164 Prosiding Seminar Nasional "Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana" Pekanbaru, 28 Mei 2016
KOMPARASI PENGGUNAAN BIOFILTER MEDIA PLASTIK BEKAS DAN SAND-FITO FILTER DAN GABUNGANNYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS AIR
LIMBAH PABRIK KARET M. Hasbi1,2 dan Budijono1,2
1
Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Lingkungan Universitas Riau 2
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
Email: bjonoeno@gmail.com ABSTRAK
Limbah cair pabrik karet mengandung polutan organik yang tinggi sehingga berpotensi menyebabkan penurunan kualitas air sungai. Peningkatan kualitas efluen air limbah pabrik karet perlu diupayakan terus guna menjamin kualitas air sungai tetap sesuai dengan peruntukannnya. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan mengujicobakan 2 rangkaian unit alat biofilter bermedia plastik bekas proses anaaerob-aerob dan fito-sand filter untuk mengolah air limbah karet dengan respon parameter utama yaitu BOD, COD, TSS dan
NH3 selama 2 bulan. Hasil komparasi penelitian yang diperoleh adalah (1) penggunaan
biofilter media plastik bekas proses anaerob-aerob terjadi penurunan BOD 87.8%, COD
84.4%, TSS 89.9% dan NH3 85.1%; (2) penggunaan sand-fito filter terjadi penurunan BOD
98.7%, COD 84.4%, TSS 95.4% dan NH3 92.8%; dan (3) gabungan biofilter dan sand-fito
filter terjadi penurunan BOD 98%, COD 98%, TSS 94.8% dan NH3 70%. Disimpulkan bahwa
penggunaan unit alat tersebut mampu meningkatkan kualitas air limbah karet sesuai baku
mutu dan tidak bersifat toksik bagi ikan (Cyprinus carpio, Pangasius hipopthalmus,
Oreochromis niloticus,) di atas 85%.
Kata kunci: air limbah karet, biofilter, sand-fito filter
ABSTRACT
Waste water of rubber factory contains high organic pollutant that potentially decrease river water quality. Improving the quality of wasre water effluent rubber factory need to be sought to guarantee the quality river water and its functions. The research used experimental method by using two series of units of the former plastic as anaerobic-aerobic process and fito-sand filter to process rubber waste water with main parameter results as BOD, COD, TSS and NH3
for month. The study comparison result obtained were (1) decreasing of BOD 87.8%, COD 84.4%, TSS 89.9% and NH3 85.1% by using biofilter former plastic media; (2) BOD 98.7%, COD 84.4%, TSS 95.4% and NH3 92.8% by sand-fito filter; and (3) BOD 98%, COD 98%, TSS 94.8% and NH3 70% by combining biofilter and sand-fito filter. It can be concluded that the use combining biofilter and sand-fito filter are able to increase standart rubber waste water quality and it is not toxic for fish.
Keywords: waste water, rubber, biofilter, sand-fito filter PENDAHULUAN
Karet sebagai salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia dan termasuk
penyumbang bahan baku karet dunia dari tanaman Havea braziliensis.Umumnya produk
olahan karet dijadikan karet remah atau kompon (crumb rubber). Dalam proses produksinya,
dihasilkan air limbah dengan karakteristik sekitar 358 m3/hari, 750 m/detik, TSS 86.3 mg/1,
165 Prosiding Seminar Nasional "Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana" Pekanbaru, 28 Mei 2016
2014). Rasio BOD/COD dan jenis limbah crumb rubber yang biodegradable, maka dilakukan
pengolahan secara biologis dengan sistem biofilter dan fitoremediasi yang telah banyak dilakukan. Tulisan mengulas pengujian biofilter proses anaerob-aerob dengan memanfaatkan
media plastik seperti botol plastik bekas dan straw bekas yang dianggap limbah, kemudian
dimanfaatkan lagi untuk penanganan air limbah sebagai media biofilter dan sand-fito filter dalam konsep fitoremediasi serta kombinasinya untuk lebih memberikan gambaran alternatif penanganan air limbah karet.
METODE
Lokasi penelitian di pabrik karetdengan metode eksperimen dengan air limbah
berasal dari seluruh aktivitas produksi crumb rubber.Pengujian pengolahan air limbah karet
terdiri dari:
(1) Kombinasi biofilter media botol plastik + eceng gondok (BMP+EG)
Wadah reaktor biofilter berupa drum plastik 120 liter sebanyak 6 unit, dimana 3drum plastik berisikan botol plastik bekas disusun bertingkat setinggi 50 cm.Sisanya tidak berisikan media botol plastik (kontrol).Tiap perlakuan dilanjutkan ke unit biofilter media eceng gondok (E. crassipes) dan tanpa media dengan skema pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Pengujian Kombinasi BMP+EG
Tahapan penelitian meliputi : (1) persiapan alat dan media serta pembuatan reaktor, dilengkapi pompa celup dan sistem perpipaannya; (2) pengambilan dan pengisian air limbah ke dalam reaktor; (3) pengkondisian media selama 30 hari; dan (4) aklimatisasi ikan ujiselama 1 minggu di lokasi penelitian dengan pemberian pelet 3 kali/hari dan diaerasi; (5) pengamatan dilakukan setelah biofilter dioperasionalkan 30 hari dengan 0.5 L/menit, kemudian sampel air diambil 3 kali setiap 15 hari sesuai titik pengambilan sampel; dan (6) uji kelulushidupan ikandalam air limbah karet yang telah diolah.
(2) Pengujian Sand-Fito Filter (SFF)
Wadah fitoremediasi ini dari drum plastik volume 200 liter sebanyak 4 unit yang dibelah menjadi 2 bagian yang sama panjang dengan tinggi 55 cm dan lebar 55 cm sehingga diperoleh 8 unit bagian. Perlakuan yang diujikan adalah:P2(2 unit wadah berisikan pasir/kontrol); P3(2 unit wadah berisi pasir + genjer); P4 (2 unit wadah berisi pasir + melati air); dan P5(2 unit wadah berisi pasir + genjer + melati air). Skema pengujian pada Gambar 2.
166 Prosiding Seminar Nasional "Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana" Pekanbaru, 28 Mei 2016
Gambar 2. Skema Pengujian Sand-Fito Filter
Air limbah dipompakan dari kolam penampung kemudian masuk ke drum distribusi (1) dan dialirkan ke masing-masing perlakuan yang telah ditetapkan dengan laju alir air
sebesar 0,5 l/menit secara kontinu selama 1 bulan dengan arah aliran down flow. Hasil akhir
air limbah yang telah melalui tiap perlakuan, ditampung ke dalam akuarium ikan uji Pengambilan sampel air limbah dan ikan uji sebanyak 4 kalidengan interval 10 hari sekali.
(3) Pengujian Biofilter Media Plastik + Sand-Fito Filter
Wadah reaktor biofilter berupa drum plastik 120 liter sebanyak 6 unit, dimana 3drum plastik berisikan botol plastik bekas disusun bertingkat setinggi 50 cm.dan 3 drum plastik
berisikan media straw plastik. Tiap perlakuan dilanjutkan ke unit sand-fito filter dengan
campuran genjer + melati air dengan skema pada Gambar 3.
Gambar 2. Skema Pengujian BMBP+ SFF dan BMSP + SFF
Air limbah dipompakan dari kolam penampung kemudian masuk ke drum distribusi (1) dan dialirkan ke unit biofilter media botol plastik dilanjutkan sand-fito filter danke unit biofilter media straw plastik dilanjutkan sand-fito filter, dengan laju alir air masing-masing
sebesar 0,5 l/menit secara kontinu selama 1 bulan dengan arah aliran down flow. Hasil akhir
air limbah yang telah melalui tiap perlakuan, ditampung ke dalam akuarium ikan uji. Pengambilan sampel air limbah dan ikan uji sebanyak 3 kalidengan interval 15 hari sekali pada T1(inlet), T3 (BMBP + SFF) dan T5 (BMST + SFF).
Respon yang diamati dalam masing-masing pengujian tersebut dari parameter BOD5,
COD, TSS, NH3, pH dan suhu dan bioindikator yang digunakan adalahikan mas (Cyprinus
carpio),nila (Oreochromis niloticus) dan jambal siam (Pangasius hypopthalmus) sebanyak 10 ekor per jenis ikan selama 15 – 30 hari.Data-data tersebut dikomparasi dengan analisis secara disktiptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Biotfilter Media Botol Plastik dan Eceng Gondok
Air limbah karet awal terkandungBOD534 – 581 mg/l, COD 943 – 960 mg/l, TSS
1647 – 1472 mg/l, NH3 14 – 21 mg/l, pH 4 – 5, DO 1,35 – 1,4 mg/l dan suhu 26 – 28oC, yang
T4
T5 T1
T3 T2
167 Prosiding Seminar Nasional "Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana" Pekanbaru, 28 Mei 2016
belum memenuhi baku mutu Pengujian biofilter media botol plastik yang dilanjutkan dengan remediasi eceng gondokselama sebulan menunjukkan terjadinya penurunan nilai BOD, COD,
TSS dan NH3 (Gambar 1).
Gambar 4. Fluktuasi BOD, COD, TSS dan NH3 dalamAir Limbah Karet dengan
Kombinasi Biofilter Media Botol Plastik dan Eceng Gondok
Dari Gambar 4 terlihat bahwa pengujian biofilter media botol yang dilanjutkan reactor eceng gondok mampu meningkatkan kualitas air limbah karet berdasarkan rerata penurunan
parameter BOD585%, COD 82.3%, TSS 91.3% dan NH3 88.3% dan sudah dibawah baku
mutu. Kondisi parameter lainnya yang diperoleh adalah pH 5 – 7 dan suhu 26 – 30oC dan DO
1.4 – 1.7 mg/L, sehingga polutan yang masih tersisa tidak bersifat toksik terhadap ikan uji dengan tingkat kelulushidupan berkisar 70 – 80%.
Hasil Pengujian Sand-Fito Filter
Kualitas awal air limbah karet (crumb rubber) terdiri dari kandungan BOD 334 – 465
mg/l, COD 677 – 847 mg/l, TSS 340 – 480 mg/l, NH3 15 – 26 mg/l dan pH 5, nilai tersebut
belum memenuhi baku mutu. Efektivitas penurunan BOD5, COD, TSS dan NH3olehsand-fito
filter (SSF) terhadap air limbah karet disajikan pada Gambar 5
571 534 581 99 88 70 100 100 100 83 84 88 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 EP B OD T 1 -T 5 ( % ) B OD 5 ( mg /l ) Pengamatan
A. Biofilter Media Botol Plastik + Eceng Gondok
T1 T5 BM BOD5 EP BOD5 T1-T5 (%) 960 959 943 185 170 147 250 250 250 81 82 84 79.5 80 80.5 81 81.5 82 82.5 83 83.5 84 84.5 0 200 400 600 800 1000 1200 1 2 3 EP C OD T 1 -T 5 ( % ) C OD ( mg /l ) Pengamatan
B. Biofilter Media Botol Plastik + Eceng Gondok
T1 T5 BM COD EP COD T1-T5 (%) 1646.8 1857.3 1471.5 150 150 150 91 93 90 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 1 2 3 EP TSS (% ) TSS (mg /l ) Pengamatan
C.Biofilter Media Botol Plastik + Eceng Gondok
T1 T5 BM TSS EP TSS (%) 14.25 16.8 20.8 1.9 1.2 3.1 5 5 5 87 93 85 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 5 10 15 20 25 1 2 3 EP N H 3 T 1 -T 5 ( % ) N H 3 ( mg /l ) Pengamatan
D. Biofilter Media Botol Plastik + Eceng Gondok
T1 T5 BM NH3 EP NH3 T1-T5 (%) 89.9 93.7 89.1 90.3 92.3 96.2 95.4 95.4 93.4 97.5 96.3 96.3 93.7 98.7 98.7 98.6 84 86 88 90 92 94 96 98 100 1 2 3 4 EP BO D ( % ) Pengamatan (10 hari) EP T2 (SF) EP T3 (SFG) EP T4 (SFM) EP T5 (SFGM) 80.4 86.5 86.7 87.2 92.2 94.3 94.2 94.4 93.3 94.5 95.2 95.3 93.7 96.1 96.5 94.6 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 EP C OD ( % ) Pengamatan (10 hari) EP T2 (SF) EP T3 (SFG) EP T4 (SFM) EP T5 (SFGM)
168 Prosiding Seminar Nasional "Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana" Pekanbaru, 28 Mei 2016
Gambar 5.Fluktuasi BOD, COD, TSS dan NH3 dalamAir Limbah Karet dengan
Sand-Fito Filter
Dari gambar di atas tampak bahwa pengujian sand-fito filter memberikan hasil
penurunan BOD, COD, TSS dan NH3 serta terjadi peningkatan pH. Penurunan parameter
tersebut lebih besar oleh peranan pasir sebagai substrat tumbuhan air (Echinodorus
palaefolius dan Limnocharis flava). Rerata peran pasir terhadap penurunan BOD591%, COD
85%, TSS 90% dan NH3 86%. Peran pasir tersebut semakin meningkat dengan adanya
tumbuhan air.Efektivitas penurunan pada P3 (pasir + genjer) terhadap BOD 95%, COD 94%,
TSS 94% danNH3.Pada P4(pasir + melati air), air olahan lebih baik dari P2 dengan efektivitas
penurunan BOD 96%, COD 95%, TSS 95% danNH3 92%.Hal serupa terjadi pada P5 (pasir +
genjer + melati air), penurunan BOD 97%, COD 95%, TSS 95% dan NH3 93%.Konsentrasi
BOD5, COD, TSS dan NH3 sudah memenuhi baku mutu air limbah karet dan didukung
kondisi kisaran pH 5 – 6 dan suhu 28 – 31oC serta DO 3,7 mg/l yang dapat mendukung
kehidupan ikan dengan tingkat kelulushidupan berkisar 94-100%.
Hasil Pengujian Kombinasi Biofilter Media Plastik + Sand-Fito Filter
Kualitas awal air limbah karet (crumb rubber) terdiri dari kandungan BOD5264.2 –
287.5 mg/l, COD 397.7 – 550.6 mg/l, TSS 168 – 543 mg/l, NH318.2 - 70 mg/l, pH 6 – 6.3,
DO 2 mg/L dan suhu 28 – 29oC, nilai tersebut belum memenuhi baku mutu. Efektivitas
penurunan BOD5, COD, TSS dan NH3olehbiofilter media (botol dan straw plastik) ynag
dilanjutkan dengan SSF terhadap air limbah karet disajikan pada Gambar 6.
87.4 92.6 88.1 90.2 92 95.9 92.7 93.5 93.2 97.1 93.9 94.4 93.7 97.6 94.9 95.2 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 1 2 3 4 EP TSS (% ) Pengamatan (10 hari) EP T2 (SF) EP T3 (SFG) EP T4 (SFM) EP T5 (SFGM) 78.2 87.2 87.9 89.2 79.9 96.9 92.6 92.9 83.4 97.3 93.4 94.6 85.1 97.3 94 94.9 0 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 EP N H3 (% ) Pengamatan (10 hari) EP T2 (SF) EP T3 (SFG) EP T4 (SFM) EP T5 (SFGM) 287.5 264.2 275.9 28.7 52.9 5 150 150 150 80 90 98 0 20 40 60 80 100 120 0 50 100 150 200 250 300 350 1 2 3 EP BOD 5 (% ) B OD 5 ( mg /L) Pengamatan (2 minggu)
BIOFILTER MEDIA BOTOL PLASTIK
T1 T3 BM BOD EP BOD 287.5 264.2 275.9 8.3 17.6 4 150 150 150 97.1 93.3 94 91 92 93 94 95 96 97 98 0 50 100 150 200 250 300 350 1 2 3 EP B OD 5 ( % ) B OD 5 ( mg /L) Pengamatan (2 minggu)
BIOFILTER MEDIA STRAW PLASTIK
169 Prosiding Seminar Nasional "Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana" Pekanbaru, 28 Mei 2016
Gambar 6. Fluktuasi BOD5, COD, TSS dan NH3 dalam Air Limbah Karet dengan Biofilter Media Plastik dan Sand-Fito Filter
Dari Gambar 6 terlihat bahwa pengujian biofilter media plasti baik menggunakan
botol plastik maupun straw plastik yang dilanjutkan dengan sand-fito filter mampu
meningkatkan kualitas air limbah karet berdasarkan rerata penurunan parameter BOD5
berkisar 89.3-94.8%, COD 85.3 – 92.1%, TSS 89.4 – 92.0% dan NH374.1 – 74.7% dan
sudah dibawah baku mutu. Kondisi tersebut didukung dengan suhu 31oC, pH 6 – 6.5, dan DO
4 – 6 mg/L sehingga polutan yang masih tersisa tidak bersifat toksik terhadap ikan uji dengan tingkat kelulushidupan pada ikan mas 85 - 90%, nila 90 – 100% dan jambal siam 100% selama sebulan serta diperoleh rerata biomassa genjer dari berat awal 300 gram menjadi 883 gram dan rerata biomassa melati air dari berat awal 285 gram menjadi 945 gram setiap 15 hari.
Pada proses biofilter media plastik (botol dan straw), penurunan BOD, COD), TSS
dan NH3 disebabkan senyawa organik di dalam air limbah karet diuraikan oleh aktivitas
bakteri anaerob dan fakultatif aerob dalam bentuk tersuspensi dan melekat di permukaan
media serta di zona sekitar akar. Hal ini ditandai dari jumlah bakteri awal berkisar 4,7x104 –
4,9x104 CFU menjadi 7,9x105 – 9,4x105 CFU pada media botol plastik, sehingga penurunan
polutan semakin besar seiring bertambahnya waktu. Pada kondisi ini, sejumlah bakteri anaerob dan fakultatif secara sinergis terlibat dalam proses hidrolisis dan fermentasi senyawa
397.7 421.7 550.6 10.5 64.5 35.2 300 300 300 97.4 85 94 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 EP C OD ( % ) C OD ( mg /L) Pengamatan (2 minggu)
BIOFILTER MEDIA BOTOL PLASTIK
T1 T5 BM COD EP COD 397.7 421.7 550.6 60.8 115.6 39.8 300 300 300 85 73 98 0 20 40 60 80 100 120 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 EP C OD ( % ) C OD ( mg /L) Pengamatan (2 minggu)
BIOFILTER MEDIA STRAW PLASTIK
T1 T3 BM COD EP COD 168 543 538 22 28 32 100 100 100 87 95 94 82 84 86 88 90 92 94 96 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 EP T SS ( % ) TS S (m g/ L) Pengamatan (2 minggu)
BIOFILTER MEDIA BOTOL PLASTIK
T1 T5 BM BOD EP BOD (%) 168 543 538 34 30 28 150 150 150 79.8 94.5 94.8 70 75 80 85 90 95 100 0 100 200 300 400 500 600 1 2 3 EP TSS (% ) TSS (mg /L) Pengamatan (2 minggu)
BIOFILTER MEDIA STRAW PLASTIK
T1 T3 BM TSS EP TSS 28.9 70 18.2 9.8 7.7 5.6 10 10 10 66 89 69 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 EP NH 3 ( % ) NH 3 ( m g/ L) Pengamatan (2 minggu) BIOFILTER MEDIA BOTOL PLASTIK
T1 T5 BM NH3 EP NH3 (%) 28.9 70 18.2 7 11.2 6.8 10 10 10 75.8 84 62.6 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 EP N H 3 ( % ) N H 3 ( mg /L) Pengamatan (2 minggu)
BIOFILTER MEDIA STRAW PLASTIK
170 Prosiding Seminar Nasional "Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana" Pekanbaru, 28 Mei 2016
organik menjadi gas CH4, CO2, H2, NH3 dan H2S. Kelompok bakteri ini bekerja secara
sinergis (Archer & Kirsop, 1991; Barnes & Fitzgerald, 1987; Sahm, 1984; Sterritt & Lester, 1988; Zeikus, 1980).
Zat organik dan nutrisi yang tersisa dari proses anaerob akan diubah menjadi produk
akhir yang stabil dan disintesis menjadi sel bakteri baru Senyawa NH3 akan dioksidasi dan
diubah menjadi bentuk nitrit dan sebagian nitrit tersebut akan diubah menjadi NO3 dan
sisanya menjadi gas N2O, dimana menurut Grady & Lim (1980) dilakukan oleh bakteri
autotropik dan heterotropik. Dalam kondisi anaerob dan aerob, nitrat diubah menjadi gas N2O
pada saat bersamaan dan bersama-sama PO4 total, nitrat juga dimanfaatkan sebagai nutrien
untuk sistesis sel dan pertumbuhan bakteri dan tumbuhan air (eceng gondok, genjer dan
melati air).Konsentrasi NO3 dan PO4 menurun disebabkan aktivitas tumbuhan dalam
fitostabilisasi dan rhyzofiltrasi.Mikroba pada akar tumbuhan menyerap zat tersebut ke dalam akar tumbuhan (Mangkoedihardjo & Ganjar, 2010).
Sebagian besar TSS yang bersifat organik mengalami pemecahan oleh bakteri anaerob dan sisanya ada yang mengalami adsorpsi di media botol plastik dan sekitar zona akar tumbuhan air eceng gondok yang akhirnya mengendap secara alami atau pada genjer dan melati air.Kondisi pH tiap pengujianyang terukur masih mendukung pengembangbiakan bakteri di media botol plastik dan akar tumbuhan. Proses biologi oleh bakteri akan terhenti pada pH dibawah 6,0 (Painter, 1970; Painter and Loveless, 1983) dengan kecepatan
pertumbuhan bakteri antara 8 – 30oC dan suhu optimumnya sekitar 30oC (Hitdlebaugh and
Miler, 1981).
Sementara pada sand-fito filter, air limbah karet yang mengandung TSS bersifat organik akan menurun melalui proses filtrasi dan sedimentasi (Zurita, 2008). TSS tersebut tertahan oleh media pori pasir sehingga terjadi pemisahan air dengan kontaminan (Longsdon
et al., 2002); TSS yang masih lolos akan tertahan dan terjerap oleh jaringan akar tumbuhan
(Stowel et al.dalam Khiatuddin, 2003). Selain efek fisika, juga terjadi proses biologis oleh
adanya kinerja mikroorganisme (bakteri) yang terbawa bersama aliran limbah cair dan juga tertahan pada celah-celah butiran pasir. Jumlah bakteri yang tertahan dan berkembang biak dapat menjadi besar sejalan bertambahnya waktu. Bakteri tersebut akan menguraikan bahan organik dan tersedianya DO yang relatif cukup untuk berlangsungnya proses metabolisme yang terjadi di pori pasir dan sekitar bulu akar. Naiknya DO berasal dari hasil fotosintesis tumbuhan di siang hari dimana sebagian dari oksigen yang dihasilkan terlarut dalam limbah cair (Mangkoediharjo, 2006).
Senyawa NH3 berkurang disebabkan berlangsungnya proses nitrifikasi karena DO
cukup memenuhi syarat, jika DO minimum > 1 mg/l (Benefield, 1980) atau konsentrasi DO
tidak boleh kurang dari 2 mg/l (Bitton, 1994). Konsentrasi NO3 dan PO4 menurun disebabkan
aktivitas tumbuhan dalam fitostabilisasi dan rhyzofiltrasi.Mikroba pada akar tumbuhan menyerap zat tersebut ke dalam akar tumbuhan (Mangkoedihardjo & Ganjar, 2010). Kondisi pH dan suhuyang diperoleh pada pengujian sand-fito filter dapat mendukung kehidupan
mikroorganisme di substrat (pasir) dan akar tumbuhan. Fluktuasi suhu limbah sebesar 3oC
dipengaruhi oleh iklim setempat.
Dari uraian di atas, maka komparasi pengujian ketiga sistem menujukkan bahwa kombinasi biofilter media plastik lebih unggul berdasarkan peningakatan kualitas air limbah karet, tingkat kelulushidupan bioindikator yang lebih tinggi dan diperolehnya sejumlah biomassa genjer dan melati air. Sementara pengujian biofilter media botol plastik + eceng gondok terdapat kelemahan yaitu eceng gondok sering mengalami kematian dan harus diganti
171 Prosiding Seminar Nasional "Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana" Pekanbaru, 28 Mei 2016
sehingga peran lanjutan dalam peningkatan kualitas air lebih rendah. Sebaliknya pada pengujian sand-fito filter memberikan peningkatan kualitas air limbah karet hamper sama dengan pengujian biofilter media plastik + sand-fito filter, tetapi sangat berpotensi terjadinya penyumbatan pada pori-pori pasir.
KESIMPULAN
Simpulan komparasi pengujian system biofilter dan sand-fito filter serta kombinasi keduanya adalah kombinasi biofilter media plastik yang dilanjutkan sand-fito filter lebih baik dalam meningkatkan kualitas air limbah karet dengan tingkat kelulushidupan bioindikator lebih tinggi dibandingkan biofilter media plastik + eceng gondok atau sand-fito filter.
DAFTAR PUSTAKA
Archer, D.B., and B.H. Kirsop, 1991. The microbiology and control of anaerobic digestion,
pp. 43-91, in : Anaerobic Digestion : A Waste Treatment Technology, A. Wheatly, Ed.
Elsevier Appplied Science, London, U.K.
Barnes, D., and P.A. Fitzgerald.1987. Anaerobic wastewater treatment processes, pp.57-113,
in : Environmental Biotechnology, C,F. Forster and D.A.J. Wase, Eds. Ellis Horwood,
Chichester, U.K.
Benefield, L. D. 1980. Biological Process Design for Wastewater Treatment.Prentice-Hall, Inc. United States of America.
Bitton, G. 1994. Wastewater Microbiology, A John Wiley and Sons, Inc., New York. 478 p. Grady, C.P.L., and H. C. Lim. 1980.Biological Wastewater Treatment.Marcel Dekker Inc.,
New York.
Hitdlebaugh, J.A., and R.D. Miller. 1981. Operational Problems With Rotating Biological
Contactor. Journal Water Pollution Control Fed. 53:1283-1293.
Khiatuddin, M. 2003. Melestarikan Sumber Daya Air dengan Teknologi Rawa Buatan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Longsdon, G.S., Kohne, R., Abel, S., LaBonde, S., 2002, Slow Sand Filter for Small Water
Treatment Systems, J. Environ. Eng. Sci. 1: 339 – 348.
Mangkoedihardjo, S. 2006. Biodegradability Improvement of Industrial Wastewater Using
Hyacinth.Journal of Applied Sciences. Vol. 6: 1409-1414.
Mangkoedihardjo, S dan S. Ganjar. 2010. Fitoteknologi Terapan. Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Painter, H.A. 1970.A Review of Literature On Inorganic Nitrogen Metabolism In
Micoorganism. Water Research. 4: 393-450.
Painter, H.A., and J.E. Loveless. 1983. Effect of Temoperature and pH Value 0n The Growth
Rate Contants Of Nitrifying Bacteria in the Activated Sludge Process. Water
Research. 17: 237-248.
Sahm, H. 1984. Anaerobic wastewater treatment.Adv. Biochem. Eng. Biotechnol. 29: 84-115.
Sterritt, R.M., and J.N. Lester. 1988. Microbiology for Environmental and Public Health Engineers. E.& F.N. Spon, London.
Zeikus, J.G. 1980. Chemical and Fuel Production by Anaerobic Bacteria.Annual Rev.
Microbiology. 34 : 423-464.
Zurita. 2008. Treatment of Domestic and Production of Commercial Flowers in Vertical and Horizontal Subsurface-Flow System Constructed Wetland. Centro Auniversity de la Cienaga, Mexico.