PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU
DALAM PEMBELAJARAN MELALUI MODEL LESSON STUDY Oleh :
Almira Amir, M.Si1 ABSTRAK
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang esensial dalam keseluruhan proses pendidikan yang melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan Kecakapan seorang guru dalam menyampaikan materi yang dapat menggugah semangat/ motivasi siswa untuk mempelajarinya adalah suatu prestasi tersendiri yang menunjukkan tingkat keprofesionalan guru yang bersangkutan.
Salah satu bentuk pembinaan guru yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mencapai kualitas pembelajaran adalah Lesson Study.
Lesson Study adalah ”model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning dalam suatu komunitas belajar. Dengan lesson study,
maka para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan menghasilkan siswa yang berkualitas tinggi.
BAB I PENDAHULUAN
Dewasa ini para guru memiliki tanggung jawab yang besar dan menghadapi banyak tantangan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, guru sebagai tenaga profesional memiliki eksistensi yang penting. Dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang. Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
1 Penulis adalah Dosen Pada Jurusan Tarbiyah Prodi Tadris Matematika STAIN Padangsidimpuan alumni dari sekolah Pascasarjana USU Medan
131 Logaritma Vol. I, No.02 Juli 2013
anak usia dini di jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, maka diperlukan guru yang berkualitas. Menurut Sonhadji, “dalam menghadapi persaingan global dewasa ini, Indonesia memiliki daya saing yang masih rendah. Hal ini terletak pada rendahnya kualitas SDM. Pendidikan merupakan upaya meningkatkan kualitas SDM yang paling efektif”2 . Demikian pula diungkapkan oleh Sanusi, bahwa dewasa ini pendidikan tak salah lagi dikatakan sebagai poros utama yang menjalankan fungsi pengembangan sumber daya manusia”.3
Secara eksternal komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain : (1) ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai secara kuantitas dan kualitas, (2) sarana dan prasarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara optimal, (3) pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran, (4) proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif.4
Salah satu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah melalui peningkatan kompetensi guru. Sebagai tenaga pendidik, guru harus selalu berorientasi pada peningkatan profesionalismenya, jika tidak ingin tertinggal oleh perkembangan jaman. Berbagai upaya untuk mengembangkan profesionalisme guru terus dilakukan, baik secara individual maupun kelompok, seperti melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, mengikuti lokakarya/seminar/konferensi, melakukan penelitian tindakan kelas, dan terlibat dalam analisis kurikulum beserta implementasinya.
Paradigma pembelajaran dewasa ini yang semakin terbuka, menuntut guru untuk menyikapinya. Sekolah bukan sekedar tempat mengajar bagi guru, akan tetapi tempat kegiatan pembelajaran semua pihak, baik guru, siswa maupun masyarakat.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang esensial dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses mengajar dirancang dan dijalankan
2 Sonhadji, A. Pembaharuan Sistem Manajemen Lembaga Pendidikan. (Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2006), hlm. 1.
3 Sanusi, A. (1999). Mari Bergabung Bersama Kami dalam Kajian Paradigma. (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara, 1999), hlm., 16
4 Depdiknas, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 Menuju
secara profesional. Setiap kegiatan pembelajaran selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa.5
Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar bagi siswa yang di rancang secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan siswa sebagai peserta didik merupakan pihak yang merasakan kondisi belajar yang diciptakan oleh guru. Guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Pada setiap inovasi pendidikan khususnya dalam perubahan kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Guru dituntut memiliki multi peran dalam pembelajaran, supaya mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif dan efektif. Untuk dapat melakukan pembelajaran aktif dan efektif, guru harus mampu memberikan kesempatan bagi siswanya untuk belajar serta meningkatkan kualitas pengajarannya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas mengajarnya, guru harus merencanakan program pembelajaran dan sekaligus mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi pembelajaran.
Peningkatan mutu pembelajaran dapat dimulai dengan meningkatkan kualitas guru dalam mengajar dan berprilaku profesional. Berbagai penataran dan pelatihan guru menjadi salah satu bentuk dari upaya tersebut. Akan tetapi, seringkali hal itu tidak membekas dalam keseharian aktivitas guru. Hal inilah yang mendasari perlu adanya perbaikan yang menitikberatkan kepada kondisi riil di lapangan, mulai dari kondisi di kelas, sekolah, dan guru. Upaya perbaikan terus menerus harus dimulai dari bawah dan tidak hanya tuntutan dari atas.
Langkah awal yang perlu diperhatikan untuk dapat menghasilkan siswa yang berkualitas tinggi adalah bagaimana siswa dapat menyukai materi yang akan dibawakan oleh guru. Sebaik apapun pendekatan atau metode pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dalam membawakan materi pembelajarannya akan kurang bermakna dan akan banyak menemui hambatan bila siswa tidak menyenangi materi yang disampaikan.
Kecakapan seorang guru dalam menyampaikan materi yang dapat menggugah semangat/ motivasi siswa untuk mempelajarinya adalah suatu prestasi tersendiri yang menunjukkan tingkat keprofesionalan guru yang bersangkutan. Salah satu bentuk pembinaan guru yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mencapai kualitas pembelajaran adalah Lesson Study.
Lesson Study adalah ”model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
5 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesinalisme Guru, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 379.
133 Logaritma Vol. I, No.02 Juli 2013
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar”6 Komunitas Belajar dalam lingkungan sekolah dilakukan sebagai konsep penting dalam pengembangan budaya dan kualitas sekolah. Dalam implementasinya, ada tiga tahapan yang harus dilakukan, yaitu plan
(merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksikan).7
Model Lesson Study merupakan proses pembinaan profesi guru secara berkelanjutan melalui kegiatan praktik melaksanakan tugas. Dengan melaksanakan model ini, guru memiliki peluang memperbaiki proses pelaksanaan tugas melalui pengujian dengan mempraktekkannya. Perbaikan profesi dilakukan dengan cara bekerja sama dengan teman sejawat tanpa meninggalkan tugas mengajar. Pelaksanaan lessons study meningkatkan peluang berkolaborasi dalam memfasilitasi guru-guru untuk mengembangkan profesionalisme agar menjadi insan pembelajar. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan menghasilkan siswa yang berkualitas tinggi.
BAB II PEMBAHASAN
A.Hakikat Model Lesson Study
Pelaksanaan lesson study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang pada tahun 1990-an oleh Makoto Yoshida. Dia adalah
6
Hendayana, S., dkk. Lesson Study : Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMSTEP-JICA). (Bandung : UPI Press, 2006), hlm. 10
seorang guru mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar Jepang ( Japanese Elementary School Matemathic) dan bekerja sama dengan Catherine Lewis seorang ilmuwan senior di Universitas Mills California yang mengembangkan Lesson study di Amerika.8
Lesson study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang, yaitu jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata yang berarti lesson atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau pengkajian. Dengan demikian, lesson study merupakan study atau pengkajian terhadap pembelajaran.9
Lesson study adalah salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil refleksi kegiatan pembelajarannya.10 Menurut Baba yang dikutip dalam Mahmudi, lesson study merupakan proses yang dilakukan guru yang secara progressif berusaha meningkatkan motode pembelajaran mereka dengan cara berkerjasama dengan guru lain.11 Dari definisi-definisi di atas, lesson study dapat diartikan sebagai kegiatan yang kolaboratif yang dilakukan sekelompok guru dalam mengembangkan diri menuju arah profesionalisme dan dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri..
Karakteristik dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga agar siswa selalu menjadi inti dari kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study
memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat membantu mengurangi isolasi di antara sesama dosen dan mengembangkan pemahaman bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses pembelajaran dan proses belajar di kelas secara keseluruhan.
Model lesson study banyak mendapat perhatian oleh kalangan guru dan praktisi pendidikan karena memiliki nilai strategis dalam mengembangkan profesionalisme guru. Menurut Cerbin & Kopp (dalam Sudrajat), Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu:
1. Memperoleh pengalaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar.
8 http://www.pelitakarawang.com/2011/01/sejarah-singkat-lesson-study.html
9
Rusman, Op. Cit., hlm. 387 10
Ibid. hlm. 383
11Mahmudi, Ali, “
Mengembangkan Kompetensi Guru melalui Lesson Study”, Forum
135 Logaritma Vol. I, No.02 Juli 2013
2. Memperoleh hasil-hasil tertentu yang dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta lesson study
3. Meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inquiri kolaboratif
4. Membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba dari guru lainnya.12
Untuk dapat memulai kegiatan lesson study maka di perlukan perubahan dari dalam diri guru sehingga memiliki sikap sebagai berikut:
a. Semangat introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan selama ini terhadap proses pembelajaran. Pertanyaan seperti apakah saya sudah melakukan tugas medidik dengan baik? Apakah saya sudah melakukan tugas seoptimal mungkin? Serangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan jujur, jawaban tersebut tentu akan medorong pada proses pencarian cara untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan atas jawaban tersebut.
b. Keberanian membuka diri untuk dapat menerima saran dari orang lain untuk peningkatan kualitas diri.
c. Keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri.
d. Keberanian mengakui dan memakai ide orang lain yang baik.
e. Keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan13
Lesson study merupakan suatu kegiatan dalam proses pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan dan refleksi (reflection), yang ketiganya dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
Gambar 1. Skema Kegiatan Lesson Study14
12 Sudrajat, Ahmad, Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran”
onlinehttp://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/22/ diakses tanggal 08 Maret 2013
13 Joharmawan, Ridwan. Bagaimana Lesson Study. (Malang. FMIPA Universitas Negeri Malang, 2006)
14
Saito, E., Imansyah, H. dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia: Studi Kasus dari IMSTEP. Jurnal Pendidikan “Mimbar Pendidikan”, No.3. Th. XXIV:
PLAN (Perencanaa n) ( DO (Pelaksanaa n) SEE (Refleksi)
1. Perencanaan (Plan)
Tahap perencanaan bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam setiap pembelajaran. Dalam perencanaan, guru berkolaboratif untuk membagi ide dalam menyusun rancangan perangkat pembelajaran, yaitu RPP, LKS, media pembelajaran, instrumen asesmen, denah tempat duduk peserta didik, dll untuk menghasilkan cara-cara pengorganisasian bahan ajar, proses pembelajaran, maupun mempersiapkan alat bantu pembelajaran.
Untuk tahap ini, dilakukan tidak satu kali pertemuan, tetapi dua atau tiga kali pertemuan agar persiapan dan perangkat pembelajaran yang dibuat secara berkolaborasi sesama guru lebih matang. Perangkat pembelajaran yang sudah disiapkan perlu diujicobakan sebelum lesson study dilaksanakan, yaitu untuk mengetahui ketepatan RPP yang dibuat, pemanfaatan local materials, daily life hands-on mind-on activity, pengerjaan LKS dan sebagainya.
2. Pelaksanaan (Do)
Tahap pelaksanaan bertujuan untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut, salah satu guru berperan sebagai pelaksana dan guru-guru yang lain dari sekolah yang bersangkutan atau dari sekolah lain, kepala sekolah, pengawas bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran. Fokus pengamatan bukan pada penampilan guru yang mengajar, tetapi lebih diarahkan pada kegiatan belajar siswa dengan berpedoman pada prosedur dan insturumen yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Pengamat tidak diperkenankan mengganggu proses pembelajaran.
3. Refleksi (See)
Tujuan refleksi adalah untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan dari proses pembelajaran. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari pembelajar dan selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang kembali pembelajaran yang lebih baik.
Menurut Lewis yang dikutip dalam Ibrahim, ide yang terkandung di dalam lesson study singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan pembelajarannya, salah satu cara yang paling tepat adalah dengan berkolaborasi dengan guru lain untuk merancang, mengamati dan merefleksi pembelajaran yang dilakukan.15 Jadi jelaslah bahwa lesson study adalah suatu model untuk mengembangkan profesionalisme guru melalui pengkajian
15 Ibrahim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG, (Malang: Univ. Negeri Malang, 2010), hlm. 9
137 Logaritma Vol. I, No.02 Juli 2013
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan dalam suatu komunitas belajar.
B.Komunitas Belajar
Komunitas belajar (Learning Community) merupakan suatu konsep tentang terciptanya masyarakat belajar di sekolah, yakni proses belajar membelajarkan antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan bahkan antara masyarakat sekolah dengan masyarakat di luar sekolah. Anggota komunitas belajar akan selalu “haus” untuk belajar meningkatkan kualitas diri.16
Secara sederhana, komunitas belajar dapat diartikan sebagai kelompok orang yang belajar sesuatu dengan intensif secara bersama‐sama dan terus menerus. Komunitas belajar ini lazimnya mempunyai tujuan dan target‐target tertentu. Komunitas belajar bagi guru matematika adalah kumpulan sejumlah guru matematika yang dengan intensif belajar sesuatu, misalnya Strategi Belajar Mengajar Matematika, Media Pembelajaran Matematika Interaktif, Pendekatan Pembelajaran Matematika, dan sebagainya, secara bersama‐sama.17
Ada 5 (lima) elemen dasar bagi terwujudnya komunitas belajar, yaitu :
1. Berbagi nilai dan norma mengajar.
Saling berbagi pengetahuan diantara para guru, khususnya dalam pengalaman mengajar, akan menciptakan norma kebersamaan, dan akan menghindari konflik internal yang negatif dan destruktif, sehingga tidak menghambat sekolah dalam mengemban visi dan misinya. Hal ini akan mampu menciptakan profesionalitas guru yang memiliki norma dan nilai sehingga mewarnai kegiatannya di ruang belajar.
2. Pusat perhatian guru secara kolektif terhadap belajar siswa
Pusat perhatian guru secara kolektif terhadap belajar siswa harus diperhatikan untuk kebutuhan pengembangan cara belajar siswa, agar guru memiliki kepedulian yang tinggi terhadap hasil akademis belajar siswa
3. Kolaborasi mengajar
Guru harus berkolaborasi dengan guru lain dan terlibat secara penuh serta aktif dalam setiap pertemuan dan melaksanakan diskusi yang membahas tentang kontribusi guru dalam meningkatkan sikap belajar siswa dan peningkatan kualitas sekolah.
Upaya ini akan dapat dilakukan bila setiap anggota komunitas memiliki sikap rela untuk dikritik dan mengritik tentang gaya mengajar masing-masing,
16
http://masmin.blogsome.com/2008/07/01/peningkatan-profesionalisme-guru-melalui-lesson-study/
17
Djamilah Bondan Wdjajanti, Membangun Komunitas Belajar Bagi Guru Matematika. Makalah, direpresentasikan dalam seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, tanggal 24 Nopember 2006.
termasuk kolaborasi dalam penyiapan material dan teknis mengajar serta menyusun instrument evaluasi.
4. Deprivatisasi praktis mengajar
Dalam proses saling memberi kontribusi dan kritik dalam mengajar, guru tidak akan merasa bahwa metoda dan strategi mengajarnya dianggap paling benar. Guru memiliki keleluasaan untuk sesegera mungkin memperoleh masukan melalui proses observasi teman sejawat. Tidak seperti dalam penilaian formal oleh kepala sekolah atau pengawas dalam supervisi pendidikan. Guru akan lebih banyak berdiskusi untuk saling member masukan secara intensifmengenai gaya mengajar yang tepat sehingga rasa percaya diri dan saling menghormati diantarapara guru akan terjadi sehingga menciptakan lingkungan pembelajaran yang positif.
5. Dialog reflektif Pasca Pembelajaran
Dalam dialog reflektif, guru akan mudah untuk menyadari kekurangan dan kesalahannya dalam mengajar. Dalam dialog ini juga akan saling mempertanyakanasumsi dasar yang mereka miliki tentang mengajar. Selain itu, dalam dialog reflektif ini anggota komunitas akan saling membangun komitmen serta memberi kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran.18
Komunitas Belajar akan terbangun manakala didukung budaya sekolah yang diciptakan oleh stake holder (pihak sekolah dan masyarakat). Upaya ini juga harus melekat dalam struktur dasar manajemen sekolah. Partisipasi masyarakat secara nyata dalam manajemen sekolah juga menunjang terbangunnya komunitas ini.
C.Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan peningkatan dan perubahan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik kearah yang lebih baik lagi. Keberhasilan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan dari sebuah pembelajaran yang tidak lepas dari peran aktif guru dan siswa itu sendiri dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Beberapa ahli yang mengemukakan pandangan yang berbeda tentang belajar, yaitu :
a. Belajar menurut pandangan Skinner
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
b. Belajar menurut Gagne
18Usep Supriatna,
139 Logaritma Vol. I, No.02 Juli 2013
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.
c. Belajar menurut Piaget
Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.19
Dari beberapa pengertian belajar menurut para ahli diatas, maka tujuan belajar pada prinsipnya sama, perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha mencapainya.. Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan, maka dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Untuk mencapai perubahan tersebut, diharapkan adanya faktor internal dan faktor eksternal yang mendukung pada diri siswa.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan kemampuan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan.
Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari 4 langkah, yaitu : 1. Menentukan topik yang dapat dihindari oleh anak sendiri.
2. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut. 3. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan
pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.
4. Menilai pelaksanaan setiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan revisi.20
D. Lesson Study Untuk Pengembangan Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Kunandar mengemukakan bahwa “Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian sesseorang”. 21 Sementara itu Danim mendefinisikan bahwa, profesionalisme
19 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 9-14 20Ibid., hlm. 15
21
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, , Cetakan Ke-1, 2007), hlm 46.
adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu.22
Profesi guru merupakan salah satu profesi yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa. Hal ini tidak lain karena posisi pendidikan yang sangat penting dalam konteks kehidupan bangsa. Guru merupakan unsur dominan dalam suatu proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas guru dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi guru menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas guru akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun hasilnya.
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas mulia tersebut menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional.
Sardiman menyatakan bahwa krakteristik guru yang profesional terdiri dari : (1) capable, artinya guru memiliki tingkat pengetahuan, keahlian, untuk meningkatkan mutu pendidikan serta berkemampuan untuk mengubahnya menjadi sesuatu yang menguntungkan baik guru itu sendiri maupun anak didiknya, (2)
inovator, artinya guru selalu berusaha untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam menemukan solusi kesulitan siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga dapat dipetakannya kesulitan dalam pembelajarannya, dan (3) developer, artinya bahwa guru yang profesional senantiasa berusaha untuk mengembangkan dirinya sendiri dan juga mengembangkan berbagai model pembelajaran sehingga mampu untuk meningkatkan motivasi siswa.23
Salah satu kegiatan yang diyakini dapat mengembangkan profesionalisme guru adalah lesson study. Melalui serangkaian kegiatan lesson study, akan terjadi proses belajar antar sesama guru dalam suatu komunitas belajar, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan sekaligus dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
22
Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti kualitatif (Bandung : Pustaka Setia, 2002), hlm. 23 23 A.M. Sardiman. Interaksi dan motivasi belajar menggajar. (Jakarta: Rajawali Press. 2001), hlm. 42
141 Logaritma Vol. I, No.02 Juli 2013
Lesson study dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan dengan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.
Menurut Lewis yang dikutip dalam Rudi Hariono bahwa, lesson study
dipilih dan dimplementasikan karena beberapa alasan, yaitu : Pertama, lesson study
merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena (1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu lesson study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) lesson study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran.24
Kedua, lesson study yang didisain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan lesson study para guru dapat (1) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya.25
Wang-Iverson dan Yoshida mengatakan bahwa lesson study memiliki beberapa manfaat sebagai berikut.26
1). Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya)
2). Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya.
3). Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum.
4). Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.
5). Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
24Hariono, Rudi. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Lesson Study,
http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/BAHANAJARLESSONSTUDY.pdf, diakses pada tanggal 15 Maret 2013, Jam 07.39
25
Ibid
26Wang-Iverson, Patsy and Yoshida, Makoto Building Our understanding of Lesson study. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, 2005
6). Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
Dengan lebih seringnya guru melaksanakan lesson study, akan membawa dampak yang sangat baik bagi keberlangsungan pembelajaran di kelas dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Setidaknya dampak yang diharapkan muncul ketika guru menggunakan model lesson study di kelas adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas guru dan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya berakibat pada peningkatan kualitas kelulusan siswa.
2. Guru memiliki banyak kesempatan membuat bermacam ide dalam praktik pembelajaran, sehingga dapat mengubah perspektif tentang pembelajaran, dari yang pasif menjadi aktif.
3. Guru mudah berkonsultasi dengan akrab kepada pakar dalam hal pembelajaran atau kesulitan materi pelajaran.
4. Peningkatan kolaborasi antar guru dan antara guru dan pakar pendidikan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
5. Peningkatan keterampilan dalam menulis karya tulis ilmiah.
Kesimpulan
Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dimulai dengan meningkatkan kualitas guru dalam mengajar dan berprilaku profesional. Kecakapan seorang guru untuk menggugah minat dan motivasi siswa dalam belajar adalah suatu prestasi tersendiri yang menunjukkan tingkat keprofesionalan guru yang bersangkutan. Salah satu bentuk pembinaan guru yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mencapai kualitas pembelajaran adalah Lesson Study.
Lesson Study adalah model pembinaan profesi guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Komunitas Belajar dalam lingkungan sekolah dilakukan sebagai konsep penting dalam pengembangan budaya dan kualitas sekolah. Dalam implementasinya, ada tiga tahapan yang harus dilakukan, yaitu plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see
(merefleksikan).
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sardiman. Interaksi dan motivasi belajar menggajar. (Jakarta: Rajawali Press. 2001)
143 Logaritma Vol. I, No.02 Juli 2013
Depdiknas, Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang, (Jakarta : Depdiknas, 2006)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Hariono, Rudi. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Lesson Study,
http://bdksurabaya.kemenag.go.id/file/dokumen/BAHANAJARLESSONSTU DY.pdf,
Hendayana, S., dkk. Lesson Study : Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidikan (Pengalaman IMSTEP-JICA). (Bandung : UPI Press, 2006)
Ibrahim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG, (Malang: Univ. Negeri Malang, 2010)
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, , Cetakan Ke-1, 2007)
Mahmudi, Ali, “Mengembangkan Kompetensi Guru melalui Lesson Study”, Forum
Kependidikan FKIP UNSRI, Vol. 28, No. 2, 2009
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesinalisme Guru, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2011)
Sanusi, A. (1999). Mari Bergabung Bersama Kami dalam Kajian Paradigma. (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara, 1999)
Sonhadji, A. Pembaharuan Sistem Manajemen Lembaga Pendidikan. (Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2006).
Usep Supriatna, siana.com/2012/11edukasi.kompa/13/lesson-study-membangun-komunitas-belajar-508024.html
Wang-Iverson, Patsy and Yoshida, Makoto Building Our understanding of Lesson study. Philadelphia, PA: Research for Better Schools, 2005
Wdjajanti, Bondan Djamilah. Membangun Komunitas Belajar Bagi Guru Matematika. Makalah, direpresentasikan dalam seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, tanggal 24 Nopember 2006