• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V-B SD NEGERI NOMOR SAMPALI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V-B SD NEGERI NOMOR SAMPALI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

145 MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V-B SD NEGERI NOMOR 101774 SAMPALI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

DAITIN TARIGAN* DAN SUHARNINGSIH** *Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ** Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

Email : daitin.tarigan@yahoo.co.id ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan berbicara V-B SD Negeri No. 101774 Sampali Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan analisis data hasil penelitian pada saat sebelum diberikan tindakan diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 38,33 dan hanya 6 orang siswa yang tuntas (18,75%) dari 32 orang siswa yang mampu berbicara. Setelah diberikan tindakan pada siklus I dengan menggunkan model Pembelajaran Koopertif Tipe STAD diperoleh nilai rata-rata siswa sebsar 63,01 dan sebanyak 13 (40,63%) orang mengalami peningkatan keterampilan berbicara dengan berbahasa yang santun, sedangkan 19 (59,38%) orang lainnya belum berhasil. Setelah diberikan. Pada siklus kedua yang merupakan perbaikan pembelajaran yang diberikan pada siklus pertama. Diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,34 dengan rincian 28 (87,50%) sudah memperoleh nilai ≥ 68, hal ini menunjukkan bahwa 28 orang tersebut mencapai nilai KKM. Sedangkan lainnya hanya 4 (12,50%) orang lagi yang belum mencapai tingkat keberhasilan yaitu dibawah nilai KKM.

Kata Kunci : Kemampuan Berbicara, Model Kooperatif Tipe STAD PENDAHULUAN

Berbicara merupakan aktivitas komunikasi yang sering dilakukan orang dalam kehidupannya sehari-hari baik di lingkungan keluarga, lingkungan kerja, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat budaya di mana seseorang itu tinggal. Berbicara sangat mudah dilakukan oleh setiap orang terutama dalam keadaan santai dengan teman, atau keluarga. Walaupun aktivitas komunikasi setiap hari dilakukan, namun berbicara untuk menyampaikan ide atau gagasan bukan hal yang mudah dilakukan bagi yang belum terlatih dan terbiasa berbicara di depan khalayak ramai dan dalam keadaan resmi. Karena hal

ini membutuhkan keberanian diri dan ketahanan mental. .

Keterampilan berbicara yang dimiliki siswa akan membentuk dirinya menjadi generasi penerus bangsa yang kreatif, mampu berbicara dengan tuturan yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah difahami. Tanggap dan kritis terhadap masalah-masalah yang dihadapi, mampu mengajukan beberapa alternatif dalam memberikan tindakan yang tepat secara sistematis dalam berbagai situasi, dan menjadi manusia bagian dari peradaban moderen yang mampu menguasai ilmu dan teknologi dan sekaligus mampu mengomunikasikannya secara baik

(2)

146 Tapi kenyataannya siswa

kelas V-B semester II SD No. 101774 Sampali tahun pelajaran 2011/2012 belum memiliki kemampuan berbicara dengan kalimat yang mudah difahami orang. Rendahnya keterampilan berbicara siswa dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada semester I untuk empat aspek pembelajaran bahasa Indonesia.

Perolehan nilai ini masih memerlukan pembenahan-pembenahan ke depan terhadap komponen-komponen pembelajaran yang dituangkan dalam model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari kompetensi yang diharapkan. Salah satu komponen pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan daya keaktifan siswa dan mengembangkan kompetensi berbicara siswa adalah memilih model pembelajaran yang tepat.

Kenyataannya orientasi guru dalam pembelajaran hanya mengacu kepada tingkat kebahasaan atau materi ajar, belum sampai pada cara menggunakan keterampilan berbahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran masih menekankan pada ranah kognitif saja.

Berdasarkan hasil refleksi dan perbincangan antara peneliti dengan teman sejawat terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V-B selama ini, bahwa proses pembelajaran bahasa Indonesia kurang dirancang dan didesain

dengan model yang tepat dengan tujuan pembelajaran.

Salah satu upaya yang dianggap efektif untuk memperbaiki proses dan hasil belajar yang selama ini dilaksanakan dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa adalah melalui penerapan model pembelajaran Kooferatif learning tipe STAD (Student Team Achievement

Divisions). Penerapan model

pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran yang relevan dalam mengajar dan melatih keterampilan berbicara siswa.

Dalam pembelajaran berbicara para siswa mengambil peranannya sebagai pembicara, sementara teman yang lain menjadi pendengar yang bertugas mengoreksi bagian-bagian yang salah, mengisi bagian materi yang belum ada, serta mencari solusi dalam memecahkan masalah. Mereka berbicara dalam menyampaikan penjelasan tidak hanya belajar dan menerima materi yang disajikan dari guru, tetapi dapat belajar dari siswa lainnya dan memiliki kesempatan untuk memberikan pembelajaran melalui tugas sebagai tutor sebaya dalam kelompok.

Mengingat pentingnya peranan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari, maka pengajaran berbicara harus mendapat perhatian yang khusus. Berdasarkan uraian di atas salah satu upaya untuk melakukan tindakan memperbaiki proses pengajaran berbicara baik oleh guru, maupun oleh siswa perlu

(3)

147 diadakan penelitian tindakan kelas.

Tujuannya adalah untuk membuktikan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Maka penelitian ini diberi judul “Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V-B semester II SD Negeri 101774 Sampali Tahun Pelajaran 2011/2012 Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 101774 yang beralamat di jalan Irian Barat Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian akan dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2011/2012, penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah yaitu bulan Maret sampai dengan April 2012

Subjek penelitian adalah siswa kelas V-B yang terdiri dari 32 orang dengan komposisi 11 orang siswa laki-laki dan 22 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sebagai pelaku utama dan dibantu oleh satu orang guru kelas sebagai kolaborator yang akan menjadi observer yaitu guru kelas VI-B.

Objek dari penelitian ini adalah : 1) keterampilan berbicara siswa dengan pemilihan kata yang tepat, santun berbahasa, dan ekspresi yang tepat, 2) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, 3) aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung

a) Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini yang dilakukan adalah merencanakan tindakan yang akan dilakukan yaitu berupa skenario pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan siklus I adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2. Merencanakan pembelajaran yang

menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai dengan jadwal pelajaran

3. Menyiapkan tema belajar yang sesuai dengan kompetensi dasar untuk pemersatu kegiatan berbahasa

4. Mengembangkan silabus

5. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tahap pembelajaran kooperatif tipe STAD dan silabus

6. Menyiapkan sumber belajar dan sarana pembelajaran.

7. Menyiapkan instrumen penilaian proses, hasil belajar, dan tugas-tugas belajar siswa

8. Menyusun instrumen observasi penelitian

b) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Setelah tahap perencanaan disusun, maka tahap selanjutnya

(4)

148 adalah melaksanakan rencana

pembelajaran yang telah direncanakan RPP. Pelaksanaan tindakan tersebut yaitu :

1. Menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif dan prosedur pelaksanaannya.

2. Menjelaskan metode dan prosedur penilaian yang akan dipakai. 3. Menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD

4. Menentukan skor awal berdasarkan nilai ulangan sebelumnya

5. Mengorganisir siswa dalam kelompok kooperatif sesuai dengan tingkat prestasi akademik 6. Mengarahkan siswa belajar

7. Memberikan tes berdasarkan materi yang dipelajari

8. Memberikan penghargaan kepada kelompok super

c) Tahap Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah ditetapkan sekaligus mengetahui sejauh mana tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Peneliti juga dapat melihat kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sewaktu pembelajaran berlangsung. 1. Observasi dilakukan untuk

mengamati kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung

2. Guru dan observer menyimak dan menilai hasil identifikasi gambar serta komentar yang diberikan siswa secara individual

d) Tahap Refleksi

Tahap refleksi dilakukan dengan mempertimbangkan pedoman mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya di temukan kelebihan dan kekurangan, dimana jika ditemukan kekurangan maka akan dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.

Setelah siklus I dijalankan dan hasil yang dicapai belum sesuai dengan yang diharapkan, maka dilakukan kembali tahap-tahap diatas untuk dilakukan pada siklus II dan siklus selanjutnya sampai hasil belajar yang diharapkan tercapai. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan setelah melakukan perbaikan-perbaikan pada rencana pembelajaran dan tindakan yang akan dilakukan dengan urutan-urutan seperti yang dilaksanakan pada siklus I.

1. Mengevaluasi kegiatan tindakan yang telah dilakukan dalam pembelajaran

2. Mengaji hal yang seharusnya terjadi dan seharusnya dilakukan pada proes pembelajaran

3. Memperbaiki pelaksanaan tindakan berdasarkan hasil evaluasi, untuk menjadi dasar penyusunan perencanaan pada siklus selanjutnya.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, alat pengukur data yang digunakan adalah sebagai berikut.

(5)

149 1. Tes

Penilaian keterampilan berbicara dilakukan dengan penilaian kinerja/performance. Penilaian ini berupa penilaian terhadap kemampuan siswa dalam berbicara atau mengungkapkan pikirannya secara lisan. Untuk memperoleh data hasil belajar dari KD 6.1

2. Observasi

Observasi digunakan untuk mengetahui seberapa pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang telah disusun, seberapa proses yang telah terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan. Dengan observasi diharapkan gejala ketidakberhasilan atau kesalahan dalam rencana tindakan dapat diketahui secepatnya sehingga dapat segera diperbaiki untuk tindakan selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 101774 Sampali Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap siklus berisikan tindakan berupa pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kerja lapangan, inkuiri dan diskusi yang disesuaikan dengan materi pelajaran.

Hasil penelitian pada saat tes awal sebelum siswa diberikan tindakan diperoleh nilai rata-rata sebesar 56,49 dan terdapat hanya orang dari 32 (18,75%) siswa yang berhasil dalam berbicara dengan baik. Sedangkan 25 orang (78, 13%) lainnya belum berhasil.

Setelah diberikan tindakan pada siklus pertama diperoleh nilai rata-rata sebesar 63,01 dan terdapat sebanyak 13 (40,63%) orang dari 32 siswa mengalami peningkatan keterampilan berbicara dengan berbahasa yang santun, sedangkan 19 (59,38%) orang lainnya belum berhasil.

Dari hasil analisis sementara siklus pertama diperoleh kesimpulan sementara yaitu bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan media gambar yang berbeda pada masing-masing siswa masih kurang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa, sehingga perlu perbaikan dan pengembangan pembelajaran pada siklus kedua.

Pada siklus kedua yang merupakan perbaikan pembelajaran yang diberikan pada siklus pertama. Tindakan masih menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan media teks disertai gambar yang sama untuk seluruh siswa. Diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,34 dengan rincian 28 (87,50%) orang dari 32 siswa sudah memperoleh nilai ≥ 68, hal ini menunjukkan bahwa 28 orang tersebut mencapai nilai KKM. Sedangkan lainnya hanya 4 (12,50%) orang lagi yang belum mencapai tingkat keberhasilan yaitu dibawah nilai KKM. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan

keterampilan berbicara siswa kelas V-B SDN No. 101774 Sampali.

(6)

150 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunkan atau menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD yang disajikan melalui kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan berbicara siswa. Hal ini dapat terjadi karena dalam pembelajaran Kooperatif siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa yang berlatar belakang dan tingkat akademik yang berbeda. Siswa saling membelajarkan sesama teman atau disebuut dengan tutor sebaya.

Saran

1. Kepada guru-guru lain disarankan selalu berupaya untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas pembelaajran melalui kegiatan-kegiatan ; penambahan wawasan, keilmuan baik melalui pelatihan, seminar, membaca buku, dan bila memungkinkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tungg lagi. 2. Mengingat tujuan akhir dari

pembalajaran bahasa adalah mampu berkomunikasi baik secara lisaan atau tulisan, maka kepada guru bahasa Indonesia khususnya, dan guru kelas umumnya agar dapat memahami dan menguasai metode dan

model pembelajaran yang bervariasi agar guru dapat menyesuaikan metode dan model pembelajaran dengan materi ajar. 3. Kepada guru yang mengajarkan

pembelajaran bahasa, agar melatih keterampilan berbahasa siswa secara terintegrasi dari keempat aspek berbahasa dengan banyak berlatih, bukan banyak mengajar kebahasaan saja.

4. Kepada seluruh guru-guru agar selalu melakukan penelitian tindakan kelas gurna

meningkatkan mutu

pembelajaran dan melakukan inovasi dalam mengajar. Sehingga nantinya dapat meningkatkan profesionalisme guru dan membudayakan penelitian di lingkungan sekolah. 5. Diharapkan pihak sekolah secara

konkrit dapat meningkatkan kualitas proses belajar bagi siswa-siswanya melalui penelitian. Karena dengan malakukan penelitian segala permasalahan pembelaajran dapat dikaji, diteliti, dan dituntaskan sehingga melalui penelitian kualitas sekolah juga akan menjadi lebih baik.

RUJUKAN

Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran

Bahasa Indonesia yang

Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Arikunto, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

(7)

151 Alwasilah, & Azies Furqanul. 1996.

Pengajaran Bahasa

Komunikatif teori dan

Praktek. Bandung:

Rosdakarya.

Brown, H. Douglas, 2007. Prinsip

Pembelajaran dan

Pengajaran Bahasa

Terjemahan oleh Noor Cholis & Y. A. Pareanom. Jakarta: Pearson Education. Darisman, 2007. Ayo Belajar

Berbahasa Indonesia kelas 4 A. Bogor: Yudhistira. Budiningsih, C.Asri. 2008. Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.

Dahnizar, 2008. Meningkatkan

Keterampilan Berbicara

Pada Siswa Kelas V SDN 050778 Pulau Kampai P.

Susu Dengan Model

Pembelajaran Cooperative

Learning. PTK tidak

diterbitkan.

Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Sebagai Pegangan

Bagi Pengajar Bahasa.

Jakarta: Indeks.

Fauziah. 2010. Upaya Peningkatan kemampuan Keterampilan

Berbicara Bahasa

Inggeris Melalui

Model Pembelajaran

Cooperatif learning Pada Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam (Classroom Action

Reseach). Tesis tidak

diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Isjoni, H. 2009. Pembelajaran

Kooperatif Meningkatkan

Kecerdasan Komunikasi

Antara Peserta Didik.

Jogjakarta: Pustaka Pelajar. Kunandar. 2008. Langkah Mudah

Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan

Profesi, Jakarta: Rajawali Pres.

Lie, Anita, 2008. Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Nurchalis, & Mafrukhi. Saya Senang

Berbahasa Indonesia

(Sasebi) jilid 4, Jakarta: Erlangga.

Subiyakto, & Nababan. 1993.

Metodologi Pengajaran

Bahasa. Jakarta:

Gramedia.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian

Hasil Proses belajar

Mengajar. Bandung:

Rosdakarya.

Slavin, Robert. E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik Terjemahan oleh Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media.

Sumadi. 2010. Penilaian Hasil

Pembelajaran kemahiran

Berbahasa Indonesia

dengan pendekatan

Komunikatif. Cakrawala

Pendidikan. (online) jilid

XXIX, No. 2.

(www.sumadi.um.ac.id, diakses 20 Februari 2011) Semi, Atar. 1990. Rancangan

(8)

152 Indonesia. Bandung: Angkasa. Tarigan, H.G. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan, Bandung : Angkasa

Trianto, 2010. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif–

Progresif, Jakarta: Kencana.

Yuanita, 2010. Sukses Berbicara

dan Berkomunikasi di

Segala Situasi, Jogjakarta: Genius.

Referensi

Dokumen terkait

Assuming that the expectations theory holds, what does the market expect the yield on 2-year Treasury securities to be five years from

15 Direktorat Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah 16 Direktorat Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang 17 Direktorat Pendaftaran Hak Tanah dan Guna Ruang. 400

Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,

Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di Lingkungan Internal Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Jakarta.. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan

[r]

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, hidayah dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya,

Potensi Cairan Ionik CIS-OLEIL-IMIDAZOLINIUM Asetat Sebagai Pelarut Dalam Proses Exfoliasi Grafit Menjadi Grafena.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Untuk itu, Dewan Redaksi menyajikan pula artikel tentang penelusuran jejak penemuan fosil manusia purba di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, yang menjadi koleksi Museum