• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi-1. PENGANTAR Manik-manik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi-1. PENGANTAR Manik-manik"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

JENIS IKAN PARI DENGAN KULIT PUNGGUNG YANG

MEMILIKI MANIK-MANIK DAN MUTIARA

Materi-1. PENGANTAR

(3)

I. PENDAHULUAN

A. POTENSI PERIKANAN LAUT

1. POTENSI LESTARI (MSY) = 6,4 JUTA TON/THN.

2. POTENSI IKAN PELAGIS = 4,29 JUTA TON/TAHUN

3. POTENSI IKAN DEMERSAL = 1,79 JUTA TON/TAHUN

(Sumber: Komnas Kajiskan Ditjen Perikanan Tangkap, 2006)

B. PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2003:

1. TOTAL PRODUKSI = 4,73 JUTA TON

2. IKAN PARI = 50.420 TON

3. UN-REPORTED 15% = 7.563 TON

(4)

C. PRODUKSI BAWAL HITAM (BAWAL SABIT) THN. 2003 :

1. IKAN BAWAL HITAM = 39.718 TON

(REPORTED)

2. UNREPORTED (UMUM), 5% = 1.986 TON

3. BY-CATCH TUNA LONG-LINE (Ikan Bawal Sabit) =

10% X TOTAL TANGKAPAN PER TRIP (UNREPORTED) :

a. Total Kapal = 62.952 buah b. Ukuran Kapal = 30 - 75 GT c. Jlh Trip per Tahun = 3 trip

d. Produksi = 10 ton/trip

e. Produksi Per Tahun = 3 x 10 x 62.952 x 10%

= 188.856 TON

(5)

II. SASARAN MATERI PEMBELAJARAN

1. PENYEBERLUASAN IPTEKS PENYAMAKAN KULIT IKAN PADA KELOMPOK SASARAN (MAHASISWA/NELAYAN/UMK/DLL.).

2. MENINGKATKAN PEMANFAATAN POTENSI SUMBER DAYA PERIKANAN SECARA MAKSIMAL.

3. MENINGKATKAN PENDAPATAN & KESEJAHTERAAN KELOMPOK SASARAN (TERUTAMA NELAYAN & UMK).

4. MENGEMBANGKAN KELOMPOK UMK (KHUSUSNYA MASYARAKAT PERIKANAN).

5. MENINGKATKAN PRODUKSI BAHAN BAKU (KULIT SEGAR & KULIT TERSAMAK) INDUSTRI PERKULITAN NONKONPENSIONAL 6. MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA ALTERNATIF PRODUKTIF.

7. MENINGKATKAN PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK SEKTOR PERIKANAN.

(6)
(7)

III. PEMANFAATAN KULIT IKAN

1. DI ATAS KAPAL PENANGKAPAN:

a. Peng-es-an Ikan Pari & Bawal Hitam di Atas Kapal. b. Penyayatan Kulit di Atas Kapal & Penyiangan.

c. Pengesan / Penggaraman Kulit.

d. Penyimpanan dlm Palka Ikan dgn Es Curah.

2. DI TPI :

a. Penyayatan Kulit (jika tdk Dilakukan di Atas Kapal). b. Penyiangan/Pencucian Kulit & Daging Ikan.

c. Penggaraman/Peng-es-an Kulit.

d. Distribusi ke Industri Kulit (tetap terapkan rantai dingin).

3. DI INDUSTRI :

a. Perendaman & Pencucian dengan Air Bersih. b. Penyikatan (mengg. sikat plastik), serta

(8)
(9)
(10)

GAMBAR 4. PEMANFAATAN KULIT

Kulit Segar Ikan Pari Kulit Awetan (garam) Ikan Pari

(11)

A. PENGGOLONGAN KUALITAS KULIT IKAN SEGAR

No

Golongan

Ukuran Panjang

(cm)

Ukuran Lebar

(cm)

1 Kecil (C)

30 – 40

15 – 20

2 Sedang (B)

40 – 50

20 – 25

3 Besar (A)

50 – 60

25 – 30

4 Besar Super (Bs)

> 60

> 30

(12)

KUALITAS

PERSYARATAN

A

Tidak ada cacat (butiran/sisik lepas), kulit

tampak segar, tidak berbau busuk, padat,

kuat.

B

Cacat (butiran/sisik lepas) ± 5%, terletak di

bagian bawah, tidak bau busuk, segar,

padat, kuat.

C

Cacat (butiran/sisik lepas) ± 10%, terletak di

pinggir, tidak bau busuk, segar, padat, kuat.

AFKIR

Diluar kategori Kualitas A, B, C.

(13)

B. PRA-PENYAMAKAN (TAHAP-1)

1. PERENDAMAN (soaking )

Menstabilkan kandungan air kulit (yang hilang) selama pengulitan & pengawetan awal, serta membersihkannya dari kotoran, lendir, dll. 2. PENGAPURAN (liming)

Melarutkan komponen yg terdpt pada kulit yg mempengaruhi prs penyamakan (seperti: lemak, protein non-kolagen, mineral, dan KH diantara serat kulit).

3. PENYESETAN

Menghilangkan daging yg masih melekat pd kulit & membersihkan sisik kulit dengan sikat plastik/kawat halus.

4. PEMBUANGAN KAPUR (deliming)

Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal (pd permukaan kulit) agar tdk bereaksi dgn bahan kimia pd pores selanjutnya.

5. PENGIKISAN PROTEIN (bating)

Menghilangkan protein kulit untuk menyempurnakan proses penga-puran dengan kelompok enzim protease (papain, bromelin, dll).

(14)

LANJUTAN TAHAP-1)

TAHAPAN PROSES :

6. PEMBUANGAN LEMAK (degreasing)

Menghilangkan lemak alami yang masih terdapat dalam kulit ikan, sebagai penyempurnaan tahap proses sebelumnya.

7. PEMUCATAN

Menghilangkan warna kulit dasar (coklat, hitam, dll.) menjadi warna putih bersih (pucat)

8. PENGASAMAN (pickling)

Mempersiapan kondisi kulit sebelum proses penyamakan (tanning) dengan penstabilan pH larutan sebagai media pelarut, disamping sebagai cara pengawetan kulit daya simpan lama.

(15)

C. PENYAMAKAN (TAHAP-2)

1. PENIPISAN KULIT (shaving)

Meratakan ketebalan kulit sesuai kebutuhan dengan pisau seset atau mesin shaving.

2. PENYAMAKAN (tanning)

Terdapat 5 (lima) kelompok bahan penyamakan kulit: (a) kelompok nineral, (b) nabati, (c) aldehid, (d) sintetis , & (e) minyak.

Tujuan Penyamakan: mengubah sifat kulit dari kondisi semula (mudah rusak) akibat serangan mikroorganisme, serangga, fisik (suhu/kelembaban) dan kimia, menjadi kulit yang satabil dan tahan terhadap faktor-faktor tersebut.

3. AGING (pelemasan kulit)

(16)

D. PASCA-PENYAMAKAN (TAHAP-3)

1. PENCUCIAN

Menghilangkan residu bahan kimia pada serat kulit (yang tidak terikat) dari proses penyamakan sebelumnya

2. PENYAMAKAN ULANG (retanning)

Menyempurnakan proses penyamakan dan mengisi kulit agar memiliki pegangan yang baik (stabilitas kulit). Jika proses penyamakan awal sudah baik, maka tahap penyamakan ulang ditiadakan.

3. PEMINYAKAN (fatliquoring)

Memasukan minyak ke dalam struktur kulit sehingga kulit lebih fleksibel (tidak terjadi penempelan antar serat kulit secara langsung) (lubrikasi). Tahapan ini akan menentukan tingkat kelemasan kulit. 4. PEWARNAAN DASAR

Memberikan warna dasar pada kulit sesuai keinginan/kebutuhan. 5. PENGIKATAN

Mengikat cat pada struktur serat kulit yang telah tersamak & memecahkan emulsi minyak.

(17)

E. FINISHING (TAHAP-4)

PROSES FINISHING disebut juga proses kering karena pada tahap ini, kulit sudah dalam keadaan kering (stabil). TUJUANnya untuk meningkatkan keindahan kulit, sehingga akan menambah nilai ekonomi barang kulit. TAHAPAN PROSES :

1. PENGERINGAN

Mengurangi kadar air hingga mencapai ±18% dari berat kering kulit. 2. PELEMASAN (stacking)

Untuk meningkatkan kelemasan kulit agar lebih lunak, serta mencegah kulit bagian dalam berserabut.

3. PEMENTANGAN

Merentangkan kulit hingga dicapai luas yang maksimal dgn kondisi yang rata dan flat.

4. PENGAMPLASAN

Meratakan dan memperhalus serabut-serabut kulit (bgn dalam). 5. PENGECATAT TUTUP (proses finishing)

Untuk menutup permukaan kulit (terutama cacat) sehingga mem-berikan efek yang homogen serta dayatarik & nilai ekonomi tinggi.

(18)

LANJUTAN TAHAP-4

PADA TAHAP PENGECATAT TUTUP (proses finishing), dilakukan hal-hal sbb.:

1. PEMBERSIHAN RAJA ATAU SISIK

Untuk membersihkan bahan kimia (terutama minyak) sisa proses penyamakan yang menghambat proses pengikatan & daya serap permukaan kulit.

2. PENGECATAN

Membentuk lapisan tipis pada permukaan kulit, tanpa mengurangi karakteristik alami kulit. Efek yang ditimbulkan harus berkesan alami (bukan sintetik, menyerupai plastik).

(19)

TAHAPAN PROSES PENYAMAKAN

(20)
(21)

3. PENYESETAN DAGING

1

(22)

4. PROSES PENYAMAKAN (

tanning

)

(23)
(24)

6. PELEMASAN/PERENGGANGAN (

stacking

)

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

F. PENGUJIAN KUALITAS KULIT TERSAMAK

1. PARAMETER KUALITAS KULIT

KT = (G / A) kgf/cm2 = N/cm2, 1 kgf = 9,8066 N

G = beban maks. tarikan

A = luas penampang cuplikan ( lebar x tebal = cm2)

a. Kekuatan Tarik

K = {(Li – Lo) / Lo} x 100%

Li = panjang sampel saat putus Lo = panjang sampel mula-mula b. Kemuluran

A = (G / T) kgf/cm, 1 kgf = 9,8066N

G = beban maksimum tarikan

T = tebal penampang cuplikan (cm) c. Kekuatan Sobek

Skor 1 = tidak lemas

Skor 2 = agak tidak lemas Skor 3 = cukup lemas

Skor 4 = lemas

Skor 5 = sangat lemas d. Kelemasan

(33)

2. HASIL PENGUJIAN KUALITAS KULIT TERSAMAK

Tabel 1. Uji pengaruh perlakuan konsentrasi (%) kapur terhadap sifat fisik kulit pari tersamak

No Parameter Kualitas Nilai Keterangan Hasil Riset Standar

A Fisika

1. Kekuatan Tarik (N/cm2)

(SNI 06-6122-1999) 1.572 – 2.122 2.000 hanya 4% layak 2. Kemuluran Kulit (%)

(IUP-36) 42,00– 75,22 ≥30% semua layak 3. Kekuatan Sobek (N/cm)

(SNI 06-6122-1999) 469,00 - 851,98 300 semua layak

B Organolpetik (Kelemasan, %)

(SNI 06-6122-1999) 3,0 – 4,8 4, 0 – 5,0 hanya 2% layak

C Kesimpulan : pada umumnya semua perlakuan yang diberikan menghasilkan sifat fisik kulit pari yang cocok untuk bahan baku barang kulit. Sedangkan untuk kekuatan tarik hanya 4% serta kelemasan hanya 2% yang sesuai standar.

D Rekomendasi : 4% dipakai untuk pengembangan usaha. E. Rasio B/C (kapasitas prod. 100 lembar) = 2,35

Perlakuan: konsentrasi kapur 2%, 4%, 6%, 8%. Sumber: (Erna Hesti,, 2003)

(34)

Tabel 2. Hasil uji pengaruh perlakuan pengulangan pengapuran terhadap sifat fisik kulit ikan pari untuk barang kulit

No Parameter Kualitas Nilai Keterangan Hasil Riset Standar

A Fisika

1. Kekuatan Tarik (Kg/cm2)

(SNI 06-6122-1999) 238,0 – 270,8 2.00 Layak 2. Kemuluran Kulit (%)

(IUP-36) 26,5 – 32,0 ≥40% tidak layak

B Organolpetik (Kelemasan, %)

(SNI 06-6122-1999) 1,8 – 2,4 4, 0 – 5,0 tidak layak

C Kesimpulan : perlakuan pengapuran 2 & 3 kali menghasilkan kualitas kulit pari yang cocok sebagai bahan baku barang kulit.

D Rekomendasi : untuk pengembangan usaha dipakai 2 kali pencucian. E. Rasio B/C (kapasitas prod. 100 lembar) = 2,20

Perlakuan: pengulangan pengapuran (1, 2, 3 kali).

(35)

Tabel 3. Hasil uji pengaruh perlakuan konsenatrasi minyak sulfonasi terhadap sifat fisik-kimia-organoleptik kulit ikan pari

No Parameter Kualitas Nilai Keterangan Hasil Riset Standar

A Fisika

1. Kekuatan Tarik (Kg/cm2)

(SNI 06-6122-1999) 1.733 – 2.435 2.000 6 & 12% layak 2. Kemuluran Kulit (%)

(IUP-16) 28,7 – 38,3 ≥40% tidak layak

B Kimia (kadar lemak, %)

UNINDO 1996 4,5 – 8,8 20 Layak C Organoleptik (Kelemasan, %)

(SNI 06-6122-1999) 1,8 – 2,4 4, 0 – 5,0 Layak

D Kesimpulan : perlakuan minyak sulfonasi 6 & 12% menghasilkan kualitas kulit pari yang cocok sebagai bahan baku barang kulit.

E Rekomendasi : untuk pengembangan usaha dipakai konsentrasi 6%. F Rasio B/C (kapasitas prod. 100 lembar) = 2,45

Perlakuan: persentase minyak sulfonasi 6, 8, 10, 12%

(36)

Tabel 4. Hasil uji pengaruh perlakuan konsenatrasi mimosa terhadap sifat-organoleptik kulit ikan pari

No Parameter Kualitas Nilai Keterangan Hasil Riset Standar

A Fisika

1. Kekuatan Tarik (Kg/cm2)

(SNI 06-6122-1999) 2.747 – 3.438 2.000 12% tidak layak 2. Kemuluran Kulit (%)

(IUP 6) 24, – 28,7 ≥40% tidak layak 3. Kekuatan Sobek (N/cm)

SNI 06-6122-1999 309,6 – 429,4 300 Layak

B Organoleptik (Kelemasan, %)

(SNI 06-6122-1999) 1,6 – 2,5 4, 0 – 5,0 tidak layak

D Kesimpulan : semua perlakuan menghasilkan sifat fisik kekuatan tarik & kekuatan sobek kulit pari yang cocok untuk barang kulit (kecuali untuk sifat kekuatan tarik, perlakuan 16% tidak memenuhi standar). Sedangkan sifat kemuluran dan kelemasan kulit belum memenuhi standar.

E Rekomendasi : untuk pengembangan usaha dipakai konsentrasi 10%. F Rasio B/C (kapasitas prod. 100 lembar) = 2,40

Perlakuan: persentase minyak sulfonasi 10, 12, 14, 16%

(37)

Tabel 5. Hasil analisis sifat fisik-kimia-organoleptik kulit ikan bawal sabit

No Parameter Kualitas Nilai * Keterangan Hasil Riset Standar

A Kimia

1. Kadar Lemak (%, UNIDO 1996) 27,41- 30,9 maks. 20 Layak

B Fisik

1. Kekuatan Tarik (N/cm2, IUP 6) 573,8 - 491,2 150 Layak

2. Kemuluran (%, IUP-16) 70,0 – 99,2 min. 40 tidak 3. Ketebalan (mm, IUP-16) 1,10 – 1,15 > 1 layak

C Organoleptik (kelemasan)

(UNINDO 1996) 2,7 – 2,8 4,0 – 5,0 tidak layak D Kesimpulan : semua perlakuan yang dicobakan menghasilkan kualitas kulit bawal

sabit tersamak yang cocok untuk bahan baku barang kulit, kecuali sifat kelemasan. E Rekomendasi : dapat digunakan konsentrasi bahan pelarut lemak 0,5% untuk proses

produksi barang kulit dalam skala usaha besar. F B/C Rasio (kapasitas prod. 100 lbr.) = 2,00

Perlakuan : pemberian bahan pelarut lemak (sandopan DTC, poliglycol eter) 0,5% ; 1,5% ; 2,5% ; 3,5%.

Ket. * = nilai standar untuk kulit bawal belum terdaftar dalam SNI. Sumber: (Agung dkk., 2005)

(38)

G. PENGGOLONGAN KUALITAS KULIT TERSAMAK

Samahalnya kualitas kulit mentah/segar, kualitas kulit tersamak

juga digolongkan berdasarkan ukuran lebar serta kondisi fisik,

kimia dan organoleptik.

Dalam setiap ukuran kulit, terdapat 3 (tiga) kelompok kualitas

berdasarkan ukuran diameter (lebar).

No Ø (cm) Kondisi Kulit Kualitas*

1 Kecil, 15 – 20 a. Kulit lemas

b. Warna uniform, bersih

A, B, C

2 Sedang, 20 - 25 a. Kulit lemas

b. Warna uniform, bersih

A, B, C

3 Besar, 25 – 30 a. Kulit lemas

b. Warna uniform, bersih

A, B, C

4 Super, > 30 a. Kulit lemas

b. Warna uniform, bersih

(39)

Ket. Kualitas (*) :

A = Tidak ada: lobang, sobek, butiran & sisik yang lepas. B = Cacat 5%, tidak ada butiran & sisik yang lepas.

(40)
(41)

A. PEMOTONGAN & PENJAHITAN

BARANG KULIT

(42)
(43)
(44)

D. PRODUK KULIT (DOMPET) IKAN PARI

(45)

E. DOMPET KULIT IKAN BAWAL SABIT

(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)

8. DENDENG PARI KERING SIAP JUAL

Lokal ±Rp 45.000 - 50.000/kg Ekspor: ±Rp 175.000/kg

(55)
(56)

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Industri Penyamakan Kulit Ikan

(57)

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Industri Penyamakan Kulit

(58)
(59)
(60)

Gambar

GAMBAR 2. PEMANFAATAN KULIT IKAN PARI
GAMBAR 3. PEMANFAATAN KULIT IKAN BAWAL SABIT
GAMBAR 4.  PEMANFAATAN KULIT
Tabel 1.   Uji pengaruh perlakuan konsentrasi (%) kapur terhadap sifat fisik kulit pari  tersamak
+4

Referensi

Dokumen terkait

Ultra petita adalah penjatuhan putusan oleh hakim atas perkara yang tidak dituntut atau mememutus melebihi dari pada yang diminta.. Di dalam hukum hukum

Berkewajiban melayani semua warga negara dengan perlakuan yang sama karena warga negara itu di mata hukum berkedudukan. sama, oleh karenanya harus diberi pula pelayanan

Peneliti melanjutkan pertanyaan terkait divisi nonlitigasi, Ibrahim mengatakan bahwa divisi ini adalah divisi dengan tujuan menyelesaikan permasalhan hukum client

setelah part dipesan pada stasiun pertama sebuah routing, pada saat sebuah part sedang diproses pada stasiun kendala maka stasiun non kendala setelah stasiun

Sedangkan dilihat dari nilai Ratio Prevalen (RP) adalah 1,83 yang artinya air kolam renang dengan sisa klor yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan

1. Telah dibuat Sistem Pendukung Keputusan Kinerja Mahasiswa dengan hasil akhir perankingan yang bisa dijadikan alternatif lain bagi kampus untuk membantu dan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pasal 1 butir 14 adalah Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau

Pengamatan sebelum penyampain materi terkait pengetahuan peternak bahwa sebagian besar peternak belum pernak mendengar penyakit cacing hati pada sapi (73,3%), belum tahu