• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia, berbagai macam investasi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia, berbagai macam investasi yang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dengan menciptakan iklim investasi atau penanaman modal yang kondusif. Di samping itu, perlu kebijakan yang strategis sebagai wujud pemerintah dalam mewujudkan iklim investasi yang kondusif dengan mengutamakan kepentingan untuk kemakmuran rakyat. Di Indonesia, berbagai macam investasi yang ditawarkan berbagai macam dan bentuk, salah satunya adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor ini paling sering dijumpai disetiap di pasar Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah. Tidak dapat disangkal bahwa UMKM yang merupakan bagian terbesar bagi pelaku bisnis di Indonesia mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan struktur perekonomian nasional.

Menurut penelitian yang diadakan pada awal tahun 1998, diamati dampak krisis ekonomi terhadap pengusaha mikro, kecil, dan menengah di seluruh Indonesia. Dari 225.000 UMKM yang masih bertahan dalam keadaan krisis adalah sebanyak 64,1%, mampu berkembang 0,9%, mengurangi kegiatan sebanyak 31% dan sebanyak 4% terpaksa menghentikan kegiatan usahanya.1

Dari data tersebut diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar pengusaha UMKM dapat bertahan dari dampak krisis ekonomi. Bahkan UMKM mampu

1Pandji Anoraga, SE., M.M., H. Djoko Sudantoko, S.Sos., MM., Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil, 2002, PT. Rineka Cipta, hlm. 245

(2)

menunjukkan perkembangan yang terus meningkat dan mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional pasca krisis ekonomi pada tahun 1997. Hal tersebut dapat dilihat dari data BPS tahun 2003, yang menunjukkan populasi UMKM mencapai sekitar 48,39 juta unit atau 99,85% dari keseluruhan pelaku bisnis di Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari 42,33 juta usaha kecil dengan pertumbuhan 9,46% atau meningkat 3,15% per tahun selama kurun waktu 2000-2003. Disamping itu UMKM juga memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp. 1.013,5 triliun atau 56,73%.2 Faktanya, industri skala tersebut memang memiliki kelebihan dalam hal fleksibilitas produksi, penyerapan tenaga kerja dan potensinya untuk berkembang menjadi usaha yang lebih besar. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa UMKM dalam produksinya berorientasi pada pasar ekspor, tidak tergantung pada kredit bank, dan lebih dapat menghalau krisis (Tambunan, 2000). 3

Oleh karena itu, pemberdayaan UMKM perlu terus dilakukan dari segi kuliatas maupun kuantitasnya. Pemberdayaan UMKM juga telah diamanatkan oleh Undang-undang salah satunya Pasal 4 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Selanjutnya, UU UMKM), yaitu pemberdayaan UMKM yang mempunyai tujuan :

a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

2 Sri Lestari, Hs, Perkembangan dan Strategi Pengembangan Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM), 2010, http://www.docstoc.com/docs/26295888/perkembangan-dan-strategi-pengembangan-pembiayaan-usaha-mikro-kecil, diakses pada tanggal 17 Desember 2012

3 Sita Rahmi, B.S., Pendekatan Cluster sebagai Upaya Pemberdayaan UMKM, Majalah Ekonomi

(3)

c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Agar tujuan dari pemberdayaan UMKM tersebut dapat terealisasikan, perlu kebijakan pemerintah di bidang investasi untuk melindungi dan memperkuat berbagai keterbatasan mereka, salah satu bentuk kebijakan tersebut adalah dengan membuat kebijakan tarif dan insentif pada pajak yang memihak dan melindungi pengusaha mikro kecil dan menengah. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengatasi kesulitan yang dihadapi pengusaha dalam hal kewajiban mereka membayar pajak penghasilan kepada pemerintah.

Sementara itu, menurut Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya, UUD 1945) Pasal 23A disebutkan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-undang.” Pasal 20 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa kekuasaan membentuk undang berada pada DPR. Pajak diatur dengan Undang-undang yang dibentuk oleh DPR, sebagai manifestasi kehendak rakyat Indonesia, yang akan mengikat seluruh rakyat untuk melaksanakannya. Sesuai Pasal 5 ayat (2) UUD 1945, Pemerintah dalam hal ini Presiden, menetapkan peraturan pemerintah untuk melaksanakan Undang-undang sebagaimana mestinya.

Bagi setiap negara, baik yang sedang berkembang maupun negara yang maju, pajak merupakan sumber pendapatan bagi pembiayaan pembangunan, dalam hal ini pemerintah senantiasa terus mengusahakan dan memanfaatkan berbagai peluang dalam bidang pajak seoptimal mungkin. Namun, arah kebijakan perpajakan seringkali berbenturan dengan kebijakan perpajakan lain. Efisiensi

(4)

pemungutan pajak dapat menimbulkan ketidakadilan pemungutan pajak, selain itu juga mengurangi konsistensi penerapan prinsip self assesment yang telah dianut oleh Undang-undang Perpajakan sejak bergulirnya tax reform Tahun 1983. Salah satu kebijakan yang menekankan faktor efisiensi pemungutan pajak adalah pengenaan Pajak Penghasilan (Selanjutnya, PPh). Sebegitu jauh pentingnya aspek mengenai PPh, maka pemerintah suatu negara terkadang merehabilitasi, menambah bahkan mengubah suatu sistem tertentu untuk mencapai suatu usaha dalam rangka penggalian sumber dana bagi pendapatan negara tersebut.

Pemberdayaan UMKM untuk mendorong perekonomian negara disisi lain pentingnya aspek mengenai pajak penghasilan, mendorong pemerintah Indonesia untuk lebih bijak dalam menentukan kebijakan yang tidak hanya memihak pada satu kepentingan saja. Namun terkadang kebijakan pengenaan PPh oleh UMKM tersebut sedikit banyak menimbulkan kerisauan dari pihak pengusaha itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan penetapan PPh bagi UMKM membebani cash flow. Pembayaran PPh secara otomatis telah mengurangi modal kerja. Di sisi lain, kemampuan pemerintah untuk menyediakan modal yang dibutuhkan UMKM sangat terbatas.

Selain itu dalam pembayaran PPh juga dikenal dengan prepaid tax yaitu berkaitan dengan pembayaran pajak yang dibayar di muka. Adanya keharusan membayar prepaid tax, pada akhir tahun pajak cenderung mengakibatkan Wajib Pajak (selanjutnya: WP) mengalami lebih bayar. Meski ada mekanisme yang memungkinkan WP untuk menuntut pengembalian atas kelebihan pembayaran pajaknya, pada kenyataannya proses ini tidak sederhana (sulit) dan membutuhkan

(5)

pengorbanan besar bagi WP. Akibatnya sebagian WP memilih untuk “merelakan” jumlah kelebihan pembayaran pajak tersebut. 4

Sesuai dengan asas dalam Pasal 3 Ayat (1) huruf f Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Selanjutnya, UUPM) bahwa dalam penanaman modal diselenggarakan dengan asas efisiensi berkeadilan, yang berarti asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.5Untuk mewujudkan iklim usaha tersebut, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh, menyeluruh, kreatif, dan konsisten dari pemerintah dan rakyat Indonesia. Langkah-langkah yang sudah dan sedang ditempuh dalam upaya menciptakan iklim investasiyang favorable tersebut salah satunya adalah diperlukan skema penerapan tarif dan insentif yang tepat.6Pemerintah tentunya harus dapat mengakomodir kebijakan pengenaan tarif dan insentif pajak yang berkaitan dengan peningkatan perkembangan ekonomi.

MelaluiUndang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (Selanjutnya, UUPPh) diatur mengenai pengenaan tarif PPh dan insentif bagi WP Orang Pribadi, WP Badan Pribadi dan Badan Usaha Tetap (Selanjutnya, BUT), diharapkan mampu untuk lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan penanaman modal di Indonesia baik penanaman modal asing

4 Budi S. Purnomo, SE, MM, MS., Kebijakan Perpajakan yang Berpihak kepada Usaha Kecil dan

Menengah di Indonesia, 2006, http://file.upi.edu/Direktori/.../Mklah_Pjk_UKM.pdf, diakses oada tanggal 26 Desember 2012

5 Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf f Undang-undang Nomor 27 Tahun 2005 tentang Penanaman

Modal

6 Dr. Ida Bagus Rahmadi Supanca, S.H., M.H., Kerangka Hukum & Kebijakan Investasi Langsung

(6)

maupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas.7

Dalam peningkatan penanaman modal daerah, perkembangan sektor UMKM di Kabupaten Bantul dalam hal ini perlu mendapat perhatian. Hal tersebut dikarenakan sektor penanaman modal yang berkembang di Kabupaten Bantul adalah sektor UMKM. UMKM di Kabupaten Bantul juga sedikit banyak menyumbang pendapatan negara lewat pembayaran pajak pada KPP setempat. Dari data yang diperoleh, UMKM di Tahun 2010 berjumlah 18.119 unit usaha, kemudian pada tahun 2011 bertambah menjadi 18.158 unit usaha.8Kemudian menyusul dengan bertambahnya jumlah WP Orang Pribadi dan WP Badan pada tahun 2010-2011. WP Orang Pribadi bertambah dari 68.809 pada tahun 2010, kemudian bertambah menjadi 76.249. Kemudian untuk WP Badan dalam negeri dari 3.365 pada tahun 2010, bertambah menjadi 4.238 pada tahun 2011.9 Walaupun tidak dapat disimpulkan bertambahnya WP Baru tersebut adalah dari pengusaha UMKM, namun sedikit banyak UMKM juga menyumbang bertambahnya jumlah WP Baru, mengingat bertambah pula jumlah unit usaha UMKM di Kabupaten Bantul.

Maka dari itu, untuk mendukung berkembangnya penanaman modal pada sektor UMKM di Kabupaten Bantul, maka penerapan tarif dan insentif PPh pun harus tepat dalam penerapannya, agar dapat sesuai dengan asas efisiensi berkeadilan dalam penanaman modal.

7 Penjelasan Umum UUPPh

8 Data Disperindakop Kabupaten Bantul, 2012 9 Data Profil KPP Pratama Bantul, 2012

(7)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Kebijakan Tarif dan Insentif Pajak Penghasilan pada Sektor UMKM Berdasarkan Asas Efisiensi Berkeadilan dalam Penanaman Modal (Studi Kasus: UMKM di Kabupaten Bantul Tahun 2010-2011).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi kebijakan tarif dan insentif Pajak penghasilan pada sektor UMKM pada kurun waktu 2010-2011?

2. Apakah kebijakan tarif dan insentif pada sektor UMKM telah sesuai dengan asas efisiensi berkeadilan dalam penanaman modal?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif

1.1. Mengetahui dan mendapatkan gambaran mengenai tarif pengenaan PPh beserta insentifnya bagi kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Bantul.

1.2. Mengetahui sesuai tidaknya pengaturan tarif dan insentif pajak penghasilan terhadap kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah di Kabupaten Bantul dalam sistem Hukum Bisnis.

1.3. Mengetahui sesuai tidaknya kebijakan tarif dan insentif PPh bagi kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah dengan asas efisiensi

(8)

berkeadilan dalam Undang-undang Penanaman Modal di Indonesia.

2. Tujuan Subjektif

Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penyusunan tugas akhir penulisan hukum, guna memenuhi salah satu syarat kelengkapan untuk memperoleh gelar Magister Hukum Universitas Gadjah Mada.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk kepentingan akademis maupun kepentingan praktis, yaitu:

1. Manfaat Akademis

Diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum pajak yang berkaitan dengan pajak penghasilan pada khususnya, terutama yang berkaitan dengan tarif dan insentif pajak penghasilan yang dikenakan pada kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya, juga dapat menjadi bahan referensi bagi pemerintah untuk melaksanakan fungsi pemerintahan, atau dalam hal ini untuk merumuskan kembali pengenaan tarif dan insentif PPh bagi kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah.

(9)

E. Keaslian Penelitian

Penulis telah melakukan penelusuran kepustakaan dan dapat dikemukakan bahwa ada beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini, antara lain:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Hendri Yuvendius (2008) dengan judul Pungutan Pajak Penghasilan terhadap Usaha Kecil Menengah dalam Sistem Hukum Bisnis di Kota Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis mengangkat isu permasalahan hukum empiris dan normatif. Permasalahan hukum empiris mengangkat isu mengenai pelaksanaan pungutan pajak penghasilan terhadap usaha kecil menengah di Kota Yogyakarta. Kemudian permasalahan hukum normatif yaitu mengenai pengaturan kebijakan tarif pajak penghasilan usaha kecil menengah apakah telah sesuai dengan sistem hukum bisnis dan asas kepastian hukum.

b. Penelitian yang berjudul Kebijakan Insentif Pajak Penghasilan bagi UMKM di DIY: Realisasi dan Relevansinya dengan Prinsip Kesamaan dalam Perpajakan oleh Dahliana Hasan, S.H., M.Tax., dan Adrianto Dwi Nugroho, S.H., Adv LLM. Permasalahan dalam penelitian tersebut adalah relevansi kebijakan insentif PPh terhadap UMKM dengan prinsip kesamaan dalam perpajakan, realisasi kebijakan insentif PPh terhadap UMKM di DIY untuk kurun waktu tahun 2009.

Berdasarkan penelitian judul maupun perumusan masalah dari berbagai penelitian hukum tersebut diketahui berbeda rumusan masalah yang diajukan oleh penulis. Selain itu lokasi penelitian yang berbeda tentunya akan mempunyai

(10)

spesifikasi tersendiri, sehingga meski mempunyai keterkaitan dengan tesis dan penelitian di atas tetapi secara prinsipil mempunyai perbedaan yang mendasar. Sehingga penulis berpendapat bahwa penelitian yang dilakukan adalah asli dalam arti masalah tersebut belum pernah diteliti oleh peneliti lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Budaya Pandalungan Dalam

Meskipun masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan Best Practice ini, penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Salatiga, November 2015

Tahapan yang dilakukan dalam praproses di antaranya pengolahan data dengan fitur nominal menggunakan nominal distance seperti bentuk ujung daun, permukaan daun, bentuk

Morfologi daun bagian tingkat tengah di lokasi dekat pos polisi permukaan bagian bawah daun, permukaan mulut stomata tidak banyak lekukan, sel penjaga strukturnya

Untuk menentukan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan adsorpsi toluena pada arang aktif tempurung kemiri, disiapkan 8 buah alat eksperimen

Oleh karena itu, dalam menjembatani hal tersebut kepala sekolah, guru atau waka humas TK Annur membuat buku laporan harian., buku laporan harian tersebut berisi

* Kursus Minor Sains Komputer yang dibuka untuk pelajar Pusat Pengajian lain # Kursus Minor Teknologi Maklumat yang dibuka untuk pelajar Pusat Pengajian lain @ Kursus Minor

Analisis prosedur yang sedang berjalan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sedang berjalan pada Klinik Yaska Medika, dimana kita melakukan analisis terhadap