• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA

INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN KOTABARU KALIMANTAN SELATAN

THE EFFECT OF ORGANIZATIONAL CULTURE ON THE

PERFORMANCE INSTALLATION GENERAL HOSPITAL WARD

KOTABARU REGENCY SOUTH KALIMANTAN

Nooraisyah , Syahrir A. Pasinringi, Burhanuddin Bahar,

Bagian Administrasi Rumah Sakit, FKM, Universitas Hasanuddin,

Makassar

Alamat Korespondensi :

dr. Nooraisyah

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin

Makassar, 90245

HP. 081354889372

(2)

Abstrak

Budaya organisasi diketahui sebagai variabel yang mempengaruhi kinerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja instalasi rawat inap di RSUD Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, dimana indikator dari budaya organisasi terdiri atas keterlibatan, konsistensi, adaptabilitas dan misi. Kinerja instalasi rawat inap dilihat dari data hasil capaian BOR, LOS, TOI, dan BTO yang ada di RSUD Kab. Kotabaru Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang ada di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang ada di Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Analisi data menggunakan SPSS dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh keterlibatan dan konsistensi terhadap kinerja, sedangkan, adaptabilitas dan misi tidak berpengaruh terhadap kinerja.

Kata Kunci : Keterlibatan, Konsistensi dan adaptabilitas, misi dan kinerja

Abstract

Organizational culture is known as a variable that affects performance. The research aimed to investigated the influeence of the organizatioanl culuture on the performance of the in-care instalation of the local general hospital of kotabaru regency, south kalimantan province, in which the organizational culture consisted of the involvement, consistency, adaptability, and mission. The performance of the in-care instalaallation was viewed from the point of data as the achieved result of BOR, LOS, TOI, And BTO which were available in the local general hospital of kotabru regency, south kalimantan. The research was an analytical research with the cross-sectional study. The population comprised all the 57 in-service nurses in the in-care installation of the local general hospital of kotabaru regency south kalimantan province. In other words, the samples were chosen by using the total sampling technique. The data analysis used the SPSS program with the logistic regression test. The research resulth indicated that the involvement and mission had no effect on the performance, while the adaptability and mission had no effect on the performance.

(3)

PENDAHULUAN

Rumah Sakit merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang secara

operasional memiliki pelayanan yang identik dengan pelayanan jasa, namun pelayanan

jasa tersebut tidak dapat disamakan dengan pelayanan jasa ditempat lainnya, hal ini

disebabkan karena pelayanan jasa yang diberikan oleh rumah sakit adalah jasa

kesehatan yang memiliki sifat yang khusus. Disisi lain, rumah sakit sebagai pemberi

layanan jasa juga harus menerapkan fungsi sosial.

Budaya organisasi merupakan interaksi yang kompleks atas kinerja sejumlah

individu dalam sebuah organisasi (Robbins, 2006). Dikatakan juga bahwa budaya

organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi. Kontribusi dari kegiatan yang

terjadi di dalam sebuah organisasi rumah sakit sangat menentukan kualitas pelayanan

yang dihasilkannya. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan kinerja baik dari segi

manajerial maupun sumber daya manusia.

Kinerja merupakan hasil kerja pegawai secara kuantitas maupun kualitas (Ilyas,

2001). Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok dalam

suatu organisasi yang merupakan hasil interaksi yang kompleks dari sejumlah individu

dalam organisasi.

Balanced Scorecard mengukur kinerja rumah sakit melalui 4 perspektif, yaitu :

finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan,

(Kaplan R.S. dan Norton D.P. 1996). Dari segi pembelajaran dan pertumbuhan, ukuran

- ukuran yang digunakan adalah kapabilitas pekerja (kepuasan kerja pegawai, turnover,

produktivitas pegawai), kapabilitas system informasi, dan motivasi, pemberdayaan dan

keselarasan (empowering). Selanjutnya perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ini

akan berpengaruh terhadap proses bisnis internal, ukuran - ukuran yang digunakan

dalam perspektif ini adalah inovasi, proses, dan layanan purna jual. Kinerja proses

bisnis internal akan berpengaruh terhadap kinerja pelanggan, yang diukur dari : pangsa

pasar, kepuasan pelanggan, retensi dan akuisisi pelanggan. Pada akhirnya ke-3

perspektif kinerja akan bermuara kepada kinerja keuangan, yang dapat diukur dari

likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan performance.(Kaplan & Norton, 1996). Untuk

kinerja rumah sakit dapat juga diukur melalui kinerja pelayanan berupa BOR, ALOS,

BTO, TOI, NDR, GDR, (Wiyono, 1999).

(4)

manajemen RSUD Kotabaru perlu melakukan upaya peningkatan kualitas secara

berkesinambungan, salah satunya dengan menerapkan budaya organisasi yang baik

dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi.

Pengalaman banyak orang yang berhasil mengelola organisasi menunjukan

bahwa kunci keberhasilan organisasi terletak pada kemampuannya mengubah budaya

organisasi yang bersangkutan di berbagai aspek. Harus disadari bahwa budaya

organisasi dan kinerja yang dihasilkan organisasi bejalan beriringan. Budaya organisasi

tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan dapat dengan sadar ditanamkan,

dipelihara, dan dipertahankan melalui suatu strategi perubahan yang kompleks yang

ditentukan oleh pihak manajemen. Sedangkan kinerja yang dihasilkan terbentuk seiring

dengan berjalannya perubahan budaya organisasi tersebut. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja instalasi rawat inap di

RSUD Kabupaten Kotabaru provinsi Kalimantan Selatan.

BAHAN DAN MODEL PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Kab. Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.

Data diperoleh langsung di lapangan melalui observasi dan wawancara langsung

menggunakan kuesioner.

Desain dan Variabel Penelitian

Penelitian Ini merupakan jenis penelitian analitik dengan rancangan cross

sectional study yaitu penelitian yang pengumpulan dataya dilakukan melalui proses

silang terhadap beberapa kelompok subjek penelitian dan diamati/diukur satu kali untuk

tiap kelompok subjek penelitian tersebut sebagai wakil perkembangan dari tiap tahapan

perkembangan subjek (menembak satu kali terhadap satu kasus), dimana dalam

penelitain ini mengkaji Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja instalasi rawat

inap RSUD Kotabaru.

Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode kuesioner dengan menyusun

daftar pertanyaan terstruktur berkaitan dengan variabel penelitian yang selanjutnya

disebarkan kepada responden.

(5)

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang ada di

Instalasi rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Kotabaru Provinsi Kalimantan

Selatan. Adapun populasi petugas kesehatan yang ikut dalam penelitian ini adalah

berjumlah 57 orang

Analisis Data

Analisis bivariat dimaksudkan untuk pembahasan data dan pengujian hipotesis.

Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. uji

regresi logistik untuk melihat pengaruh antar variabel, α yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 0,05.

HASIL PENELITIAN

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa berdasarkan uji regresi logistik terdapat

pengaruh keterlibatan terhadap Kinerja Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Kotabaru, hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,049 yang lebih kecil dari nilai α

(α=0,05). Dari nilai exp (b) dapat disimpulkan bahwa saat keterlibatan perawat tinggi,

maka resiko/peluang untuk menghasilkan kinerja yang baik lebih besar 2,549 kali

dibanding saat keterlibatan perawat rendah. Selain itu juga terdapat pengaruh

Konsistensi terhadap Kinerja Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah

Kotabaru, hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,043 yang lebih kecil dari nilai α (α=0,05).

Dari nilai exp (b) dapat disimpulkan bahwa saat Konsistensi perawat tinggi, maka

resiko/peluang untuk menghasilkan kinerja yang baik lebih besar 2,549 kali dibanding

kerawat dengan konsistensi rendah. Sedangkan untuk Adaptabilitasi dan Misi ternyata

tidak memiliki pengaruh terhadap Kinerja instalasi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil regresi logistik dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh

keterlibatan terhadap Kinerja Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah

Kotabaru, hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,049 yang lebih kecil dari nilai α (α=0,05).

Dari nilai exp (b) dapat disimpulkan bahwa saat keterlibatan perawat tinggi, maka

resiko/peluang untuk menghasilkan kinerja yang baik lebih besar 2,549 kali dibanding

saat keterlibatan perawat rendah. Jadi penilaian perawat pelaksana terhadap nilai - nilai

(6)

organisasi RS yang berkaitan dengan pemberdayaan, orientasi tim dan pengembangan

kemampuan tenaga keperawatan mempengaruhi kinerja instalasi.

Menurut Denison, tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi akan

menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab, sehingga diperoleh komitmen

karyawan yang tinggi terhadap organisasi. Organisasi yang didukung oleh komitmen

yang tinggi akan menurunkan kebutuhan akan system pengawasan secara formal

sehingga akan mengarah pada pencapaian kinerja yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Walter dan lawler dalam Denison (1990),

mengemukakan bahwa keterlibatan dapat merupakan strategi manajemen bagi kinerja

perusahaan yang efektif dan strategi karyawan untuk lingkungan kerja yang lebih baik.

Ouchi, 1981 dalam Denison (1990), menjelaskan bahwa organisasi dengan tingkat

keterlibatan tinggi memiliki karakteristik dari sebuah clan ( suku ), dari pada sebuh

birokrasi formal. Atmosoeprapto (2000), menyatakan bahwa budaya organisasi atau

budaya perusahaan yang kuat akan mempengaruhi pandangan mengenai suatu pekerjaan

menjadi lebih menyenangkan, maka budaya perusahaan perlu tetap dipelihara

keberadaannya, sehingga seluruh karyawan dimulai dari pimpinan puncak hingga

karyawan lapis terbawah menghasilkan kinerja yang tinggi.

Penelitian ini melihat pengaruh budaya kuat dan lemah terhadap Kinerja

Karyawan secara keseluruhan. Bila selama ini penelitian yang telah dilakukan tentang

sumber daya manusia hanya langsung melihat pengaruh antara variabel praktek

manajemen sumber daya manusia, dalam penelitian ini akan dilihat dulu apakah

perusahaan memiliki budaya perusahaan yang kuat ataukah lemah. Selanjutnya

penelitian difokuskan untuk membuktikan apakah benar bahwa budaya yang kuat

memang memperkuat kinerja.

Berdasarkan uji regresi logistik dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh

Konsistensi terhadap Kinerja Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah

Kotabaru, hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,043 yang lebih kecil dari nilai α (α=0,05).

Dari nilai exp (b) dapat disimpulkan bahwa saat Konsistensi perawat tinggi, maka

resiko/peluang untuk menghasilkan kinerja yang baik lebih besar 2,549 kali dibanding

kerawat dengan konsistensi rendah. Jadi penilaian perawat pelaksana terhadap nilai -

nilai organisasi RS yang berkaitan dengan nilai - nilai inti, kesepakatan, koordinasi, dan

integrasi mempengaruhi kinerja instalasi dimana perawat tersebut berada.

(7)

Sebagaimana yang dikemukakan bahwa indikator konsistensi berpengaruh

positif terhadap kinerja organisasi. Teori konsistensi juga mengatakan bahwa makna

bersama memiliki dampak positif karena para anggota organisasi bekerja berdasarkan

kerangka kerja bersama mengenai nilai - nilai dan keyakinan - keyakinan yang

membentuk dasar mereka berkomunikasi. Betapa pentingnya indikator konsistensi

untuk diperhatikan (Gibson et al., 2009).

Berdasarkan pada uji regresi logistik dapat dilihat bahwa tidak ada pengaruh

Adaptabilitasi perawat terhadap Kinerja Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Kotabaru, hal ini dapat dilihat dari nilai p = 0,875 yang lebih besar dari nilai α

(α=0,05). Jadi penilaian perawat pelaksana terhadap nilai - nilai organisasi RS yang

berkaitan dengan kemampuan RS dalam menciptakan perubahan, fokus pada

konsumen/pelanggan, dan kemampuan organisasi RS untuk belajar tidak berpengaruh

terhadap kinerja instalasi dimana dia berada.

Kinerja karyawan tidak hanya dilihat dari kemampuan kerja yang sempurna,

tetapi juga kemampuan menguasai dan mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam

membina hubungan dengan orang lain (Handoko,1992). Organisasi pada dasarnya

seperti mahluk hidup yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh

kemampuannya untuk beradapatasi dengan lingkungan. Perubahan lingkungan strategik

organisasi yang sangat cepat dalam berbagai dimensi, seperti teknologi, sosial, ekonomi,

perundangan, globalisasi, dan lain-lain, menuntut organisasi untuk mampu beradaptasi

pada perubahan itu, apabila organisasi terlambat untuk berubah maka sangat besar

kemungkinan organisasi akan mundur kinerjanya bahkan, dapat punah. Menurut Mondy

and Noe (1996), budaya organisasi adalah sistem dari shared values, keyakinan dan

kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur

formalnya untuk meciptakan norma-norma perilaku, budaya organisasi juga mencakup

nilai-nilai dan standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan

menentukan arah organisasi secara keseluruhan. Budaya sebagai output adalah potret

atau rekanan hasil proses budaya yang berlangsung didalam suatu organisasi atau

perusahaan, pada suatu forum waktu tertentu.

Pada organisasi yang memiliki budaya yang kuat, karyawan cenderung

mengikuti arah yang ditentukan. Budaya organisasi yang lemah cenderung

mengakibatkan karyawan tidak memiliki arah yang jelas sehingga memilih berjalan

(8)

sendiri-sendiri. Akibatnya, kinerja karyawan menjadi tidak optimal. Budaya yang kuat

dapat membantu kinerja karyawan dalam mentaati peraturan perusahaan. Perilaku dan

nilai bersama yang dianut bersama membuat seseorang merasa nyaman dalam bekerja

(Tjahjadi, 2001).

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh keterlibatan dan

konsistensi terhadap kinerja, sedangkan, adaptabilitas dan misi tidak berpengaruh

terhadap kinerja perawat. Penelitian ini menyarankan agar pihak manajemen Rumah

Sakit Umum Daerah Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan perlu meningkatkan

keterlibatan perawat dalam hal pengambilan keputusan, dan meningkatkan kemampuan

dan keterampilan perawat melalui pendidikan dan pelatihan atau workshop.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Atmosoeprapto Kisdarto. (2000). Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan, PT

Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta.

Denison. (1990). Cooporate Culture and Organizational Effectiveness, New York,

Willey.

Gibson, et al. (2009). Organizations : Behavior, Structure, Processes. McGraw - Hill.

New York.

Handoko, Martin. (1992). Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta,

Kanisius, 1992, Cet. 9.

Ilyas.Y. (2001). Kinerja Teori Penilaian & Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan

FKM UI,Depok

Kaplan R.S. dan Norton D.P. (1996). Balanced Scorecard: Translating Strategy Into

Action, Harvard Business Review.

Mondy, R.W., Noe, R.M., Premeaux, S.R. (1996). Human Resource Management (5rd

ed.), Massachusetts, Allyn and Bacon.

Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku Organisasi, Jakarta : Indeks.

Tjahjadi Bambang. (2001). Konsep Budaya Organisasi, Kesenjangan Budaya

Organisasi dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Organisasi”, Majalah

Ekonomi, Th. XI, No.1

Wiyono & Witjaksono. (1999). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Teori, Srategi

(10)

Tabel 1. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Instalasi di Di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kotabaru provinsi

Kalimantan Selatan

No Variabel

p

Exp

(B)

Ket.

1

2

3

4

keterlibatan

konsistensi

adaptabilitas

misi

0,049

0,043

0,875

0,603

2,549

2,667

0,909

0,750

Ada pengaruh

Ada pengaruh

Tidak ada pengaruh

Tidak ada pengaruh

Sumber : Data Primer

Gambar

Tabel  1.  Pengaruh  Budaya  Organisasi  terhadap  Kinerja  Instalasi  di  Di  Instalasi  Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kotabaru provinsi  Kalimantan Selatan  No  Variabel  p  Exp  (B)  Ket

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Perancangan Kriptografi Block Cipher 64 Bit Berbasis Pola Ikatan Jimbe Dengan Menggunakan Kombinasi

From the result of research finding, reseacher found that video conversation in teaching speaking can help teacher to teaching English, the students more easier

Sebelum memasuki penjelasan lebih terperinci lagi tentang cara kerja proses keseluruhan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai “ Pengaruh

sangat baik, baik, cukup baik dan tidak baik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui model pembelajaran mind mapping dengan bantuan

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Issues of concern in this study is, REST WebService running on the HTTP protocol, which means the data is sent in the form of text. If

This research contributes to three important things: (1) deeper understanding of the effect of concentrated ownership on the firm value and how the interaction effects between

Penelitian ini telah menghasikan prototipe aplikasi untuk menentukan jumlah pemesanan pada barang dengan pendekatan periodic review dan peramalan permintaan menggunakan