahwa “unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku”.

C. Hipotesis Tindakan

Menurut Sugiyono, (2006:66) bahwa “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan permasalahan penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta”. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Peserta didik merespon positif pembelajaran matematika melalui pemberian penghargaan dan hukuman peserta didik kelas III SDN-3 Palangka Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Ada peningkatan hasil belajar matematika setelah pembelajaran dengan pemberian penghargaan dan hukuman dalam pembelajaran matematika peserta didik kelas III SDN-3 Palangka Tahun Pelajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa jenis sufiks yang digunakan oleh Mahasiswa Thailand yaitu : Verba bersufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘jadi kan’, bersufiks -kan memiliki makna

menggambarkan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, dalam hal ini.. bagaimana Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung No. 7 Tahun 2014. Tentang

optimal bagi kepentingan kegiatan pembelajaran, (b) para guru juga tidak dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai di bidang pengembangan bahan- bahan belajar

Intervensi ini adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam memahami dunia anak-anak melalui permainan, sehingga bila digunakan pada situasi dan kondisi yang

Inilah yang kemudian dikhawatirkan oleh golongan sayap kanan terkait identitas yang mereka miliki sebagai warga negara Jerman, karena dengan kedatangan para

Tanaman tradisional ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia salah satunya adalah digunakan sebagai obat dalam penyembuhan luka infeksi, dimana luka infeksi

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model

PANGAN LESTARI DAN HUBUNGANNYA DENGAN KETAHANAN PANGAN SERTA KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DI KOTA SURAKARTA) ” sebagai syarat untuk memperoleh gelar