• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP NEGERI 9 BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP NEGERI 9 BANJARMASIN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PETA KONSEP

TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

SMP NEGERI 9 BANJARMASIN

Muhammad Isra, Syubhan An’nur, dan Sri Hartini

Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung MangkuratBanjarmasin Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan dari siswa kelas IX SMP Negeri 9 Banjarmasin yang masih kesulitan dalam memperoleh nilai UTS diatas KKM. Hal ini disebabkan oleh kurangnya strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa menentukan hal-hal penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menganalisis pengaruh penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika siswa di SMP Negeri 9 Banjarmasin. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi dengan desain nonequivalent group pretest-posttest. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian ini adalah kelas IX D dan kelas IX G. Data penelitian diperoleh dari LKS dan THB yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menghasilkan nilai korelasi sebesar 0,992. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan strategi peta konsep berpengaruh positif terhadap hasil belajar fisika siswa.

Kata kunci: Peta konsep, hasil belajar, strategi pembelajaran.

PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan nasional dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di

sekolah menjadi salah satu sorotan utama dalam peningkatan mutu pendidikan.

Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab. Salah satu cabang ilmu yang dapat meningkatkan aspek kemampuan siswa adalah ilmu sains. Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan siswa berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif serta dapat mengembangkan pengetahuan,

(2)

keterampilan dan sikap percaya diri. Fisika merupakan mata pelajaran yang harus memahami benar-benar tentang konsep dasar sebelum melangkah yang lebih rumit dan aplikasinya. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dianggap sulit, sehingga nilai rata-rata fisika lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lain khususnya dibidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (Sartika, 2013).

Pada saat pengamatan peneliti selama Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 9 Banjarmasin, peneliti menemukan banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 60,2 dalam mata pelajaran IPA. Fakta menunjukkan bahwa pada saat menyampaikan proses pembelajaran, siswa kesulitan menentukan hal-hal penting maupun menghubungkan konsep-konsep pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan inovasi pembelajaran, yaitu menggunakan strategi peta konsep. Melalui penerapan peta konsep dalam pembelajaran fisika diharapkan dapat memudahkan belajar siswa. Hal ini dikarenakan selain menggambarkan konsep-konsep yang penting, peta konsep juga menghubungkan antara konsep-konsep itu sehingga siswa dapat

menguasai materi yang sedang dipelajari.

Dalam pembelajaran langsung, penggunaan peta konsep sebagai awal pengetahuan dari peserta didik dalam belajar sangat berguna bagi pengajar dalam mencapai hasil belajar. Hasil penelitian Artini dkk (2014) terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran peta konsep berbantuan media gambar dan siswa yang belajar dengan strategi pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari hasil rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding rerata kelompok kontrol (eksperimen= 23,26 > kontrol = 18,24) dan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan t-hitung sebesar 1,95146, lebih besar dari t-tabel yaitu 1,67109. Dengan demikian, kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran peta konsep berbantu media gambar menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peta konsep dapat mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut

(3)

dengan rumusan judul “Pengaruh Penggunaan Strategi Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah “Apakah terdapat pengaruh penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin?”. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin.

KAJIAN PUSTAKA

Peta konsep merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh peserta didik dalam bentuk retensi pengetahuan sekaligus menghasilkan proses belajar bermakna. Pembelajaran yang disertai penyusunan peta konsep memungkinkan peserta didik terlibat aktif dalam proses berfikir mengaitkan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki dengan informasi baru yang sedang dipelajari. Hal ini juga membuat peserta didik terlatih dalam mengaitkan

konsep-konsep yang dimilikinya sehingga dapat membantu dalam memecahkan soal-soal dalam pembelajaran yang melibatkan beberapa konsep yang saling terkait (Rohana, 2009). Berdasarkan penjelasan tersebut diperoleh bahwa peta konsep dapat dipahami sebagai suatu ilustrasi grafis konkret yang menghubungkan antara satu konsep utama dengan konsep lainnya. Peta konsep dapat membantu siswa mempermudah memahami materi pembelajaran.

Munthe (2009) mengemukakan bahwa salah satu kegunaan peta konsep sebagai teknik mengajar yaitu dapat digunakan oleh guru untuk memperkenalkan keseluruhan materi dari mata pelajarannya secara utuh dalam satu lembar kertas, dalam bentuk gambar, dan dalam satu waktu yang sama. Menurut Nurhayati (2010), dalam pembelajaran, penggunaan peta konsep dapat memberikan beberapa manfaat bagi siswa, yaitu siswa belajar bagaimana mengkoordinasi sesuatu mulai dari informasi, fakta dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yag baik dan menuliskannya dengan benar.

Menurut Nur (2000) dalam Suherman (2003: 24-26), “peta konsep ada empat macam, yaitu: (1) Pohon Jaringan, (2) Rantai Kejadian, (3) Peta Konsep Siklus, (4) Peta Konsep

(4)

Laba-Laba”. Dari beberapa macam peta konsep, peneliti menggunakan peta konsep pohon jaringan. Hal ini dikarenakan materi yang digunakan yaitu induksi elektromagnetik lebih mudah dijelaskan dan cocok menggunakan peta konsep pohon jaringan.

Teknik peta konsep ini diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif Ausubel yang mengatakan bahwa belajar bermakna terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif. Dengan kata lain, proses belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru. Dalam teori ini ditemukan bahwa makna dari beberapa konsep itu akan mudah dipahami dengan melihat hubungan/keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain, dan belajar efektif (bermakna) akan terjadi apabila pengetahuan yang baru itu dikaitkan/dihubungkan dengan konsep-konsep dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembelajar. (Munthe, 2009).

Hasil belajar adalah nilai hasil pengukuran kompetensi siswa yang ditetapkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui hasil belajar dapat dilakukan melalui penilaian,

pengukuran, pengujian, dan evaluasi. Menurut Arikunto (Ekawarna, 2009: 40) “hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang dilakukan oleh guru. Bloom membedakan hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor”. Dari ketiga jenis hasil belajar yaitu hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor, peneliti mengambil satu hasil belajar saja yaitu hasil belajar kognitif. Pada penelitian ini, yang diukur adalah hasil belajar posttest sehingga yang perlu diperhatikan hanya ranah kognitif siswa. Penggunaan strategi pembelajaran sekarang ini banyak digunakan agar mempermudah siswa dalam menguasai pembelajaran. Tidak cukup hanya dengan menggunakan model pembelajaran langsung, tapi perlu adanya penerapan atau penggunaan strategi belajar, salah satunya penggunaan strategi peta konsep yang dapat membantu siswa dalam menentukan hal-hal penting dalam pembelajaran. Dengan penggunaan peta konsep ini juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi, sehingga diharapkan efektivitas dalam mengajar akan meningkat, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan hubungan-hubungan tersebut maka diduga ada pengaruh

(5)

penggunaan peta konsep terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah penggunaan strategi belajar peta konsep berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa SMP Negeri 9 Banjarmasin.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi eksperimen kuasi dengan nonequivalent group pretest-posttest design yaitu desain penelitian yang menggunakan pretest dan posttest untuk grup kontrol nonekuivalen (Mc. Millan & Schumacher, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa IX SMP Negeri 9 Banjarmasin yang berjumlah 304 orang sebanyak 8 kelas. Sampel dalam penelitian adalah dua kelas, sebagai kelas kontrol yaitu kelas IX G dan kelas yang diberikan perlakuan (kelas eksperimen) yaitu kelas IX D, ditentukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Tempat penelitian adalah SMPN 9 Banjarmasin yang beralamat di Jl. Batu Benawa Raya

I No. 29 RT 47 komplek Mulawarman. Penelitian ini dilakukan pada tahun ajaran 2015/2016, yakni pada 29 September 2015 sampai 3 Maret 2016, dalam penelitian di sekolah sebanyak 8 jam pelajaran atau 4 kali pertemuan.

Teknik pengumpulan data dalam penelian berupa tes dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar (THB) untuk mengukur hasil belajar siswa. Penelitian ini didukung dengan perangkat pembelajaran seperti Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan peta konsep.

Teknik analisis data meliputi analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk dapat mendeskripsikan data yang telah diperoleh. Data analisis deskriptif dalam penelitian ini meliputi nilai rata-rata (mean), median, modus, simpangan baku, varians, nilai tertinggi, dan nilai terendah, pada kedua kelas, baik sebelum maupun sesudah diberi perlakuan. Analisis statistik inferensial merupakan analisis yang dilakukan untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Uji prasyarat yang dilakukan untuk analisis, yaitu uji normalitas dan homogenitas.

(6)

Setelah data dinyatakan normal dan homogen, dilakukan uji hipotesis

Uji normalitas merupakan salah satu bagian dari uji prasyarat analisis data. Pada penelitian ini menggunukan uji chi kuadrat. Harga (fo−fe)

2

fe adalah merupakan harga chi kuadrat (h2)

hitung, dimana fo adalah frekuensi awal

dan fe adalah frekuensi harapan.

(Sugiyono, 2013). Kriteria data dikatakan berdistribusi normal jika 2

hitung < 2Tabel (Ruseffendi, 1998). Uji

normalitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan program statistik berbantuan komputer. Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan program satatistik, data dikatakan normal jika nilai signifikan lebih dari 0,05.

Dalam statistik uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak.Uji homogenitas menggunakan uji variansi dua peubah bebas dengan rumus

𝐹 = 𝑆2𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟

𝑆2𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (1) Kriteria pengujian dengan derajat kebebasan (dk), masing-masing untuk dk1 = (n1-1) dan dk2 = (n2-1) pada taraf

kepercayaan dengan α = 0,05, adalah jika nilai Fhitung < FTabel maka berarti

kedua harga variansinya homogen, dalam hal lain data berdistribusi tidak homogen (Ruseffendi, 1998). Pengujian

homogenitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer yaitu dengan uji One-way ANOVA dengan syarat data homogen jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Sehingga diketahui bahwa data dalam penelitian ini homogen.

Uji hipotesis dilakukan pada nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah data terdistribusi normal dan sampel homogen menggunakan uji t (t-test) dua sampel. Uji t dua sampel ini terdapat uji perbandingan (uji komparatif), tujuan dari uji ini adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau berbeda.

Setelah dilakukan uji komparatif dan diperoleh adanya perbedaan antara dua variabel, maka selanjutnya dilakukan uji korelasi dengan rumus:

𝑟𝑥𝑦 =

∑ 𝑥𝑦

√(∑ 𝑥2)(∑ 𝑦2) (2) Keterangan:

rxy = nilai korelasi LKS dan posttest

kelas eksperimen

∑xy = jumlah dari hasil kali nilai LKS dan posttest kelas eksperimen

∑x2 = jumlah dari kuadrat nilai LKS kelas eksperimen

∑y2 = jumlah dari kuadrat nilai posttest kelas eksperimen

Nilai korelasi r yang diperoleh menunjukkan besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Variabel X yang dimaksud dalam uji korelasi adalah nilai

(7)

LKS siswa kelas eksperimen pada pertemuan ke empat. Variabel Y yang dimaksudkan dalam uji korelasi ini

adalah nilai posttest kelas eksperimen. Harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut: Tabel 1. Interpretasi koefisien korelasi niali r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Cukup 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat (Riduwan, 2011: 228)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuasi eksperimen yang digunakan untuk menganalisis pengaruh perlakuan terhadap hasil belajar siswa dengan kelas IX D sebagai kelas eksperimen atau kelas yang diberi perlakuan yaitu penggunaan peta konsep, dan kelas IX G sebagai kelas kontrol atau kelas yang tidak diberi perlakuan, yaitu dalam pembelajaran langsung tanpa penggunaan peta konsep.

Tes Hasil Belajar (THB) digunakan untuk menganalisis hipotesis dan pengaruh dari strategi yang digunakan. THB ini berupa pretest dan posttest dimana soal yang dibuat mengacu pada tujuan pembelajaran pada rancangan

pelaksanaan pembelajaran. THB yang dikembangkan dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 soal tentang Induksi Elektromagnetik yang telah divalidasi menggunakan validasi empirik dan dapat dipergunakan. Dari hasil posttest akan didapatkan hasil belajar siswa terhadap pengaruh penggunaan strategi peta konsep.

Data pretest diambil sebelum kelas diberikan perlakuan. Data pretest ini digunakan untuk mengetahui kesetaraan kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dibawah ini merupakan tabel yang mendeskripsikan hasil pretest siswa dari kelas IX D sebagai kelas eksperimen, dan kelas IX G sebagai kelas kontrol.

Tabel 2. Hasil pretest siswa Kelas Jumlah

siswa

Nilai terendah

Nilai

tertinggi Median Modus

IX D 38 16,00 60,00 40,00 32,00

(8)

Kelas Jumlah siswa

Nilai terendah

Nilai

tertinggi Median Modus

IX D 38 16,00 60,00 40,00 32,00

Kelas Varians Skewness Kurtosis Rata-rata Simp. Baku IX D 113,12 -0,101 -0,583 40,42 10,64

IX G 82,58 -0,297 0,591 32,11 9,09

Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, keduanya mempunyai rata-rata yang tidak terlalu berbeda yaitu sebesar 40,42 untuk kelas eksperimen dan sebesar 32,11 untuk kelas kontrol. Soal pretest yang diberikan di kelas IX D dan IX G sama, kedua kelas sama-sama mempunya rata-rata yang masih jauh di bawah KKM.

Data hasil belajar siswa diperoleh setelah penelitian selesai dilakukan peneliti pada kedua kelas, hasil belajar tersebut berupa hasil posttest yang diberikan pada siswa, posttest digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif

siswa. Dari data posttest ini akan digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara kelas eksperimen dan kontrol setelah diberikan perlakuan. Posttest ini terdiri dari 25 soal pilihan ganda.

Dibawah ini merupakan tabel yang mendeskripsikan hasil posttest kedua kelas, dimana tabel ini meliputi jumlah siswa, rata-rata nilai siswa, median, modus, varians, simpangan baku, nilai terendah, dan nilai tertinggi masing-masing kelas. Data ini diperoleh menggunakan program statistic berbantuan komputer.

Tabel 3 Hasil posttest siswa Kelas Jumlah

siswa

Nilai terendah

Nilai

tertinggi Median Modus Varians

Rata-rata Simp. baku IX D 38 64,00 92,00 84,00 84,00 45,35 83,05 6,73 IX G 38 36,00 92,00 64,00 64,00 114,04 63,26 10,68

Berdasarkan data penelitian yang diolah menggunakan program statistik diperoleh data

kelas eksperimen

mempunyai rata-rata jauh lebih

tinggi dari pada kelas kontrol yaitu

sebesar

84,21

untuk

kelas

eksperimen dan sebesar 63,26 untuk

kelas kontrol. Soal

posttest

yang

diberikan di kelas IX D dan IX G

sama, namun dihasilkan nilai

(9)

rata-rata yang berbeda yaitu kelas

eksperimen mempunyai nilai

rata-rata yang lebih tinggi. Baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol

sama-sama

menggunakan

model

direct instruction dimana untuk kelas

eksperimen

menggunakan

peta

konsep sebagai strategi pembelajaran

sedangkan kelas kontrol tidak. Dari

pembahasan mengenai

posttest siswa

terlihat

perbedaan

yang

sangat

signifikan dari nilai rata-rata kedua

kelas dimana kelas IX D sebagai

kelas eksperimen yang menggunakan

peta konsep memiliki nilai rata-rata

jauh lebih tinggi dari pada rata-rata

kelas IX G sebagai kelas kontrol

tanpa menggunakan peta kosep.

Berdasarkan hasil tersebut dapat

diperoleh bahwa strategi belajar peta

konsep berpengaruh selama proses

pembelajaran

yang

dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Uji hipotesis terdiri dari uji-t yang digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara kelas IX D sebagai kelas eksperimen dan kelas IX G sebagai kelas kontrol dan uji korelasi r untuk menganalisis pengaruh penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar kelas eksperimen. Sebelum uji hipotesis, dilakukan uji prasayarat yaitu uji normalitas dan homogenitas data pretest melalui program statistik. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data normal atau tidak. Data hasil uji normalitas ini bisa dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Uji normalitas pretest Data Kelas Signifikan Chi kuadrat

hitung

Chi kuadrat

tabel Keterangan

Pretest IX D 0,494 7,47 7,815 Terdistribusi normal

IX G 0,573 5,79 Terdistribusi normal

Hasil uji normalitas pada data pretest menunjukkan nilai signifikansi kelas IX D sebesar 0,494 dan kelas IX G sebesar 0,573. Nilai signifikansi kedua kelas lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kedua kelas eksperimen telah terdistribusi dengan normal.

Uji prasyarat yang kedua adalah uji homogenitas, dimana uji homogenitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh homogen atau tidak. Data hasil uji homogenitas ini bisa dilihat pada Tabel 5.

(10)

Tabel 5 Uji homogenitas pretest

Data Kelas FTabel FHitung Signifikan Keterangan

Pretest IX D 1,730 1,377 0,874 Data Homogen

IX G

Hasil uji homogenitas pada data pretest menunjukkan nilai Fhitung sebesar

1,377 dan signifikansinya sebesar 0,874. Nilai Fhitung lebih kecil dibandingkan

Ftabel yaitu sebesar 1,73, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai pretest kedua kelas telah homogen.

Setelah selesai uji prasyarat dilakukan dan semua syarat telah terpenuhi, maka dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis yaitu uji-t. Dibawah ini merupakan tabel data uji hipotesis pada data hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Uji hipotesis

Data Kelas tTabel tHitung Signifikan Keterangan

Posttest IX D 1,993 9,619 0,000 Ho ditolak

IX G

Tabel 6 menunjukkan hasil perhitungan dengan uji t sebesar 9,619. Nilai t yang tertera pada tabel adalah 1,993. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila thitung lebih kecil atau sama

dengan ttabel maka H0 diterima. Ternyata

hasil perhitungan menunjukkan bahwa thitung ≥ ttabel, dengan demikian H0 ditolak

dan Ha diterima. Dengan kata lain, terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan hasil belajar pada siswa SMP Negeri 9

Banjarmasin menggunakan peta konsep dan tanpa menggunakan peta konsep.

Pada uji t terdapat perbedaan antara thitung dan tTabel dimana thitung ≥ ttabel, maka

selanjutnya dilakukan uji r. Data yang

digunakan adalah variabel X yaitu nilai LKS siswa kelas eksperimen pada pertemuan keempat. Variabel Y yang dimaksudkan dalam uji korelasi ini adalah nilai posttest siswa kelas eksperimen. Hasil perhitungan uji korelasi menghasilkan data pada tabel berikut:

Tabel 7. Uji korelasi (r product moment)

Nilai rhitung Nilai rtabel Kesimpulan

(11)

Setelah dilakukan uji r atau uji korelasi didapatkan nilai rhitung sebesar

0,992 dimana nilai rtabel 0,320. Dapat

dilihat jika rhitung ≥ +rtabel maka H0

ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan antara kelas yang menggunakan peta konsep dengan kelas yang menggunakan pembelajaran tanpa peta konsep. Nilai rhitung dapat

diinterpretasikan dengan Tabel 7 dimana 0,992 termasuk dalam tingkat hubungan sangat kuat dan nilai rhitung positif berarti

terdapat pengaruh positif yang sangat kuat pada pembelajaran langsung dengan menggunakan strategi belajar peta konsep. Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi belajar peta konsep terhadap hasil belajar fisika siswa SMPN 9 Banjarmasin diterima. Pengaruh yang diberikan strategi belajar peta konsep sangat kuat dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa sehingga dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dan mempermudah siswa dalam menghubungkan konsep-kosep materi yang diajarkan. Hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga siswa dapat memenuhi nilai di atas KKM.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi peta

konsep yang diaplikasikan ke dalam model direct instruction memiliki pengaruh positif yang sangat kuat terhadap hasil belajar siswa. Ini berarti peta konsep jika diaplikasikan ke dalam pembelajaran akan membantu guru dalam membantu siswa memahami pembelajaran dan memperoleh hasil belajar yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Novak dalam Munthe (2009) bahwa makna dari beberapa konsep itu akan mudah dipahami dengan melihat hubungan/keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain, dan belajar efektif (bermakna) akan terjadi apabila pengetahuan yang baru itu dikaitkan/dihubungkan dengan konsep-konsep dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembelajar.

KESIMPULAN

Temuan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu, setelah diberikannya perlakuan kepada kelas eksperimen diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen memiliki peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan pengaruh yang positif antara strategi peta konsep terhadap hasil belajar siswa, dimana hasil ini dapat dilihat dari nilai rhitung

(12)

hasil belajar siswa sebesar 0,992 yang lebih besar dari rtabel yaitu sebesar 0,320.

Hal ini menyebabkan H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi peta konsep terhadap hasil belajar fisika siswa di SMP Negeri 9 Banjarmasin.

DAFTAR PUSTAKA

Artini, Ni Putu Sri. (2014). Pengaruh Strategi Pembelajaran Peta Konsep Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Di Desa Panji Tahun Pelajaran 20113/2014. Diakses di http://ejournal.undiksha.ac.id/i ndex... pada 27 September 2015.

Ekawarna. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press.

McMillan, J. H., & Schumacher, S. 2003. Research in Education: A Conceptual Introduction (5th ed.). New York: Longman.

Munthe, Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Intan Mandiri

Nurhayati, Ari. 2010. Pengaruh Strategi Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap Hasil Belajar Fisika SMA. Diakses melalui http://respository.uinjkt.ac.id/d space/bitsream/123456789/469 3/1/9837 pada 27 September 2015.

Riduwan.

(2011).

Dasar-dasar

Statistika.

Penerbit

Alfabeta. Bandung.

Rohana. (2009). Penggunaan Peta Konsep Dalam Pembelajaran Statistika Dasar Di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas PGRI Palembang. Diakses di http://eprints.unsri.ac.id/825/1/

8_Rohana_92-102.pdf pada

27 September 2015.

Ruseffendi, E. T. (1998).

Statistika

Dasar

untuk

Penelitian

Pendidikan.

Bandung: IKIP

Bandung Press

Sartika, Sari. (2013). Perbedaan Hasil Belajar Antara Metode Konvensional, Peta Konsep Dan Peta Pikiran Bagi Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X SMA Muhammadiyah Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013. Diakses di http://jurnal.fkip.unila.ac.id/ind

ex.php/JPF/article/view pada

27 September 2015.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian

Kuantitatif dan Kualitatif

dan

R&D.

Bandung:

Alfabeta.

Suherman, Erman. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.

Gambar

Tabel 2.  Hasil pretest siswa
Tabel 3 Hasil posttest siswa
Tabel 5 Uji homogenitas pretest

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengamanan sistem komputer, sebaiknya pengaksesan dan pemakaian komputer diawasi dengan seksama sehingga tidak menjalankan program atau memakai disk yang belum

Development of Authentic Mathematics Assessment in Application of Problem Based Learning Model to Improve Problem Solving Ability and Understanding of Student Mathematics

bahwa pernyataan informan yang menggunakan situs Bukalapak terkait alur transaksi jual beli adalah absah yang artinya benar bahwa, jual beli di situs Bukalapak sebelum

1) Melawan hukum umum, diartikan sebagai syarat tidak tertulis untuk dapat dipidana. Melawan hukum suatu tindak pidana berdasarkan perbuatan melawan hukum umum,

Pada rumah mutu tahap I memuat hubungan kuat antara atribut produk dengan aspek produksi sebagai berikut: antara ukuran 100-150 ml dan harga Rp 2500,00 - Rp 5000,00 dengan volume

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan nonderivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual

Penggunaan klausula baku dalam hukum perjanjian, pada dasarnya dapat ditelaah dari asas kebebasan berkontrak, dalam hal ini kebebasan berkontrak apakah dimaknai sebagai suatu

[r]