• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang asa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional nasional.

2.2. Kota Medan Secara Geografis

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang

(2)

secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefisitan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini, kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan secara sosial - ekonomis akibat penanaman modal (investasi).

(3)

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor - impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.

2.3. Kota Medan Secara Demografis

Penduduk Kota Medan memiliki ciri majemuk yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adapt istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa

(4)

transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun

(5)

kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

2.4. Kota Medan Secara Kultural

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai–nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.

Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis. 2.5. Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi

(6)

masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

2.6. Kecamatan Medan Tuntungan

Kecamatan Medan Tuntungan, adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan berbatasan dengan:

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Selayang.

Kecamatan Medan Tuntungan pada umumnya mempunyai dua iklim musim yaitu musim kemarau dan musim hujan yang mana kedua iklim tersebut dipengaruhi oleh angin laut dan angin pegunungan. Salah satu kelurahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah Kelurahan Simpang Selayang, yang merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Medan Tuntungan rincian: 3,36 Ha

(7)

luas pemukiman, 00,4 Ha luas kuburan, 1,40 Ha luas perkarangan, 00,7 Ha luas tanam, 0,30 Perkantoran.

Kelurahan Simpang Selayang memiliki 17 lingkungan dengan batas-batas wilayah Kelurahan Simpang Selayang terdiri dari:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel. Kem. Tani

- Sebelah Timur berbatasan dengan kel. Lau Cih.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tj. Selamat.

2.7 Demografi Penduduk

Penduduk Kelurahan Simpang Selayang berjumlah 16.673 jiwa. Untuk memperjelas komposisi penduduk Kelurahan Simpang Selayang ini dapat dilihat berdasarkan agama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan etnis/suku.

2.7.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Mayoritas penduduk Kelurahan Simpang Selayang ini menganut agama Islam sekitar 56,80, penduduk menganut agama Kristen Protestan 39,78%, penduduk menganut agama Kristen Katolik 2,48%, penduduk menganut agama Hindu 0,45% dan penduduk yang menganut agama Budha 0,49%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel nomor 2.1 sebagai berikut:

(8)

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama No Agama Jumlah % 1 Islam 9.471 56,80 2 Kristen Protestan 6.631 39,78 3 Kristen Khatolik 413 2,48 4 Hindu 76 0,45 5 Budha 82 0,49 Jumlah 16.673 100

Sumber : Data yang diperoleh dari kantor Kecamatan

Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa agama Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh penduduk di Kelurahan Simpang Selayang. Setelah itu agama Kristen Protestan, Katholik dan Hindu juga terdapat di daerah ini.

2.7.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Simpang Selayang dimana perempuan memiliki persentase yang tinggi yakni sebesar 50,72% dan selebihnya 49,28% komposisi penduduk yang berjenis kelamin laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table nomor 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 8.217 49,28

(9)

Jumlah 16.673 100 Sumber : Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan

2.7.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia

Komposisi penduduk berdasarkan golongan usia dimana usia 16 – 55 tahun memiliki persentase yang tinggi yakni sebesar 59,65%, golongan usia diatas 55 tahun sebesar 23,39% dan selebihnya 16,96% lainya komposisi penduduk yang bergolongan usia 0 – 15 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut :

Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia

No Usia Laki-laki Perempuan Persenta

se

1 0 – 15 tahun 1.410 1.418 16,96

2 16 – 55 tahun 4.847 5.100 59,65

3 diatas 55 tahun 1.806 2.092 23,39

Jumlah 8.063 8.610 100 Sumber : Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan

2.7.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Simpang Selayang dimana masyarakat dengan tingkat pendidikan SLTA merupakan yang tertinggi yaitu 38,01%, sebesar 31,17% masyarakat dengan pendidikan SLTP, sebesar 15,47% masyarakat dengan pendidikan SD, dan bahkan

(10)

masih ada masyarakat yang tidak tamat SD yaitu sebesar 6,58%, hanya ada 6,15% mayarakat dengan pendidikan Diploma, 2,50% pendidikan S1, 0,09% pendidikan S2 dan 0,02% dengan pendidikan S3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ini :

Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak tamat SD 1.004 6,58 2 SD 2.358 15,47 3 SLTP 4.751 31,17 4 SLTA 5.793 38,01 5 Diploma 938 6,15 6 S1 381 2,50 7 S2 11 0,09 8 S3 2 0,02 Jumlah 15.238 100

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan

2.7.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Komposisi penduduk di Kelurahan Simpang Selayang berdasarkan jenis pekerjaan dimana masyarakat dengan jenis pekerjaan lain-lain sebanyak 29,35%, mayarakat dengan pekerjaan sebagai PNS sebagai 15,70% dan pengusaha sebesar Pengusaha % dan 13,9%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 2.5 berikut ini :

(11)

Tabel 2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persent

ase 1 Pegawai Negeri 735 15,70 2 TNI 8 0,17 3 POLRI 15 0,32 4 Pensiunan PNS/TNI/Polri 352 7,51 5 Petani 345 7,37 6 Pedagang 107 2,28 7 Buruh tani 456 9,74 8 Dosen Swasta 16 0,34 9 Supir 175 3,73 10 Pembantu rumah tangga 25 0,53 11 Pengusaha 702 14,99 12 Buruh 340 7,26 13 Montir 31 0,66 14 Dan lain-lain 1.374 29,35 Jumlah 4.681 100

(12)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan utama masyarakat di Kelurahan Simpang Selayang adalah pekerjaan lain-lain, kemudian mayarakat berkerja sebagai pekerja bangunan.

2.7.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku

Komposisi penduduk berdasarkan etnis/suku di Kelurahan Simpang Selayang adalah mayoritas etnis/suku Jawa yaitu sebesar 41,44%, kemudian etnis karo dengan jumlah 36,03% dan beberapa etnis minoritas lainnya. Berikut ini adalah tabel komposisi penduduk berdasarkan etnis/suku di Kelurahan Simpang Selayang.

Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis/Suku

No Etnis/suku Jumlah Persentas

e 1 Karo 6.008 36,03 2 Melayu 810 4,85 3 Jawa 6.910 41,44 4 Batak 1.708 10,24 5 Aceh 248 1,48 6 Nias 238 1,42 7 Tamil/India 137 0,82 8 Banjar 20 0,11 9 Banten 55 0,32 10 Minang 244 1,46

(13)

11 Tiong Hoa 75 0,44

12 Dan lain-lain 220 1,31

Jumlah 16.673 100,00

Sumber: Data yang diperoleh dari kantor Kelurahan

Masyarakat di Kelurahan Simpang Selayang sangat heterogen. Terdapat beberapa suku mayoritas dan minoritas yang menetap di desa tersebut. Ini menunjukan Kelurahan Simpang Selayang kaya akan suku budaya.

2.7.7 Organisasi Di Desa

Kelurahan Simpang Selayang ini memiliki organisasi yang cukup berjalan dengan baik. Masyarakat begitu antusias di dalam pengurusan organisasi. Adapun organisasi masyarakat misalnya, persatuan keagamaan, persatuan sosial, persatuan kelompok suku-suku, dan organisasi kepemudaan (KNPI, AMPI, FKPPI, Karang Taruna dan Ikatan Remaja Mesjid).

2.8 Profil Saksi Yehuwa

2.8.1 Sejarah Singkat Masuknya Saksi Yehuwa Di Kota Medan

Misionaris Saksi Yehuwa dari Austaralia, bernama Frank Rice, bulan juli 1931 mulai mengabarkan injil kerajaan di Batavia. Dan hasil seperti dinubuatkan dalam Yesaya pasal 60 dan 61, terwujud juga di kepulauan Indonesia, bahwa banyak orang mendengar dan menerima injil kerajaan sorgawi dari Yehuwa. Yang paling kecil dari Yesaya 60:22 telah menjadi seribu dalam bulan Mei 1964 (1.069) terdiri dari lebih 20 suku yang berasal dari lebih 30 pulau mengahsilkan puncak 4314 pemberita injil.

(14)

“yang paling kecil akan menjadi kaum yang besar, dan yang paling lemah akan menjadi bangsa yang kuat; Aku, Tuhan, akan melaksanakannya dengan segera pada waktunya.” (Yesaya 60:22).

Pada tahun 1975, 1.009 orang membaktikan diri kepada Yehuwa dengan baptisan air dan tahun berikutnya, 11.298 saksi dan peminat mengahadiri perjamuan malam. Selama 50 tahun, misionaris-misonaris dari Saksi-Saksi Yehuwa datang dari banyak negeri dan sangat membantu pekerjaan pemberitaan kerjaan Allah dan menjadikan murid. Tetapi seperti diperlihatkan sejarah, orang-orang indonesia sendiri, pria, wanita, dan kaum remaja, yang ambil bagian terbesar dalam pekerjaan baru ini.

Theodorus Ratu, dari Minahasa adalah orang Indonesia pertama yang ikut dalam dinas yang bagus ini. Selama bertahun-tahun ia bekerja dengan Charles Harris, Bill Hunter, dan saudara-saudara lain, melayani di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi Utara dan turut berlayar bersama Misionaris-misonaris Australia dengan kapal lembaga “Light Bearer” (pembawa terang) ke banyak kota di pesisir pantai. Ia juga melayani di Singapura dimana ia dibaptis tahun 1936. Sewaktu mengabar di Sibolga, ia ditangkap atas dasar memilki bacaan-bacaan terlarang.

Pada tahun 1940, Cockman mengunjungi Sumatera. Pada tanggal 26 Oktober 1953, pengawas keliling berkunjung ke Palembang untuk menemui Charles Harahap yang telah di baptis dan aktif sebelum pendudukan Jepang. Dengan bantuan dua Misionaris, sebuah sidang dibentuk disana dalam bulan Juli 1954.

(15)

Sesudah masa selang 14 tahun, tiba saatnya untuk memusatkan perhatian lagi ke medan. Untuk pertama kali nya sejak tahun 1940, seorang wakil berkunjung ke medan tanggal 14 Juli 1954. Sebuah rumah Misionaris dibuka dalam bulan April 1955, dan Malthy, Susie serta Marian Stove melayani dengan Misionaris. Menjelang kahir tahun, 15 orang mulai menghadiri perhimpunan di rumah tersebut. Keadaan akhirnya mengharuskan Misionaris-misionaris pergi dan baru di tahun 1962, sebuah sidang terbentuk di Medan dengan bantuan para perintis istimewa. Kemudian, seiring waktu berjalan semakin bertambah pula sidang-sidang Saksi Yehuwa, bahkan saat penyebaran ajaran Saksi Yehuwa dibekukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1976, sudah ada lima sidang di Medan, yakni :

1. Sidang Medan Utara 2. Sidang Medan Belawan 3. Sidang Medan Timur 4. Sidang Medan Selatan 5. Sidang Medan Barat

Kemudian, sekarang di era reformasi dan setelah pemerintah Indonesia kembali memberikan izin kepada Saksi Yehuwa untuk menyebarkan ajarannya, komunitas Saksi Yehuwa di kota Medan semakin bertambah. Sampai tahun 2007, sudah ada 25 sidang Saksi Yehuwa di kota Medan, dimana ruang lingkup tiap sidang diatur oleh keadaan alam, letak Geografis dan tidak terikat oleh batas administrasi pemerintah. Komunitas ke-25 sidang Saksi Yehuwa di kota Medan tersebut, adalah :

(16)

1. Sidang Medan Baru

2. Sidang Medan Pancur Batu 3. Sidang Medan Babura 4. Sidang Medan Deli Tua 5. Sidang Medan Sunggal 6. Sidang Medan Tuntungan 7. Sidang Medan Selayang 8. Sidang Medan Tanjung Morawa 9. Sidang Medan Cinta Damai 10. Sidang Medan Kelambir 11. Sidang Medan Sei Putih 12. Sidang Medan Helvetia 13. Sidang Medan Marelan 14. Sidang Medan Belawan 15. Sidang Medan Utara 16. Sidang Medan Durian 17. Sidang Medan Timur 18. Sidang Medan Aksara 19. Sidang Medan Mandala 20. Sidang Medan Denai 21. Sidang Medan Tembung 22. Sidang Medan Teladan 23. Sidang Medan Selatan 24. Sidang medan Polonia

(17)

25. Sidang medan Simalingkar

Dalam hal ini, sidang diartikan sebagai suatu kelompok (Eklesia) atau kelompok orang yang beribadah. Suatu sidang layak didirikan apabila sudah ada 20 orang yang menganut ajaran Saksi Yehuwa yang sudah di baptis serta telah memilki tenaga pelayanan (Penatua, Penggembala, Hamba Pelayanan). Kalau jumlahnya masih dibawah 20 orang, maka dinamakan kelompok.

Saat ini, Medan dan Sumatera Utara terbukti paling produktif di seluruh Indonesia. Sebagian besar saudara-saudara dari Sumatera Utara berasal dari Agama Protestan Batak yang menguasai daerah Tapanuli. Diluar kota Medan sendiri, sudah banyak juga sidang Saksi Yehuwa yang berdiri, seperti di Binjai, Satabat, Tanjung Pura, Pangkalan Brandan, Besitang, Kuala, Timbang Langkat, Berastagi, Kabanjahe, Tiga Binanga, Tiga Lingga, Tanjung Langkat, bahkan setiap ibukota kecamatan hampir rata-rata sudah ada sidangnya masing-masing.

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama  No  Agama  Jumlah  %  1  Islam  9.471  56,80  2  Kristen Protestan  6.631  39,78  3  Kristen Khatolik  413  2,48  4  Hindu  76  0,45  5  Budha  82  0,49            Jumlah   16.673  100
Tabel 2.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia
Tabel 2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan  No  Tingkat Pendidikan  Jumlah  Persentase
Tabel 2.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan Pemahaman Karer Siswa dengan Pemberian Layanan Informasi Karier di Kelas XI IS-4 SMA Negeri 13 Surabaya (Suatu Penelitian Tindakan Dalam Bimbingan dan

Arsyad (2012) beberapa mengemukakan kelebihan LKS, antara lain: a) Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing sehingga siswa diharapkan dapat

 Menganalisis dan  menyimpulkan  informasi/data serta  menghubungkannya   Menyajikan hasil analisis dan  simpulan tentang  promosi  

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatkan hasil belajar siswa dan keterampilan mengajar guru dengan menerapkan model pembelajaran Contextual

knowledge yang memenuhi standar perusahaan. Narasumber-1 berharap pendidikan yang ditempuh narasumber-2 bisa digunakan untuk membantu mengembangkan dan memperbaiki

Bangunan merupakan analogi ekspresi dari karakter elemen organik alam dengan segala kesan yang drtimbulkan baik wama maupun teksturnya. Bentuk akhir yang dihasilkan merupakan

Film yang berasal dari lipida sering digunakan sebagai penghambat uap air, atau bahan pelapis untuk meningkatkan kilap pada produk-produk kembang gula.Film yang terbuat dari

TOKSISITAS EKSTRAK DAUN KIPAIT (Tithonia diversifolia), DAUN SIRSAK (Annona muricata), DAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum) TERHADAP MORTALITAS LARVA ULAT GRAYAK